Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya
waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai
irama sirkadian. Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi Sistem
Saraf Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron di
substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi.
Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada
substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai pusat tidur (sleep center).
Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada
bagian rostral batang otak disebut sebagai pusat penggugah (arousal center).
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti oleh
fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian
antara 4-6 kali siklus semalam.
Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi dalam empat stadium,
antara lain:
1.1 Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap
stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas,
bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang disebut gelombang
teta.
1.2 Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG
menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering dengan
frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai
kompleks K. Pada stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah.
1.3 Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan
gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitu
gelombang delta. Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.
1.4 Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir sama
dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium 3
dan 4 juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep
(SWS)
Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak dibagi-bagi dalam
stadium seperti dalm tidur NREM.
Klasifikasi Gangguan Tidur
Klasifikasi gangguan tidur menurut Internasional Classification of Sleep
Disorders adalah 8
1. Dissomnia
a. Gangguan tidur intrisik
Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi
saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur berlebihan hipersomnia),
idiopatik.
b. Gangguan tidur ekstrisik
Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik, ketergantungan
alkohol, obat hipnotik atau stimulant
c. Gangguan tidur irama sirkadian
Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma
fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidurselama 24 jam.
2. Parasomnia
a. Gangguan aurosal
Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror, aurosal konfusional
b. Gangguan antara bangun-tidur
Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak berirama
c. Berhubungan dengan fase REM
Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest
d. Parasomnia lain-lainnya
Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan, distonia
parosismal
Definisi Insomnia
Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk
memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya
satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu. The
International Classification of Diseases mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan memulai
atau mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu
bulan. Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah
kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode
tidur tersebut.
Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk
tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya. Insomnia
bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab,
seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat
mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan
kualitas hidup.
Klasifikasi Insomnia
Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur ini dapat
mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum
tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.
Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis. Masalah
psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan terjadinya
insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis,
diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya
mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah tidur. Insomnia sekunder
juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit
tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini
dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang menderita insomnia.
Secara internasional insomnia masuk dalam 3 sistem diagnostik yaitu International Code of D
iagnosis (ICD) 10, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV dan
International Classification of Sleep Disorders (ISD).
Dalam ICD 10 tidak dibedakan antara insomnia primer atau sekunder. Insomnia disini adalah
insomnia kronik yang sudah diderita paling sedikit 1 bulan dan sudah menyebabkan gangguan
fungsi dan sosial.
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
1. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain
2. Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
3. Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan tertentu
4. Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama sekali dengan kondisi
mental, penyakit, ataupun obat-obatan.) Gangguan ini menetap dan diderita minimal 1
bulan.
Etiologi Insomnia
• Stres. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga dapat membuat
pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa kehidupan yang
penuh stres, seperti kematian atau penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau
kehilangan pekerjaan, dapat menyebabkan insomnia.
• Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak
atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.
• Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk beberapa
antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan
kortikosteroid.
• Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang mengandung kafein adalah
stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia.
Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi
mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah malam.
• Kondisi Medis. Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan sering
buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia lebih besar dibandingkan
mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis,
kanker, gagal jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke,
penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.
• Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran
waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk
tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun,
metabolisme, dan suhu tubuh.
• 'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang tidak bisa
tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur. Kebanyakan orang dengan
kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau
ketika mereka tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau
membaca.
Patofosiologi Insomnia
PERANAN NEUROTRANSMITER Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim
ARAS (Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang
tersebut dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan
tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik.
• Sistem serotonergik Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang terbentuk juga
meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat
pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi
yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang
mana terdapat hubungan aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
• Sistem Adrenergik Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan
sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi
peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur
REM dan peningkatan keadaan jaga.
• Sistem Kholinergik Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra
vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan
aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang
berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat
pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan
penurunan REM.
• Sistem histaminergik Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur
• Sistem hormon Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon
seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur
oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur
mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas
menagtur mekanisme tidur dan bangun.
Diagnosis
Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk menentukan pola tidur dan
tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai
tujuan yang sama Anda bisa mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.Pemeriksaan fisik akan
dilakukan untuk menemukan adanya suatu permasalahan yang bisa menyebabkan insomnia.
Ada kalanya pemeriksaan darah juga dilakukan untuk menemukan masalah pada tyroid atau
pada hal lain yang bisa menyebabkan insomnia. Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan,
akan dilakukan pemantauan dan pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak,
pernapasan, nadi, gerakan mata, dan gerakan tubuh.
Tatalaksana
1. Non Farmakoterapi
2. Farmakologi
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu
benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Pengaturan Dosis
- Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur.
- Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai
1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off (untuk mencegah timbulnya rebound
dan toleransi obat)
- Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-lahan,
untuk menghindari oversedation dan intoksikasi
- Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3 kali seminggu
(tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia lanjut
Lama Pemberian
- Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih dari 2
minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang menetap sekitar 6 bulan lamanya.
- Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena “Psychological Dependence”
(habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur dapat ditanggulangi.
Efek Samping
Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur
Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-insomnia
(waktu paruh) :
- Waktu paruh singkat, seperti Triazolam (sekitar 4 jam) gejala rebound lebih berat
pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik
- Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gejala rebound lebih ringan
- Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam menimbulkan gejala “hang over” pada
pagi harinya dan juga “intensifying daytime sleepiness”
Interaksi obat
- Obat anti-insomnia + CNS Depressants (alkohol dll) menimbulkan potensiasi efek
supresi SSP yang dapat menyebabkan “oversedation and respiratory failure”
- Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi hepatic microsomal enzyme atau
“produce protein binding displacement” sehingga jarang menimbulkan interaksi obat
atau dengan kondisi medik tertentu.
- Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai alkohol atau “CNS
Depressant” lain, resiko kematian akan meningkat.
Perhatian Khusus
- Kontraindikasi :
o Sleep apneu syndrome
o Congestive Heart Failure
o Chronic Respiratory Disease
- Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan
“teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities) khususnya pada trimester
pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan melalui ASI, berefek pada bayi
(penekanan fungsi SSP).
Komplikasi
Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia dapat
mengganggu kesehatan mental dan fisik.
Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan lain spt
depresi dll. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia
A. PARASOMNIA
Pengertian
Parasomnia adalah keadaan tidak terdapat respon terhadap rangsangan verbal
ataupun mental, kecuali yang respon yang bersifat reflek; gangguan tidur yang
berupa kejadian- kejadian yang tidak normal seperti berjalan saat tidur, mimpi buruk.
Parasomnia adalah suatu kelompok gangguan sekitar tidur yang luas;
mencakup perilaku seperti berjalan waktu tidur, mimpi buruk. (Hinchliff, 1999)
Parasomnia adalah gangguan yang melibatkan kegiatan fisik yang tidak
diinginkan, atau pengalaman yang terjadi selama tidur. Kendati gangguan tidur jenis
ini lebih umum ditemukan pada anak-anak, sekitar 5-15 persen, dan orang dewasa 1
persen, akan tetapi tidak menutup kemungkinan berhubungan dengan adanya luka
trau-ma. Parasomnia dicirikan oleh beberapa peristiwa tidak wajar yang terjadi
selama tidur, selama tahap tidur tertentu atau selama siklus tidur-bangun. (Copel,
2007)
Dari ketiga definisi di atas, kelompok menyimpulkan bahwa parasomnia adalah
sekumpulan gangguan tidur yang berupa gerakan yang tidak diinginkan dan tidak
sadar dilakukan saat tidur.
Penyebab Parasomnia
Bisa Jadi Karena Gangguan Otak, Parasomnia merujuk pada semua hal
abnormal yang dapat terjadi pada orang, sementara mereka tidur, terpisah dari sleep
apnea. Beberapa contoh adalah tidur yang berhubungan dengan gangguan makan,
tidur sambil berjalan, teror malam, kelumpuhan tidur, gangguan tidur REM perilaku,
dan agresi tidur.
Parasomnia sering terjadi dalam keluarga, mungkin faktor ge-netik. Gangguan
otak, mungkin bertanggung jawab untuk beberapa parasomnia, seperti banyak kasus
gangguan perilaku tidur REM. Para-somnia juga dapat dipicu oleh gangguan tidur
lainnya seperti apnea tidur obstruktif, dan dengan berbagai obat.Parasomnia
mempengaruhi sekitar 10 persen orang AS. Mereka terjadi pada orang dari segala
usia, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak. Anak-anak sangat ren-tan karena
ketidakdewasaan otak. Kabar baiknya adalah bahwa me-reka biasanya tidak terkait
dengan konsekuensi kesehatan negatif dan menghilang sebagai seorang anak matang.
Mencoba untuk membang-kitkan parasomniac, terutama ketika gemetar atau
berteriak , kadang-kadang dapat memicu respons, iritasi agresif atau kekerasan. Oleh
karena itu, secara perlahan kembalikan orang tersebut ke tempat tidur dengan
membimbing dia atau berbicara lembut.
Penatalaksanaan Parasomnia
1. Obat-obatan simtomatis anti histamin dapat digunakan dalam keadaan yang tidak
ringan dan sulit untuk diatasi dengan pendekatan biasa. Penggunaan obat sebaiknya
digunakan hanya sementara dan bila sangat perlu bukan untuk digunakan jangka
panjang
2. Konsumsi obat-obatan, konsumsi susu formula yang mengklaim bisa membuat
nyenyak tidur, terapi tradisional ataupun beberapa cara dan strategi untuk membuat
tidur nyenyak pada anak tidak akan berhasil selama penyebab utama gangguan tidur
pada anak karena alergi makanan tidak diperbaiki.
3. Orang tua secara psikologis harus memberi perhatian dan dorongan baik langsung
maupun dari sikap kita seperti menciptakan keharmonisan, menjaga hubungan antara
anggota keluarga yang baik.
4. Bagi orangtua hal penting lainnya adalah memperhatikan jadwal tidurnya.
5. Untuk mencegah dari bahaya yang dapat terjadi sebaiknya di kamar penderita
sleepwalking dihindarkan dari barang-barang yang mudah pecah dan tajam.
Usahakan untuk mengunci rapat semua pintu dan jendela saat hendak tidur, dan
sebaiknya menaruh kunci-kunci yang sedikit susah untuk dijangkau. Karena biasanya
penderita dapat mengenali pintu dan jalan-jalan dalam rumah.
6. Secara medis, parasomnia tidak memiliki standar cara pengobatan yang baku.
Namun ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari oleh penderita, seperti porsi tidur
yang kurang. Seorang anak karena asyik bermain akan melupakan tidurnya.
7. Berbagai terapi non medis dan alternative yang biasa dilakukan adalah terapi yang
dapat dilakukan seperti psikoterapi, relaksasi, hipnotis dan meditasi.
Hipersomnia
Menurut berdasarkan Diagnostic And Statictical Manual of Mental Disorders edisi ke
lima (DSM-5), ganguan tidur atau sleep disorder adalah masalah tidur yang menyebabkan
stres pribadi yang signifikan atau hendaya sosisla, pekerjaan atau peran lain.5
Hipersomnia adalah suatu keadaan tidur dan serangan tidur disiang hari yang berlebih
yang terjadi secara teratur atau rekuren untuk waktu singkat dan menyebabkan gangguan
fungsi sosial dan pekerjaan.6
Epidemiologi
Gangguan tidur sangat sering terjadi, 40% populasi mempunyai masalah tidur
selama setahun terakhir ini, 10% dapat didiagnosis sebagai insomnia, 3-4% mempunyai
diagnosis hipersomnia.9
Sebanyak 10 orang 132 dilibatkan dalam survei ini. Prevalensi masalah tidur
adalah 56% di Amerika Serikat, 31% di Eropa Barat dan 23% di Jepang. Kebanyakan
individu dengan masalah tidur dianggap ini berdampak pada fungsi mereka sehari-hari,
dengan kehidupan keluarga yang paling terpengaruh dalam sampel Eropa Barat,
kegiatan pribadi dalam sampel AS dan kegiatan profesional dalam sampel Jepang.
Hampir setengah dari individu dengan masalah tidur tidak pernah mengambil langkah
apapun untuk mengatasi mereka, dan mayoritas responden tidak berbicara dengan
dokter tentang masalah mereka. Dari orang-orang yang telah berkonsultasi dokter, resep
obat telah diberikan kepada sekitar 50% di Eropa Barat dan Amerika Serikat dan 90% di
Jepang. 9
Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini juga sesuai
dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan Sadock melaporkan
kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita gangguan tidur. Gangguan
tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan
alkohol.4
Pada kuisoner dan studi laboratorium, hipersomnia di siang hari menyerang 0,3-
4% pupulasi. Suatu studi pada tahun 1981 memperkirakan di Inggris sebesar 4000
penderita hipersomnia idiopatik.6
Etiologi
Klasifikasi Hipersomnia
Gambaran Klinis
a. Hipersomnia Non-organik7
1. Gambaran klinis di bawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti :
a. Rasa kantuk pada siang hari yang berlebihan atau adanya serangan
tidur/sleep attacks (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan
atau transisi yang memanjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar
sepenuhnya (sleep drunkenness)
b. Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari 1 bulan atau berulang
dengan kurun waktu yang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
c. Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” (catapelxy, sleep paralysis,
hypnagonic hallucination) atau bukti klinis untuk “sleep apnoe” (nocturnal
breath cessatin, typical intermittent snoring sounds,etc)
d. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa
kantuk pada sang hari.
2. Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gangguan jiwa lain,
misalnya gangguan afektif, maka diagnosis harus sesuai dengan gangguan yang
mendasarinya. Diagnosis hiersomnia psikogenik harus ditambahkan bila
hipersomnia merupakan keluhan yang dominan dari penderitaan dengan
gangguan jiwa lainnya.
Hipersomnia Primer
Penatalaksanaan
Prognosis