Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN METODE SMALL GROUP DISCUSSION DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: DAMPAK


TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PESERTA
DIDIK KELAS X SMA

Zuriati
SMA Negeri 10 Bandar Lampung, Lampung
e-mail : zuriatisma10@gmail.com

Abstrak
This study aims to determine how the improvement of learning achievement of students in class X.9 SMAN
Negeri 10 Bandar Lampung city on learning Islamic Education (PAI) through the implementation of Small
Group Discussion method. The type of research used in this research is Classroom Action Research (PTK).
This research was done in three cycles. Each cycle consists of four stages, namely: planning,
implementation, observation, and reflection. The results of the study showed an increase in learning
achievement of learners. In the first cycle the average value obtained by learners of 62.65 with a percentage
of mastery of 23.53%. On the second cycle there was an average increase of 72.94 with the percentage of
mastery of 64.71%. Furthermore, in the third cycle the average value of student learning achievement again
increased to 79.71 with a percentage of completeness of 91.18%. Based on this, it can be concluded that
the implementation of Small Group Discussion method has an impact on the improvement of learning
achievement of high school X students in Islamic Religious Education subjects.
Kata kunci : Small Group Discussion, Achievement

PENDAHULUAN Terkait dengan proses pembelajaran,


Pendidikan diwujudkan melalui proses guru memiliki peran sentral sebab guru dalam
belajar mengajar di dalam kelas maupun di posisi ini bertindak sebagai perancang atau
luar kelas (Abdurrahman, 2017). Proses ini desainer sekaligus pengelola proses
berlangsung melalui interaksi antara guru pembelajaran sedemikian hingga hasil dari
dengan peserta didik dalam situasi proses pembelajaran tersebut tercapai
intruksional edukatif. Melalui proses belajar (Sohibun, Febriani, & Maisaroh, 2017).
mengajar inilah peserta didik akan Namun demikian, peran guru dalam
mengalami proses perkembangan ke arah mendesain dan mengelola proses belajar
yang lebih baik dan bermakna. Peserta didik mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada
memerlukan suasana proses belajar mengajar kondisi-kondisi dimana rancangan
yang kondusif dalam melampaui tahapan- pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan
tahapan belajar secara bermakna dan efektif dengan lancar sesuai harapan.
sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, Dalam proses belajar mengajar
inovatif, dan kreatif. Guru sebagai ujung setidaknya ada beberapa hal yang perlu
tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan, diperhatikan, seperti menjaga perhatian
perlu memilih strategi pembelajaran yang siswa, pembelajaran yang mengaitkan
efektif dan efisien. Pengelolaan proses dengan kehidupan sehari-hari, media yang
pembelajaran yang efektif merupakan titik digunakan, komunikasi dua arah, situasi
awal keberhasilan pembelajaran yang belajar kondusif, dan evaluasi (Sudjarwo,
bermuara akan meningkatkan prestasi belajar 2007). Untuk menciptakan hal-hal penting
siswa. tersebut, diperlukan penggunaan metode dan

SOSIOHUMANIORA - Vol.4, No.1, Februari 2018 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 71
pendekatan pembelajaran yang tepat, agar pengembangan (classroom research and
tercapai kesamaan bahasa dan persepsi yang development).
diterima secara rasional oleh siswa. Karena
itu, seorang guru harus terampil dalam METODE PENELITIAN
memilih model yang tepat dan sesuai dengan Jenis penelitian yang digunakan dalam
pokok bahasan yang dibahas. Guru memiliki penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
peranan yang sangat sentral, baik sebagai Kelas (PTK). Penelitian ini ditempuh dalam
perencana, pelaksana, maupun evaluator tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas empat
pembelajaran (Mulyasa, 2005). tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
Kenyataan di lapangan menunjukkan observasi, dan refleksi. Pelaksanaan setiap
bahwa ternyata penggunaan metode siklus didasarkan atas masukan dari siklus
pembelajaran konvensioal masih sering sebelumnya. Subyek penelitian ini terfokus
dilakukan oleh guru. Pembelajaran pada peserta didik di kelas X.9 SMAN Negeri
konvensional yang dimaksud adalah 10 Kota Bandar Lampung tahun pelajaran
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. 2015/2016.
Metode tersebut kadang kurang atau bahkan
tidak cocok lagi dengan isi dan tujuan dari HASIL
kurikulum. Disadari atau tidak, hal ini tentu Siklus I
berpengaruh pada proses pembelajaran yang Perencanaan
dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi Pembelajaran siklus I dilakukan di
tersebut akan berpengaruh pula pada hasil kelas X.9 SMAN 10 Kota Bandar Lampung.
hasil belajar peserta didik. Topik pembelajaran adalah
Berdasarkan hasil ulangan harian mata “Mempertahankan kejujuran sebagai cermin
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kepribadian”. Metode pembelajaran
Kelas X.9 SMAN Negeri 10 Kota Bandar menggunakan Small Group Discussion yang
Lampung, didapati kenyataan bahwa nilai sudah dijabarkan dalam Rencana
yang diperoleh peserta didik masih di bawah Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Peneliti
nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). terlebih dahulu merancang perangkat tes
Nilai rata-rata yang diperoleh hanya berupa soal tes akhir siklus I beserta kunci
mencapai 60,22. Sementara nilai KKM yang jawabannya.
diterapkan sekolah mencapai 75. Pelaksanaan
Selain berdampak pada prestasi belajar, Selama pembelajaran berlangsung,
penggunakan metode yang masih bersifat guru menerapkan langkah-langkah
teacher center ternyata berdampak pada pembelajaran Small Group Discussion.
kurang antusiasnya peserta didik dalam Mengingat pembelajaran ini adalah
mengikuti pembelajaran. Berdasarkan pembelajaran baru, guru masih terlihat kaku
pengalaman guru, metode konvensional dalam menerapakannya. Sesekali guru juga
tersebut membuat peserta didik terlihat mewarnai suasana belajar dengan canda
enggan untuk aktif berdiskusi, mengajukan untuk menghilangkan ketegangan.
pertanyaan, maupun menanggapi pertanyaan Observasi
yang diberikan oleh guru. Oleh kerana itu, Pada siklus I ini peneliti didampingi
melihat kondisi pembelajaran PAI yang oleh guru mitra untuk mengobservasi
masih belum berjalan dengan maksimal di kegiatan belajar yang terjadi dalam kelas
Kelas X.9 SMAN 10 Kota Bandar Lampung, penelitian. Di akhir pembelajaran guru
maka kondisi ini dijadikan sebagai titik tolak melakukan evaluasi terhadap pembelajaran
bagi penelitian tindakan kelas dan yang dilakukan. Hasil prestasi belajar yang

72 SOSIOHUMANIORA - Vol.4, No.1, Februari 2018 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
diperoleh pada siklus I adalah sebagai Pada siklus II ini peneliti didampingi
berikut. oleh guru mitra untuk mengobservasi
kegiatan belajar yang terjadi dalam kelas
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I penelitian. Di akhir pembelajaran guru
< 75 ≥ 75 ∑ Siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran
26 8 34
yang dilakukan. Hasil tes formatif pada tes
76,47 % 23,53 % 100 %
akhir siklus II dijelaskan dalam Tabel 2
Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan berikut.
bahwa pada siklus I hanya terdapat 8 peserta
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
didik (23,53 %) yang memenuhi Kriteria < 75 ≥ 75 ∑ Siswa
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 75. 12 22 34
Sementara sisanya sebanyak 26 siswa atau 35,29 % 64,71 % 100 %
76,47% belum memenuhi KKM. Secara
keseluruhan perolehan nilai rata-rata secara Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan
klasikal sebesar 62,65. sehingga belum bahwa pada siklus II terdapat 22 peserta didik
memenuhi KKM yang ditetapkan sekolah. atau 64,71 % yang memenuhi KKM.
Refleksi Sementara sisanya sebanyak 12 peserta didik
Hasil dari pengamatan proses atau 35,29 % belum memenuhi KKM.
pembelajaran di siklus I, peneliti bersama Meskipun sebagian besar siswa telah
kolaborator membuat beberapa catatan memenuhi KKM, akan tetapi di siklus II ini
sebagai bahan perbaikan untuk diterapkan perolehan nilai rata-rata secara klasikal hanya
pada siklus II. sebesar 72,94. Sehingga target ketercapaian
masih belum terpenuhi.
Siklus II Refleksi
Perencanaan Melihat dari hasil tes di siklus II, dapat
Hasil dari refleksi siklus I dijadikan disimpulkan bahwa pada prinsipnya
dasar dalam membuat perencanaan tindakan pelaksanaan pembelajaran pada siklus ini
kelas di siklus II. Peneliti menyusun Rencana sudah lebih baik dibandingkan siklus I. Hal
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan tersebut dibuktikan dari peningkatan rata-rata
mengembangkan skenario pembelajaran tes secara klasikal. Akan tetapi, dikarenakan
dengan metode Small Group Discussion pada nilai rata-rata masih belum memenuhi nilai
topik “Mempertahankan kejujuran sebagai KKM, maka peneliti melanjutkan pada siklus
cermin kepribadian”. Peneliti juga III. Kekurangan pada siklus II menjadi bahan
merancang perangkat tes dan kunci jawaban perbaikan pada siklus III.
tes akhir siklus II.
Pelaksanaan Siklus III
Peneliti melakukan tindakan pada tahap Perencanaan
ini, guru melakukan apersepsi untuk Perencanaan tindakan kelas di siklus
memberikan motivasi dan mengarahkan ini dimulai dengan membuat RPP pada topik
peserta didik untuk masuk pada pelaksanaan “Mempertahankan kejujuran sebagai cermin
pembelajaran PAI. Secara umum kepribadian”. Mengembangkan skenario
pelaksanaan dalam siklus ini sudah cukup pembelajaran Small Group Discussion dan
baik dibandingkan dengan siklus I. mengembangkan instrumen tes beserta kunci
jawaban.
Observasi Tindakan

SOSIOHUMANIORA - Vol.4, No.1, Februari 2018 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 73
Pelaksanaan metode Small Group PEMBAHASAN
Discussion sudah berjalan cukup baik. Guru Metode merupakan tata cara untuk
melakukan tahapan demi tahapan dengan melaksanakan suatu aktifitas, sehingga
baik. Di siklus III ini guru dan peserta didik aktifitas tersebut berjalan sesuai dengan
sudah terlihat rileks dalam menerapkan tahapan yang ditentukan, yang pada akhirnya
pembelajaran ini. tujuan dapat tercapai. Dengan demikian dapat
Observasi ditarik kesimpulan bahwa metode
Pada siklus III ini peneliti didampingi pembelajaran adalah suatu cara atau jalan
oleh guru mitra untuk mengobservasi yang harus dilalui dalam proses penyajian
kegiatan belajar yang terjadi dalam kelas bahan pelajaran untuk mencapai tujuan
penelitian. Di akhir pembelajaran guru pembelajaran.
melakukan evaluasi terhadap pembelajaran Metode Small Group Discussion adalah
yang dilakukan. Hasil tes formatif pada tes proses pembelajaran dengan melakukan
akhir siklus III dijelaskan dalam Tabel 3 diskusi kelompok kecil tujuannya agar
berikut. peserta didik memiliki keterampilan
memecahkan masalah terkait materi pokok
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III dan persoalan yang dihadapi dalam
< 75 ≥ 75 ∑ Siswa kehidupan sehari-hari. Metode Small Group
3 31 34
Discussion juga berarti proses penglihatan
8,82 % 91,18 % 100 %
dua atau lebih individu yang berinteraksi
secara global dan saling berhadapan muka
Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan
mengenai tujuan atau sasaran yang sudah
bahwa terdapat 31 peserta didik atau 91,18 %
tertentu melalui tukar menukar informasi,
mendapat nilai di atas KKM, dan hanya 3
mempertahankan pendapat atau pemecahan
perserta didik (8,82 %) yang belum
masalah (Ismail, 2008).
memenuhi KKM. Pencapaian ini jauh lebih
Metode Small Group Discussion
baik dibandingkan dengan siklus I dan II
sebagaimana pembelajaran kelompok lainnya
Perolehan nilai rata-rata secara klasikal juga
memiliki unsur-unsur yang saling terkait,
meningkat dibandingkan siklus II, yaitu
yakni (Abdurrahman, 2003):
sebesar 79,71 sehingga telah memenuhi
1. Saling ketergantungan positif
kriteria ketuntasan minimal.
2. Akuntabilitas individual (individual
Refleksi
accountability)
Pada siklus ini, perolehan rata-rata skor
3. Tatap muka (face to face interaction)
tes secara klasikal sudah memenuhi KKM.
4. Keterampilan Sosial (Social Skill)
Berdasarkan pengamatan, proses
5. Proses Kelompok (Group Processing)
pembelajaran yang berlangsung pada siklus
ini juga sudah berjalan dengan baik dengan
Menurut (Ismail, 2008) Metode Small
indikasi tercapainya semua langkah
Group Discussion memiliki langkah-langkah
pembelajaran metode Small Group
sebagai berikut.
Discussion. Berdasarkan hal tersebut, maka
1. Bagi kelas menjadi beberapa kelompok
dapat disimpulkan bahwa pada siklus III ini
kecil (maksimal 5 murid) dengan
keberhasilan pembelajaran telah terpenuhi
menunjuk ketua dan sekretaris.
sehingga dapat dinyatakan bahwa proses
2. Berikan soal studi kasus (yang
perbaikan pembelajaran dinyatakan selesai.
dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan
Standar Kompetensi (SK) & Kompetensi
dasar (KD).

74 SOSIOHUMANIORA - Vol.4, No.1, Februari 2018 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
3. Instruksikan setiap kelompok untuk kepada Allah SWT, hasil dari pembelajaran
mendiskusikan jawaban soal tersebut. di kelas. Menurut (Muhaimin, 2004)
4. Pastikan setiap anggota berpartisipasi aktif menjelaskan bahwa PAI bertujuan agar siswa
dalam diskusi memahami, menghayati, meyakini, dan
5. Instruksikan setiap kelompok melalui juru mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
bicara yang ditunjuk menyajikan hasil manusia muslim yang beriman bertakwa
diskusinya dalam forum kelas kepada Allah SWT dan berakhlak mulia.
6. Klarifikasi, penyimpulan dan tindak Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti,
lanjut. atau moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama (Departemen Agama RI,
prestasi (Suharso & Retnoningsih, 2006). Jadi tujuan Pendidikan Agama Islam
2009) adalah ”hasil yang telah dicapai (dari adalah untuk membekali peserta didik dengan
yang telah dilakukan, dikerjakan, dan nilai-nilai agama supaya dapat diaplikasikan
sebagainya). Prestasi dalam pendidikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
adalah penilaian tentang perkembangan dan terbentuk manusia yang berakhlakul karimah.
kemajuan peserta didik yang berkenaan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
dengan penguasaan bahan pelajaran yang siklus I, II dan III, Peneliti kemudian
disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang melakukan analisa terhadap peningkatan
terdapat dalam kurikulum. (Adib & Santoso, prestasi belajar peserta didik setelah
2016; Setiawati & Sudira, 2015; Thaib, diterapkan metode pembelajaran Small
2013). Dari beberapa definisi tersebut, dapat Group Discussion. Secara rinci dapat dilihat
dipahami bahwa prestasi belajar adalah pada Tabel 4 berikut.
ukuran atau hasil yang dicapai seseorang
setelah mengikuti proses belajar berupa Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Seluruh Siklus
perubahan tingkah laku secara keseluruhan Ketuntasan (%)
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri No Siklus
Tuntas Belum
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Prestasi belajar berlaku untuk semua 1 Siklus I 23,53 76,47
mata pelajaran salah satunya dalam 2 Siklus II 66,71 33,29
pendidikan agama Islam. Pendikan PAI yang 3 Siklus III 91,18 8,82
berprestasi mengacu pada usaha sadar yang
dilakukan oleh pendidik dalam rangka
Berdasarkan Tabel 4 dapat dijelaskan
mempersiapkan peserta didik untuk
bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar
meyakini, memahami dan mengamalkan
setiap siklusnya. Mulanya pada siklus I hanya
ajaran agama Islam melalui bimbingan,
terdapat 23,53 % peserta didik yang tuntas,
pengajaran atau pelatihan yang telah
kemudian meningkat secara signifikan
ditentukan untuk mencapai tujuan yang harus
menjadi 66,71 % pada siklus III peserta didik
ditetapkan (Majid & Andayani, 2004).
yang mengalami ketuntasan belajar kembali
Jadi, yang dimaksud prestasi belajar
meningkat menjadi 91, 18 %.
PAI adalah hasil belajar yang diperoleh
Adapun nilai rata-rata klasikal yang
setelah proses pembelajaran PAI selesai.
diperoleh tiap siklusnya digambarkan dalam
Indikator keberhasilan peserta didik dalam
diagram berikut.
pembelajaran PAI dapat diketahui dari skor
atau nilai ulangan. Lebih lanjut, prestasi
belajar PAI dapat terlihat dari meningkatnya
keimanan dan ketakwaan peserta didik

SOSIOHUMANIORA - Vol.4, No.1, Februari 2018 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 75
diperoleh pada siklus III dengan perolehan
100 skor rata-rata sebesar 79,71.
72,94 79,71
62,65 Adapun saran yang bisa peneliti
50
berikan adalah guru hendaknya selalu
berusaha untuk melakukan upaya
0
peningkatan kualitas proses belajar mengajar
Siklus I Siklus II Siklus II (PBM). Salah satunya menerapkan
pembelajaran Small Group Discussion atau
Rerata Kelas
bisa dengan metode-metode menarik lainnya.
Gambar 1. Rerata Nilai yang Diperoleh Tiap Siklus Hal ini bertujuan agar peserta didik terus
termotivasi untuk meningkatkan prestasi
Berdasarkan Gambar 1 diperoleh data belajar.
bahwa pada siklus I diperoleh nilai rerata
kelas sebesar 62,65. Sedangkan pada siklus II DAFTAR PUSTAKA
diperoleh nilai rerata sebesar 72,94. Abdurrahman. (2017). Efektivitas dan
Perolehan nilai rata-rata di siklus I dan II Kendala Pembelajaran Sains Berbasis
belum memenuhi kriteria ketuntasan. Inkuiri terhadap Capaian Dimensi
Sehingga pembelajaran dilanjutkan pada Kognitif Siswa : Meta Analisis. Tadris:
siklus III. Baru di siklus III ketercapaian Jurnal Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah,
KKM terpenuhi dengan memperoleh nilai 2(1), 1–9.
rata-rata sebesar 79,71.
Peningkatan prestasi belajar di setiap Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi
siklusnya tidak terlepas dari penerapan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
metode pembelajaran Small Group Rineka Cipta.
Discussion. Dalam pembelajaran ini, peserta
didik dibimbing secara aktif untuk berdiskusi Adib, F., & Santoso, B. (2016). Upaya
dengan teman kelompoknya, menjawab Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
pertanyaan, aktif memberikan tanggapan, dengan Disiplin Kerja Guru. Jurnal
serta aktif dalam mencari sumber belajar. Hal Pendidikan Manajemen Perkantoran,
inilah yang memberikan dampak pada 1(1), 209–214.
peningkatan prestasi belajar peserta didik.
Departemen Agama RI. (2006). Undang-
undang dan Peraturan Pemerintah RI
SIMPULAN DAN SARAN tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat
Berdasarkan hasil penelitian dan Jenderal Pendidikan Islam Departemen
pembahasan dalam pelaksanaan Agama RI.
pembelajaran PAI melalui metode Small
Group Discussion pada kelas X.9 SMAN Ismail. (2008). Strategi Pembelajaran Agama
Negeri 10 Kota Bandar Lampung tahun Islam Berbasis PAIKEM (Cetakan 1).
pelajaran 2015/2016 diperoleh kesimpulan Semarang: Media Group.
bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar
peserta didik. Siklus I diperoleh rata-rata Majid, A., & Andayani, D. (2004).
sebesar 62,65. Kemudian meningkat menjadi Pendidikan Agama Islam Berbasis
72,94 pada siklus II. Ketercapaian KKM Kompetensi: Konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

76 SOSIOHUMANIORA - Vol.4, No.1, Februari 2018 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Sohibun, Febriani, Y., & Maisaroh, I. (2017).
Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Peranan Mata Kuliah Profesi
Islam: Upaya Mengefektifkan Kependidikan dan Microteaching
Pendidikan Agama Islam di Sekolah. terhadap Kompetensi Profesional
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mahasiswa PPL Fisika. Tadris: Jurnal
Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, 2(1), 53–
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru 61.
Profesional; Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Sudjarwo. (2007). Proses Pengajaran.
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosdakarya.
Suharso, & Retnoningsih, A. (2009). Kamus
Setiawati, L., & Sudira, P. (2015). Faktor- Besar Bahasa Indonesia. Semarang:
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi CV. Widya Karya.
Belajar Praktik Kejuruan Siswa SMK
Program Studi Keahlian Teknik Thaib, E. N. (2013). Hubungan Antara
Komputer dan Informatika. Jurnal Prestasi Belajar dengan Kecerdasan
Pendidikan Vokasi, 5(3), 325–339. Emosional. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA,
XIII(2), 384–399.

SOSIOHUMANIORA - Vol.4, No.1, Februari 2018 - Jurnal LP3M - Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta 77

Anda mungkin juga menyukai