Anda di halaman 1dari 8

RESUME

PERAWAT WANITA DALAM SEJARAH ISLAM

Resume ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Kepribadian Perawat Islami semester genap

Tahun Akademik 2020

Disusun Oleh :

Lia Nur Azizah (1911020069)


Keperawatan S1 / 2B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan berkat limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan

resume perawat wanita dalam sejarah islam yang merupakan salah satu tugas yang

diberikan oleh dosen mata kuliah Kepribadian Perawat Islami.

Terimakasih kami sampaikan kepada yang terhormat

Ibu Dr.Ns.Hj. Umi Solikhah, S.Pd.,S.Kep.,M.Kep. selaku dosen pengampu mata

kuliah Kepribadian Perawat Islami program studi S1 keperawatan fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, serta kepada teman-teman

yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Dengan penulisan resume ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat

kepada para pembaca dan menambah wawasan pembaca mengenai perawat

wanita dalam sejarah islam. Terlepas dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik

serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang

lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Purwokerto, 17 Maret 2020

Penulis
RESUME

“RUFAIDAH” Karya AHMAD SYAUQI AL FANJARI

Rufaidah binti Sa’ad al Aslamiyah berasal dari Bani Aslam, salah satu

marga dari suku Khazraj di Madinah. Dalam salah satu sumber disebutkan bahwa

ia bernama Ku’aibah binti Sa’ad. Ia dilahirkan di Yastrib (Madinah) dan tumbuh

disana sebelum hijrah. Dia termasuk kelompok muslim pertama dari Bani Aslam.

Pada saat Rasulullah saw diizinkan oleh Allah swt untuk berhijrah, Rufaidah

termasuk diantara para muslimah kaum anshar yang menyambut Rasul dengan

tabuhan rebana dan gendang.

Rufaidah al – Ansariyah orang pertama yang mendirikan rumah sakit

medan perang (Tenda Palang Merah) yang berpindah – pindah. Rumah sakit

tersebut dikelola oleh paramedis wanita yang terlatih. Ini adalah yang pertama

dalam sejarah manusia. Rasulullah saw pernah bersabda pada salah seorang

sahabat  yang terluka : “Pindahkan ia ke tenda Rufaidah sampai ia disembuhkan

oleh wanita itu dan aku akan selalu menjenguknya.” Tenda Rufaidah terkenal

dengan sebutan Tenda Pertolongan atau pada masa Rasulullah saw dengan nama

Khaimah Rufaidah (Tenda Rufaidah).

Dahulu pada saat Islam belum menyentuh Yastrib, Rufaidah dan

keluarganya masih hidup dalam zaman mukhadram (zaman jahiliyah). Mereka

menyembah patung – patung sebagai Tuhan mereka. Saat itu Rufaidah dan

keluarganya ialah golongan tabib yang merangkap sebagai dukun di Yastrib.

Keluarganya ialah dukun sekaligus tabib yang sangat terkenal di kota tersebut.
Rufaidah juga mewarisi bakat dan ilmu keparawatan dari ayahnya, Sa’ad.

Pada saat itu keluarga merekalah satu – satunya tempat dimintai pertolongan

apabila ada penyakit secara fisik maupun jenis ‘penyakit’ lainnya. Cara

pengobatanya pun bercampur dengan sistem jahiliyah yaitu dengan mengobati

lalu meminta pertolongan dengan para patung tersebut dengan tak lupa meminta

ramalan baik dari segi kesehatan ataupun lainya.

Rasulullah menjelaskan pada Rufaidah bahwa : “Mengobati dan merawat

adalah pekerjaan paling mulia dan ajaran yang paling agung, serta merupakan

manfaat yang paling besar untuk manusia. Dan sesungguhnya kedatangan Islam

adalah untuk menyelamatkan pekerjaan mulia ini dari khurafat dan kebatilan.”

Meresapi perkataan Rasulullah saw Rufaidah semakin bersemangat menjalankan

ilmu – ilmu keperawatan sesuai dengan ajaran Islam. Dahulu ketika ia merawat

seseorang yang terluka ia tak pernah mencuci tangannya dan langsung merawat

pasien yang berikutnya. Sekarang semenjak ia mengenal Islam ia mengetahui

tentang kebersihan yang merupakan bagian dari iman dan sarang penyakit ialah

dari kondisi yang tidak bersih. Maka sekarang tak lupa ia selalu berwudhu

sebelum merawat pasien dan mensucikan tempat prakteknya dari kotoran dan

najis.

Rufaidah tidak hanya melakukan perwatan dan pengobatan, ia juga aktif

dalam bidang sosial lain yakni memberikan bantuan pada setiap fakir misikin,

anak yatim dan orang – orang yang tidak mampu bekerja. Rufaidah juga

menyelenggarakan pendidikan untuk para anak yatim; memberikan pelajaran

agama, ilmu keperawatan, serta mengasuh mereka.


Ketika agama Islam telah menyelimuti Madinah, Rufaidah berkonsentrasi

pada pekerjaan paramedis yang diwarisi dari para leluhurnya namun ia tidak

menggunakan cara-cara para leluhur seperti berdoa pada patung saat mengobati, ia

hanya mengambil ilmu medisnya dan berdoa kepada Allah yang Maha Esa. Saat

itu ia ia hanya melakukan perawatan dan penyembuhan terhadap masyarakat yang

menderita sakit. Lalu ia beranjak bangkit ingin membantu Rasulullah dan para

sahabat berjihad dengan cara mengobati dan merawat korban perang. Saat

pasukan yang dikomando oleh Rasulullah saw berada dalam kesulitan, datanglah

Rufaidah menemui Rasulullah saw. Ia datang bersama sekelompok besar wanita

di belakangnya. Ternyata Rufaidah telah mengorganisasi dan melatih mereka

dalam bidang keperawatan dan pengobatan.

Ia mendirikan kemah pengobatan disamping Masjid Nabawi. Pada saat

genderang peperangan telah ditabu untuk melawan kaum musyrik, Rufaidah

bersama rombongan turut bergabung di dalamnya sebagai pelayan korban perang.

Hal itu ia lakukan di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, Perang

Khaibar, dan beberapa perang lainya.

Pada saat terjadi Perang Uhud, inilah perang terbesar yang diikuti kaum

wanita. Pada saat itu Rufaidah mengorganisasi setiap perempuan yang ikut dalam

perempuan untuk menjaga setiap baris tenda. Pada saat perang  berlangsung

banyak yang terluka oleh kaum musyrikin. Satu per satu barisan wanita

meninggalkan tenda dan melanggar perintah. Beberapa kaum wanita ikut

berperang hingga akhirnya ada pula yang tumbang dalam nuansa jihadnya

melindungi Rasulullah, melindungi agama.


Setelah perang selesai, Rasulullah saw membagikan harta hasil rampasan

perang. Tak terkecuali Rufaidah, ia dipanggil Rasulullah saw Beliau

menghadiahkan pada Rufaidah sebuah kalung pada Rufaidah dan berkenan

melilitkan kalung tersebut di leher Rufaidah. Ia berwasiat bahwa anugerah dari

Rasulullah tersebut harus dikubur bersama jasadnya nanti ketika ia telah

meninggal. Sungguh beruntung seorang Rufaidah atas kerja kerasnya membantu

pasukan Islam dalam medan pertempuran, ia memperoleh kehormatan dari

Rasulullah saw. Rufaidah seorang wanita mulia yang memperoleh kemuliaan dari

orang mulia, Rasulullah saw.


Keteladanan yang dapat diamalkan dari tokoh Rufaidah :

- Rufaidah dijuluki sebagai “al-Fidaiyyah”, karena keberaniannya menerobos

kawasan-kawasan perang untuk menyelamatkan dan mengobati tentara-

tentara yang terluka.

Hal yang dapat kita teladani yaitu mau berjuang untuk kebaikan dimanapun

dan kapan pun.

- Rufaidah digambarkan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Ia

seorang pemimpin, organisatoris, mampu mengerahkan dan memotivasi

orang lain. Selain itu, ia memiliki pengalaman klinis yang dapat diajarkan

kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya.

Hal yang dapat kita teladani yaitu sebagai seorang perawat harus memiliki

sifat empati kepada semua orang tanpa pandang bulu (tanpa membeda-

bedakan satu sama lain).

- Kita juga harus saling membantu satu sama lain. Seperti halnya Rufaidah juga

memberikan bantuan pada setiap fakir misikin, anak yatim dan orang – orang

yang tidak mampu bekerja. Rufaidah juga menyelenggarakan pendidikan

untuk para anak yatim, memberikan pelajaran agama, ilmu keperawatan, serta

mengasuh mereka.

Anda mungkin juga menyukai