Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Disusun oleh:

Nabila Nur Fidiyah 1102015153


Alisha Nurdya Irzanti 1102015018
Khalfia khairin 1102015116
Mutiara sari 1102015152
Muhammad Fajar Ramadhan 1102012172
Desha Akbar Hosen 1102015054
Dhana Fitria Sari 1102014071

Pembimbing :
dr. Arroyan Wardhana, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN THT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 15 JUNI -18 JUNI 2020
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN------------------------------------------------------------------------------------3

BAB II
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK---------------------------------------------------------4

BAB III
KESIMPULAN--------------------------------------------------------------------------------------25

DAFTAR PUSTAKA-------------------------------------------------------------------------------27
BAB I
PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media
supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan
kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada
anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada
tahun pertama masa sekolah1.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah
dengan perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau
hilang timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media
supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna2.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media
kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang
tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk 2. Gejala otitis media
supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan
pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo1.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Otitis media supuratif kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP)
atau dalam sebutan sehari hari congek. Yang disebut otitis media supuratif kronis ialah
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan secret yang keluar
dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental,
bening atau berupa nanah. 1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan penyakit infeksi telinga yang
memiliki prevalensi tinggi dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara
berkembang dan negara maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%.

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi,
suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan
prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak
mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia7.
2.3 PERJALANAN PENYAKIT
Otitis media akut dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media supuratif
kronis apabila proses infeksinya kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. 1
Beberapa factor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh
pasien rendah (gizi kurang) atau hygiene buruk. 1
2.4 KLASIFIKASI
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benign)

Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya
tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak
teradapat kolesteatoma.1
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna) 1

Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan
4
kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe
tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang
kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian
besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya. 1

Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma
bertambah besar. 1
Kolesteatoma dapat dibagi atas 2 jenis:
1. Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan
pada telinga dengan membrane timpani utuh tanpa tanda tanda infeksi. Lokasi
kolesteatom biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di
cerebellopontin angle. Kolesteatoma di cerebellopontin angle sering ditemukan
secara tidak sengaja oleh ahli bedah saraf.
2. Kolesteatoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi atas 2 :
a. Kolesteatoma akuisital primer

Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani.


Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrane timpani pars
flaksida karena adanya tekanan negative di telinga tengah akibat gangguan tuba (teori
invaginasi)
b. Kolesteatoma akuisital sekunder

Kolesteatoma terbentuk setelah adanya perforasi membrane timpani. Kolesteatoma


terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir
perforasi membrane timpani ke telinga tengah (Teori migrasi) atau terjadi akibat
metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama
(Teori metaplasia) 1
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi
epitel kulit secara iatrogenic ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust
injury, pemasangan pipa ventilasi atau setelah miringotomi. 1
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan kuman
(infeksi), yang paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas Aeruginosa.Sebaliknya

5
infeksi dapat memicu respons imun local yang mengakibatkan produksi berbagai
mediator inflamasi dan berbagai sitokin.Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada
matriks kolesteatoma adalah interleukin (IL-1), interleukin-6, tumor necrosis factor-α
(TNF-α), dan transforming growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi sel
sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperploferatif, destruktif, dan mampu
berangiogenesis. 1
Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ di sekitarnya serta
menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang
diperhebat oleh karena pembentukan reaksi asam oleh pembusukan bakteri. Proses
nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis
dan abses otak.

Berdasarkan aktivitas secret yang keluar dikenal juga:


1. OMSK aktif

OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani secara aktif.1

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana
kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai
mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi
subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas.
Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan
penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk
mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa
migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang berpulsasi
diatas kuadran posterosuperior.6
2. OMSK tenang

OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.1

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain
yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga. 6

2.5 LETAK PERFORASI

6
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK.
Perforasi membrane timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal, atau atik. Pada
perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih
ada sisa membrane timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum. Perforasi atik ialah perforasi yang
terletak di pars flaksida. 1

Gambar 1. Jenis perforasi membran timpani

2.6 ETIOLOGI
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan
cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi
nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.
Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi
HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis1,2.
Penyebab OMSK antara lain1,2,5:
1. Lingkungan
2. Genetik

7
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi15
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap
pada OMSK1,2 :
 Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekret telinga purulen berlanjut.
 Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
 Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasi epitel.
 Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan
spontan dari perforasi.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi
kronis majemuk, antara lain8 :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada
telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.

2.7 PATOGENESIS
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus1. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi
8
kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis
menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis1.

2.8 PATOLOGI
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan
kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman
gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir
terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis
media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut,
mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang1.

2.9 GEJALA KLINIS


1. Telinga Berair (Otorrhea)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK
tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai
adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur
darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan
tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri
mengarah kemungkinan tuberkulosis2.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan
mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya
didapat tuli konduktif berat.6
3. Otalgia (Nyeri Telinga)

9
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses
atau trombosis sinus lateralis1,2.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat
terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin
lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum4.

TANDA KLINIS

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna3 :


a. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
b. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

2.10 DIAGNOSIS
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama
pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk
mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan
pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech
audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainsystem evoked response audiometry) bagi pasien/
anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni. 1
Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji
resistensi kuman dari secret telinga. 1

2.11 PEMERIKSAAN KLINIK


Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai
berikut1,3 :
Pemeriksaan Audiometri
10
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.
Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas3
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.
Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :
1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-
50 dB apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih
utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan Radiologi.
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen3.

2. Proyeksi Mayer atau Owen,


Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-
tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang
telah mengenai struktur-struktur3.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibat2,3

11
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom3.
Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie,
H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,
Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp1,2.
1. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari 1%
menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi paru
yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media
tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum susu
yang tidak dipateurisasi3.
2. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa, stafilokokus

aureus dan Proteus sp. Antibiotik yang sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa

adalah ceftazidime dan ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan

makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik kecuali makrolid.

Stafilokokus aureus resisten terhadap sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif

untuk sefalosforin generasi I dan gentamisin2

2.12 TATALAKSANA
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang
ulang.Secret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain
disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu : 1
1. Adanya perforasi membrane timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal
12
3. Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan higiena yang kurang1

Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.Bila
secret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H 2O2
3% selama 3-5 hari. Setelah secret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan memberikan
obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid .banyak ahli berpendaoat
bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran ini mengandung antibiotika yang bersifat
ototoksik. Oleh sebab itu penulis menganjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan
secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang sudah tenang.Secara
oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi
terhadap penisilin), sebelum hasil tes resistensi diterima.Pada infeksi yang dicurigai karena
penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.1
Bila secret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan,
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti.Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.1
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan secret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.1

Gambar 2. timpanoplasti3

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi.Jadi bila
terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti.Terapi konservatif dengan medika mentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.Bila terdapat abses

13
subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
mastoidektomi. 1
1. OMSK benign aktif
a. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (ear toilet)

Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang
baik bagi perkembangan mikroorganisme ( Fairbank, 1981). 6

Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :


i. Toilet telinga secara kering ( dry mopping). Telinga dibersihkan
dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik
berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan diklinik atau dapat
juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat
dilakukan setiap hari sampai telinga kering.
ii. Toilet telinga secara basah ( syringing). Telinga disemprot dengan
cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dengan kapas lidi
steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif
untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan
penyebaran infeksi ke bagian lain dan kemastoid ( Beasles, 1979).
Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat
menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti
dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine.
iii. Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet) Pembersihan dengan
suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi adalah
metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan
pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga
sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang
baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini
dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anakanak diperlukan anastesi. 6

Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila


dilakukan dengan “ displacement methode” seperti yang dianjurkan oleh
Mawson dan Ludmann. 6
b. Pemberian antibiotika

14
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :
i. Polimiksin B atau polimiksin E Obat ini bersifat bakterisid terhadap
kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla, Enterobakter,
tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik
terhadap ginjal dan susunan saraf.
ii. Neomisin Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif,
misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua
anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.
iii. Kloramfenikol Obat ini bersifat bakterisid terhadap : Stafilokokus,
koagulase positif, 99% Stafilokokus, koagulase positif, 95%
Stafilokokus group A, 100% E. Koli, 96% Proteus sp, 60% Proteus
mirabilis, 90% Klebsiella, 92% Enterobakter, 93% Pseudomonas, 5%

Dari penelitian terhadap 50 penderita OMSK yang diberi obat tetes


telinga dengan ofloksasin dimana didapat 88,96% sembuh, membaik 8,69%
dan tidak ada perbaikan 4,53%6

2. OMSK Maligna

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi.Pengobatan


konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum
dilakukan pembedahan.Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses
sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.6

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan
pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
a. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh.Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan
ruang mastoid dari jaringan patologik.Tujuannya ialah supaya infeksi tenang
dan telinga tidak berair lagi.Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak
diperbaiki. 1

Polimiksin (kuman gram negatif): Pseudomonas

Neomisin (kuman gram positif): S. Aureus, Proteus sp

15
b. Mastoidektomi radikal

Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau


kolesteatoma yang sudah meluas.1

Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari
semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga
tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi
tersebut menjadi 1 ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua
jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intracranial.1

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang


seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk control supaya
tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat
menghambat pendidikan atau karier pasien.1

Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada


rongga operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga
operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang
telinga luar menjadi lebar. 1

Bakteri yang sering dijumpai Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus


dan Proteus
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah


atikapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan
dan dinding posterior liang telinga direndahkan. 1

Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari


rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. 1
d. Miringoplasti

Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal


juga dengan nama timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada
membrane timpani.

Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga


tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. 1

16
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang
dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane
timpani. 1
e. Timpanoplasti

Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang
lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan
pengobatan medika mentosa.Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran.

Pada operasi ini selain rekonstruksi membrane timpani sering kali


harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran.Berdasarkan bentuk
rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah
timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi


kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan
jaringan patologis.Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan 2 tahap
dengan jarak waktu 6-12 bulan. 1
f. Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined Approach Tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan


pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan
granulasi yang luas.

Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki


pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal ( tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga).

Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani,


dikerjakan melalui 2 jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga
dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi
ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena
sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali. 1

2.13 KOMPLIKASI
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah

17
yang normal dilewati sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya.
Pertahanan pertama ialah mukosa saluran nafas mampu melokalisasi infeksi.Bila sawar ini
runtuh, masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila
sawar ini runtuh, maka struktur lunak di sekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan
menyebabkan terjadinya abses subperiosteal, suatu komplikasi yang relative tidak
berbahaya. Akibat infeksi megarah ke dalam tulang temporal, maka akan menyebabkan
paresis N Facialis atau labirinitis. Bila kea rah kranial, akan menyebabkan abses ekstradural,
tromboflebitis sinus lateralis, meningitis dan abses otak. Bila sawar tulang terlampaui, suatu
dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif
akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis
(hematogen).Sedangkan pada kasus yang kronis, penyebaran terjadi melalui erosi
tulang.Cara penyebaran lainnya ialah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya
melalui fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik dan duktus
endolimfatik. 1
Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu
infeksi telinga tengah ke intracranial. Terdapat 3 macam penyebaran penyakit Otitis Media
1. Penyebaran hematogen

Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya :


a. Komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi
pada hari pertama atau kedua sampai hari ke sepuluh
b. Gejala prodromal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis local
c. Pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh, dan tulang serta
lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut juga
mastoiditis hemoragika
2. Penyebaran melalui erosi tulang

Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui, bila :


a. Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit
b. Gejala prodromal infeksi local biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih
luas, misalnya paresis N facialis ringan yang hilang timbul mendahului
paresis n Facialis yang total, atau gejala meningitis local mendahului yang
purulent

18
c. Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara focus
supurasi dengan struktur sekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka
biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi.
3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada

Penyebaran cara ini dapat diketahui bila :


a. Komplikasi terjadi pada awal penyakit
b. Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin dapat ditemukan
fraktur tenggorok, riwayat operasi tulang atau riwayat otitis media yang sudah
sembuh. Komplikasi intracranial mengikuti komplikasi labirinitis supuratif
c. Pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang
bukan oleh karena erosi. 1

Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi otitis media yang supuratif dibagi
menjadi : 1
1. Komplikasi di telinga tengah

Akibat infeksi telinga tengah hampir selalu berupa tuli konduktif. Pada membrane
timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran terputus, akan
menyebabkan tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat tuli konduktif tidak selalu
berhubungan dengan penyakitnya, sebab jaringan patologis yang terdapat di kavum
timpani pun, misalnya kolesteatoma dapat menghantarkan suara ke telinga dalam.
b. Perforasi membrane timpani persisten
c. Kerusakan tulang pendengaran
d. Paresis nervus facialis

Nervus facialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke


kanalis facialis pada otitis media akut.Pada otitis media kronis kerusakan
terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul
oleh infeksi ke dalam kanalis facialis tersebut.

Pada otitis media akut operasi dekompresi kanalis facialis tidak


diperlukan.Perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan terapi penunjang
lainnya, serta menghilangkan tekanan di dalam kavum timpani dengan
drainase.Bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak ada perbaikan setelah
diukur dengan elektrodiagnostik (misalnya elektromiografi), barulah

19
dipikirkan untuk melakukan dekompresi.

Pada otitis media supuratif kronis, tindakan dekompresi harus sefera


dilakukan tanpa harus menunggu pemeriksaan elektrodiagnositik. 1
2. Komplikasi di telinga dalam

Apabila terdapat peninggian tekanan di telinga tengah oleh produk infeksi,


ada kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui
tingkap bulat (fenestra rotundum). Selama kerusakan hanya sampai bagian basalnya
saja biasanya tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Akan tetapi apabila
kerusakan telah menyebar ke koklea akan menjadi masalah. Hal ini sering dipakai
sebagai indikasi untuk melakukan miringotomi segera pada otitis media akut yang
tidak membaik dalam 48 jam dengan pengobatan medika mentosa saja. 1

Penyebaran oleh proses destruksi seperti oleh kolesteatoma atu infeksi


langsung ke labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran.
Misalnya vertigo, mual dan muntah, serta tuli saraf. 1
a. Fistula labirin dan labirinitis

Otitis media supuratif kronis terutama yang dengan kolesteatom, dapat


menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian vestibuler labirin, sehingga
terbentuk fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat masuk, sehingga terjadi
labirinitis dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau meningitis.

Fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula, yaitu dengan


memberikan tekanan udara positif atau negative ke liang telinga melalui
otoskop Siegel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan
bentuk elips pada ujungnya yang dimasukkan ke dalam liang telinga. Balon
karet dipencet dan udara di dalamnya akan menyebabkan perubahan tekanan
udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten, maka akan terjadi
kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula positif akan
menimbulkan nistagmus atau vertigo. Tes fistula bisa negative, bila fistulanya
sudah tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati atau paresis
kanal.

Pemeriksaan radiologic tomografi atau CT Scan yang baik kadang


kadang dapat memperlihatkan fistula labirin yang iasanya ditemukan di

20
kanalis semisirkularis horizontal.

Pada fistula labirin atau labirinitis, operasi harus segera dilakukan


untuk menghilangkan infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga
dalam dapat pulih kembali.Tindakan bedah yang adekuat, untuk mengontrol
penyakit primer.Matriks kolesteatoma dan jaringan granulasi harus diangkat
dari fistula sampai bersih dan daerah tersebut harus segera ditutup dengan
jaringan ikat atau sekeping tulang tulang rawan.
b. Labirinitis

Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis


umum (general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan
labirinitis yang terbatas (sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja
atau tuli saraf saja.

Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang


perilymph.Terdapat 2 bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan
supuratif.Labirinitis serosa dapat terbentuk labirinitis serosa difus dan
labirinitis serosa sirkumskripta.Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk
labirinitis supuratif aku difus dan labirinitis supuratif kronik difus.

Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi serosa toksin


menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada
labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan
yang irreversible, seperti fibrosis dan osifikasi.

Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dari telinga tengah.Kadang kadang diperlukan juga
drainase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis.Pemberian
antibiotika yang adekuat terutama ditujungan kepada pengobatan otitis media
kronik dengan atau tanpa kolesteatoma. 1

3. Komplikasi ke ekstradural
a. Petrositis

Kira kira sepertiga dari populasi manusia, tulang temporalnya


mempunyai sel sel udara sampai ke apeks os petrosum. Terdapat beberapa

21
cara penyebaran infeksi dari telinga tengah ke os petrosum. Yang sering ialah
penyebaran langsung ke sel sel udara tersebut.

Adanya petrositis sudah harus dicurigai apabila pada pasien otitis


media terdapat keluhan diplopia, karena kelemahan N VI. Seringkali disertai
dengan rasa nyeri di daerah parietal, temporal atau oksipital, oleh karena
terkenanya N V ditambah dengan terdapatnya otore yang persisten,
terbentuklah suatu sindrom yang disebut ssindrom Gradenigo.

Kecurigaan terhadap petrositis terutama bila terdapat nanah yang


keluar terus menerus dan rasa nyeri yang menetap pasca mastoidektomi.

Pengobatan petrositis ialah operasi serta pemberian antibiotika


protocol komplikasi intracranial.Pada waktu melakukan operasi telinga tengah
dilakukan juga eksplorasi sel sel udara tulang petrosum serta mengeluarkan
jaringan pathogen.
b. Tromboflebitis sinus lateralis

Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid akan


menyebabkan terjadinya thrombosis sinus lateralis. Komplikasi ini sering
ditemukan pada zaman pra-antibiotik, tetapi kini sudah jarang terjadi.

Demam yang tidak dapat diterangkan penyebabnya merupakan tanda


pertama dari infeksi pembuluh darah.Pada mulanya suhu tubuh turun naik,
tetapi setelah penyakit menjadi berat didapatkan kurva suhu yang naik turun
dengan sangat curam disertai dengan menggigil.Kurva suhu demikian
menandakan adanya sepsis.

Rasa nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses
perisinus.Kultur darah biasanya positif, terutama bila darah diambil bila
demam.

Pengobatan haruslah dengan jalan bedah, membuang sumber infeksi di


sel sel mastoid, membuang tulang yang berbatasan dengan sinus (sinus plate)
yang nekrotik, atau membuang dinding sinus yang terinfeksi atau
nekrotik.Jika sudah terbentuk thrombus harus juga dilakukan drainase sinus
dan mengeluarkan thrombus. Sebelum itu dilakukan dulu ligase vena jugulare
interna atau mencegah thrombus terlepas ke paru dan ke dalam tubuh lain.

22
c. Abses ekstradural

Abses ekstradural adalah terkumpulnya nanah di antara durameter dan


tulang.Pada otitis media supuratif kronis keadaan ini berhubungan dengan
jaringan granulasi dan kolesteatoma yang menyebabkan erosi tegmen timpani
atau mastoid.

Gejala utamanya berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala.Dengan


foto rontgen mastoid yang baik, terutama posisi Schuller, dapat dilihat
kerusakan di lempeng tegmen yang menandakan tertembusnya tegmen.Pada
umumnya abses ini baru diketahui pada waktu operasi mastoidektomi.
d. Abses subdural

Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses


ekstradural biasanya sebagai perluasan tromboflebitis melalui pembuluh vena.

Gejalanya dapat berupa demam, nyeri kepala, dan penurunan


kesardaran sampai koma pada pasien OMSK.Gejala kelainan susunan saraf
pusat bisa berupa kejang, hemiplegia dan pada pemeriksaan terdapat tanda
kernig positif.

Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan


meningitis. Pada abses subdural pada pemeriksaan CSS kadar protein
biasanya normal dan tidak ditemukan normal. Kalau pada abses ekstradural
nanah keluar pada waktu operasi mastoidektomi, pada abses subdural nanah
harus dikeluarkan secara bedah saraf (neuro-surgical), sebelum dilakukan
operasi mastoidektomi. 1
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a. Meningitis

Komplikasi otitis media ke susunan saraf pusat yang paling sering


ialah meningitis.Keadaan ini dapat terjadi oleh OMA, maupun kronis, serta
dapat terlokalisasi, atau umum (general).Walau secara klinik kedua bentuk ini
mirip, pada pemeriksaan CSS terdapat bakteri pada bentuk yang umum
(general), sedangkan pada bentuk yang terlokalisasi tidak ditemukan bakteri.

Gambaran klinik meningitis biasanya berupa kaku kuduk, kenaikan


suhu tubuh, mual, muntah, yang kadang kadang muntahnya muncrat
23
(proyektif), serta nyeri kepala hebat.Pada kasus yang berat biasanya kesadaran
menurun (delirium sampai koma).Pada pemeriksaan klinik terdapat kaku
kuduk waktu difleksikan dan terdapat tanda kernig positif. Biasanya kadar
gula menurun dan kadar protein meninggi di CSS.

Pengobatan meningitis otogenik ini ialah dengan mengobati


meningitisnya dulu dengan antibiotic yang sesuai, kemudian infeksi di
telinganya ditanggulangi dengan operasi mastoidektomi.
b. Abses otak

Abses otak sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis dapat


ditemukan di serebelum, fosa kranial posterior atau di lobus temporal, di fosa
kranial media.Keadaan ini sering berhubungan tromboflebitis sinus lateralis,
petrositis, atau meningitis.Abses otak biasanya merupakan perluasan langsung
dari infeksi telinga dan mastoid atau trombofletbitis.Umumnya didahului oleh
suatu abses ekstradural.

Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada abses lobus


temporal.Abses serebelum dapat ditandai dengan ataksia, disdiadokokinesis,
tremor intensif dan tidak tepat menunjuk suatu objek.Afasia dapat terjadi pada
abses lobus temporal.Gejala lain yang menunjukkan adanya toksisitas, berupa
nyeri kepala, demam, muntah serta keadaan letargik.Selain itu sebagai tanda
yang nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan kejang.
Pemeriksaan CSS memperlihatkan kadar protein yang meninggi serta
kenaikan tekanan liquor. Mungkin juga terdapat edema papil.Lokasi abses
dapat ditentukan dengan pemeriksaan angiografi, ventrikulografi atau dengan
tomografi computer.

Pengobatan abses otak ialah dengan antibiotika parenteral dosis tinggi


(protocol terapi komplikasi intracranial), dengan atau tanpa operasi untuk
melakukan drenasi dari lesi.Selain itu pengobatan dengan antibiotika harus
intensif.Mastoidektomi dilakukan untuk membuang sumber infeksi, pada
waktu keadaan umum lebih baik.

c. Hidrosefalus otitis

24
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan CSS yang
hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari liquor itu.Pada pemeriksaan
terdapat edema papil.Keadaan ini dapat menyertai OMA, maupun
OMK.Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan yang
kabur, mual, dan muntah.Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh
tertekannya sinus lateralis yang mengakibatkan kegagalan absropsi liquor
serebrospinal oleh lapisan araknoid. 1

25
BAB III
KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan peradangan atau infeksi kronis
yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani, ditandai dengan
perforasi membran timpani, sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis menderita
OMSK. Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluhkan keluarnya cairan dari telinga kanan
yang kumat-kumatan, dimana sekret awalnya berwarna putih, encer dan tidak berbau,
kemudian menjadi agak kental, kekuningan, dan berbau. Pasien juga mengeluhkan nyeri
kepala dan nyeri pada telinga kanan. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada telinga
kanan menurun.
Penurunan pendengaran pada pasien OMSK tergantung dari derajat kerusakan
tulang-tulang pendengaran yang terjadi. Biasanya dijumpai tuli konduktif, namun dapat
pula terjadi tuli persepsi yaitu bila telah terjadi invasi ke labirin, atau tuli campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi sampai dengan efektif ke
fenestra ovalis.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistim pengantaran suara ke telinga tengah. Pada pasien ini dari
hasil pemeriksaan didapatkan perforasi sentral pada membran timpani.
Dalam proses penyembuhannya dapat terjadi penumbuhan epitel skuamosa ke
dalam telinga tengah. Kadang-kadang perluasan lapisan tengah ini ke daerah atik
mengakibatkan pembentukan kantong dan kolesteatom. Pembentukan kolesteatom ini akan
menekan tulang-tulang di sekitarnya sehingga mengakibatkan terjadinya destruksi tulang,
yang ditandai dengan sekret yang kental dan berbau.
Prinsip pengobatan pasien OMSK benigna tenang adalah tidak memerlukan
pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga
sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas
atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,
timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.

26
Beberapa penulis mengemukakan klasifikasi komplikasi otitis media yang
berlainan, tetapi pada dasarnya tetap sama. Adams dkk (1989) mengemukakan klasifikasi
sebagai berikut:
A. Komplikasi di telinga tengah:
1. Perforasi membran timpani persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasialis
B. Komplikasi di telinga dalam:
1. Fistula labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf (sensorineural)
C. Komplikasi ekstradural:
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat:
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung tenggorok kepala & leher. 7th edition. Jakarta: Badan Penerbit FK UI,
2014 .h. 62-7, 70-5.
2. Burnside, McGlynn. Adams diagnosis fisik. 17 th edition. Jakarta:EGC,1995 .h. 138-
41
3. Braunwald E, et al. Harrison’s principles of internal medicine. Edisi ke-17. Amerika
Serikat: McGraw-Hill; 2009.
4. Ganong, William. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC,2008.h. 179 – 185.
5. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa
antibiotika di bagian THT. Bagian Penerbit Library USU. 2003.Berman S. Otitis
media in developing countries. Pediatrics. July 2006.
6. Thapa N, Shirastav RP. Intracranial complication of chronic suppuratif otitis media,
attico-antral type: experience at TUTH. J Neuroscience. 2004; 1: 36-39

28

Anda mungkin juga menyukai