Anda di halaman 1dari 6

OTOSKLEROSIS

DEFINISI

Otosklerosis adalah suatu penyakit dimana tulang-tulang di sekitar telinga tengah dan telinga
dalam tumbuh secara berlebihan sehingga menghalangi pergerakan tulang stapes (tulang
telinga tengah yang menempel pada telinga dalam), akibatnya tulang stapes tidak dapat
menghantarkan suara sebagaimana mestinya.

ETIOLOGI

Penyebab dari otosklerosis masih belum diketahui dengan jelas (idiopatik). Namun bukti
ilmiah yang dapat menyatakan adanya infeksi virus measles yang mempengaruhi
otosklerosis.

MANIFESTASI KLINIS

 Penurunan pendengaran secara progresif


 Tinitus (telinga berdenging)
 Vertigo
 Ketulian 30 - 40 db

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi dari otosklerosis sangat kompleks. Kunci utama lesi dari otosklerosis adalah
adanya multifokal area sklerosis diantara tulang endokondral temporal. Ada 2 fase patologik
yang dapat diidentifikasi dari penyakit ini yaitu:

a. Fase awal otospongiotic


Osteosit mulai masuk ke pusat tulang disekitar pembuluh darah sehingga menyebabkan
pelebaran lumen pembuluh darah dan dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini dapat terlihat
sebagai gambaran kemerahan pada membran timpani.
Dengan keterlibatan osteosit yang semakin banyak, daerah periosteal menjadi kaya akan
substansi dasar amorf dan kekurangan struktur kolagen yang matur sehingga terjadi
pembentukkan spongy bone .
b. Fase akhir otosklerotik
Fase otosklerotik dimulai ketika osteoklas secara perlahan diganti oleh osteoblas dan
tulang sklerotik yang lunak dideposit pada area reabsorpsi sebelumnya. Ketika proses ini
terjadi pada kaki stapes akan menyebabkan fiksasi kaki stapes pada jendela oval sehingga
pergerakan stapes terganggu, secara otomatis suara yang masuk ke koklea terhalang dan
terjadilah tuli konduktif.
Terjadinya tuli sensorineural pada otosklerosis berhubungan dengan dilepaskannya hasil
metabolisme yang toksik dari luka neuroepitel, pembuluh darah yang terdekat, hubungan
langsung dengan lesi otosklerotik ke telinga dalam. Semuanya itu menyebabkan
perubahan konsentrasi elektrolit dan mekanisme dari membran basal.
Herediter

Gen autosomal dominan monohibrid

Terbentuknya tulang rawan abnormal (spon)

Terjadi fiksasi stapes pada koklea

Gangguan hantaran gelombang bunyi Gangguan kokhlea vestibularis

Tinitus, Tuli konduktif Dizziness vestibular

 Gg Persepsi sensori : Pendengaran Serangan vertigo, mual, muntah

 Resiko tinggi cidera

Penatalaksanaan pembedahan

Stapedektomi

Nyeri Gg. Komunikasi verbal Resiko tinggi infeksi


PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi : Membran timpani biasanya normal pada sebagian besar kasus. Hanya
sekitar 10% yang menunjukan Schwartze Sign.
2) Palpasi : Tak adanya nyeri tekan.
3) Pada pemeriksaan garputala menunjukkan kesan tuli konduktif, memberi gambaran
hantaran tulang lebih kuat dari pada hantaran udara (rinne negative ).
4) Tes webber menunjukkan lateralisasi kearah telinga yang memiliki derajat conduting
hearing loss lebih besar.

 Pemeriksaan Diagnostik
1) Audiogram, untuk mengetahui beratnya ketulian.
2) CT scan / rontgen kepala, untuk membedakan otosklerosis dengan penyebab ketulian
lainnya.
3) Otoskopik, untuk menemukan membran timpani yang normal.
4) Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi (tahanan
terhadap tekanan) pada telinga tengah. Timpanometri digunakan untuk membantu
menentukan penyebab dari tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi
aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.

PENATALAKSAAN
 Medis
- Penggunaan alat bantu dengar / amplifikasi
- Pengangkatan tulang stapes dan menggantinya dengan tulang buatan bisa
mengembalikan pendengaran penderita.
Ada 2 pilihan prosedur, yaitu :
 Stapedektomi (pengangkatan tulang stapes dan penggantian dengan protese )
 Stapedotomi (pembuatan lubang pada tulang stapes untuk memasukkan protese)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan penurunan fungsi

pendengaran akibat adanya penambahan tulang abnormal di stapes

2. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa pada tulang telinga

3. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan fungsi pendengaran

4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi keseimbangan vestibuler

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan sekunder terhadap

pembedahan telinga

INTERVENSI KEPERWATAN

1. Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan penurunan fungsi

pendengaran akibat adanya penambahan tulang abnormal di stapes

Intervensi :

o Gunakan bahasa non verbal ketika berkomunikasi dengan pasien

o Bertatap muka ketika berkomunikasi dengan paien

o Anjurkan untuk periksa telinga secara teratur

o Berikan penjelasan tentang proses perjalanan penyakit dan prosedur pengobatan

2. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa pada tulang telinga

Intervensi :

o Observasi tanda-tanda vital

o Ajarkan teknik relaksasi

o Lakukan teknik distraksi

o Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan fungsi keseimbangan vestibuler

Intervensi :
o Monitoring vertigo pasien yang dapat menyebabkan cedera, seperti frekuensinya,
durasinya, gambaran serangannya.
o Ketika vertigo menyerang, anjurkan kepada pasien untuk tirah baring secara perlahan,
memejamkan mata dan tidak melakukan gerakan secara mendadak, karena akan
mengakibatkan vertigo bertambah berat. Meminimalkan terjadinya cedera.
o Ajarkan pasien terapi vestibuler untuk mengurangi vertigo pasien

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan sekunder

terhadap pembedahan telinga

Intervensi :

o Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik anti septik

o Observasi tanda-tanda infeksi

o Ajarkan pasien dan keluarga cuci tangan sebelum besentuhan langsung dengan telinga

yang dilakukan pembedahan


DAFTAR PUSTAKA

Boies, L.R.1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Cetakan ke III. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC

Dongoes, Marilyan Eet all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III.

Jakarta : EGC

Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tengorok Kepala Leher. Edisi ke 5 Cetakan ke2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai