Anda di halaman 1dari 55

SAKIT KEPALA

SKENARIO 1
BLOK KARDIOVASKULAR
KELOMPOK A-3

KETUA : DAFFA ARKANANTA P.Y. (1102015050)


SEKRETARIS : DIAN AYU LESTARI (1102015059)
ANGGOTA : DADI SATRIO WIBISONO (1102013067)
FIKA RISKIAH (1102014105)
AFIFAH FAIZAH DINILLAH(1102015009)
BALQISH TRISNANIA RAHMA (1102015045)
CHITA ANNISHA (1102015049)
DESHA AKBAR HOSEN (1102015054)
FIRZA OKTAVIANI (1102015081)
SKENARIO
SAKIT KEPALA
Seorang Laki-laki berusia 50 tahun mengeluh sering sakit
kepala bagian belakang sejak 1 bulan, dan tidak berkurang
meskipun sudah minum obat sakit kepala. Ayahnya memang
menderita hipetensi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 160/90 mmHg, batas jantung dan bunyi jantung I, II
dalam batas normal. Dokter mengajurkan Tn.M untuk
melakukan diet dan minum obat anti hipertensi.
KATA-KATA SULIT
1. Hipertensi : Peningkatan tekanan darah 140/90 mmHg secara kronis
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan
cukup istirahat.
2. Bunyi Jantung 1 : Ventrikel berkontraksi bunyi suara disebabkan katup
tricuspidal dan katup mitral menutup secara bersama.
3. Bunyi Jantung 2 : Katup aorta dan pulmonal yang menutup hampir
bersamaan.
4. Batas Jantung :
Batas kanan : Linea sternalis dextra dan midclavicularis sinistra
Pinggang jantung : Intercostales 3 pada linea parasternalis sinistra
Batas kiri : Sekitar 7 cm dari linea midclavicularis sinistra
PERTANYAAN
1. Mengapa sakit kepalanya tidak berkurang setelah minum obat?
2. Mengapa pasien hipertensi sering sakit kepala bagian belakang?
3. Apa saja faktor resiko dari hipertensi?
4. Apa penyebab hipertensi?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang hipertensi?
6. Berapa nilai normal tekanan darah?
7. Bagaimana mekanisme terjadinya hipertensi?
8. Apa saja komplikasi hipertensi?
JAWABAN
1. Karena perbedaan etiologi
2. - Karena pada orang yang hipertensi terjadi proses yang memungkinkan organ menentukan suplai darah
sendiri (autoregulasi) sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan sakit kepala.
- Hipertensi tekanan darah meningkat sakit kepla karena tekanan pembuluh darah naik
mengeluarkan kemoreseptor, serotonin dan adrenergik terjadi vasokontriksi merangsang
baroreseptor (hipotalamus) mual, muntah, sakit kepala bagian belakang.
3. Faktor resiko hipertensi : Obesitas, keturunan (genetik), merokok, alkohol, stress dan makanan, gagal
ginjal, usia, konsumsi garam berlebih.
4. Primer (idiopatik): tidak diketahui penyebabnya.
Sekunder: penyakit kelainan mendasari; sternosis; arteri sternalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma dan hiperaldosteronisme
5. Pemeriksaan penunjang hipertensi: EKG, funduskopi dan ureum kreatinin.
6. Sistol: <120 mmHg ; Diastol: <80 mmHg.
7. Karena ada penyempitan sehingga tekanan balik rendah dari normal dan jantung mengkompensasi peningkatan
tekanan agar tekanan balik normal.

8. Komplikasi hipertensi : struk, infark miokard dan gagal ginjal.


HIPOTESIS
Sakit kepala, genetik, merokok, diet yang tidak sehat, konsumsi alkohol,
obesitas, stress, gagal ginjal, usia lanjut merupakan faktor resiko dari
hipertensi (N: 120/80 mmHg) yang didiagnosis dengan pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 160/90 mmHg, batas jantung dan bunyi jantung I,
II dalam batas normal dan pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan
pemeriksaan EKG, funduscopy dan ureum kreatinin dan hipertensi dapat
menyebabkan komplikasi seperti stroke, infark miokard dan gagal ginjal
yang dapat ditangani dengan melakukan diet dan mengkonsumsi obat
antihipertensi.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah
Makroskopik
Mikroskopilk
2. Memahami dan dan Menjelaskan Fisiologi Jantung
Sirkulasi Jantung dan Siklus Jantung
Pengaruh Sistem Saraf Pusat
SASARAN BELAJAR
3. Memahami dan dan Menjelaskan Hipertensi
Definisi
Etiologi
Klasifikasi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Diagnosis dan Diagnosis Banding
Tatalaksana
Komplikasi
Pencegahan
Prognosis
ANATOMI JANTUNG
MAKROSKOPIK
Jantung terletak di rongga toraks di antara paru-paru. Lokasi
ini dinamakan mediastinum (Scanlon, 2007) bagian
mediastinum medialis (Mahadevan, 2012)
Jantung memiliki panjang kira-kira 12 cm (5 in), lebar 9 cm
(3,5 in), dan tebal 6 cm (2,5 in), dengan massa rata-rata 250 g
pada wanita dewasa dan 300 g pada pria dewasa. Dua pertiga
massa jantung berada di sebelah kiri dari garis tengah tubuh.
(Tortora, 2012)
ANATOMI JANTUNG
MAKROSKOPIK
ANATOMI JANTUNG
MAKROSKOPIK
ANATOMI JANTUNG
MAKROSKOPIK
Jantung mempunyai empat ruang yaitu, atrium kanan, atrium
kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri
ANATOMI JANTUNG
MAKROSKOPIK
Membran yang membungkus dan melindungi jantung disebut
perikardium.
PEMBULUH DARAH JANTUNG
MAKROSKOPIK
Jantung mendapat perdarahan dari arteri coronaria cordis
yang merupakan cabang dari aorta ascendens.

A. Coronaria Sinistra A. Coronaria Dextra


R. interventricularis anterior R. coni arteriosi
R. coni arteriosi R. nodi sinuatrialis
R. lateralis R. marginalis dexter
Rr. Interventriculares septalis R. posterolateralis dexter
R. circumflexus R. nodi atrioventricularis
R. nodi sinuatrialis R. interventriculares posterior
R. marginalis sinister Rr. Interventriculares septales
R. posterior ventriculi sinistri
PEMBULUH DARAH JANTUNG
MAKROSKOPIK
PEMBULUH DARAH JANTUNG
MAKROSKOPIK
Vena dari jantung akan bermuara ke dalam sinus coronarius.
Sinus ini terletak di bagian posterior sulcus coronarius dan
tertutup oleh stratum musculare atrium kiri.
Vena-vena yang bermuara ke sinus coronarius yaitu: vena
cordis magna, vena cordis parva, vena cordis media, vena
ventriculi sinistra posterior dan vena obliqua sinistra.
PEMBULUH DARAH JANTUNG
MAKROSKOPIK
ANATOMI JANTUNG
MIKROSKOPIK
Dinding jantung terdiri dari
3 lapisan:
Endokardium (Tunika
Intima)
Miokardium (Tunika Media)
Epikardium (Tunika
Adventitia)
PEMBULUH DARAH JANTUNG
T. intima

MIKROSKOPIK
Dinding terdiri dari 3 lapisan:
Tunika Intima
Tunika Media Lpsn sub endotel

Tunika Adventitia
PEMBULUH DARAH JANTUNG
MIKROSKOPIK
Perbedaan Arteri dan
Vena:
PEMBULUH DARAH JANTUNG
MIKROSKOPIK
Tunika Intima Tunika Media Tunika Adventitia
Arteri Besar Endotelium, jaringan ikat dengan Banyak lamel elastis Jaringan ikat, lebih tipis dari
otot polos media, dengan vasa vasorum
Arteri Sedang Endotelium, jaringan ikat dengan Banyak lapisan otot polos, Jaringan ikat, lebih tipis dari
otot polos, lamina elastika dengan sedikit material elastis media, vasa vasorum mungkin
internal ada
Arteri Kecil Endotelium, jaringan ikat dengan 3-10 lapisan otot polos Jaringan ikat, lebih tipis dari
sedikit otot polos media, tidak ada vasa vasorum
Arteriol Endotelium, tidak ada jaringan 1-3 lapis otot polos Lapisan jaringan ikat yang sangat
ikat atau otot polos tipis
Venula Endotelium, tidak berkatup Sel otot polos tersebar Tidak ada

Vena Kecil Endotelium, jaringan ikat dengan Tipis, 2-3 lapis sel otot polos Jaringan ikat, lebih tebal dari
serabut otot polos tersebar media
Vena Sedang Endotelium, jaringan ikat, dengan 3-5 lapisan berbeda dari otot Lebih tebal dari media, otot polos
katup polos longitudinal
Vena Besar Endotelium, jaringan ikat, sel otot >5 lapisan otot polos, dengan Lapisan paling tebal, dan
polos, katup menonjol banyak kolagen gabungan otot polos longitudinal
FISIOLOGI JANTUNG
SIRKULASI JANTUNG
FISIOLOGI JANTUNG
PENGARUH SISTEM SARAF PUSAT
HIPERTENSI
DEFINISI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
(InfoDATIN, 2014)
HIPERTENSI
ETIOLOGI

Hipertensi
Primer Sekunder
Idiopatik, faktor Penyakit yang
lingkungan, genetik mendasari, obat-obatan
HIPERTENSI
ETIOLOGI
Hipertensi Sekunder
Penyakit Dasar Obat-Obatan
Gangguan ginjal, Tumor NSAIDs, Dekongestan,
kelenjar adrenal, Penyakit Kokain, Amfetamin,
tiroid, Kelainan pembuluh Kortikosteroid, dll
darah kongenital,
Penyalahgunaan alcohol atau
penggunaan alcohol kronik,
Tidur apnea
HIPERTENSI
KLASIFIKASI (JNC VIII)
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Stage 2 160 Atau 110
HIPERTENSI
KLASIFIKASI
Berdasarkan Penyebab:
Hipertensi Primer Idiopatik, genetik
Hipertensi Sekunder Penyakit dasar, obat-obatan
Berdasarkan Bentuk:
Hipertensi Sistolik Peningkatan sistol
Hipertensi Diastolik Peningkatan diastol
Hipertensi Campuran Peningkatan sistol dan diastol
HIPERTENSI
PATOFISIOLOGI
HIPERTENSI
PATOFISIOLOGI
HIPERTENSI
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan Gejala:
Peningkatan tensi di atas normal
Pembengkakan
Mual dan muntah
Nokturia
Sakit kepala saat terjaga akibatan peningkatan TD
intrakranium
Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan SSP
HIPERTENSI
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Anamnesis:
Sering sakit kepala, terutama bagian belakang, sewaktu
Keluhan sistem kardiovaskular (berdebar, dada terasa berat,
sesak)
Keluhan sistem serebrovaskular (susah konsentrasi, susah
tidur, migrain,
Terkadang asimptomatik
Riwayat keluarga untuk hipertensi
HIPERTENSI
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Pemeriksaan Fisik:
Pengukuran TD pada 2-3 kali kunjungan dengan posisi,
klinisi, dan alat yang sama
Perabaan denyut nadi di arteri carotis dan femoralis
Kardiomegali, irama gallop
Pulsasi aorta abdominalis
Denyut nadi di ekstremitas
HIPERTENSI
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Pemeriksaan Penunjang:
Tes Rutin Tes Rekomendasi

Elektrokardiogram (EKG) Echocardiogram


Plasma glukosa (sebaiknya puasa) USG karotis
Serum kolesterol total Protein C reaktif
Serum high-density lipoprotein (HDL) Microalbuminuria (penting dalam diabetes)
Serum trigliserida puasa Proteinuria kuantitatif (bila uji dipstick
Serum asam urat positif)
Serum kreatinin Funduskopi (pada hipertensi berat)
Serum kalium
Hemoglobin dan hematocrit
Urinalisis
HIPERTENSI
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Banding:
Penyakit jantung hipertensi
Hipertensi pulmonal
Hipertensi sekunder
Koarktasio aorta
HIPERTENSI
TATALAKSANA
Non Farmakologi:
Modifikasi gaya hidup
Pembatasan konsumsi garam dalam makanan
Latihan fisik
Berhenti merokok
DASH diet: tingkatkan konsumsi buah dan sayur, kurangi
lemak
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Klasifikasi tekanan darah Tekanan Tekanan Modifikasi Terapi farmakologik
darah darah gaya hidup Tanpa ada keharusan Harus ada indikasi
sistolik diastolik indikasi

Normal <120 <80 Dianjurkan Tidak ada indikasi obat Obat untuk yang
antihipertensi. harus ada indikasi.
Prehipertensi 120-139 80-89 Ya
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99 Ya Thiazide-type diuretics. Obat untuk yang
Bisa dipertimbangkan harus ada indikasi.
ACEI, ARB, BB, CCB, atau obat antihipertensi
kombinasi lain (diuretics,
ACEI,
ARB, BB, CCB)
Hipertensi derajat 2 >160 >100 Ya Dua obat kombinasi sesuai kebutuhan.
(biasanya thiazide-type
diuretic ACEI or ARB or
BB or CCB).
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Diuretik Thiazide
Indikasi: Edema, hipertensi
Kontraindikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia,
hiperkalsemia, gangguan ginjal dan hati yang berat,
hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.
Sediaan: Tablet
Contoh: Hidroklorotiazid, Indapamid, Metolazon,
Klortalidon
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Diuretik Thiazide
Mekanisme: Meningkatkan ekskresi Na, air dan Cl sehingga
menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler
Penurunan curah jantung dan tekanan darah.
Efek samping: hipokalemia, hiponatremia, hipokalsemia,
hipomagnesemia, serangan gout akut, peningkatan LDL dan
trigliserida, hiperglikemia pada pasien DM, gangguan fungsi
seksual.
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Beta Blocker
Indikasi: Gagal jantung, hipertensi, angina, tremor
Kontraindikasi: Penderita asma, hati-hati bila digunakan
pada penderita penyakit vascular perifer.
Sediaan: Tablet
Contoh: Atenolol, asebutolol, metoprolol
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Beta Blocker
Mekanisme: Mekanisme kerja beta bloker sebagai
antihipertensi belum diketahui dengan pasti, obat-obat ini
mengurangi curah jantung, mempengaruhi sensitivitas
refleks baroreseptor, dan memblok adrenoseptor perifer.
Efek samping: Diare, kejang-kejang perut, mual, muntah,
ruam, penglihatan kabur, kejang otot, kelelahan
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Alpha Blocker
Indikasi: Hipertensi
Kontraindikasi: Gagal jantung, hipersensitivitas pada pasien
16 tahun, riwayat hipotensi ortostatik, infeksi saluran
kemih.
Sediaan: Tablet
Contoh: Dexazosin, Prazosin, Terazosin
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Alpha Blocker
Mekanisme: Hambatan reseptor 1 vasodilatasi arteriol
dan venula menurunnya resistensi perifer aliran balik
vena berkurang menurunnya curah jantung.
Efek samping: hipotensi ortostatik, sakit kepala, palpitasi,
edema perifer, hidung tersumbat, mual..
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Calsium Channel Blocker (CCB)
Indikasi: Hipertensi, penyakit arteri koroner, angina, aritmia
Kontraindikasi: Gagal ginjal parah, wanita hamil,
hipersensitivitas, hipotensi, bradikardia, Sick Siannus
Syndrome, A-V Blok.
Sediaan: Tablet
Contoh: Amlodipin, Isradipin, Nicardipin, Verapamil
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Calsium Channel Blocker (CCB)
Mekanisme: Menghambat influks kalsium pada sel otot
polos pembuluh darah relaksasi arteriol menurunnya
resistensi perifer aliran balik vena berkurang
menurunnya curah jantung.
Efek samping: sembelit, mual, sakit kepala, ruam, edema,
hipotensi, mengantuk, disfungsi hati.
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor (ACEi)
Indikasi: Hipertensi pada pasien IDDM dengan nefropati
Kontraindikasi: Kerusakan fungsi ginjal, dehidrasi, dan
hemodialisis.
Sediaan: Tablet
Contoh: Accupril, Aceon, Lotensin, Monopril
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor (ACEi)
Mekanisme: Menurunkan pembentukan angiotensin II
menurunnya metabolisme bradikinin vasodilatasi arteri
dan vena penurunan tekanan darah arteri.
Efek samping: Hipotensi parah, gangguan fungsi ginjal,
angioedema, ruam kulit, sinusitis.
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Indikasi: Hipertensi
Kontraindikasi: Kehamilan, stenosis arteri renalis bilateral.
Sediaan: Tablet
Contoh: Losartan, Valsartan, Kandesartan, Olmesartan,
Telmisartan, Eprosartan
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Angiotensin Receptor Blocker (ARB)
Mekanisme: Menghalangi aksi angiotensin II mencegah
ikatan dengan reseptor vasodilatasi arteri dan vena
penurunan tekanan darah arteri.
Efek samping: Hipotensi bila kadar renin tinggi, hipovolemi,
hiperkalemia.
HIPERTENSI
TATALAKSANA (FARMAKOLOGI)
Obat Kombinasi
ACEi dengan diuretik
ARB dengan diuretik
Beta blocker dengan diuretik
Diuretik dengan CCB
ACEi dengan CCB
HIPERTENSI
KOMPLIKASI
Stroke,
Penyakit jantung dan serangan jantung,
Gagal jantung kongestif,
Kelainan ginjal,
Gangguan retina, dapat menyebabkan kehilangan daya
pandang,
Impoten pada pria dan berkurangnya orgasme pada wanita,
Gangguan ingatan dan demensia
HIPERTENSI
PENCEGAHAN
Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
Mengurangi asupan garam
Diet rendah lemak
Ciptakan keadaan rileks atau manajemen stress
Melakukan olah raga teratur
Berhenti merokok
HIPERTENSI
PROGNOSIS
Hipertensi yang tidak ditangani dikenal dapat meningkatkan
resiko kematian.
Hipertensi ringan sampai sedang, bila tidak ditangani, dapat
dikaitkan dengan resiko penyakit aterosklerosis pada 30%
pasien dan kerusakan organ dalam pada 50% pasien dalam
waktu 8-10 tahun setelah onset.
Bila ditangani dengan baik menghasilkan prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. R., et al. (2016). Hypertension. [emedicine.medscape.com] Diakses tanggal 7 Desember 2016
Andrea, G. Y. (2013). Korelasi Derajat Hipertensi dengan Stadium Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Periode 2008-2012. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro
Bell, K. (2015). Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline Recommendations. Alabama: Alabama Pharmacy
Association
Ehrlich, S. D. (2015). High Blood Pressure. Maryland: University of Maryland Medical Center (umm.edu)
Ellis, H. (2006). Clinical Anatomy: Applied Anatomy for Students and Junior Doctors 11th Edition. Oxford: Blackwell
Publishing
Frank, J. (2008). Managing Hypertension Using Combination Therapy. Am Fam Physician. 2008 May 1;77(9):1279-1286
Hall, J. E. (2016). Guyton and Hall: Textboo of Medical Physiology 13rd Edition. Philadelphia: Elsevier
James, P. A., Ortiz, E., et al. (2014). Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults:
(JNC8). JAMA. 2014 Feb 5;311(5):507-20. doi:10.1001/jama.2013.284427
Julius, S. (2008). Clinical Implications of Pathophysiologic Changes in the Midlife Hypertensive Patients. American Heart
Journal, 122: 886-891
Jurcut, R., et al. (2010). The echocardiographic assessment of the right ventricle. EurHeartJ. 11(2): 81- 96
Kasper, D. L., et al. (2015). Harrisons Principles of Internal Medicine 19th Edition. United States: McGraw-Hill Education
Khatib, O. M. N., El-Guindy, M. S. (2005). Clinical Guidelines for the Management of Hypertension Series 29. Kairo: EMRO
Technical Publications, World Health Organization Regional Office for the Eastern Mediterranean
DAFTAR PUSTAKA
Mahadevan, V. (2012). Anatomy of the Heart. Surgery Journal. 30(1):5-8
Mescher, A. L. (2013). Junqueiras Basic Histology: Text & Atlas 13 rd Edition. United States: McGraw-Hill
Education
Paulson, F., Waschke, J. (2011). Sobotta Atlas of Human Anatomy 15th Edition. Munich: Elsevier GmbH
Permatasari, H. C. A. (2013). Pengaruh Pemberian Loadng 500 cc Hydroxylethyl Starch 130/0,4 (6%)
terhadap Tekanan Darah dan Denyut Nadi pada Pasien Anestesi Spinal Sectio Cesarea. Karya Tulis Ilmiah.
Semarang: Universitas Diponegoro
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Hipertensi. Jakarta:
InfoDATIN
Scanlon, V. C., Sanders, T. (2007). The Heart. Dalam: Deitch, L. B., et al. Essentials of Anatomy and
Physiology 5th Edition. USA: F. A. Davis Company
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Tavianto, D., Wargahadibrata, H. A., Gani, C. C. (2013). Patofisiologi Pintasan Jantung Paru. Jurnal
Anastesi Periopratif. 1(2): 10-15
Tortora, G. J., Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy and Physiology 13 th Edition. USA: John Wiley
& Sons

Anda mungkin juga menyukai