Anda di halaman 1dari 15

NOSE INDUCED HEARING LOSS

(NIHL)

OLEH
Nur Nazmi Selan / C111 08 366
Nur Aisyah / C111 08 195
Andi Nur Cahyanti / C111 10 329

PEMBIMBING
dr. Richa Endah Prawesti
ANATOMI TELINGA
1. Tlinga Luar
 Aurikula
 MAE
 membran Timpani
2. Telinga Tengah
• Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis
yang berwarna kelabu mutiara.
• Osicula yang terdiri dari maleus, inkus dan
stapes.
• Tuba eustasius Tuba eustachius; yang
menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring.
3. Telinga Dalam
 Koklea
 Vstibular
FISIOLOGI PENDENGARAN

Gelombang Bunyi Ditangkap di aurikula


Di teruskan melalui kanalis auditva

Getaran dilanjutkan oleh Menggetarkan foramen


Getaran membran timpani
Maleus, Incus stapes ovale dan perilimfe

Defleksi stereo silia >


Getaran diteruskan ke membran Ditangkap di aurikula
kanal ion terbuka >
reissner >foramen rotundum
pelepasan ion ke
terdorong keluar
badan sel

Depolarisasi > neurotransmiter di lepaskan > potensial aksi merambat sampai korteks
pendengaran
DEFENISI

 Bising : campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi.


Bising dengan intensitas 85 dB atau lebih dapat mengakibatkan
kerusakan pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam.
 Gangguan pendengaran akibat bising/GPAB (Noise-Induced
Hearing Loss/NIHL merupakan tuli sensorineural akibat
bising. Ketulian berangsur-angsur dalam jangka panjang
dan bersifat menetap
 Paparan kebisingan secara terus menerus
( continues noise )
> 85 dB
8 jam per hari
40 jam per minggu
EPIDEMIOLOGI

- Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) telah


diketahui sejak revolusi industri

- Berdasarkan OSHA (Occupational Health and Safety


Administration) setiap tahun, sekitar 30 juta orang di
Amerika Serikat yang bekerja terkena kebisingan yang
berbahaya

- Angka gangguan pendengaran dan ketulian di Indonesia


tinggi, data dari WHO tahun 2005 dijumpai 278 juta (4.2%)
penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran, 50% di
Asia Tenggara termasuk Indonesia
FAKTOR PREDISPOSISI

 Intensitas kebisingan
 Frekuensi kebisingan

 Lamanya waktu pemaparan bising

 Kerentanan individu

 Jenis kelamin

 Usia

 Kelainan di telinga tengah.


PATOGENESIS

Tuli akibat bising mempengaruhi Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel
organ Corti di koklea terutama rambut luar yang menunjukkan adanya
sel-sel rambut. degenerasi yang meningkat sesuai dengan
intensitas dan lama paparan.

-Stereosilia pada sel-sel rambut Dengan bertambahnya intensitas dan durasi


luar menjadi kurang kaku sehingga paparan akan dijumpai lebih banyak
mengurangi respon terhadap kerusakan seperti hilangnya stereosilia.
stimulasi.

Dengan semakin luasnya


kerusakan pada sel-sel
Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan rambut, dapat timbul
digantikan oleh jaringan parut. Semakin tinggi degenerasi pada saraf yang
intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan juga dapat dijumpai di
sel-sel penunjang juga rusak nukleus pendengaran pada
batang otak
PERUBAHAN HISTOPATOLOGI TELINGA
AKIBAT KEBISINGAN

 Kerusakan pada sel sensoris

 Kerusakan pada stria vaskularis

 Kerusakan pada serabut dan ujung saraf

 Hidrops endolimf
GEJALA KLINIS

Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat


menimbulkan :

o Reaksi adaptasi

o Peningkatan ambang dengar sementara (Temporary


Threshold Shift / TTS)

o Peningkatan ambang dengar menetap (Permanent Treshold


Shift / PTS)
DIAGNOSIS

 Anamnesis :
- Usia
- Lama bekerja
- Riwayat penyakit .
- Onset Penurunan pendengaran
 mendadak, berangsur-angsur
- Riwayat Keluarga
Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum.
b. Pemeriksaan telinga.
c. Otoskopi.
d. Tes Audiometri.
PENATALAKSANAAN

o Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya


dipindahkan kerjanya dari lingkungan bising. Bila tidak
mungkin dipindahkan dapt dipergunakan alat pelindung
telinga terhadap bising, seperti sumbat telinga (ear plug),
tutup telinga (ear muff) dan pelindung kepala (helmet).
o pemsangan alat bantu dengar/ ABD (hearing aid).
o Psikoterapi : latihan mendengar
latihan membaca gerak bibir
Alat Bantu Dengar
 Rehabilitasi
PROGNOSIS

Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli


saraf koklea yang sifatnya menetap dan tidak dapat diobati
secara medikamentosa maupun pembedahan, maka
prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting
adalah pencegahan terjadinya ketulian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai