Disusun Oleh:
Pembimbing :
JAKARTA 2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Disusun oleh:
Rivan Trisatrio1102014230
Dokter Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “Gangguan Tidur
Hipersomnia”. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian Kepaniteraan
Klinik Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa.
Penyusunan Referat ini dapat terselesaikan tak lepas dari pihak-pihak yang telah
banyak membantu penulis dalam merampungkan laporan ini. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Yenny D.P, SpKJ, atas
bimbingannya selama penulis menyelesaikan presentasi kasus. Terima kasih juga penulis
sampaikan pada rekan – rekan coass. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun laporan ini
kedepannya sangat penulis harapkan demi perbaikan materi penulisan dan menambah
wawasan penulis.
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………2
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...4
BAB I
BAB II
1. Hipersomnia……………….……………………………………………………..7
2. Epidemiologi………………………………………………………………..........9
3. Etiologi……………………………………………………………..……………10
4. Klasifikasi Hipersomnia………………………………………………………11
5. Gambaran Klinis…………………………………………………………11
6. Diagnosis…………………………………………………………………13
7. Diferential Diagnosis…………………………………………………….15
8. Penatalaksanaan………………………………………………………….16
9. Prognosis…………………………………………………………………18
BAB III
1. Kesimpulan………………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….20
4
BAB I
PENDAHULUAN
B. TUJUAN
5
2. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipersomnia
Menurut berdasarkan Diagnostic And Statictical Manual of Mental
Disorders edisi ke lima (DSM-5), ganguan tidur atau sleep disorder adalah
masalah tidur yang menyebabkan stres pribadi yang signifikan atau hendaya
sosisla, pekerjaan atau peran lain.3
Hipersomnia adalah suatu keadaan tidur dan serangan tidur disiang hari
yang berlebih yang terjadi secara teratur atau rekuren untuk waktu singkat
dan menyebabkan gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.4
7
Parasomnia adalah suatu kelompok gangguan tidur termasuk :
Gangguan mimpi menakutkan (nightmare disorder),
Gangguan teror tidur, dan
Gangguan tidur berjalan.
2. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan mental lain,
dan
3. Gangguan tidur lain, khususnya gangguan tidur akibat kondisi medis
umum atau yang disebabkan oleh zat.
8
d. Parasomnia lain-lainnya
Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan,
distonia parosismal
2) Epidemiologi
Gangguan tidur sangat sering terjadi, 40% populasi mempunyai
masalah tidur selama setahun terakhir ini, 10% dapat didiagnosis sebagai
insomnia, 3-4% mempunyai diagnosis hipersomnia.7
Sebanyak 10 orang 132 dilibatkan dalam survei ini. Prevalensi
masalah tidur adalah 56% di Amerika Serikat, 31% di Eropa Barat dan
23% di Jepang. Kebanyakan individu dengan masalah tidur dianggap ini
berdampak pada fungsi mereka sehari-hari, dengan kehidupan keluarga
yang paling terpengaruh dalam sampel Eropa Barat, kegiatan pribadi
dalam sampel AS dan kegiatan profesional dalam sampel Jepang. Hampir
setengah dari individu dengan masalah tidur tidak pernah mengambil
langkah apapun untuk mengatasi mereka, dan mayoritas responden tidak
berbicara dengan dokter tentang masalah mereka. Dari orang-orang yang
telah berkonsultasi dokter, resep obat telah diberikan kepada sekitar 50%
di Eropa Barat dan Amerika Serikat dan 90% di Jepang. 7
Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini
juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan
dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut
9
menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan
oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol.1
Pada kuisoner dan studi laboratorium, hipersomnia di siang hari
menyerang 0,3-4% pupulasi. Suatu studi pada tahun 1981
memperkirakan di Inggris sebesar 4000 penderita hipersomnia idiopatik.4
3) Etiologi
10
kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux
disease (GERD), stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.
6. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan
jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya
irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian
bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun,
metabolisme, dan suhu tubuh.
Hipersomnia yang berhubungan dengan depresi dicatat dengan
baik, meskipun insomnia lebih sering terjadi. Beberapa pasien
melaporkan keterkaitan antara serangan tidur dan pengalaman siang hari
yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan. Pada beberapa kasus,
tidak terdapat faktor emosional, psikologis atau pskiatri spesifik yang
dapat diidentifikasi dan istilah idiopatik lalu digunaka untuk
menggambarkan hipersomnia.4
4) Klasifikasi Hipersomnia
Berdasarkan buku PPDGJ-III, terdapat klasifikasi Hipersomnia
Non-organik.5
Berdasarkan International Classification Of Sleep Disorders,
terdapat reccurent hypersomnia, idiopatic hypersomnia dan post-trauma
hypersomnia sedangkan berdasarkan Diagnostic And Statictical Manual
of Mental Disorders edisi ke lima (DSM-5) terdapat hypersomnia
primer.3
5) Gambaran Klinis
a. Hipersomnia Non-organik5
1. Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis
pasti :
a. Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya
serangan tidur/sleep attacks (tidak disebabkan oleh jumlah
tidur yang kurang), dan atau transisi yang memanjang dari
11
saat mulai bangun tidur sampai sadar sepenuhnya (sleep
drunkenness)
b. Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan
atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek,
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan
mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
c. Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” (catapelxy, sleep
paralysis, hypnagonic hallucination) atau bukti klinis untuk
“sleep apnoe” (nocturnal breath cessatin, typical intermittent
snoring sounds,etc)
d. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan
gejala rasa kantuk pada sang hari.
2. Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari
gangguan jiwa lain, misalnya gangguan afektif, maka diagnosis
harus sesuai dengan gangguan yang mendasarinya. Diagnosis
hiersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia
merupakan keluhan yang dominan dari penderitaan dengan
gangguan jiwa lainnya.
b. Hipersomnia Primer
Hipersomnia primer terdapat pada 5% populasi dewasa, pria dan
wanita mempunyai kemungkinan sakit yang sama. Yang dimaksud
dengan hipersomnia primer adalah tidur yang berlebihan atau terjadi
serangan tidur ataupun perlambatan waktu bangun. Hipersomnia
mungkin merupakan akibat dari penyakit mental, penyakit organik
(termasuk obat-obatan) atau idiopatik. Gangguan ini merupakan
kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap memiliki
gangguan jiwa atau malas. Penderita hipersomnia membutuhkan
waktu tidur lebih dari ukuran normal. Pasien biasanya akan tidur
siang sebanyak 1-2 kali per hari, dimana setiap waktu tidurnya
melebihi 1 jam. Meski banyak tidur, mereka selalu merasa letih dan
12
lesu sepanjang hari. Gangguan ini tidak terlalu serius dan dapat
diatasi sendiri oleh penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip
manajemen diri. Polysomnography memperlihatkan penurunan
gelombang delta, peningka-tan kesadaran, dan pengurangan masa
laten REM pada pasien dengan hipersomnia primer.9,10
6) Diagnosis
Sebelum mencari diagnosa penyebab suatu gangguan tidur,
sebaiknya ditentukan terlebih dahulu jenis dan lamanya gangguan tidur
(duration of sleep disorder), dengan mengetahui jenis dan lamanya
gangguan tidur, selain untuk membantu mengidentifikasi penyebabnya,
juga dapat memberikan pengobatan yang adekuat.1
13
Pada saat pemeriksaan pasien mengeluh nyeri kepala di pagi hari,
tidak segar saat bangun, masalah dengan fungsi mental atau emosional,
mengantuk berlebihan pada siang hari, dan kelelahan. Dalam sleep apneu
pasangan tidur mungkin melaporkan megap-megap atau mendengkur saat
tidur. Dalam narkolepsi, individu dan keluarga mereka mngeluh tertidur
pada waktu yang tidak tepat,cataplex,hypnagogic halusinasi,dan
ketidakmampuan sesaat untuk bergerak atau berbicara saat bangun
(kelumpuhan tidur). Obat dan riwayat pengobatan penting untuk
menyingkirkan kantuk di siang hari yang terkait dengan penggunaan
narkoba.10
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah polysomnography
adalah tes semalam di mana perangkat pemantauan terhubung ke
individu untuk menilai berbagai tahapan tidur untuk aktivitas muatan
listrik otak (electroencephalogram, atau EEG), jantung
(elektrokardiogram), gerakan otot-otot (electromyogram) dan mata
(elektro-oculogram). Kadar oksigen dalam darah dan perubahan dalam
pernapasan juga dipantau. Beberapa tes latensi tidur (MSLT) mengukur
waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tidur siang hari dalam ruangan yang
tenang. Tes-tes lain mungkin termasuk pemeliharaan uji terjaga dan skala
kantuk Epworth.11
Pada tahun 1984, The International Institute of Health membuat
suatu konsensus pengelompokan gangguan tidur berdasarkan lamanya
gangguan yang terdiri dari:1
1. Transient yaitu jika gangguan tidurnya kurang dari 7 hari
2. Short term yaitu jika gangguan tidurnya menetap lebih dari 7 hari
dan kurang dari 3 minggu. Kedua gangguan tersebut biasanya
berhubungan dengan stress yang akut seperti perubahan kehidupan
sosial, peningkatan emosional, faktor lingkungan, faktor sistemik,
kelainan gangguan kesehatan, desinkronisasi irama sirkadian
14
3. Long term yaitu jika gangguan tidur menetap lebih dari 3 minggu.
Biasanya berhubungan dengan gangguan tidur primer, gangguan
psikiatri, gangguan kesehatan, gangguan psikologi.
7) Diferential Diagnosis
15
butuhkan, maka gejala kantuk berlebih pada siang hari akan
menghilang; berbeda dengan hipersomnia idiopatik.
4. Obstructive Sleep Apnoe (OSA); saat diketahui pasien memiliki
kebiasaan mengorok saat tidur, diagnosis OSA perlu
dipertimbangkan. Pemeriksaan yang diperlukan adalah monitor
respirasi saat tidur.
5. Narkolepsi; istilah narkolepsi dahulu merupakan sinonim dari
kantuk berlebih disiang hari, tetapi diketahui belakangan bahwa
narkolepsi memiliki kelainan spesifik pada tidur REM yang
memberikan manifestasi bermacam-macam saat tidur maupun
bangun. Gejala utama dari narkolepsi adalah pemanjangan
waktu tidur utama, tetapi kelelahan yang dialami pasien akan
berujung pada hiperaktivitas paradoksikal. Pemeriksaan yang
diperlukan adalah HLA, polisomnografi, dan multiple sleep
latency test (MLST).
8) Penatalaksanaan
a. Pendekatan Non Farmakologi
Pendekatan psikologis memiliki banyak keterbatasan untuk
penanganan Insomnia primer. Secara keseluruhan pendekatan
dengan penanganan kognitif-behavioral telah melaksanakan manfaat
yang penting dalam menangani insomnia.12
Teori kognitif-behavioral menekankan pada jangka pendek dan
berfokus pada penurunan kondisi fisiologis yang timbul,
memodifikasi kebiasaan tidur yang maladaptif dan mengubah
pemikiran yang disfungsional. Terapi ini biasanya menggunakan
kombinasi dari beberapa teknik, restrukturasi rasional. Kontrol
simultan melibatkan perubahan stimulus lingkungan yang
diasosiasikan dengan tidur. Dibawah kondisi normal, kita belajar
untuk mengasosiasikan stimulus menghubungkan berbaring ditempat
tidur dengan tidur, sehingga pemaparan terhadap stimulus ini dapat
16
meningkatkan perasaan mengantuk. Namun ketika seseorang
menggunakan tempat tidur untuk banyak aktivitas, tempat tidur
dapat kehilangan asosiasinya dengan rasa kantuk.12
Teknik kontrol simultan bertujuan untuk memperkuat hubungan
tempat tidur dan tidur dengan sebisa mungkin membatasi aktivitas
yang dihabiskan ditempat tidur untuk dapat tertidur. Biasanya,
seseorang diinstruksika dengan membatasi waktu yang dihabiskan
ditempat tidur untuk mencoba tidur dalam waktu 10 atau 20 menit.
Jika masih tidak dapat tidur juga pada waktu yang diperkiran, orang
tersebut diinstruksikan untuk meninggalkan tempat tidur dan pergi
keruangan lain untuk membangun kerangka berpikir yang santai
sebelum relaksasi.12
Tindakan sleep hygiene terdiri dari: 1
1. Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
2. Hindari tidur pada siang hari/sambilan
3. Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
4. Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
5. Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
6. Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan
perut kosong
7. Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
8. Hindari rasa cemas atau frustasi
9. Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak
b. Pendekatan Farmakologis
Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan
pengobatan secara kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif
hipnotik. Pada dasarnya semua obat yang mempunyai kemampuan
hipnotik merupakan enekanan aktifitas dari reticular activating
system (ARAS) diotak.1
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah
mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik
17
adalah sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat hipnotik
sebaiknya diberikan jenis obat yang bereaksi cepat (short action)
dgnmembatasi penggunaannya sependek mungkin yang dapat
mengembalikan pola tidur yang normal. 1
Pengobatan dari hipersomnia primer meliputi obat-obat stimulan
yang dapat mempertahankan kesadaran; dextroamphetamine dan
methylphenidate keduanya mempunyai masa paruh yang singkat dan
di minum dalam dosis terbagi. Femoline, stimulan kerja lama, dapat
juga digunakan. Modafinil, yang digunakan untuk mengobati
narkolepsi, dapat juga digunakan untuk mengobati hipersomnia
primer. Antidepresan trisiklik (seperti protriptyline) dapat juga
digunakan. Karena obat-obatan stimulan dapat menimbulkan
ketergantungan, maka penggunaannya harus benar-benar diawasi.9
9) Prognosis
Bila hipersomnia disebabkan oleh suatu gangguan mood,
perjalanan klinisnya ditentukan oleh gangguan primer. Hipersomnia
idiopatik dapat berubah selama perkembangan dan dapat membaik
seiring pertambahan usia pada beberapa pasien.9
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
12. Nevid, Jeffrey S, Spencer A. Rathus, dan Beverley Greene.
2003. Psikologi Abnormal. Jakarta :Erlangga.
21