Anda di halaman 1dari 15

BAB I

KONSEP BIOLISTRIK

A. PENGERTIAN BIOLISTRIK

Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber dari ATP
(Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu energi yang
bernama mitchondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga merupakan
fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang merupakan
lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis muatan negatif
pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel syaraf (neurons)
menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.
Transmisi sinyal biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan
Dendries yang berfungsi mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus
untuk mentringer neuron dapat berupa tekanan, perubahaan temperature, dan
isyarat listrik dari neuron lain. Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar
ke seluruh tubuh seperti gelombang pada permukaan air.
Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan dengan memasang beberapa
elektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman isyarat listrik dari jantung
(Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa kesehatan. Seperti halnya pada
ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan memasang beberapa elektroda pada
posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan dapat untuk mendiagnosa gejala
epilepsy, tumor, geger otak dan kelainan otak lainya.
Gaya tarik listrik sudah diamatai pada zaman yunani kuno. Kelistrikan
memegang peranan penting dalam hal kesehatan. Listrik yang ada di tubuh kita
disebut biolistrik atau sering diartikan sebagai listrik yang ada dalam tubuh
makhluk hidup, yang mana berasal dari kata bio berarti makhluk hidup dan kata
listrik. Pada dasarnya semua fungsi dan aktivitas tubuh banyak melibatkan listrik.
Sistem saraf berperan penting pada hampir semua fungsi tubuh. Kelistrikan pada
tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam tubuh.
Komposisi ion ekstra sel berbeda dengan komposisi ion intra sel. Pada ekstrasel
lebih banyak ion Na dan Cl2 sedangkan intra sel terdapat ion h dan anion protein.
Beberapa penyelidikan yang telah dilakukan berhubungan dengan
biolistrik :
1. Pada tahun 1780, Luigi Galvanic meneliti kelistrikan pada tubuh hewan.
2. Pada tahun 1892, Arons merasakan aliran frekuensi tinggi melalui dirinya dan
asistennya.
3. Pada tahun 1899, Van Seynek meneliti tentang terjadinya panas pada jaringan
akibat aliran frekuensi tinggi.

B. MACAM-MACAM GELOMBANG ARUS LISTRIK


Gelombang arus listrik berkaitan erat dengan penggunaan arus listrik untuk
merangsang saraf motoris atau saraf sensoris. Gelombang yang dimaksud
diantaranya :
1. Arus bolak balik/sinosuidal
2. Arus setengah gelombang
3. Arus setengah penuh
4. Arus searah murni
5. Faradik
6. Sentakan faradik
7. Sentakan sinosuidal
8. Galvanik yang interuptus
9. Arus gigi gergaji

C. LISTRIK DAN MAGNET DALAM TUBUH


Sistem saraf dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
otonom.
a. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah
serat-serat yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis
disebut saraf afferensedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak
dan medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut serat efferen.
b. Sistem saraf otonom
Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan
kelenjar-kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Otak berhubungan
langsung dengan medulla spinalis; keduanya diliputi cairan serebro spinalis dan
dilindungi tulang tengkorak serta tulang vertebralis (columna vertebralis). Berfat
otak 1500 gram dan hanya 50 gram yang efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf di sebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf
mempunyai fungsi menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.

D. ISYARAT LISTRIK TUBUH


Isyarat listrik ( elektrical signal ) tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari
tipe-tipe sel tertentu. Dengan mengukur isyarat listrik tubuh secara selektif sangat
berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh. Yang termasuk
dalam isyarat listrik tubuh :
1. EMG ( Elektromiogram )
2. ENG ( Elektroneurogrfam )
3. ERG ( Elektroretionogrfam )
4. EOG (Elektrookulogram )
5. EGG ( Elektrogastrogram )
6. EEG ( Elektroensefalogram )
7. EKG ( Elektrokardiogram )

E. KELISTRIKAN SARAF
Dalam bidang neuroanatomi akan dibicarakan kecepatan impuls serat saraf ;
serat saraf yang berdiameter besar mempunyai kemampuan menghantar impuls
lebih cepat dari pada serat saraf yang berdiameter kecil. Kalau ditinjau besar
kecilnya serat saraf maka serat saraf dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu serat saraf
tipe A, B dan C. Dengan mempergunakan mikroskop elektron, serat saraf dibagi
dalam dua tipe : serat saraf bermielin dan serat saraf tanpa mielin.
Serfat saraf bermielin : banyak terdapat pada manusia. Mielin merupakan suatu
insulator ( isolasi) yang baik dan kemampuan mengalir listrik sangat rendah.
Potensial aksi makin menurun apabila melewati serat saraf yang bermielin.
F. PERAMBATAN POTENSIAL AKSI
Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri mempunyai
kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk mencapai nilai
ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial aksi ke segala
jurusan sel membran keadaan ini disebut perambatan potensial aksi atau gelombang
depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi. Proses
repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tinkat refrakter ada dua
fase yaitu periode refrakter absolut dan peiode refrakter relatif.
a) Periode refrekter absolut
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk
menghasilkan potensial aksi yang lain.
b) Periode refrekter relatif
Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi seuruhnya maka dari periode
refrekter absolut akan menjadi periode refrekter relatif, dan apabila ada
stimulasi/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi
yang baru.

G. KELISTRIKAN OTOT JANTUNG


Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris. Pada
saraf maupun otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat dilakukan
ragsangan ion-ion Na+ akan masuk ke dalam sel dan setelah tercapai nilai ambang
akan timbul depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na+ berlahan-lahan
akan masuk kembali kedalam sel dengan akibat terjadi gejala depolarisasi secara
spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial aksi tanpa
memerlukanrangsangan dari luar.

H. ELEKTRODA
Untuk mengukur potensial aksi secara baik dipergunakan elektroda. Kegunaan
dari elektroda untuk memindahkan transmisi ion ke penyalur elektron. Bahan yang
dipakai sebagai elektroda adalah perak dan tembaga. Apabila sebuah elektroda
tembaga da sebuah elektroda perak di celupkan dalam sebuah larutan misalnya
larutan elektrolit seimbang cairan badan/tubuh maka akan terjadi perbedaan
potensial antara kedua elektroda itu.
Perbedaan potensial ini kira-kira sama dengan perbedaan antara potensial
kontak kedua logamtersebut disebut potensial offset elektroda. Macam- macam
bentuk elektroda :
a. Elektroda Jarum (Mikro Elektroda)
Berbentuk konsentrik ( consentrik elektoda ). Elektroda berbentuk jarum ini
dipergunakan untuk mengukur aktivitas motor unit tunggal.

b. Elektroda Mikropipet
Elektroda ini dibuat dari pada gelas.

c. Elektroda Permukaan Kulit


Elektroda permukaan kulit terbuat dari metal/logam yang tahan karat, Misalnya
perak, nikel, atau alloy.
Bentuk-bentuk :
1. Bentuk plat.
2. Bentuk suction cup.
3. Bentuk floating.
4. Bentuk ear clip.
5. Bentuk batang.
BAB II
ATOM DAN ION, MUATAN LISTRIK, POTENSIAL, ARUS DAN
HAMBATAN LISTRIK
A. ATOM DAN ION
1. ATOM
Tubuh, layaknya semua materi lain terdiri dari atom. Atom merupakan susunan
materi pembangun. Walaupun awalnya ketika atom berarti suatu partikel yang tidak
dapat dipotong-potong lagi menjadi partikel yang lebih kecil. Dalam terminologi
ilmu pengetahuan modern, atom tersusun atas berbagai partikel sub-atom. Partikel-
partikel penyusun atom ini adalah elektron, proton, dan neutron. Namun hidrogen-
1 tidak mempunyai neutron. Demikian pula halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel sub-atom ini, elektron adalah yang palin ringan dengan
masa elektron sebesar 9,11 × 10-31 kg dan mempunyai muatan negatif .1 Ukuran
elektron sangatlah kecil sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur ukurannya. Proton memiliki muatan positif dan massa
1.836 kali lebih berat daripada elektron (1,6726 × 10-27 kg).2 Neutron tidak
bermuatan listrik dan bermassa bebas 1.839 kali masa elektron atau (1,6929 × 10-27
kg).3
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut
nomor atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi
ini disebut sebagai isotop.

2. ION
Ion adalah atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik. Ion bermuatan
negatif, yang menangkap satu atau lebih elektron disebut Anion. Disebut anion
karena ion tersebut tertarik menuju anoda.4 Ion bermuatan positif yang kehilangan
satu atau lebih elektron, disebut kation , karena tertarik ke katoda.5 Proses
pembemtukan ion disebut ionisasi. Ion juga merupakan pembawa muatan sehingga
mampu menghantarkan listrik. Hal itulah yang menyebabkan tubuh kita tersengat
listrik. Karena arus listrik yang dihantarkan oleh tubuh kita jauh lebih besar
daripada arus listrik yang kita perlukan untuk menjalankan fungsi normal tubuh di
jantung.
B. MUATAN LISTRIK
Muatan Listrik (Q) adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda. Satuan Q
adalah coulomb yang merupakan 6.24 × 1018 muatan dasar.6 Q adalah sifat dasar
dimiliki oleh suatu materi, baik berupa proton (muatan positif) maupun elektron
(muatan negatif). Muatan listrik total suatu atom atau materi ini bisa positif, jika
atomnya kekurangan elektron. Sementara atom yang kelebihan elektron, akan
bermuatan negatif. Besarnya muatan suatu atom/materi bergantung pada jumlah
proton dan atau elektron.7 Oleh karena itu, muatan materi/atom merupakan
kelipatan dari satuan Q dasar. Dalam atom yang netral, jumlah proton akan sama
dengan jumlah elektron yang mengelilinginya (membentuk muatan total yang netral
atau tak bermuatan). Muatan listrik dalam tubuh dibagi menjadi 2:
1. Muatan listrik negatif terdapat di permukaan dalam membran.
2. Muatan listrik negatif terdapat di permukaan luar membran.

C. POTENSIAL LISTRIK
Potensial listrik dapat didefinisikan sebagai usaha yang diperlukan untuk
memindahkan muatan positif sebesar 1 satuan dari tempat tak terhingga ke suatu
titik tertentu. Potensial listrik dapat pula diartikan sebagai energi potensial listrik
per satuan muatan penguji. Rumusnya yaitu:
Keterangan :
V : potensial listrik (Volt)
Q : muatan listrik (C)
W :usaha (J)
Potensial listrik dalam tubuh sering disebut sebagai potensial saraf. Di
permukaan (atau membran) setiap neuron, terdapat beda potensial listrik (voltase)
akibat muatan negatif neto di permukaan dalam membran dan muatan positif neto
di permukaan luar. Muatan neto adalah hasil dari interaksi rumit antara ion-ion
negatif dan positif.

D. ARUS LISTRIK
Arus listrik adalah aliran yang terjadi akibat jumlah muatan listrik dari satu
titik ke titik lain dalam suatu rangkaian dalam setiap waktu . Arus listrik juga terjadi
akibat adanya beda potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua titik.
Semakin besar nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar
pula nilai arus yang mengalir pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik dalam
internasional yaitu A (ampere), yang dimana dalam penulisan rumus arus listrik
ditulis dalam simbol I (current). Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari
berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (μ A) seperti di dalam
jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang
terjadi pada petir. Arus listrik mengalir dari muatan positif menuju muatan negatif,
atau bisa pula diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial tinggi menuju
potensial rendah. Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2 (dua)
kategori, yakni :
a) Arus Searah (Direct Current/DC), dimana arus ini mengalir dari titik
berpotensial tinggi menuju titik berpotensial rendah.
b) Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC), dimana arus ini mengalir
secara berubah-ubah mengikuti garis waktu.

Besarnya arus listrik (disebut kuat arus listrik) sebanding dengan banyaknya
muatan listrik yang mengalir. Kuat arus listrik adalah suatu kecepatan aliran muatan
listrik. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kuat arus listrik ialah jumlah
muatan listrik yang melalui penampang suatu penghantar setiap satuan waktu.

I. HAMBATAN LISTRIK
Hambatan listrik suatu objek tindakan oposisi terhadap bagian dari sebuah arus
listrik .Sebuah objek penampang seragam memiliki resistensi yang proporsional
kepada paratahanan dan pan#ang dan berbanding terbalik dengan cross-sectional
daerahnya. Semua bahan menunjukkan perlawanan beberapa, kecuali
untuk superkonduktor , yang memiliki ketahanan dari nol.
BAB III
PENGHANTARAN IMPULS D IDALAM TUBUH DAN TRANSMISI
SINAPSIS
1. Penghantaran Impuls di dalam Tubuh
Penghantaran impuls di dalam tubuh di bagi menjadi 2, yaitu
a. Penghantaran impuls melalui saraf
Saraf dapat dilalui impuls karena memiliki muatan listrik yaitu bermuatan
positif pada permukaan luarnya dan bermuatan negatif pada bagian dalamnya
(polarisasi). Keadaan depolarisasi terjadi apabila saraf mendapat rangsangan
sehingga terjadi perubahan muatan. Perbedaan muatan pada bagian yang
mengalami polarisasi dan depolarisasi akan menimbulkan arus listrik sehingga
impuls saraf akan terhantar sepanjang akson. Setelah impuls terhantar, bagian yang
mengalami depolarisasi akan mengalami fase istirahat sehingga tidak dapat
menghantarkan impuls.

b. Penghantaran impuls melalui sinapsis

Impuls yang tiba diujung akson setelah melewati akson akan diteruskan ke
sel saraf lain melalui sinapsis. Untuk mencapai neuron selanjutnya, vesikula
sinapsis akan melepaskan neurotransmitter yang digunakan untuk menyeberangkan
impuls dari neuron pre-sinapsis menuju neuron post-sinapsis. Setelah impuls
berpindah, maka neurotransmitter yang berada pada celah sinapsis akan diserap
kembali vesikula sinapsis untuk disimpan dan akan digunakan kembali dalam
proses penghantaran impuls selanjutnya.
Penerapan penghantaran impuls yang dapat dilakukan seorang perawat
adalah dengan pemberian terapi panas dan dingin (es) pada pasien nyeri. Terapi es
yang diberikan pada pasien nyeri dapat melemahkan sensitivitas reseptor nyeri
dengan cara menurunkan prostaglandin sehingga dapat menimbulkan efek anestesi.
Sedangkan penggunaan terapi panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat
menurunkan tingkat nyeri sehingga mempercepat proses penyembuhan. Untuk
mengalihkan rasa nyeri juga dapat dilakukan dengan melatih ekstremitas alat gerak
sehingga rasa nyeri dapat berangsur hilang.
2. Transmisi Sinapsis
Neuron berkomunikasi melalui sinapsis dan perantaranya adalah substansi
kimia yang dilepaskan oleh terminal button. Substansi kimia ini disebut dengan
substansi transmitter atau neurotransmitter yang berdifusi diantara celah terminal
button dengan membran dari neuron penerima. Macam substansi transmitter ini
akan menentukan efek pembangkitan (excitatory) atau efek penghambatan
(inhibitory).
Mekanisme Transmisi Sinapsis
Transmisi sinapsis berlangsung melalui dua macam proses transmisi
neurokimia yang berbeda satu sarna lain, yaitu small-molecule neurotransmitters
dan large-molecule neurotransmitters.
a) Small-Molecule Neurotransmitters. Proses ini dimulai dengan
berkumpulnya substansi kimia didalam cisterna yang akan disimpan didekat
membran presinapsis (membran presinapsis kaya akan kelenjar-kelenjar
yang mengandung kalsium. Bilamendapat stimulasi dari potensial
aksi,saluran kalsium tadi akan terbuka dan ion Ca++ akan masuk kedalam
button. MasuknyaCa++ akan mendorong pembuluh sinapsis untuk
melakukan kontak dengan membran presinapsis dan melepaskan isinya
kedalam celah sinapsis .Proses itu disebut denganexocytosi yang
berlangsung pada setiap kalistimulasi dari potensial aksi terjadi langsung
menyampaikan pesan kepada reseptor postsinapsis yang ada disekitarnya
(lokal).
b) Large-molecule Neurotransmitters. Prosesexocytosis juga terjadi, namun
untuk largemolecule neurotransmitter, substansi kimia yang dibutuhkan
akan berkumpul dalam badan goigi dan dialirkan ke buttons melalui
microtubules. Proses exocytosisnya tetap sarna, namun bilasmall-molecule
berlangsung pada setiap kali terjadi stimulasi; proses exocytosis large-
molecule akan berlangsung secara bertahap. Large-molecule umumnya juga
tidak dilepaskan pada celah sinapsis, namun dilepaskan pada cairan
ekstrasel dan pembuluh darah. Oleh karena itu proseslarge-molecule ini
biasanya terjadi pada reseptor yang letaknya jauh dari proses exocytosis dan
pengaruh yang disebarkan juga tidak terbatas pada neuron yang ada
disekitarnya tetapi juga neuron-neuron yang letaknya berjauhan.
Olehkarenaitu proseslarge-molecule neurotansmitter umumnya lebih
berfungsi sebagai neuromodulator. Proseslarge-molecule diperlancar
dengan bantuanproses-proses smallmolecule sebagai second
messenger/penyampai pesan sekunder). Neuromodulator memiliki peranan
yang besar dalam mengkontrol emosi dan motivasi.
Kenyataan bahwa transmisi pada sebagian besar sinaps bersifat kimiawi,
merupakan hal yang penting di bidang fisiologi dan farmakologi. Ujung-ujung saraf
dinamakan transduser biologis yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimiawi. Secara umum, proses pengubahan energi ini meliputi proses sintesis zat-
zat transmiter, penyimpanannya di vesikel-vesikel sinaptik dan pelepasannya oleh
implus saraf, ke dalam celah sinaptik. Transmiter yang dilepaskan ini kemudian
bekerja pada reseptor yang sesuai di membran sel postsinaptik dan dengan cepat
disingkirkan celah sinaptik melaui proses difusi, metabolisme, dan pada bebrapa
keadaan, dikembalikan ke neuron presinaptik. Seluruh proses ini, proses-proses
pasca reseptor di neuron postsinaptik, dikendalikan oleh berbagai faktor fisiologis
dan setidaknya secara teori dapat dipengaruhi obat-obatan. Karena itu para ahli
farmakologi seyogyanya dapat membuat obat-obatan yang tidak hanya dapat
mengatur kegiatan motorik sematik maupun viseral, tetapi juga mengatur emosi,
perilaku, serta semua fungsi otak yang kompleks.

3. Potensial End Plate


Di dalam suatu sel saraf terdapat unit motor. Unit motor adalah motoneuron
bersama dengan akson dan seluruh serabut otot dinervasinya. Pada saat sebuah
motoneuron beraksi, seluruh serabut otot yang dinervasinya berkontraksi. Karena
satu motoneuron mungkin menginervasi dari sangat sedikit sampai seribu atau lebih
serabut otot, maka ukuran unit motor sangat bervariasi.
Unit motor yang kecil terdapat pada otot-otot yang kecil, misalnya otot
ekstraokuar dan otot tangan. Demikian juga, unit motor yang kecil terdapat pada
otot-otot yang melakkan berbagai gerak yang halus , misalnya terdapat pada
m.tibialis anterior, m. Gastrocnemius. Serabut saraf yang kecil umumnya juga
berdiameter lebih kecil dibandingkan unit yang besar. Satu serabut saraf dapat
menginervasi banyak serabut otot karena akson mempunyai banyak cabang.
Serabut otot yang berasal dari satu unit motor tersebar merata di otot.
Ujung cabang-cabang motoneuron bersama dengan membran otot yang
dinervasinya membentuk motor –end plate (junctio neuromuscularis), terdiri atas
dua bagian, yaitu saraf dan otot yang saling dipisahkan oleh celah. Jadi motor end
plate ini dalam beberapa hal mirip sinapsis di sistem saraf sentral. Bagian ini
mengandung beberapa nuklei dan banyak mitokondria serta miofibril. Bagian otot
dilengkapi dengan sejumlah benjolan seperti buah anggur, sangat mirip benik
terminal. Setiap benjolan “melesak” ke dalam serabut otot dan mengandung vesikel
sinapsis dan mitokondria.
Telah diketahui bahwa substransi transmiter di end plate adalah asetilkolin. Ia
masuk ke dalam celah, berikatan dengan membran otot, dan mengakibatkan
perubahan permiabilitas membran tersebut. Satu impuls saraf menghasilkan suatu
potensial end plate, dan apabila potensial ini mencapai ambang maka terjadilah
potensial aksi yang disebarkan ke sepanjang serabut otot dan menimbulkan
kontraksi. Asetilkolin yang dilepaskan pada saat datangnya aksi potensial saraf
akan segera dipecah oleh asetilkoliesterase. Transmisi impuls di junctio
neuromuscularis dapat dipengaruhi melalui berbagai cara. Curare, misalnya,
mengurangi potensial end plate, dengan demikian mencegah timbulnya potensial
aksi. Akibatnya terjadi paralisis otot.
Kerusakan yang terjadi pada miastenia gravis adalah kerusakn pada transmisi
di end plate. Potensial yang direkam pada EMG adalah aksi potensial serabut otot
tersebut diatas. Apabila serabut saraf dipotong, maka motor endplate dan serabut
saraf mengalami degenerasi. Pada umumnya satu serabut otot diinervasi oleh satu
akson dan mempunyai satu motor end plate. Setelah lahir ukuran motor unit
mengecil, mungkin karena pada mulanya satu serabut otot diinervasi oleh lebih dari
satu motoneuron. Setelah tercapai bentuk dewasa yaitu satu serabut otot diinervasi
oleh satu motoneuron, maka ukuran unit motor menjadi konstan.

4. Pembentukan (Excitarory Post Synaptic Potensial/ EPSP)


Suatu sinaps adalah persambungan diantara neuron. Neuron yang
mentransmisikan informasi adalah neuron prasinaps; neuron yang berada di luar
sinaps merupakan neuron pasca sinaps. Sinaps listrik memungkinkan ion mengalir
langsung dari satu neuron ke yang lain Sinaps kimia adalah situs pelepasan dan
pengikatan neurotransmiter. Bila
impuls mencapai ujung (terminal) aksonal prasinaps, saluran Ca2+ terbuka, dan
Ca2+ memasuki sel dan memperantarai pelepasan neurotransmiter.
Neurotransmitter kemudian berdifusi melintasi celah sinaps dan berikatan
dengan reseptor pascasinaps, yang akan menyebabkan terbukanya saluran ion.
Setelah berikatan, neurotransmiter dilepaskan dari sinaps dengan pemecahan
enzimatik atau pengambilan kembali (reuptake) ke terminal prasinaps atau astrosit.
Pengikatan neurotransmiter pada sinaps kimia eksitasi menyebabkan depolarisasi
bertahap yang disebut EPSP, yang menyebabkan terbukanya saluran ion dan
memungkinkan lewatnya Na + dan K + secara simultan. Neurotransmiter yang
berikatan pada sinaps kimia inhibisi menyebabkan hiperpolarisasi yang disebut
IPSP, yang menyebabkan terbukanya gerbang K + atau Cl - atau keduanya.

5. Inhibitory Post synaptic Potensial (IPSP)


EPSP dihasilkan oleh perangsangan jenis rangsangan, tetapi perangsangan oleh
beberapa rangsangan lain menghasilkan hiperpolarisasi. Seperti, EPSP,
hiperpolarisasi mencapai puncaknya 1-1,5 mdet setelah perangsangan dan menurun
secara eksponensial dengan konstanta waktu (waktu untuk penurunan potensial
sampai 1/e, atau ½, 718 dari maksimum) sebesar sekitar 3 mdet. Selama
berlangsungnya potensial hiperpolarisasi ini, kepekaan neuron terhadap rangsangan
lain, menurun, sehingga dinamakan potensial inhibis postinaptik (IPSP). Terjadi
penjumlahan IPSP, yang tampak dari bertambah besarnya respons saat kekuatan
rangkaian rangsang inhibisi aferen meningkat. Juga terjadi penjumlahan waktu.
Jenis inhibisi ini dinamakan inhibisi postsinaptik atau inhibisi langsung.
Inhibisi di SSP dapat berupa inhibisi postsinaptik atau perisinaptik. Inhibisi
postsinaptik selama berlangsungnya IPSP dinamakan inhibisi langsung, karena
bukan merupakan akibat dari lepas muatan yang terjadi sebelumnya di neuron
postsinaptik. Berbagai bentuk inhibisi tidak langsung, yaitu inhibisi yang
disebabkan oleh efek lepas muatan yang terjadi sebelumnya di neuron postsinaptik,
juga terjadi. Misalnya post sinaptik dapat bersifat refrakter terhadap perangsangan,
karena baru saja mencetuskan potensial aksi dan sedang dalam masa refrakternya.
Selama berlangsungnya hiperpolarisasi ikutan, sel juga kurang dapat dirangsang.
Pada neuron spinal, terutama setelah cetusan potensial aksi berulang, amplitudo
hiperpolarisasi ikutan ini dapat besar dan lama.
BAB IV
PENGGUNAAN LISTRIK UNTUK TUBUH

Anda mungkin juga menyukai