KEPANITERAAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN
THT-KL
SELASA, 28 APRIL 2020
Sudden
Deafness
Pembimbing :
dr. Nur Mei. Sp.THT-KL
Disusun Oleh:
Mela Try Rahayu G4A018087
Nurmaida Ayuk Indriani G4A018038
Andika Sapto Aji G4A018089
Oktafiana Nur Fitriyah G4A018041
Farah Nurfadhilah G4A018077
PENDAHULUAN
Sudden sensorineural (“inner ear”) hearing loss (SSHL), secara umum
diketahui
sebagai sudden deafness merupakan kehilangan pendengaran secara
cepat baik sekaligus atau selama beberapa hari
Sudden deafness merupakan gejala yang menakutkan yang sering memicu kunjungan
darurat ke penyedia layanan kesehatan. Sering tetapi tidak secara universal disertai
dengan tinitus dan / atau vertigo
Menurut WHO sekitar 360 juta orang di dunia menderita gangguan pendengaran.
Di Uni Eropa, jumlah orang yang kehilangan pendengaran diprediksikan hingga 434.000 dan
44.000.000 orang menderita gangguan pendengaran.
Investigasi epidemiologikal terbaru pada Hearing Status (HÖRSTAT) di Jerman mengemukakan
prevalensi kehilangan pendengaran berdasarkan klasifikasi WHO sekitar 16%
>80% Sensorineural Hearing Loss. Terlepas dari gangguan pendengaran yang disebabkan oleh usia,
diinduksi oleh obat dan juga karena kebisingan (noise-induced hearing loss), gangguan pendengaran
sensorineural idiopatik yang tiba-tiba (sudden idiopathic sensorineural hearing loss) adalah penyebab
paling sering
Insidensi dari sudden deafness (negara-negara industri) 5-20 per 100.000 penduduk
Para ahli memperkirakan bahwa SSHL menyerang antara satu dan enam orang per 5.000/
tahun, tetapi jumlah sebenarnya kasus SSHL baru setiap tahun bisa jauh lebih tinggi
SSHL sering tidak terdiagnosis.
SSHL dapat terjadi orang di segala usia, sering akhir 40-an dan awal 50-an. Kejadian pada wanita dan
pria sama. Pada anak-anak, sudden idiopathic hearing loss sangat jarang terjadi.
Sumber : Plontke, SK. 2017. Diagnostics and therapy of sudden hearing loss. GMS Curr Top Otorhinolaryngol Hea
Surg.
ANATOMI TELINGA
Telinga Luar
- Dari daun telinga, meatus akustikus eksterna,
membran timpani
- Daun telinga tulang rawan elastin, kulit
- MAE 1/3 tulang rawan, 2/3 dalam pars osseus,
Panjang sekitar 2,5 – 3 cm
1/3 luar kulit terdapat banyak kelenjar
serumen (kelenjar keringat) dan rambut,
2/3 dalam hanya sedikit kelenjar keringat
Sumber : Soetiro et al.,2016. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
3. Teori ruptur
membran 4. Teori imunologis
intrakoklear
Teori Infeksi
• Beberapa penelitian mencatat 17-33% penderita tuli
mendadak baru menderita penyakit virus.
• Penyakit ini juga pernah dilaporkan disebabkan oleh
penyakit infeksi bakteri & virus, seperti Borrelia,
morbili, sifilis, MUMPS, rubella, adenovirus, herpes
zoster & CMV akibatnya terjadi kerusakan pada organ
Corti, membran tektoria & selubung myelin hilangnya
pendengaran
• Didapatkan peningkatan titer antibodi terhadap virus
tersebut
Teori Vaskular
• Arteri labirin merupakan end
artery yang membawa darah &
O2 ke telinga dalam
• Arteri labirin sangat rentan akan
pengaruh perubahan tekanan
darah & abnormalitas aliran
darah
• Faktor resikonya : diabetes
melitus, hipertensi, dislipidemia
oklusi pembuluh darah koklea
• Kerusakan jaringan akibat
kekurangan O2 dapat terjadi di
koklea 60 detik
• Gangguan vaskuler koklea akibat
trombosis, embolus, penurunan aliran
Ruptur Membran Koklea
DIAGNOSIS
Pemeriksaan
Fisik
• Otoskopi (normal) Pemeriksaa
Tes penala
n
Rinne positif, Weber lateralisasi ke Penunjang
telinga yang sehat, Schwabach
Pemeriksaan CT Scan dan MRI
memendek.
dengan kontras diperlukan
Kesan : Tuli sensorieural
untuk menentukan diagnosis
Audiometri nada murni seperti neuroma akustik dan
Tuli sensorineural ringan sampai malformasi tulang temporal
berat.
• Lab
darah
Tabel
audiogram
• Klasifikasi
tuli
Tatalaksana
Durasi/Frekuensi Dosis penuh selama 7-14 hari, dilanjutkan Injeksi 0,4-0,8 ml ke telinga tengah setiap 3-7 hari
dengan tappering untuk 3-4 kali pemberian
Pemantauan Audiogram : Setelah selesai pengobatan dan Audiogram : Sebelum setiap suntikan, setelah selesai
pada delayed interval pengobatan dan pada delayed interval Periksa
membran timpani (TM) untuk memastikan
penyembuhan setelah selesai pengobatan dan pada
delayed interval
Teknik Intratimpani Terapi Oksigen Hiperbarik
kortikosteroid