Disusun oleh:
Pembimbing :
dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL
BAB I
PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------------3
BAB II
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK---------------------------------------------------------4
BAB III
KESIMPULAN--------------------------------------------------------------------------------------25
DAFTAR PUSTAKA-------------------------------------------------------------------------------27
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan
kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada
anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada
tahun pertama masa sekolah1.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah
dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau
hilang timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media
supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna2.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media
kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang
tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk 2. Gejala otitis media
supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan
pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo1.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP)
atau dalam sebutan sehari hari congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan secret yang keluar
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah. 1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang
memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara
berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%.
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi,
suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan
prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak
mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia7.
2.3 PERJALANAN PENYAKIT
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media supuratif
kronis apabila proses infeksinya kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. 1
Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. 1
2.4 KLASIFIKASI
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benign)
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya
tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak
teradapat kolesteatoma.1
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna) 1
Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
4
kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe
tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang
kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian
besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya. 1
Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma
bertambah besar. 1
Kolesteatoma dapat dibagi atas 2 jenis:
1. Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan
pada telinga dengan membrane timpani utuh tanpa tanda tanda infeksi. Lokasi
kolesteatom biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di
cerebellopontin angle. Kolesteatoma di cerebellopontin angle sering ditemukan
secara tidak sengaja oleh ahli bedah saraf.
2. Kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi atas 2 :
a. Kolesteatoma akuisital primer
5
infeksi dapat memicu respons imun local yang mengakibatkan produksi berbagai
mediator inflamasi dan berbagai sitokin.Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada
matriks kolesteatoma adalah interleukin (IL-1), interleukin-6, tumor necrosis factor-α
(TNF-α), dan transforming growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel
sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperploferatif, destruktif, dan mampu
berangiogenesis. 1
Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya serta
menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang
diperhebat oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukan bakteri. Proses
nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis
dan abses otak.
OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.1
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana
kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai
mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi
subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas.
Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan
penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk
mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa
migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang berpulsasi
diatas kuadran posterosuperior.6
2. OMSK tenang
OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.1
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain
yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga. 6
6
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK.
Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal, atau atik. Pada
perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih
ada sisa membrane timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang
terletak di pars flaksida. 1
2.6 ETIOLOGI
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan
cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi
nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.
Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi
HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis1,2.
Penyebab OMSK antara lain1,2,5:
1. Lingkungan
2. Genetik
7
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi15
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap
pada OMSK1,2 :
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekret telinga purulen berlanjut.
Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan
spontan dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi
kronis majemuk, antara lain8 :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada
telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
2.7 PATOGENESIS
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus1. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi
8
kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis
menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis1.
2.8 PATOLOGI
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan
kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman
gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir
terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis
media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut,
mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang1.
9
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses
atau trombosis sinus lateralis1,2.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum4.
TANDA KLINIS
2.10 DIAGNOSIS
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan
pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech
audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainsystem evoked response audiometry) bagi pasien/
anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni. 1
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji
resistensi kuman dari secret telinga. 1
Pemeriksaan Radiologi.
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen3.
11
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom3.
Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie,
H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,
Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp1,2.
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%
menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru
yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media
tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu
yang tidak dipateurisasi3.
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus
aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa
adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan
2.12 TATALAKSANA
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang
ulang.Secret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu : 1
1. Adanya perforasi membrane timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal
12
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan higiena yang kurang1
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.Bila
secret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H 2O2
3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan
obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid .banyak ahli berpendaoat
bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran ini mengandung antibiotika yang bersifat
ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan
secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.Secara
oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi
terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima.Pada infeksi yang dicurigai karena
penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
Bila secret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.1
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan secret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.1
Gambar 2. timpanoplasti3
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi.Jadi bila
terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti.Terapi konservatif dengan medika mentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.Bila terdapat abses
13
subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
mastoidektomi. 1
1. OMSK benign aktif
a. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (ear toilet)
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang
baik bagi perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981). 6
14
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :
i. Polimiksin B atau polimiksin E Obat ini bersifat bakterisid terhadap
kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla, Enterobakter,
tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik
terhadap ginjal dan susunan saraf.
ii. Neomisin Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif,
misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua
anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.
iii. Kloramfenikol Obat ini bersifat bakterisid terhadap : Stafilokokus,
koagulase positif, 99% Stafilokokus, koagulase positif, 95%
Stafilokokus group A, 100% E. Koli, 96% Proteus sp, 60% Proteus
mirabilis, 90% Klebsiella, 92% Enterobakter, 93% Pseudomonas, 5%
2. OMSK Maligna
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh.Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan
ruang mastoid dari jaringan patologik.Tujuannya ialah supaya infeksi tenang
dan telinga tidak berair lagi.Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki. 1
15
b. Mastoidektomi radikal
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari
semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi
tersebut menjadi 1 ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua
jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial.1
16
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang
dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane
timpani. 1
e. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang
lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan
pengobatan medika mentosa.Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran.
2.13 KOMPLIKASI
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah
17
yang normal dilewati sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya.
Pertahanan pertama ialah mukosa saluran nafas mampu melokalisasi infeksi.Bila sawar ini
runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila
sawar ini runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan
menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu komplikasi yang relative tidak
berbahaya. Akibat infeksi megarah ke dalam tulang temporal, maka akan menyebabkan
paresis N Facialis atau labirinitis. Bila kea rah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural,
tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses otak. Bila sawar tulang terlampaui, suatu
dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif
akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis
(hematogen).Sedangkan pada kasus yang kronis, penyebaran terjadi melalui erosi
tulang.Cara penyebaran lainnya ialah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya
melalui fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik dan duktus
endolimfatik. 1
Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu
infeksi telinga tengah ke intracranial. Terdapat 3 macam penyebaran penyakit Otitis Media
1. Penyebaran hematogen
18
c. Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara focus
supurasi dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka
biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi.
3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada
Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi otitis media yang supuratif dibagi
menjadi : 1
1. Komplikasi di telinga tengah
Akibat infeksi telinga tengah hampir selalu berupa tuli konduktif. Pada membrane
timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran terputus, akan
menyebabkan tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat tuli konduktif tidak selalu
berhubungan dengan penyakitnya, sebab jaringan patologis yang terdapat di kavum
timpani pun, misalnya kolesteatoma dapat menghantarkan suara ke telinga dalam.
b. Perforasi membrane timpani persisten
c. Kerusakan tulang pendengaran
d. Paresis nervus facialis
19
dipikirkan untuk melakukan dekompresi.
20
kanalis semisirkularis horizontal.
Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dari telinga tengah.Kadang kadang diperlukan juga
drainase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis.Pemberian
antibiotika yang adekuat terutama ditujungan kepada pengobatan otitis media
kronik dengan atau tanpa kolesteatoma. 1
3. Komplikasi ke ekstradural
a. Petrositis
21
cara penyebaran infeksi dari telinga tengah ke os petrosum. Yang sering ialah
penyebaran langsung ke sel sel udara tersebut.
Rasa nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses
perisinus.Kultur darah biasanya positif, terutama bila darah diambil bila
demam.
22
c. Abses ekstradural
c. Hidrosefalus otitis
24
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan CSS yang
hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari liquor itu.Pada pemeriksaan
terdapat edema papil.Keadaan ini dapat menyertai OMA, maupun
OMK.Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan yang
kabur, mual, dan muntah.Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh
tertekannya sinus lateralis yang mengakibatkan kegagalan absropsi liquor
serebrospinal oleh lapisan araknoid. 1
25
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan peradangan atau infeksi kronis
yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani, ditandai dengan
perforasi membran timpani, sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis menderita
OMSK. Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kanan
yang kumat-kumatan, dimana sekret awalnya berwarna putih, encer dan tidak berbau,
kemudian menjadi agak kental, kekuningan, dan berbau. Pasien juga mengeluhkan nyeri
kepala dan nyeri pada telinga kanan. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada telinga
kanan menurun.
Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat kerusakan
tulang-tulang pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat
pula terjadi tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin, atau tuli campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi sampai dengan efektif ke
fenestra ovalis.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari
hasil pemeriksaan didapatkan perforasi sentral pada membran timpani.
Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel skuamosa ke
dalam telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini ke daerah atik
mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom. Pembentukan kolesteatom ini akan
menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga mengakibatkan terjadinya destruksi tulang,
yang ditandai dengan sekret yang kental dan berbau.
Prinsip pengobatan pasien OMSK benigna tenang adalah tidak memerlukan
pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas
atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
26
Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi otitis media yang
berlainan, tetapi pada dasarnya tetap sama. Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi
sebagai berikut:
A. Komplikasi di telinga tengah:
1. Perforasi membran timpani persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasialis
B. Komplikasi di telinga dalam:
1. Fistula labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf (sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural:
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat:
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th edition. Jakarta: Badan Penerbit FK UI,
2014 .h. 62-7, 70-5.
2. Burnside, McGlynn. Adams diagnosis fisik. 17 th edition. Jakarta:EGC,1995 .h. 138-
41
3. Braunwald E, et al. Harrison’s principles of internal medicine. Edisi ke-17. Amerika
Serikat: McGraw-Hill; 2009.
4. Ganong, William. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC,2008.h. 179 – 185.
5. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa
antibiotika di bagian THT. Bagian Penerbit Library USU. 2003.Berman S. Otitis
media in developing countries. Pediatrics. July 2006.
6. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial complication of chronic suppuratif otitis media,
attico-antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-39
28