Within the Realm of Possibility. Di masa ini ada perawat di beri nama Al
Asiyah dari kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama
memberikan makanan, memberikan obat dan rehidrasi.
3. Masa Late to Middle Ages (1000-1500)
Di masa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan
mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar
dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang,
yaitu pemisahan antar ruang pasien laki-laki dan perempuan, serta perawat
wanita merawat pasien wanita, dan perawat laki-laki merawat pasien laki-laki
(Donahue, 1985, Al Osimy, 2004)
4. Masa Modern (1500-sekarang) Early Leaders in Nursings Development)
Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari
Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS
di negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab,
sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris
Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh
untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003)
dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan
memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang
menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam.
Saat perang Badar, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan
dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit
lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri
memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat
perang Ghazwat al Khandaq, Saad bin Maadh yang terluka dan tertancap panah
di tangannya, dirawat leh Rufaidah hingga stabil.
Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan
dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di
garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi
mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan
pengakuan awal untuk pekerjaaannya di keperawatan dan medis.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang.
Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komunitasnya. Dia memberikan
perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental.
Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah
digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik dan teliti.
Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga
perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti
1.
Masa penyebaran islam /The Islamic Periode ( 570 632 M). Pada masa ini
keperawatan sejalan dengan peperangan yang terjadi pada kaum muslimin (Jihad).
Rufaidah Al-Asalmiya adalah perawat yang pertama kali muncul pada mas ini.
2. Masa setelah Nabi / Post Prophetic Era (632 1000 M). Pada masa ini lebih
didominasi oleh kedokteran dan mulai muncul tokoh-tokoh kedokteran islam
seperti Ibnu Sinna, Abu Bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi (dr. Ar-Razi).
3. Masa pertengahan/ Late to Middle Age (1000 1500 M). pada masa ini negaranegara arab membangun rumah sakit dengan baik, pada masa ini juga telah
dikenalkan konsep pemisahan antara ruang rawat laki-laki dan ruang rawat
perenpuan. Juga telah dikenalkan konsep pasien laki-laki dirawat oleh perawat
laki-laki dan pasien perempuan dirawat oleh perempuan.
Sejarah Islam juga mencatat beberapa nama yang bekerjasama dengan Rufaidah,
seperti:
Ummu Ammara
Aminah
Ummu Ayman
Safiyat
Ummu Sulaiman
Hindun
Ada juga beberapa muslim yang terkenal sebagai perawat adalah:
Kuayibat
Aminah binti Abi Qays Al Ghifari
Ummu Atiyah Al Ansariyat
Nusaibat binti Kaab Al Maziniyat
Ummu Ammara dikenal juga sebagai Nusaibat binti Kaab bin Maziniyat. Dia
adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat
dibantu suami dan anaknya dalam bidang keperawatan. Dia berpartisipasi dalam
Perjanjian Aqabat dan Perjanjian Ridhwan juga andil dalam Perang Uhud dan
perang melawan Musailamah di Yamamah bersama anak dan suaminya. Dia
terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal dengan luka-lukanya. Dia
juga terlibat dalam Perang Uhud, merawat korban yang terluka dan menyuplai air
juga digambarkan berperang menggunakan pedang untuk membela Nabi.
Dalam bidang lain, tersebutlah nama Asy-Syifa binti Al-Harits. Asy-Syifa
termasuk wanita cerdas yang dikenal sebagai guru dalam membaca dan menulis
serta ahli ruqyah (pengobatan) sebelum datangnya Islam. Sesudah memeluk
Islam, dia tetap memberikan pengajaran kepada kaum perempuan. Oleh karena
itu, dia disebut sebagai guru (ulama) wanita pertama dalam Islam. Di antara
muridnya bernama Hafshah binti Umar bin Khattab. Kesibukan mengurus suami
dan mendidik seorang anak tidak membuat Asy-Syifa lupa untuk menuntut ilmu
hadis kepada Rasulullah, kemudian menyebarkannya sembari menyelipkan
nasehat-nasehat bagi umat Islam. Bahkan, Khalifah Umar bin Khattab sering
meminta pendapat Asy-Syifa tentang urusan agama dan dunia.
Lain Asy-Syifa lain Ummu Hani. Selain pandai berdiplomasi, Ummu Hani
binti Abi Thalib Al-Hasyimiyyah kesohor sebagai penunggang unta yang hebat,
periwayat dan pengajar hadis hingga akhir hidupnya. Ummu Hani mengerti betul
tugasnya selaku istri yang mengagungkan hak-hak suami dan mengasuh keempat
anaknya. Baginya, mengurus mereka membutuhkan perhatian yang menyita
waktu banyak. Karena itu, dia tak ingin menyia-nyiakan satu pun dari keduanya,
hingga dia mendapatkan pujian yang begitu mulia dari Rasulullah sebagai
perempuan penyayang keluarga. Pada saat yang sama, Ummu Hani pun tidak
lupa berperan di tengah masyarakat.
Jasa Hafshah binti Umar bin Khattab juga tidak boleh diremehkan. Dia
memiliki keberanian, kepribadian kuat dan ucapannya tegas. Kelebihan lainnya
berupa kepandaian dalam membaca dan menulis, padahal ketika itu kemampuan
tersebut belum lazim dimiliki kaum perempuan. Bahkan, dia satu-satunya istri
Rasulullah yang pandai membaca dan menulis. Atas dasar hal tersebut, Hafshah
sebagai orang yang pertama kali diperintahkan oleh khalifah Abu Bakar Siddiq
untuk mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-Quran yang masih berserakan di
banyak tempat pada lembaran kulit, tulang dan pelepah kurma sekaligus
menyimpan dan memeliharanya. Mushaf asli Al-Quran itu berada di rumah
Hafshah hingga dia meninggal dunia.
Ketika Rasulullah mengalami rintangan dan gangguan dari kaum kafir Quraisy,
makaKhadijah
Binti
Khuwailid selalu
berada
di
sampingnya
untuk
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Munifa Tasbi
Nur Aini Fadliati
Zahra
Moh. Rajab Syam
Moh. Nizar
Rahmat