Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternasuk dari salah satu kebutuhan dasar manusia adalah tidur. Kita tidak

akan pernah terlepas dari tidur di dalam keseharian. Tidur nyenyak adalah impian

dari semua orang, tak terkecuali kita. Namun itu tidak mudah untuk dicapai.

Istirahat dan tidur suatu faktor bagi pemulihan kondisi tubuh setelah sehari

penuh melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda

untuk istirahat dan tidur. Manusia mempunyai kebutuhan istirahat tidur bervariasi

dan istirahat tidur sering mengalami perubahan karena kondisi tertentu. Kesehatan

fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar

manusia.

Tanpa jumlah tidur yang cukup, kemampuan untuk berkosentrasi,

membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun dan

meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2003)

Tidur merupakan kondisi tidak sadar di mana individu dapat dibangunkan

oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1968), atau juga dapat dikatakan

sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh

ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang

berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang

bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respons

terhadap rangsangan dari luar.

1
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi

individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan dengan

indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui,

namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional,

fisiologis dan kesehatan.

Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda-tanda

sebagai berikut:

a. Aktivitas fisik minimal

b. Tingkat kesadaran yang bervariasi

c. Terjadi perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh, dan

d. Penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis,

diantaranya;

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi.

b. Dilatasi pembuluh darah perifer.

c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal.

d. Relaksasi otot-otot rangka.

e. Basal metabolism rate (BMR) menurun 10-30%.

Pada waktu tidur terjadi perubahan tingkat kesadaran yang berfluktuasi.

Tingkat kesadaran pada organ-organ pengindraan berbeda-beda. Organ

pengindraan yang mengalami penurunan kesadaran paling dalam selama tidur

adalah indra penciuman. Organ pengindraan yang mengalami penurunan tingkat

kesadaran paling kecil adalah pendengaran dan rasa sakit. Ini menjelaskan mengapa

2
orang-orang yang sakit dan berada dalam lingkungan yang bising acap kali tidak

dapat tidur.

Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi deaktifasi sistem saraf

pusat. Sebab pada orang yang tidur, sistem saraf pusatnya tetap aktif dalam

sinkronisasi neuron-neuron substansia retikularis dari batang otak. Ini dapat

diketahui melalui pemeriksaan Electroenchepalogram (EEG). Alat tersebut dapat

memperlihatkan fluktuasi energy (gelombang otak) pada kertas grafik.

Gangguan tidur adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami resiko

perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan

(Japardi, 2002)

Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering

ditemukan pada penderita yang berkunjung ke layanan kesehatan. Gangguan tidur

dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan

tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada

usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan

mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya

tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang

konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri

sendiri atau orang lain.

Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan

didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada

orang yang tidurnya cukup . Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur

setiap tahun semakin lama semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah

3
kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari, kecendrungan untuk mempergunakan obat

hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu penyebab yang mendasari penyakitnya,

sehingga sering menimbulkan masalah yang baru akibat penggunaan obat yang

tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur merupakan masalah

Kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang Hampir

semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya.

Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan

17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi, 2002).

Dalam sumber lain disebutkan, jika gangguan tidur tidak segera diatasi

maka jangka waktu yang lama akan berhubungan dengan penyakit-penyakit serius

seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung, gangguan jantung, stroke,

kegemukan, dan luka akibat kecelakaan. Selain itu gangguan tidur juga dapat

berpengaruh terhadap masalah kesehatan psikis seperti depresi, gangguan jiwa,

kerusakan mental, mempengaruhi pertumbuhan janin dan anak-anak, serta

terjadinya penurunan kualitas hidup.

Menurut penelitian Doghramji, penanganan yang tidak segera dilakukan

pada orang yang mengalami insomnia atau gangguan tidur lainnya dapat

menyebabkan kerusakan fungsional tubuh sehingga memerlukan biaya perawatan

yang mahal. Dikatakan pula bahwa tidur yang berlebih tanpa diiringi kualitas tidur

yang baik juga dapat berhubungan dengan meningkatnya angka kematian,

kesakitan, dan kecelakaan yang dapat mengancam jiwa (Handayani, 2008).

Menurut data Internasional of Sleep Disorder, prevalensi penyebab-

penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%),

4
gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),

psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan

alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65). Demensia(5%),

gangguan perubahan jadwal kerja (2- 5%), gangguan obstruksi sesak saluran nafas

(1-2%), penyakit ulkus peptikus(<1%), narcolepsy(mendadak tidur) (0,03%-

0,16%) (Japardi, 2002).

1.2 Identifikasi masalah

Dari latar belakang masalah tersebut di atas,dan banyaknya masalah

gangguan tidur maka penulis menarik masalah dari salah satu gangguan istirahat

tidur yakni ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DISSOMNIA : NARKOLEPSI

1.3 Tujuan

a. Mengetahui tentang gangguan istirahat tidur dan permasalahannya

b. Mengetahui cara penanganan dan asuhan keperawatan gangguan istirahat

tidur ; DISSOMNIA : NARKOLEPSI

1.4 Manfaat

Manfaat teoritis dalam penulisan ini adalah untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman mengenai masalah gagguan istirahat tidur :Dissomnia

:narkolepsi Selanjutnya penulisan ini juga memiliki manfaat dalam membedakan

orang yang memiliki masalah dissomnia dan yang tidak memiliki masalah

5
dissomnia. penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan perawat

dalam melaksanakan intervensi keperawatan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan : Bab ini berisi latar belakang penulisan dan

alasan mengapa penulis mengangkat topik ini,

masalah yang diangkat penulis, tujuan

penulisan yang terkait dengan konteks

penelitian dan manfaat penelitian lalu ditutup

dengan sistematika penulisan yang berisi

gambaran keseluruhan mengenaipenelitian ini.

BAB II Tinjauan Pustaka : Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

yang akan digunakan untuk menjawab

permasalahan.

BAB III Kesimpulan dan Saran : Bab ini berisi penjelasan mengenai kesimpulan,

dan saran dari penelitian yang telah

dilaksanakan

6
BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Definisi

Narkolepsi merupakan salah satu bagian dari gangguan tidur kronik.

Pengertian dari narkolepsi sendiri adalah keinginan untuk tidur yang tidak

tertahankan pada keadaan dan waktu yang tidak sesuai. Serangan tidur ini biasanya

muncul mendadak dan dalam waktu yang singkat. Penderita narkolepsi biasanya

akan mengantuk lalu langsung tertidur kemudian setelah 15 menit orang tersebut

akan bangun dan merasa segar, tetapi setelah itu akan mulai merasa mengantuk lagi.

Kejadian ini akan terjadi secara berulang ulang setiap hari

Penyakit ini berbeda dengan insomnia yang terjadi secara terus menerus.

Justru penderita narcolepsy ini terkena serangan secara mendadak pada saat yang

tidak tepat, seperti sedang memimpin rapat – biasanya terjadi serangan pada kondisi

emosi yang tegang seperti: marah, takut atau jatuh cinta. Serangan narcolepsy dapat

melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit ketika dia masih sadar dan secara

tiba-tiba membawanya ke alam mimpi.

Penderita narColepsy akan mengantuk sepanjang hari, dan pada kasus

narkolepsi yang berat, penderitanya akan tertidur dengan tanpa disadarinya

beberapa kali dalam sehari. Diduga, narkolepsi disebabkan oleh gangguan fungsi

hipotalamus di otak. Narkolepsi merupakan kondisi langka yang belum ditemukan

obatnya.

7
2.2 Etiologi

Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan

gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan

Rapid Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi.

Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar.

Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan

sadar. Akibatnya kantuk menyerang terus dan otak seolah bermimpi dalam keadaan

sadar.

Kelainan ini cenderung ditemukan juga dalam satu keluarga, sehingga

diduga merupakan penyakit keturunan. Diduga karena kerusakan genetik system

saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM.

Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari yang tidak disebabkan oleh

gangguan mood atau karena mengonsumsi jenis obat tertentu merupakan masalah

kesehatan umum yang utamanya disebabkan oleh :K uantitas tidur yang kurang atau

karena gangguan lain seperti karena kerja shift. Kualitas tidur yang buruk karena

berbagai masalah, salah satunya seperti karena menderita penyakit kronis. Masalah

dengan keterjagaan di siang hari. Istilah narkolepsi umumnya digunakan untuk

kelompok dengan gangguan ini.

2.3 Fisiologi Tidur

Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak,yaitu

Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS

di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat

8
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus

visual,pendengaran,nyeri,dan sensori raba;serta emosi dan proses berfikir. Pada

saat sadar, RAS melepaskan katekolamin,sedangkan pada saat tidur terjadi

pelepasan serum serotonin dari BSR (Tarwoto,Wartonah,2003).

2.4 Jenis-jenis Tidur

Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu

tidur dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement) dan tidur dengan

gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement).

a. Tidur REM

Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30

menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM dan sebagian besar mimpi

terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan

metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi sulit

untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot

terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi jantung dan pernapasan

sering kali tidak teratur.

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal

tersebutberarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu

gerakan dua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan

mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah bertambah, gerakan mata cepat (mata

cenderung bergerak bolak-balik), sekresi lambung meningkat, ereksi penis

9
pada laki-laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan pernafasan

tidak teratur sering lebih cepat, suhu dan metabolism meningkat.

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukan

gejala-gejala sebagai berikut :

1) Cenderung hiperaktif.

2) Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (labil).

3) Nafsu makan bertambah.

4) Bingung dan curiga.

b. Tidur NREM

Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang

otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang

alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi

penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu,semua proses

metabolik termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot melambat.

Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM

gelombang otak lebih lamban dibandingkan pada orang yang sadar atau tudak

tidur. Tanda-tanda tidur NREM antara lain mimpi berkurang, keadaan istirahat,

tekanan darah turun, kecepatan pernafasan turun, metabolism turyn dan

gerakan bola mata melambat.

10
Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing–masing tahap ditandai

dengan pola perubahan aktivitas gelombang otak. Tahap I-II disebut sebagai

tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep

sleep atau delta sleep).

1) Tahap I

Merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi

tidur. Pada tahap ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks,

seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata menutup mata, kedua bola mata

bergerak ke kiri dan kanan, kecepatan jantung dan pernafasan menurun

secara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan voltasi gelombang-

gelombang alfa. Seseorang yang tidur pada tahap ini dapat dibangunkan

dengan mudah.

2) Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Ditandai

dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus

otot perlahan-lahan menurun serta proses jantung dan pernafasan menurun

secara jelas. Pada EEG timbul gelombang beta dengan frekuensi 14-18

siklus/detik. Gelombang-gelombang ini disebut gelombang tidur. Tahap

ini berlangsung 10-15 menit.

3) Tahap III

Pada tahap ini keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara

menyeluruh. Kecepatan jantung, pernafasan dan proses tubuh berlanjut

mengalami penurunan akibat dominasi system saraf parasimpatis. Pada

11
EEG memperlihatkan gelombang beta menjadi 1-2 siklus/detik. Seseorang

yang tidur pada tahap ini sulit dibangunkan.

4) Tahap IV

Merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks,

jarang bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai dan sulit

dibangunkan. Pada EEG, tampak hanya terlihat gelombang delta yang

lambat dengan frekuensi 1-2siklus/detik. Denyut jantung dan pernafasan

menurun hingga 20-30%. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu

tahap ini dapat memulihkan keadaan tubuh.

Selain ke empat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yaiti tahap V.

Merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V.

hal tersebut ditandai dengan kembali bergeraknya bola mata yang

kecepatannya lebih tinggi dibanding tahap sebelumnya. Berlangsung selama

10 menit dan dapat terjadi mimpi.

2.5 Siklus tidur

Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur

yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya

melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari

tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama

30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu

12
kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya

dan berlangsung selama 10 menit.

Selama tidur malam sekitar 7-8 jam, seseorang mengalami REM dan

NREM bergantian sekitar 4-6 kali. Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur

REM, maka akan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut :

a. Menarik diri, apatis dan respon menurun.

b. Merasa tidak enak badan.

c. Ekspresi wajah kuyu.

d. Malas bicara.

e. Kantuk yang berlebihan.

Sedangkan apabila mengalami kehilangan tidur REM dan NREM maka

akan menunjukan gejala-gejala sebagai berikut :

a. Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.

b. Tidak konsentrasi.

c. Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.

d. Sulit beraktivitas.

e. Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi dan ilusi penglihatan atau

pendengaran

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada

yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Adapula yang mengalami gangguan.

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur, diantaranya :

13
a. Penyakit.

Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan

gangguan tidur. Pada orang yang sakit dan rasa nyeri, kebutuhan tidurnya tidak

dapat terpenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak.

Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak dari pada

biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat

mengalami gangguan.

b. Lingkungan.

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak

adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat

upaya tidur. Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang

buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu

individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.

c. Kelelahan.

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat

menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada klelahan yang

berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek. Kondisi tubuh

yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah

seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah

beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.

d. Gaya hidup.

Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa

tidur pada waktu yang tepat.

14
e. Stress emosional.

Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang. Kondisi ansietas

dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi sistem saraf

simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap

IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.

f. Stimulant dan alkohol.

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP

sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sedangkan konsumsi alcohol yang

berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah

hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.

g. Diet.

Makanan yang banyak mengandung L-Triftopan seperti keju, susu, daging,

dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya minuman yang

mengandung kafein dan alkohol akan mengganggu tidur. Penurunan berat

badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga di malam

hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan total

tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.

h. Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada

tubuh. Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah

terbangun di malam hari.

i. Medikasi.

Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur,

ada pula sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya obat golongan amfetamin

15
akan menurunkan tidur REM. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi

kualitas tidur seseorang. hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur

NREM, metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk,

sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat

menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.

j. Motivasi.

Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah

seseorang. sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga

sering kali dapat mendatangkan kantuk.

2.7 Klasifikasi Gangguan Tidur

Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan

gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan

Rapid Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi.

Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar.

Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan

sadar.

Klasifikasi gangguan tidur menurut Internasional Classification of Sleep

Disorders adalah sebagai berikut :

a. Dissomnia

1) Gangguan tidur intrisik

16
Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah,

obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur

berlebihan (hipersomnia), idiopatik.

2) Gangguan tidur ekstrisik

Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik,

ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant

3) Gangguan tidur irama sirkadian

Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur,

sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur

selama 24 jam.

b. Parasomnia

1) Gangguan aurosal

Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror, aurosal konfusional

2) Gangguan antara bangun-tidur

Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak berirama

3) Berhubungan dengan fase REM

Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest

4) Parasomnia lain-lainnya

Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan, distonia

parosismal

c. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri

1) Gangguan mental

Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat), alkohol

17
2) Berhubungan dengan kondisi kesehatan Penyakit degeneratif (demensia,

parkinson, multiple sklerosis), epilepsi, status epilepsi, nyeri kepala,

Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la tourette sindroma.

3) Berhubungan dengan kondisi kesehatan

Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus, sindroma fibrositis,

refluks gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK)

d. Gangguan tidur yang tidak terklassifikasi

Dissomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran

menjadi jatuh tidur (failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty

in staying as sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi daintaranya.

a. Gangguan tidur spesifik Narkolepsi

Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada siang

hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1 jam,

setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2 - 3 jam

berikutnya. Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%.

Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM.

Berbagai bentuk narkolepsi :

1) Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodik limb

movement disorders)/mioklonus nortuknal

Ditandai adanya gerakan anggota gerak badan secara streotipik, berulang

selama tidur. Paling sering terjadi pada anggota gerak kaki baik satu atau

18
kedua kaki. Bentuknya berupa sktensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian

pada sendi lutut dan tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5-5 detik,

berulang dalam waktu 20-60 detik atau mungkin berlangsung

terusmenerus dalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih sering

dari pada mioklonus. Sering timbul pada fase NREM atau saat onset tidur

sehingga menyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus.

2) Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)

Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway

obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah

gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama

lebih dari 10 detik. Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang

ditandai dengan intermiten penurunan kemampuan respirasi akibat

penurunan saturasi oksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran

udara dan usaha pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga

pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan

kerusakan pada batang otak atau hiperkapnia.

Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat tidur ditandai

dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usahas otot

dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui

obstruksi. Baik pada sentral atau obstruksi apnea, pasien sering terbangun

19
berulang kali dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh

tidur.

Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan

pada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengan gangguan

kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilar hypertropi.

Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek, hipotiroid, atau

bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord

chiari malformation.

3) Paska trauma kepala

Sebagian besar pasien dengan paska trauma kepala sering mengeluh

gangguan tidur. Jarak waktu antara trauma kepala dengan timbulnya

keluhan gangguan tidur setelah 2-3 tahun kemudian. Pada gambaran

polysomnography tampak penurunan fase REM dan peningkatan sejumlah

fase jaga. Hal ini juga menunjukkan bahwa fase koma (trauma kepala)

sangat berperan dalam penentuan kelainan tidur.

Pada penelitian terakhir menunjukkan pasien tampak selalu mengantuk

berlebih sepanjang hari tanpa diikuti oleh fase onset REM. Penanganan

dengan proses program rehabilitasi seperti sleep hygine. Litium carbonat

dapat menurunkan angka frekwensi gangguan tidur akibat trauma kepala

20
b. Gangguan tidur irama sirkadian

Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan dimana

penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang dikehendaki,walaupun

jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur

sirkadian normal.

Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian antara lain

temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan psikologi. Dalam

keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus biologi irama

tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk

bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan,

apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian

terjadi pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan

waktu tidur yang irreguler (bringing irama sirkadian).

Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan irama sirkadian

adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian dapat dikategorikan dua bagian

1) Sementara (acut work shift, Jet lag)

2) Menetap (shift worker)

Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi

perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM

21
Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian adalah sebagai

berikut :

1) Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)

yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang

diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak

sekolah atau pekerja sosial. Orangorang tersebut sering tertidur

(kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia

sekunder).

2) Tipe Jet lag

ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut

jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari

satu zone waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya

panjang dengan tidur yang terputus-putus.

3) Tipe pergeseran kerja (shift work type).

Pergeseran kerja terjadi pada orang yang secara teratur dan cepat

mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur.

Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan somatik

seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola irreguler atau

mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase REM.

4) Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome).

Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia

lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara

pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu

22
tidurnya. Gambaran tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal

irama tidur sirkadian yang tdk sesuai.

5) Tipe bangun-tidur beraturan

6) Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.

c. Lesi susunan saraf pusat (neurologis)

Sangat jarang. Lesi batang otak atau bulber dapat mengganggu awal atau

memelihara selama tidur, ini merupakan gangguan tidur organik. Feldman dan

wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi atau trauma daerah ventral pons,

yang mana fase 1 dan 2 menetap tetapi fase REM berkurang atau tidak ada

sama sekali. Penderita chroea ditandai dengan gangguan tidur yang berat, yang

diakibatkan kerusakan pada raphe batang otak. Penyakit seperti Gilles de la

Tourettes syndrome, parkinson, khorea, dystonia, gerakan-gerakan penyakit

lebih sering timbul pada saat pasien tidur. Gerakan ini lebih sering terjadi pada

fase awal dan fase 1 dan jarang terjadi pada fase dalam. Pada dememsia sinilis

gangguan tidur pada malam hari, mungkin akibat diorganisasi siklus sirkadian,

terutama perubahan suhu tubuh. Pada penderita stroke dapat mengalami

gangguan tidur, bila terjadi gangguan vaskuler didaerah batang otak epilepsi

seringkali terjadi pada saat tidur terutama pada fase NREM (stadium ½) jarang

terjadi pada fase REM.

d. Gangguan kesehatan, toksik

Seperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopati distropi, low back

pain, gangguan metabolik seperti hipo/hipertiroid, gangguan ginjal

23
akut/kronik, asma, penyakit, ulkus peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi

sering menyebabkan gangguan tidur seperti yang ditunjukkan mioklonus

nortuknal.

e. Obat-obatan

Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti penggunaan obat

stimulan yang kronik (amphetamine, kaffein, nikotine), antihipertensi,

antidepresan, antiparkinson, antihistamin, antikholinergik. Obat ini dapat

menimbulkan terputus-outus fase tidur REM.

2.8 Patofisiologi

Patofisiologi narkolepsi pada manusia telah ditemukan setelah para

peneliti menemukan gen-gen narkolepsi pada hewan. Para peneliti sekarang

percaya bahwa dalam hampir 90 dari orang yang menderita narkolepsi disebabkan

oleh kekurangan hypocretin / orexin ligan.

Oleh karena itu, percaya bahwa narkolepsi adalah genetik di alam karena

fungsi normal dan abnormal neurotransmitter modulasi kekebalan. Namun, para

peneliti telah mampu mengembangkan sebuah tes diagnostik baru yang melibatkan

mengukur cairan serebrospinal untuk tingkat hypocretin. Dan jika masalah dapat

dilihat dalam tingkat ini, maka terapi penggantian hypocretin dapat diberikan.

Namun, pengobatan ini masih dalam tahap perkembangan dan tidak tersedia untuk

merawat orang yang menderita narkolepsi.

24
2.9 Tanda dan gejala

Gejala biasanya dimulai pada masa remaja atau dewasa muda dan menetap

seumur hidup. Penderita menghadapi serangan kantuk mendadak yang tak

tertahankan, yang bisa terjadi setiap saat. Rasa ingin tidur hanya dapat ditahan

untuk sementara waktu; tetapi sekali tertidur, penderita biasanya dapat dengan

mudah dibangunkan. Serangan bisa terjadi beberapa kali dalam sehari, dan setiap

serangan biasanya berlangsung selama 1 jam atau kurang. Serangan lebih sering

terjadi pada keadaan yang monoton, seperti rapat yang membosankan atau

mengemudi mobil dalam jarak jauh. Penderita merasakan kesegaran ketika

terbangun, tetapi beberapa menit kemudian akan tertidur kembali.

Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic

tetrad) :

a. Rasa kantuk berlebihan (EDS)

Karakteristik utama narkolepsi adalah mengantuk luar biasa dan tak terkendali

di siang hari. Orang dengan narkolepsi tertidur secara tiba-tiba, di mana saja

dan kapan saja. Sebagai contoh, penderita mungkin tiba-tiba tertidur untuk

beberapa menit di tempat kerja atau ketika sedang berbicara dengan teman.

Penderita tidur hanya beberapa menit atau sampai setengah jam sebelum

bangun dan merasa segar, tapi kemudian tertidur lagi. Selain tidur di waktu dan

tempat yang tidak tepat, penderita juga mengalami penurunan kewaspadaan

sepanjang hari.

25
Rasa kantuk dapat dipuaskan setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu

singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak

penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.

b. Katapleksi (cataplexy)

Penderita bisa mengalami kelumpuhan sementara tanpa disertai penurunan

kesadaran (keadaan ini disebut katapleksi), sebagai respon terhadap suatu

reaksi emosional mendadak, seperti kemarahan, ketakutan, kegembiraan,

tertawa atau kejutan.

Berjalan menjadi timpang, menjatuhkan barang yang sedang dipegang atau

terjatuh ke tanah. Penderita juga bisa mengalami episode kelumpuhan tidur,

dimana ketika baru saja tertidur atau segera sesudah terbangun, penderita

merasakan tidak dapat bergerak.

Kondisi tiba-tiba lemas (seperti tak berotot), dapat menyebabkan berbagai

perubahan fisik, dari cadel ketika berbicara untuk melengkapi kelemahan dari

sebagian besar otot, dan dapat berlangsung selama beberapa detik hingga

beberapa menit. Cataplexy yang tidak terkontrol dan sering dipicu oleh emosi

yang kuat, biasanya yang positif seperti tertawa atau kegembiraan, tapi kadang-

kadang ketakutan, kejutan atau kemarahan. Misalnya, kepala penderita dapat

terkulai tak terkendali atau lutut tiba-tiba lemas ketika tertawa.

26
Beberapa orang dengan pengalaman narkolepsi hanya satu atau dua episode

cataplexy setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari.

Dari data Mayoclinic dipSerkirakan 70 persen orang dengan pengalaman

narkolepsi mengalami cataplexy.

c. Sleep paralysis

Sleep paralysis adalah keadaan lumpuh dimana penderitanya tidak dapat

menggerakkan tubuhnya sama sekali. Di saat peralihan dari sadar ke tidur,

sleep paralysis bisa menyerang berbarengan dengan halusinasi sehingga

menimbulkan pengalaman yang menakutkan bagi penderitanya. Ini terjadi

karena gelombang tidur REM (mimpi) yang menerobos ke kesadaran sehingga

seolah penderita bermimpi di siang bolong. Anda tentu ingat, bahwa dalam

tahap tidur REM seluruh otot tubuh (kecuali mata dan pernafasan) menjadi

lumpuh total.

Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami ketidakmampuan untuk

bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur atau saat terjaga dalam beberapa

menit. kejadian ini biasanya singkat- yang berlangsung satu atau dua menit.

Penderita merasa hilang kendali atas tubuhnya.

d. Hypnagogic/hypnopompic hallucination.

27
Halusinasi (melihat atau mendengar benda yang sesungguhnya tidak ada) bisa

terjadi pada awal tidur atau ketika terbangun. Halusinasi ini menyerupai mimpi

biasa, tetapi lebih hebat.

Kondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai

halusinasi. Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang

lain di dalam ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman,

keluarga, sekedar bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung

pada latar belakang budaya penderita. Dengan gejala-gejala yang tidak biasa

ini, tidak jarang keluarga menganggap penderita narkolepsi mengidap

gangguan jiwa.

2.10 Komplikasi

a. Kesalahpahaman terhadap kondisi narkolepsi

Narkolepsi dapat menyebabkan masalah serius baik secara profesional

dan pribadi. Orang lain mungkin melihat hal ini sebagai malas, lesu atau

tak sopan. Kinerja di lingkungan kerja dan sekolah mungkin juga akan

memburuk karena narkolepsi.

b. Mengganggu keintiman

Kantuk ekstrim dapat menyebabkan dorongan seks rendah atau

impotensi, dan orang dengan narkolepsi bahkan bisa tertidur saat

berhubungan seks. Masalah yang disebabkan oleh disfungsi seksual

28
menjadi lebih buruk karena pengaruh emosi. Perasaan kuat seperti

marah atau sukacita, dapat memicu beberapa tanda-tanda narkolepsi

seperti cataplexy, menyebabkan orang menarik diri dari interaksi

emosional.

c. Membahayakan fisik.

Serangan tidur dapat mengakibatkan cedera fisik pada orang dengan

narkolepsi. Peningkatan risiko kecelakaan mobil meningkat jika

serangan tidur terjadi saat mengemudi. Risiko luka dan luka bakar lebih

besar jika tertidur saat menyiapkan makanan di dapur.

2.11 Metode Pencegahan

Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala narkolepsi.

Anda bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah ini :

a. Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari,

termasuk akhir pekan.

b. Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur sepanjang hari.

Tidur siang 20 menit pada waktu strategis sepanjang hari mungkin akan

menyegarkan dan mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.

c. Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama pada

malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.

29
d. Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya empat

sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih terjaga di

siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.

2.12 Metode pengobatan

Narkolepsi adalah suatu kronis yang tidak hilang sepenuhnya. Meskipun

tidak ada obat untuk narkolepsi, pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat

membantu penderita mengelola gejala. Obat-obatan yang dapat digunakan antara

lain stimultan atau antidepresan. Namun sebelum mengkonsumsi obat tersebut

disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.

Obat perangsang (stimulan), seperti efedrin, amfetamin, dekstroamfetamin

dan metilfenidat, bisa membantu mengurangi narkolepsi. Dosisnya disesuaikan

agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan, seperti kegelisahan, terlalu

aktif atau penurunan berat badan.

Untuk mengurangi katapleksi, biasanya diberikan obat anti-depresi, yaitu

imipramin. Dengan perawatan yang tepat dan penuh disiplin, seorang penderita

narkolepsi dapat hidup normal. Apalagi dengan disertai dukungan dari keluarga dan

para sahabat yang siap menjaga keselamatan si penderita.

2.13 Tes Diagnostik atau Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa, selain keempat gejala klasik tadI Hingga

saat ini ada dua metode untuk mengetahui dengan pasti apakah seseorang memiliki

narkolepsi atau tidak adalah sebagai berikut :

a. Tes Polysomnogram (PSG)

30
Dilakukan ketika pasien menjalani tidur di malam hari. Bertujuan untuk

mengungkap adanya ketidaknormalan dalam siklus tidur. Caranya dengan

mengukur pernapasan, gelombang otak, dan detak jantung. Dokter akan

mengetahui manakala fase REM terjadi pada waktu-waktu yang tidak wajar.

b. Multiple Sleep Latency Test (MLST).

Kebalikan dari tes PSG yang dilakukan malam hari, MLST justru sebaliknya

dilakukan di siang hari. Tes ini bertujuan untuk mengungkapkan berapa lama

waktu yang dibutuhkan pasien untuk tertidur di siang hari. Dokter akan

menyuruh pasien untuk tidur siang empat hingga lima kali, dengan interval

waktu 2 jam. Pasien yang tertidur, dan memasuki fase REM, dalam waktu

kurang dari lima menit artinya terindikasi positif menderita narkolepsi.n dan

dilanjutkan dengan Multiple Sleep Latency Test (MSLT.) MSLT adalah sleep

study yang dilakukan di pagi hingga sore hari untuk mengetahui seberapa lama

seseorang dapat tertidur di pagi/siang hari. Pemeriksaan dibagi menjadi 5 kali

tidur siang, dimana setiap kalinya pasien diberi waktu 20 menit untuk jatuh

tidur dengan tidur pertama berjarak 1,5 hingga 3 jam setelah bangun pagi.

Penderita narkolepsi tertidur kurang dari 5 menit dan biasanya dari 5 tidur siang

terdapat 2 sleep onset REM (SOREM.) SOREM adalah kondisi dimana

gelombang otak penderita berubah langsung dari terjaga ke REM.

Pada narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi, selain menggunakan

MSLT diagnosa dapat juga ditegakkan dengan ditemukannya antigen khusus

31
atau rendahnya kadar hipokretin (orexin) dalam cairan serebro

spinal. Walaupun tidak spesifik untuk memeriksa narkolepsi, pemeriksaan ini

dapat membantu diagnosa. Biasanya pasien tanpa katapleksi yang tes positif,

baru akan diperiksakan kadar hipokretin.

Elektroensefalogram (EEG), yang merupakan rekaman aktivitas listrik otak,

bisa menunjukkan bahwa pola tidur REM terjadi pada saat penderita mulai

tertidur. Hal ini khas untuk narkolepsi. Tidak ditemukan perubahan struktural

dalam otak dan tidak ditemukan kelainan dalam hasil pemeriksaan darah.

Tabel 1

Tabel Mist

MENIT KANTUK
0-5 PARAH
5-10 SULIT
10-15 DIKELOLA
15-20 UNGGUL

2.14 Pengkajian

a. Riwayat tidur.

1) kuantitas (lama tidur) dan kualitas watu tidur di siang dan malam

hari.

2) Aktivitas dan rekreasi yang di lakukan sebelumnya.

3) Kebiasaan/pun saat tidur.

4) Lingkungan tidur.

32
5) Dengan siapa paien tidur.

6) Obat yang di konsumsi sebelum tidur.

7) Asupan dan stimulan.

8) Perasaan pasien mengenai tidurnya.

9) Apakah ada kesulitan tidur.

10) Apakah ada perubahan tidur.

b. Gejala Klinis.

1) Perasaan Lelah.

2) Gelisah.

3) Emosi.

4) Apetis.

5) Adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak.

6) Konjungtin merah dan mata perih.

7) Perhatian tidak fokus.

8) Sakit kepala.

c. Penyimpangan Tidur.

Seperti telah dijelaskan pada bab oembahasan di atas, gangguan tidur

yang mungkin terjadi adalah :

1) Insomnia.

2) Somnabulisme.

3) Enuresis.

33
4) Narkolepsi.

5) Nightmare dan Night Terrors (mimpi buruk).

6) Apnea / tidak bernapas dan Mendengkur.

2.15 Analisa Data

Tabel 2

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DO:Penurunan  Transfer Gangguan pola
kemempuanfungsi oksigen tidur
–Penurunan proporsi tidur  Pengaruh
REM obat
–Penurunan proporsi pada  kelelahan
tahap 3 dan 4 tidur.

–Peningkatan proporsi pada


tahap 1 tidur
DS: – Bangun lebih
awal/lebih lambat
– Secara verbal
menyatakan tidak fresh
sesudah tidur
2 DO/DS : ketidak mampuan Cemas
Sulit berkonsentrasi untuk. Tidur
Kesulitan bernafas Krisis situasional,
narkolepsi Stress, perubahan
– Kontak mata kurang status kesehatan,
– Kurang istirahat ancaman kematian
– Berfokus pada diri sendiri

3 DO/DS :gelisah Narkolepsi Koping individu


tidak efektif
4 DO/DS : Henti nafas saat .Gangguan
sakit kepala ketika bangun tidur pertukaran gas
frekuensi dan kedalaman
nafas abnormal

5 DO/DS : Narkolepsi akibat . Potensial


Serangan ngantuk berlebih cidera

34
Mengatakan lelah Kimia(obat
Lemah lesu tidak bergairah obatan:agen
farmasi, alkohol,
kafein,nikotin,
bahan pengawet,

6 DO/DS: Penyimpangan Gangguan


Sulit berinteraksi tidur :dissomnia konsep diri
Sering terjadi serangan
mengantuk tidak tepat waktu

2.16 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen,

gangguan pengaruh obat.kelelahan

b. Cemas berhubungan dengan ketidak mampuan untuk. tidur, henti nafas

saat tidur,a(sleep apnea) dan keetidak mampuan mengawasi prilaku.

c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan narkolepsi.

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan henti nafas saat tidur.

e. Potensial cidera berhubungan dengan narkolepsi.

f. Gangguan konsep diri berhubungan dengan penyimpangn tidur

dissomnia

2.17 Nursing care plan atau rencana asuhan keperawatan

Tabel 3

Rencana Asuhan Keperawatan

No DX Tujuan Intervensi Implementasi Rasionalisasi


1 Dx 1 Setelah dilakukan · Tingkatkan aktivitas -membuatkan jadwal -diharapkan klien
tindakan di siang hari, sesuai aktifitas siang hari: dapat
keperawatan selama indikasi. Jalan kaki (olah mengalahkan
2x24 jam, klien *Buat jadwal raga),berinteraksi keinginan untuk
menunjukkan rasa program aktivitas dengan orang lain tidur berlebih
percaya diri dan untuk siang hari (bercerita dengan

35
menampakkan bersama klien (jalan orang yang -diharapkan klien
ekspresi wajah yang kaki, terapi fisik). dekat),arahkan pada bisa melakukan
ceria sehingga * Jangan tidur siang hal hal positif lainnya kegiatan kegiatan
dapat tidur dengan lebih dari 90 menit positif sehingga
nyaman dan pola * Anjurkan klien pola tidur yang
tidur kembali untuk olah raga pagi menyimpang
meningkat. hari dapat berubah
* Anjurkan orang teratur dan
Kriteria hasil : lain untuk terjadwal.
Jam tidurbertambah berkomunikasi
Kualitas tidur dengan klien
meningkat rangsang ia untuk
Tidak sulit lagi tetap terjaga.
untuk tidur · Bantu upaya
Ekspresi wajah tidur
tampak ceria (tidak * Kaji rutinitas
ada kekhawatiran) tidur yang biasa
Lebih percaya diri. dilakukan klien,
keluarga atau orang
tua-jam, praktik
hygiene, ritual
(membaca, bermain)-
dan patuhi
semaksimal mungkin
* Pastikan klien
tidur tnpa gangguan
selama sedikitnya 4
atau 5 periode,
masing

2 Dx 2 Mempertahankan . Lakukan . Membuat Pasien Di harapkan klien


kebutuhan istirahat identifikasi fsktor untuk memicu tidur dapat memiliki
dan tidur dalam yang mempengaruhi 4.memeberikan kualitas tidur
batas normal. masalah tidur. pendidikan kesehatan yang baik tanpa
b. Lakukan ada gangguan
pengurangan distraksi
lingkungan dan hal
yang dapat
mengganggu tidur.
c. Tingkatkan
aktivitas pada siang
hari.
d. Coba untuk
memicu tidur.
e. Kurangi
potensial cedera
selama tidur

3 DX 3 Menunjukkan *kaji munculnya Menggunakan teknik Menurunkan


kewaspadaan diri kemampuan koping ralaksasi,keinginan ansietas dan
dari koping positif untuk menyediakan
/kemampuan mengekspresikan kontrol bagi
memecahkan perasaan pasien selama
masalah situasi krisis

36
4 DX 4 Menunjukkan Pertahankan istirahat Observasi Mencegah terlalu
perbaikan ventilasi tidur dan aktifitas penyimpangan lelah dan
dalam rentang senggang kondisi dan atur menurunkan
normal posisi tidur kepala kebutuhan
lebih tinggi konsumsi oksigen
dan memudahkan
perbaikan

5 DX 5 Mengidentifikasi *Gunakan kebijakan *Mengobservasi *Menjamin


faktor faktor resiko tentang penggunaan perubahan penggunaan obat
individu sedatif kondisi/perubahan efektif
dari pengunaan obat
*Awasi individu sedatif
secara ketat untuk *menjamin klien
keamanaan individu *Libatkan orang untuk
terdekat klien untuk meningkatkan
mengingatkan hal hal aktivitas sehari
yang membahayakan hari

6 DX 6 Mengungkapkan *Gunakan teknik Mengobservasi Membantu pasien


diri sendiri dan teknik latihan peran interaksi keluarga mempraktikan
meningkatkan rasa ,dinamika orang perkembangan
percaya diri *Berikan waktu dan orang keterampilan
penguatan untuk terdekat/pendukung untuk menghadapi
tindakan positif dan peran baru dan
dorong klien untuk dapat berinteraksi
menerima masukan dengan keluarga
dan pendukung
lainnya

Diharapkan
keluarga dan
orang terdekat
klien tidak
mengucilkan dan
Memberikan bisa memaklumi
konseling kepada dan membantu
klien dan orang klien pada saat
terdekat mengenai terjadi serangan
kondisi klien dan
proses penyakitnya

2.18 Evaluasi keperawatan

a. Pola tidur klien berada pada rentang normal yaitu sedikitnya 5 jam sehari

(untuk dewasa) .

b. Klien tidur dengan nyenyak dan tidak terbangun pada malam hari.

37
c. Klien menggunakan terapi relaksasi setiap makan malam sebelum pergi

tidur dengan meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap

tidur.

d. Klien melaporkan perasaan nyaman setelah terbangun di pagi hari

dengan meminta klien melaporkan keberhasilan tidur dan tetap tidur.

e. Klien melaporkan dapat menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan dalam

4 minggu dengan mengobservasi ekspresi dan prilaku nonverbal pada

saat klien terjaga.

f. Pola tidur normal untuk masa anak adalah 11-12 jam /hari terpenuhi,

masa sekolah 10 jam/hari terpenuhi, masa remaja 7-8 jam/hari terpenuhi.

Pendokumentasian hasil proses keperawatan bisa di buat dengan konsep

SOAPIE seperti berikut :

Tabel 4

Evaluasi/Dokumentasi Keperawatan

DIAGNOSA
No EVALUASI (SOAPIE)
KEPERAWATAN
S (subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang
didapat dari klien setelah tindakan diberikan.

O (objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil


pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh
perawat setelah tindakan dilakukan.

A (analisis) : adalah membandingkan antara informasi


subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil,
kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.

P (planing) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang


akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.

38
I (implementasi) : pelaksanaan rencana tindakan untuk
mengatasi masalah, keluhan, atau mencapai tujuan pasien
. Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.
Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin
menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau
disesuaikan

E (evaluasi) : Tafsiran dari efek tentang tindakan yang


telah diambil adalah penting untuk menilai keefektifan
asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai
menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau
tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar
untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat
mencapai tujuan.

Setelah di lakukan tindakan klien :


S :- mengatakan tidur sudah mulai teratur sesuai jadwal
-mulai tidur tidak lambat dan bangun tidak telat
-aktifitas siang terjadwal
-bangun merasa segar
-sudah bisa berinteraksi dengan lingkungannya

O.:-klien tampak segar,ceria


- tidak sering ngantuk siang hari
-kegiatan klien sudah mulai terarah
-patuh minum obat dan melakukan konseling
-lingkungan keluarga dan orang terdekat klien memaklumi
dan bisa membantu klien saat serangan

A : masalah teratasi

I : lanjutkan intervensi

E :klien tidak murung,dapat hidup normal seperti lainnya

39
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Narkolepsi adalah sauatu gangguan tidur yang berasal dari faktor genetik

(keturunan). Banyak dari penderitanya tidak sadar bahwa mereka sedang

mengalami suatu kelainan, karena memang tidak ada suatu bahaya yang

ditimbulkan dari efek narkolepsi tersebut. Kecuali serangan terjadi saat penderita

melakukan suatu aktifitas tertentu. Seperti mengemudi dan atau memegang suatu

barang yang mudah pecah.

3.2 Saran

Narkolepsi, seperti banyak kelainan neurologis lainnya, memerlukan

penyesuaian gaya hidup untuk pasien. Mereka harus mengatur kondisi mereka dan

meggunakan resep untuk membantu gejala. Jika gejala narkolepsi sudah dirasa ada,

segeralah berkonsultasi kepada dokter. Agar gangguan tersebut tidak berlarut-larut

dan semakin parah. Segeralah berusaha secara mandiri dengan cara menyeseuaikan

gaya hidup yang sehat dan benar jika anda sudah merasa mengidap gangguan

narkolepsi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Doengos.E.Maryln,dkk (2002) Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Lynda Juall Carpenito-Moyet, (2002)Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi

13,EGC,Jakarta.

Asmadi.2008. Tehnik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan


dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.

Kozier,B.,G.Erb. 2004. Fundamentals of Nursing: Concepts, process, and practice.


Seventh edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Mubarak & Chayatin. 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia, Teori dan aplikasi
dalam praktik. Jakarta : EGC

41

Anda mungkin juga menyukai