Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Arus reformasi telah melahirkan Kebijakan Otonomi Daerah berdasarkan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Urusan pemerintah Pemerintah dan Urusan pemerintah Propinsi sebagai Daerah

Otonom yang kemudian dirubah menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Provinsi

dan Daerah.

Penerapan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah berimplikasi pada pergeseran paradigma tatanan kepemerintahan dari

yang bersifat sentralitas menuju tatanan pemerintahan yang bersifat desentralisasi

dimana daerah diberikan urusan pemerintah yang lebih besar. Tatanan

pemerintahan yang desentralistis dimanifestasikan dalam pelimpahan urusan

pemerintah dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pelimpahan urusan

pemerintah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah menganut tiga asas,

yakni asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan tugas pembantu.

Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dalam wujud

pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab telah

menjadikan Pemerintah Daerah sebagai pelayanan terdepan dalam pelaksanaan


1
2

tugas-tugas pemerintahan terutama dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Sebagai konsekuensi dari perubahan tersebut maka perlu adanya

penataan ulang berbagai elemen dalam sistem penyelengggaraan pemerintahan

dalam rangka manifestasi pelaksanaan otonomi daerah. Dalam mewujudkan

sasaran atau tujuan yang diinginkan diperlukan upaya pembinaan aparatur

pemerintah daerah, sehingga dapat bekerja secara profesional dan manajemen

pelayanan umum (public service) dapat dilaksanakan secara efektif, efisien, dan

akuntabel. Perlu dikedepankan oleh Pemerintah Daerah adalah bagaimana

pemerintah daerah mampu membangun, meningkatkan dan mendayagunakan

kelembagaan daerah yang kondusif, sehingga dapat mendesain standar pelayanan

publik yang mudah, murah dan cepat.

Pelayanan terhadap masyarakat sangat menentukan kelangsungan peranan

organisasi pada masa yang akan datang, termasuk di dalamnya adalah organisasi

pemerintah, hal ini berhubungan erat dengan kinerja seluruh pegawainya. Dengan

kinerja yang optimal diharapkan pelayanan dengan kualitas yang tinggi dapat

tercapai serta organisasi dapat berjalan lancar. Usaha untuk mewujudkan aspirasi

masyarakat tersebut tidak terlepas dari eksistensi aparatur pemerintah yang bersih,

berwibawa, terampil, cakap dan bertanggung jawab serta disiplin yang tinggi

sesuai dengan kedudukan sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.

Kemampuan dari suatu sistem pelayanan publik dalam merespon dinamika

yang terjadi dalam masyarakatnya secara tepat dan efisien akan sangat ditentukan

oleh bagaimana misi dari birokrasi dipahami dan dijadikan sebagai basis dan

kriteria dalam pengambilan kebijakan oleh birokrasi itu. Menurut Dwiyanto


3

(2002: 4) bahwa birokrasi publik di Indonesia seringkali tidak memiliki misi yang

jelas sehingga fungsi-fungsi dan aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi itu

cenderung semakin meluas, bahkan kemudian menjadi semakin jauh dari tujuan

yang dimiliki ketika membentuk birokrasi itu.

Sebagaimana dipahami bahwa esensi pemerintahan adalah pelayanan

kepada masyarakat oleh karena itu pemerintah tidak diadakan untuk dirinya

sendiri tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang

memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan

kreativitasnya demi mencapai tujuan bersama (Rasyid, 1998: 139). Pemerintah

sebagai pelayan masyarakat (public service) sudah seharusnya memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Pelayanan yang berkualitas selain

bermanfaat bagi masyarakat juga bermanfaat terhadap citra aparat pemerintah itu

sendiri. Kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan

tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas dari sistem kemampuan

kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan dalam mendorong,

menumbuhkan serta memberikan pengayoman terhadap prakarsa dan pemenuhan

kebutuhan pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat.

Mengingat urgensitas peran aparatur dalam menyelenggarakan peran dan

fungsinya, perlu kiranya dicari dan dirumuskan suatu pendekatan strategis untuk

membangun wajah baru aparatur profesional yang handal, tanggap, inovatif

fleksibel dan tidak prosedural dalam memberikan pelayanan dan penyelenggaraan

pembangunan. Peran pemerintah yang selama ini sebagai ruler seharusnya diganti

dengan sebagai fasilitator. Walaupun upaya untuk mewujudkan birokrasi


4

pemerintahan yang responsif dan inovatif dengan memposisikan diri sebagai

fasilitator bukan pekerjaan yang mudah, namun upaya untuk mewujudkan cita cita

tersebut tetap harus diupayakan demi memberikan pelayanan yang baik kepada

publik dan mampu memperbaiki citra birokrasi Indonesia yang selama beberapa

dasawarsa banyak menimbulkan citra negatif dan telah kehilangan legitimasi

dimata masyarakat.

Desa Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis sebagai salah

satu instansi publik bertugas menyelenggarakan pelayanan di bidang pembuatan

surat pengantar KTP. Berikut ini ditampilkan rekapitulasi data masyarakat yang

membuat surat pengantar KTP.

Tabel 1.1
Rekapitulasi Data Masyarakat Yang Membuat Surat Pengantar
Kartu Tanda Penduduk ( KTP)
di Desa Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis

Jumlah Pembuat Surat Pengantar KTP


Tahun
(Orang)
2007 86
2008 98
2009 110
2010 122
2011 1740

Sumber : Desa Padaherang kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis, 2011


Keterangan di tahun 2011 adanya pembuatan surat pengantar eKTP masal

Data tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa pembuatan surat pengantar

KTP di Desa Padaherang kecamatan Padaherang kabupaten Ciamis di tahun 2011

mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi

Desa Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis untuk membangun


5

aparatur yang profesional guna menjalan fungsinya sebagai salah satu instansi

penyelenggara pelayanan publik.

Kondisi yang ada di lingkungan Desa Padaherang Kecamatan Padaherang

Kabupaten Ciamis, ikut mempengaruhi terbentuknya birokrat profesional yang

handal serta respon terhadap dinamika perubahan dan aspirasi masyarakat.

Perubahan menuju model kerja yang positif dalam menjalankan roda

pemerintahan dan menyelenggarakan pelayanan publik yang bermental

entrepreneur serta perubahan kepemimpinan dari autokratis menuju kepemimpin

yang demokratis dan pembaharuan serta didukung dengan model penghargaan

yang mencerminkan rasa keadilan diyakini lebih mampu memotivasi prestasi

kerja aparatur daripada sekedar meningkatkan kemampuan dan keahlian aparatur

yang pada akhirnya akan masuk dalam lingkaran birokrasi yang tidak sehat.

Kepemimpinan sangat diperlukan bagi gerak dinamis suatu organisasi.

Dengan kepemimpinan yang baik dari seorang pimpinan akan membawa dampak

pengaruh yang baik pula terhadap kemajuan suatu masyarakat dalam perubahan

menuju ke arah perubahan lebih baik. Menurut pendapat Siagian (1997:12)

menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai berikut :

Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang


menduduki jabatan sebagai pemimpin suatu kerja untuk mempengaruhi
perilaku orang lain terutama bawahannya untuk berfikir dan bertindak
sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan
sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

Desa Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis sebagai salah

satu instansi yang menyelenggarakan pelayanan publik khususnya yang berkaitan

dengan pembuatan KTP dituntut bekerja secara profesional serta mampu secara
6

cepat merespon aspirasi dan tuntutan publik dan perubahan lingkungan lainnya

dengan cara kerja yang lebih bersahaja dan berorientasi kepada masyarakat

daripada berorientasi kepada atasan seperti yang terjadi selama ini dalam

lingkungan birokrasi publik.

Dari studi pendahuluan disimpulkan bahwa masyarakat yang pernah

berurusan dengan Desa Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis

menyangkut layanan publik terutama pembuatan KTP, ditemukan gejala-gejala

bahwa pelayanan masih rendah, hal itu dapat dilihat dari masalah sebagai berikut :

1. Pelayanan yang diberikan oleh pegawai desa kurang memenuhi harapan

publik karena hanya di desain oleh penyedia layanan tanpa pernah

menanyakan keinginan, kebutuhan, maupun keluhan para pelanggan atau

pengguna layanan (kepuasan masyarakat belum terpenuhi ).

2. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pegawai Desa Padaherang

Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis terasa masih belum maksimal oleh

masyarakat. Contohnya : dalam penyusunan program pembuatan KTP dan

pengelolaan administrasi sering terjadi kesalahan, hal ini mengakibatkan

dokumentasi KTP menjadi terlambat karena sering berulang-ulang diperbaiki.

3. Kemampuan yang dimiliki pegawai Desa Padaherang Kecamatan Padaherang

Kabupaten Ciamis masih lemah termasuk dalam memberikan pelayanan

masih terasa kurang efektif dan efisien. Contohnya : pada dalam

melaksanakan dan menyiapkan bahan rencana teknis KTP tidak didukung

oleh kemamapuan dan inisiatif pegawainya, hal ini berakibat kepada


7

penyusunan petunjuk teknis perencanaan, pelaksanaan dan fasilitasi

pembuatan KTP menjadi terlambat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan menetapkan judul : “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa

terhadap Pelayanan Pembuatan Surat Pengantar Kartu Tanda

Penduduk di Desa Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, melalui penelitian ini

peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kepemimpinan kepala desa di Desa Padaherang Kecamatan

Padaherang Kabupaten Ciamis?

2. Bagaimanakah pelayanan pembuatan surat pengantar KTP Padaherang

Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis?

3. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap pelayanan

pembuatan surat pengantar KTP di Desa Padaherang Kecamatan Padaherang

Kabupaten Ciamis?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kepemimpinan kepala desa di Desa Padaherang Kecamatan

Padaherang Kabupaten Ciamis.


8

2. Untuk mengetahui pelayanan pembuatan surat pengantar KTP di Desa

Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

3. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap pelayanan

pembuatan surat pengantar KTP di Desa Padaherang Kecamatan Padaherang

Kabupaten Ciamis.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Nilai kegunaan teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Mengembangkan pengetahuan peneliti serta menerapkan teori-teori ke dalam

praktek yang peneliti peroleh selama kuliah.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan pemerintahan dan memperdalam

pemahaman ilmu pemerintahan yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek

mengenai kepemimpinan kepala desa dan pelayanan pembuatan surat

pengantar KTP.

3. Sebagai dasar untuk menentukan kebijakan serta pengambilan keputusan

mengenai pelayanan pembuatan surat pengantar KTP melalui kepemimpinan

kepala desa.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Nilai kegunaan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perbaikan

kinerja pemerintahan kepala desa, khususnya bagi pengembangan


9

kepemimpinan kepala desa dalam menjalankan roda pemerintahan sehingga

dapat memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat.

2. Menambah perbendaharaan perpustakaan pada Jurusan Ilmu Pemerintahan

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Bina Putera Banjar.

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pada jurusan

ilmu pemerintahan serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan

literatur yang berguna bagi civitas akademik yang akan melakukan penelitian

dengan masalah yang sama.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kepemimpinan Kepala desa di dalam pemerintahan desa, akan sangat

berarti bagi dinamika pemerintahan, yang sekaligus memberikan kepercayaan

bagi masyarakat yang diberi motivasi dalam usaha peningkatan taraf hidup yang

lebih baik. Dampak dari kepemimpinan kepala desa sebagai unsur pimpinan

pemerintahan desa, diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat khususnya dalam rangka peningkatan pembangunan yang sejahtera.

Siagian (1997 : 24) mengemukakan pendapatnya tentang kepemimpinan,

adalah sebagai berikut :

Kepemimpinan adalah kemampuan dan keterampilan seseorang yang


menduduki jabatan sebagai pemimpin suatu kerja untuk mempengaruhi
prilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berfikir dan bertindak
sedemikian rupa sehingga melalui prilaku yang positif ia memberikan
sumbangsih nyata dalam pencapaian tujuan organisasi.

Pemimpin merupakan titik sentral kepemimpinan, artinya bahwa

pemimpin merupakan inti dari bergeraknya para pengikut. Efektif atau tidaknya
10

para pengikut sangat tergantung kepadanya. Pengikut sangat mempengaruhi

kegiatan kepemimpinan, oleh karena itu efektivitas kepemimpinan ditentukan

juga oleh adanya pemahaman mendalam terhadap keberadaan para pengikut.

Demikian pula halnya situasi dan kondisi yang melingkupi kepemimpinan dan

kepengikutan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan seorang

pemimpin namun juga dapat menghancurkannya. Oleh sebab itu maka pemimpin

dan juga pengikut harus mampu membaca dan kemudian memanfaatkan situasi

dan kondisi dimaksud kearah yang diharapkan.

Definisi kepemimpinan menurut Kaloh (2003 : 10) mengutarakan dalam

tiga pengertian, sebagai berikut :

Pertama, kepemimpinan adalah sesuatu yang semestinya melekat pada diri


seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: Kepribadian
(personality), Kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability). Kedua,
kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang
terkait dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau prilaku pemimpin itu
sendiri. Ketiga, kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi
antar pemimpin, bawahan dan situasi.

Pada hakekatnya memimpin berbeda dengan memerintah. Memerintah

penekannya kepada aktivitas sesuai dengan kemampuan si pemberi perintah.

Sedangkan memimpin tekanan utamanya pada penggunaan cara atau pendekatan

agar seseorang atau sekelompok orang dapat digerakkan ke arah yang positif

sehingga mereka dapat memberikan sambutan secara sukarela atau ikhlas.

Kepemimpinan sebagai suatu seni memimpin organisasi negara urgen,

karena Dann Sugandha (1998 : 131) menjelaskan bahwa :

Setiap organisasi dan setiap masyarakat memerlukan seorang pemimpin


yang dapat memberi semangat dan kepuasan untuk bergerak, mengarahkan
dan mengendalikan serta yang mampu menjadi pengayom bagi para
pengikutnya.
11

Kepemimpinan dalam organisasi digunakan sebagai seni memimpin

organisasi oleh seorang pemimpin harus ditinjau dari berbagai aspek dan sudut

pandang sehingga lebih efektif pelaksanaannya. Aspek organisasi formal sangat

mempengaruhi pelaksanaan kepemimpinan seseorang dan lebih banyak mengatur

dan menilai pelaksanaan tugas dan pekerjaan organisasi secara keseluruhan.

Kepemimpinan harus memunculkan faktor pengaruh seseorang supaya mengatur

kerjasama bawahan dengan baik. Persuasif dalam memimpin organisasi sangat

penting, karena terpilihnya seorang pemimpin tidak cukup penunjukkan pada

atasannya tetapi harus mendapat pengakuan dari bawhannya.

Sukarno (1995 : 86) mengemukakan arti pentingnya kepemimpinan,

sebagai berikut :

“..... fungsi ini merupakan fungsi yang sangat penting sebab biar
bagaimanapun juga rapinya perencanaan serta tertibnya pengorganisasian
atau tepatnya penempatan orang-orang, ini belum berarti dapat menjamin
bergeraknya organisasi ke arah sasarannya (tujuannya) ......”

Pernyataan tersebut dapat dimaklumi karena kepemimpinan merupakan

pemersatu, pengarah, pengendali, penggerak, pengayom dan sebagainya bagi

segala sumber daya yang ada dalam suatu organisasi.

Untuk mengukur kepemimpinan tersebut, dapat diukur melalui perilaku

kepemimpinan yang baik menurut Kaloh (2003 : 136) sebagai berikut :

1. Perilaku menyebarkan informasi (Informing).


2. Perilaku konsultasi dan delegasi (Consultating and Delegating).
3. Perilaku perencanaan dan pengorganisasian (Planning and
Organizing).
4. Perilaku pemecahan masalah (Problem Solving).
12

Dampak dari kepemimpinan kepala desa sebagai unsur pimpinan

pemerintahan desa, diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat khususnya dalam rangka dan memberikan pelayanan yang prima

kepada masyarakat.

Pelayanan pada masyarakat atau publik merupakan tugas dan pekerjaan

dari sebuah organisasi pemerintahan. Dengan adanya pelayanan yang baik, maka

sebuah organisasi pemerintahan telah berhasil menciptakan organisasinya menjadi

sebuah organisasi yang respon dan aspiratif bagi kepentingan umum dan tidak

semata-mata profit oriented.

Thoha (1995 : 39) mengemukakan pengertian pelayanan sebagai berikut :

Pelayanan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang dan atau
kelompok orang atau instansi tertentu untuk membuktikan bantuan dan
kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Secara teknis pelayanan itu hakikatnya adalah bagaimana memberikan
kepuasan kepada pelanggan.

Pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang

lain secara langsung merupakan konsep yang senantiasa aktual dalam berbagai

aspek kelembagaan bukan hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah berkembang

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan kompetisi global yang

sangat ketat. Dalam kondisi demikian hanya organisasi yang mampu memberikan

pelayanan berkualitas yang akan merebut konsumen potensial, seperti halnya

lembaga pemerintah semakin dituntut untuk menciptakan kualitas pelayanan yang

dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu,

pelayanan aparatur harus lebih proaktif dalam mencermati paradigma baru global

agar pelayanannya mempunyai daya saing yang tinggi dalam berbagai aktivitas
13

publik. Birokrasi seharusnya menjadi center of excellence, pusat keunggulan

pemerintahan. Jika dihubungkan dengan administrasi publik, pelayanan adalah

kualitas pelayanan birokrat terhadap masyarakat.

Ukuran pelayanan menurut Parasuraman dkk (dalam Tjiptono, 2004:70)

sebagai berikut :

1. Kehandalan (Reliability)
2. Berwujud (Tangibles)
3. Ketanggapan (Responsiveness)
4. Keyakinan (Assurance)
5. Empati (Emphaty)

Berdasarkan uraian di atas selanjutnya peneliti mencoba mengajukan

anggapan dasar sebagai berikut:

1. Kepemimpinan kepala desa adalah kemampuan dan keterampilan seorang

kepala desa yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk

mempengaruhi perilaku orang lain.

2. Pelayanan pembuatan surat pengantar KTP adalah bentuk kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah guna memenuhi kepentingan masyarakat dalam

rangka pemenuhan kewajibannya membuat surat pengantar KTP.

Bertitik tolak dari anggapan dasar di atas, peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut: “Terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan

kepala desa terhadap pelayanan pembuatan surat pengantar KTP di Desa

Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis”.

Untuk menguji hipotesis tersebut, dirumuskan hipotesis statistik sebagai

berikut :
14

Ho : r = 0 : tidak terdapat pengaruh yang positif antara kepemimpinan kepala

desa terhadap pelayanan pembuatan surat pengantar KTP di Desa

Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

Ha : r ≠ 0 : terdapat terdapat pengaruh yang positif an tara kepemimpinan

kepala desa terhadap pelayanan pembuatan surat pengantar KTP di Desa

Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis.

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang dilandasi oleh berbagai teori

serta data yang diambil dari lapangan secara objektif. Dengan demikian sebuah

penelitian yang baik dan benar harus terlebih dahulu mempersiapkan metode

penelitian yang akan dipakai dalam usaha penyelesaian sebuah penelitian lewat

data-data dan teori-teori yang diambil dari buku-buku sehingga akan membentuk

suatu hasil penelitian yang baik dan bermanfaat.

Arikunto (2002:18) berpendapat bahwa “Ada tiga persyaratan penting

dalam mengadakan kegiatan penelitian yaitu: sistematis, berencana, dan

mengikuti konsep ilmiah”. Lebih lanjut Arikunto (2002:19) menjelaskan

pernyataan dimaksud sebagai berikut :

1. Sistematis artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang


paling sederhana sampai yang paling kompleks hingga tercapai
tujuan secara efektif dan efisien.
2. Berencana artinya dilaksanakan dengan adanya unsur dipikirkan
langkah-langkah pelaksanaannya.
15

3. Mengikuti konsep ilmiah artinya mulai awal sampai akhir kegiatan


penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip
yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan

tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan.

Menurut Suriasumantri (dalam Sugiyono, 2001:1) “Metode keilmuan itu

merupakan gabungan antara pendekatan rasional dan empiris”. Pendekatan

rasional memberikan pendekatan yang koheren dan logis. Sedangkan kerangka

empiris memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori.

Menurut Sugiyono (2005:11) jenis penelitian eksplanatori adalah :

Penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang


diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dengan
metode yang digunakan adalah metode asosiatif (hubungan) yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Sebuah penelitian yang baik tentunya harus melalui suatu prosedur

penelitian yang benar, akan dihasilkan data yang valid serta dapat memberikan

manfaat yang maksimal terhadap peneliti, publik serta objek yang diteliti.

1.6.2. Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel penelitian disusun untuk memudahkan langkah

dalam menjaring dan mengumpulkan data yang dikumpulkan dari responden,

sesuai dengan teori-teori, konsep-konsep, asumsi-asumsi dan variabel penelitian

ditetapkan operasional variabel ini meliputi dimensi-dimensi dan indikator-

indikator yang akan mengarahkan tersusunnya instrumen penelitian.


16

Definisi variabel yang dikemukakan oleh Hatch dan Farhady (dalam

Sugiyono, 2001 : 20) adalah sebagai berikut :

Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut dari seseorang atau objek yang
mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek
dengan objek lain. Tinggi dan berat badan, sikap, motivasi,
kepemimpinan,disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang.
Berat, bentuk, ukuran, dan warna merupakan atribut-atribut dari objek.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu

kepemimpinan kepala desa dan variabel terikat yaitu pelayanan pembuatan surat

pengantar KTP. Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian

adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Item
Perilaku • Sosialisasi pembuatan 1
menyebarkan surat pengantar KTP
informasi sampai ke RT,RW 2
(informing) • Penjelasan arah kebijakan
pembuatan surat
pengantar KTP sampai ke
RT,RW
Perilaku konsultasi • Bermusyawarah dengan 3
dan delegasi masyarakat
(consultating and • Berkoordinasi dengan 4
Kepemimpinan delegating) pihak terkait
(Variabel X)
Teori menurut
Perilaku • Perencanaan yang matang 5
perencanaan dan dalam pembuatan surat
Kaloh(2003:136)
pengorganisasian pengantar KTP 6
(planing and • Skala prioritas pembuatan
organizing) surat pengantar KTP
Perilaku pemecahan • Tindak lanjut 7
masalah penyelesaian sulitnya
(problem solving) pembuatan surat 8
pengantar KTP
• Dukungan masyarakat
dalam pembuatan surat
pengantar KTP
Pelayanan Kehandalan • Kemampuan memberikan 1
17

(Varaiabel Y) (Reliability) pelayanan benar


Teori Menurut Keandalan menyediakan 2
Parasuraman pelayanan yang
dkk(dalam terpercaya
Tjiptono,2004:70) Berwujud • Sarana fisik perkantoran, 3
(Tangibles) komputerisasi dll.
• Dukungan sumber daya 4
manusia
Ketanggapan • Kesanggupan membantu 5
(Responsiveness) dan menyediakan
pelayanan cepat dan tepat
• Tanggap terhadap 6
keinginan masyarakat
Keyakinan • Sopan santun dalam 7
(Assurance) pelayanan
• Sikap ramah dalam 8
pelayanan
Empati • Sikap tegas tetapi penuh 9
(Emphaty) perhatian dalam
pelayanan
• Tidak diskriminasi dalam 10
pemberian layanan
Sumber : Data Olahan Penelitian 2011

1.6.3. Unit Analisis, Populasi dan Sampel

1.6.3.1 Unit Analisis

Unit analisa dalam penelitian ini adalah penduduk yang berusia 17 tahun

ke atas atau yang sudah menikah di Desa Padaherang Kecamatan Padaherang

Kabupaten Ciamis.

1.6.3.2 Populasi dan Sampel

Populasi menurut Arikunto (2002:102) adalah “keseluruhan subyek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”.

Berdasarkan pengertian di atas, populasi pada penelitian ini adalah

penduduk yang berusia 17 tahun ke atas atau yang sudah menikah di Desa
18

Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis yang berjumlah 1740

Pembuat surat pengantar Kartu tanda penduduk (KTP).

mendefinisikan “Sampel adalah sebagian dari populasi yang diwakilkan

sebagai objek penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara acak

sederhana. Menurut Notoatmodjo (2002:85) teknik acak sederhana (simple

random sampling) artinya setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel.

Apabila populasi melebihi 100 orang, maka pengambilan sampelnya

menggunakan rumus Slovin yang dikemukakan oleh Taro Yamame (dalam

Husein, 2004:72) sebagai berikut :

N
n =
N (d)2 + 1
Keterangan :

N : Populasi

d : Determinan

n : Sampel

Ukuran sampel menurut rumus diatas dihitung sebagai berikut :

n = 1740

1740 (0,1)2 + 1

n = 1740

1740 (0,01) + 1

n = 1740

17,40 + 1
19

n = 1740

18,40

n = 94,46

Ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 94

orang.

1.6.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan, yaitu dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari

berbagai literatur dan sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah

yang sedang diteliti.

2. Studi Lapangan, yaitu diperoleh secara langsung dengan melakukan

penelitian pada kepala keluarga di Desa Padaherang Kecamatan Padaherang

Kabupaten Ciamis melalui kegiatan :

a. Observasi, yaitu cara memperoleh data dengan mengadakan pengamatan

langsung ke objek penelitian.

b. Wawancara, yaitu cara meminta penjelasan langsung melalui wawancara.

c. Angket, yaitu penyebaran sejumlah daftar pertanyaan kepada responden,

kemudian responden tersebut memberikan jawabannya dengan cara

memilih jawaban yang telah tersedia, dengan pilihan jawaban :

• Selalu : Diberi Skor 4

• Sering : Diberi Skor 3


20

• Kadang-Kadang : Diberi Skor 2

• Tidak Pernah : Diberi Skor 1

1.6.5 Teknik Analisis Data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelacakan dan

pengaturan data secara sistematis. Adapun teknik pengukuran data yang

digunakan adalah teknik kualitatif yaitu data atau hasil wawancara yang diperoleh

kemudian dianalisa melalui langkah-langkah reduksi data, display dan penarikan

kesimpulan.

Untuk melakukan pengolahan data hasil penelitian, terlebih dahulu

ditetapkan nilai/bobot skor dari setiap alternatif jawaban berdasarkan skala likert

dengan rumus :

F
P= x 100 %
N
Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah jawaban/frekuensi distribusi

N = Jumlah responden

Alat analisis yang digunakan adalah pelacakan dan pengaturan data secara

sistematis. Adapun teknik pengukuran data yang digunakan adalah teknik

kualitatif yaitu data atau hasil wawancara yang diperoleh kemudian dianalisa

melalui langkah-langkah reduksi data, display dan penarikan kesimpulan. Untuk

menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua, peneliti menggunakan


21

analisis kualitatif melalui pengolahan data yang ditabulasikan dan dideskripsikan

kedalam tabel distribusi frekuensi dengan langkah analisis sebagai berikut :

1. Menentukan rentang, yaitu dengan cara skor tertinggi dikurangi skor terendah.

a. Variabel Kepemimpinan Kepala Desa ( X )

Skor tertinggi : 4 x 94 responden = 376

Skor terendah : 1 x 94 responden = 94

b. Variabel Pelayanan Pembuatan surat pengantar KTP (Y)

Skor tertinggi : 4 x 94 responden = 376

Skor terendah : 1 x 94 responden = 94

Jika digambarkan dalam bentuk interval kelas akan tampak seperti ini :

0 94 188 282 376

Tidak Pernah Kadang-kadang Selalu Sering

2. Persentase

Dalam distribusi frekuensi, total skor kenyataan dari masing-masing

item pertanyaan dapat dipresentasekan dengan perhitungan sebagai berikut :

Total Skor
x 100%
Skor Ideal
Keterangan :

Total Skor : Jumlah skor kenyataan untuk masing-masing.

Skor Ideal : Skor tertinggi x jumlah responden

Selanjutnya untuk mengukur hubungan variabel bebas terhadap variabel

terikat, digunakan model analisis korelasi dengan pengukuran skala ordinal.

Untuk mengetahui korelasi antar kedua variabel, maka dilakukan uji statistik
22

parametrik dengan menggunakan rumus koefisien korelasi product moment (r)

menurut Sugiyono (2001 : 149) sebagai berikut :

rxy =
∑ xy
∑ x )(∑ y
2 2
)

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi product moment

Σx2 : (x-x)2

Σy2 : (y-y)2

Σxy : Jumlah hasil kali x dengan y

Untuk memberikan interpretasi seberapa kuat hubungan kedua variabel

di atas, maka digunakan tabel konsultasi dibawah ini :

Tabel 1.3
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Kelas Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Data Sugiyono (2001 : 149)

Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar pengaruh kepemimpinan

kepala desa terhadap pelayanan pembuatan surat pengantar KTP di Desa

Padaherang Kecamatan Padaherang Kabupaten Ciamis, maka dicari dengan

menggunakan koefisien determinasi menurut Sudjana (1991 : 244) dengan

rumus :

d = (r2) x 100 %
23

Keterangan :

d : Koefisien Determinan

r : Nilai Product Moment

Setelah menentukan korelasi, selanjutnya dilakukan uji kebenaran

dengan rumus (t) sebagai berikut :

r n−2
t=
1− r2

Keterangan :

r : Koefisien korelasi Product Moment

n : Sampel

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, dan Ha diterima, atau signifikan.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak, atau non signifikan

1.7 Lokasi dan Jadual Penelitian

1.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Padaherang Kecamatan Padaherang

Kabupaten Ciamis.
24

1.7.2 Jadwal Penelitian

Jadual kegiatan penelitian dapat dilihat dari tabel 1.4 berikut ini :

Tabel 1.4
Jadwal Penelitian
Tahun 2011 – 2012
N Bulan
Kegiatan
o Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept

1 Observasi
Studi
2
Kepustakaan
3 Seminar out line

4 Penelitian
Penyusunan dan
5 Bimbingan
Skripsi
6 Sidang Skripsi

Anda mungkin juga menyukai