Anda di halaman 1dari 17

• BAB 5

HAKEKAT SILA-SILA PANCASILA


Disusun Oleh :
1. Siti Muryati (1911020081)
2. Nurul Alfiatuz Z,N(1911020090)
3. Erna Agustriana P (1911020092)
4. Ita Nurchasanah ( 1911020100)
5. Rohmaysah Dewi S ( 1911020106)
6. Bayu Putra D.T (1911020111)
7. Rizal Pratama (1911020119)
8. Anisa Fajriani (1911020122)
A. Pendahuluan
Secara umum, filsafat berfungsi memberikan jawaban kepada kita tentang hakikat terdasar
dari segala sesuatu. Dyiyarkoro ( dalam Daroeso dan Suyahmo, 1991:19) mengemukakan bahwa
Pancasila sudah lama merupakan Weltensschauung bagi bangsa Indonesia, akan tetapi tanpa
dirumuskan sebagai filsafat namun sebagai dalil-dalil filsafat. Masing-masing negara memiliki
pandangan hidup atau dasar falsafah sendiri. Sebagai contoh beberapa negara dibawah ini :
 Prancis, mendasarakan cita-cita Revolusi abad ke-17 yaitu kemanusiaan,kemerdekaan,
persaudaraan, dan persamaan,
 Tiongkok yang dikemukakan oleh Sun Yat San, yaitu San Min Chui yang meliputi nasionalisme,
demokrasi, dan sosialisme.
Roeslan Abdoelgani (dalam Darsoeso dan Suyahmo, 1991:20) berpendapat bahwa pancasila
adalah filsafat negara yang lahir secara collective ideologies dari seluruh bangsa Indonesia.
• Pancasila sebagai falsafah atau pandangan hidup oleh founding fathers ditetapkan menjadi
dasar negara. Merupakan fondansi berdirinya negara Indonesia NKRI yang diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945 (Pitoyo, dkk, 2012:48). Sejak proklamasi kemerdekaan sampai
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Instruksi Presiden No 12 tanggal 13 April
1968, Pancasila tetap dinyatakan sebagai dasar negara, baik dalam Pembukaan Undang
Dasar 1945, Mukadimah Konstitusi RI Serikat 1945, maupun dalam Mukadimah UUD
sementara RI 1950 (Bakry, 1997:44-45)
• Sifat kefalsafatan dari dasar negara itu terwujud dalam rumus abstrak dari inri pokoknya
meliputi Ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatua, kerakyatan, keadilan. Falsafah pancasila adalah
falsafah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam segala bidang kehidupan dan
penghidupannya. Falsafah Pancasila adalah hakekat pencerminan dari peradaban, keadaban
kebudayaan, cerminan keluhuran budi, dan kepribadian yang berurat berakar dalam sejarah
pertumbuhan dan perkembangan sendiri.
Pancasila dlam kehidupan bermasyarakat juga berfungsi sebagai :
 Filsafat hidup bangsa Indonesia,
 Melandasi semua pola kehidupan yang bersifat hakiki.
Sejak saat itu bangsa Indonesia dinyataakan secara kongkrit. Pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa ini kemudia dijabarkan sebagai :
 Sebagai jiwa bangsa
Sebagai kepribadian bangsa
Sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan
bernegara.
B. Pengertian Filsafat
Filsafat menurut para ahli :
 Menurut Taniredja, (2010:14) menyebutkan bahwa filsafat merupakan bentuk
dari kata Arab “falsafah”. Secara etimologis “filsafah” berasal dari bahsa Yunani
“philein” yang berarti cinta dan “shophos” berarti hikmah atau kebijaksanaan.
Dalam hal ini filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan
kebenaran sejati.
 Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno filsafat berarti
cinta kearifaan, kebenara pertama, pengetahuan luas, kebijakan intelektual,
pertimbangan sehat semapi kepandaian pengrajin dan kecerdikan.
 Menurut Effendy, (1995:1) filsafat dapat diartikan sebagai
aktivitas berfikir secara murni atau sebagai kegiatan akal manusia
dalam usahanya untuk segala sesuatu yang dilihat atau dihadapinya.
Filsafat juga bermaka sebagai pemikiran fundamental dan monumental
manusia untuk mencari kebenara hakiki ( hikmat, kebijkan).
 Secara umum, filsafat merupakan hasil pemikiran manusia yang
keritis, radikal, mnedalam, sampai pada hakekat. Secara praktis,
filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir.
 Menurut Pasha, (2003:120-121) terdapat tiga problem utama dalam
filsafat yaitu problem realita, problem pengetahuan, dan problem
nilai. Ketiga problem tersebut memunculkan sistematika filsafat
sebagaimana berikut ini :
SIASTEMATIKA FILSAFAT
PHILOSOPHY
 AXIOLOGI dll
Makna dan sumber nilai, wujud, jenis, tingkat, sifat nila; hakikat nilai : manusia, material, etika, politik,
budaya, agama.
 EPISTERMOLOGY
Makna dan sumber pengetahuan, proses, syarat terbentuknya Pengetahuan, validasi, batas, dan hakikat
pengetahuan meliputi : sinematika, meta-teori,
 ONTOLOGY
Makna dan sumber ada meliputi : proses, jenis, sifat, dan tingkat ada meliputi : ada umum, terbatas,
manusia, kosmologia, ada tidak terbatas, ada mutlak.
Keterangan :
1. Ontologi

Ontologi berasal dari kata dasar “ontos” yang brarti ada, “being” dan “logoi” yang artinya ilmu ,
sehingga ontologi merupakan salah satu cabang filsafat yang berkhidmat menelaah hal ihwal ‘ada’ atau
‘being’ pada umunya. Ontologi meliputi masalah apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan yang tidak lepas dari persepsi kita tentang apa dan
bagaimana yang ada.
2. Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata “ episteme” artinya pengetahuan, dan “logoi” artinya ilmu.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, proses, batas, veliditas, dan hakekat
pengetahuan. Epistemologi meiputi berbagai sarana dan tata cara menggunakan dan sumber
pengetahuan untuk mencapai kebenaran atau kenyataan.

3. Axiology
Axiology merupakan cabang filsafat yang menyelidiki nilai. Nilai adalah suatu kenyataan yang
“tersembunyi” dibalik kenyataan-kenyataan lainnya. Axiology meiputi nilai-nilai normatife, paramenter
bagi apa yang disebut kebenaran atau kenyatan dalam konteks dunia material atau non material, dunia
simbolik dsb.
C. Pengertian Sebagai Suatu Sistem Filsafat
1. Pengertian Sistem
Ali (1996:950) mengartikan sistem sebagai :
 Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk totalitas,
 Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan
 Medode.
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerja sama
untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sistem memiliki cici-ciri sebagai berikut :
• Suatu kesatuan bagian-bagian,
• Bagian-bagian memiliki fungsi sendiri-sendiri,
• Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
• Mempuyai tujuan tertentu/tujuan sistem,
• Terjadi dalam suatu lingkungan kompleks.

2. Cabang-cabang filsafat :
a. Metafisika d. Logika
b. Epiemologi e. Etika
c. Metodologi f. Estetika
• 3. Pancasila sebagai sistem filsafat
Secara material substansi dan intrinsik, nilai Pancasila adalah filosofis.
Secara praktis fungsional, nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hiup atau pandangan hidup
yang dipraktekan.
Secara formal konstitusional, Pancasila adalah dasar negara (filsafat negara). Secara
Secara psikologis dan kultural, nilai Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya
Indonesia.
Secara potensi, filsafat pancasila merupakan bagian dari khasanah filsafat yang ada dalam
keperpustakaan dan peradaban modern.
Kedudukan dan Fungsi Nilai Dasar Filsafat Pancasila, meliputi :
1.Warisan sosial budaya bangsa,
2.Pandangan hidup bangsa,
3.Jiwa kepribadian bangsa,
4.Dasar negara,
5.Ideologi negara dan ideologi nasional,
6.Sistem filsafat pancasila, filsafat budaya Indonesia, dan sistem nasional.
D. Sila-sila Pancasila Sebagai Satu Kesatuan yang Sistematis, Hirarkis dan Logis
Notonagoro (1983:59-60) menunjukan bahwa susunan Pancasila adalah Hiersrchis dan
mempunyai bentuk poramida. Di dalam pembukaan UUD RI Tahun 1945 menurut Effendy
(1995:106) merupakan susunan yang sudah tetap dan mempunyai arti tersendiri, sehingga
tidak boleh diganti, dirubah atau di putar-balikan.
Menurut pendapat Muladi (2006:3) bahwa untuk memahami perumusan pancasila
secara murni dalam alenia terakhir Pembukaan UUD RI 1945, hal tersebut dapat dilihat dalam
kerangka keseluruhan sistem (wholism) dalam keseluruhan UUD RI 1945. Sila-sila Pancasila
merupakan sistem filsafat pada hakekatnya merupakan satu kesatuan organis.
E. Inti Sila-sila Pancasila
Menurut Notonagono (1995:19) menyatakan bahwa isis mutlak dari falsafah negara meliputi :
1) Inti Sila Pertama Pancasila
Sesuaii dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agama masing-masing dan
kepercayaannya. Pedoman penghayatan dan pengamalan, memberikan pedoman kepada bangsa Indonesia untuk
mengamalkan sila pertama, antara lain :
• Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME
2) Inti Sila Kedua Pancasila
Kemanusiaan yang beradil dan beradab berarti menjunjug tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan berani
membela kebenaran, dan keadilan. Pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila, memberikan pedoman
kepada bangsa Indonesia mengamalkan sila kedua sebagai berikut :
• Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, dll.
3) Inti Sila Ketiga Pancasila
Bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan Allah
SWT, tinggal dikesatuan semua pulau-pulau Indonesia dari Ujung Sumatra sampai Irian seluruhnya (Ana
Hawibowo, Agus Wahyudi, 2006:105). Pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila, memberikan pedoman
bagi bangsa Indonesia untuk mengamalkan sila ketiga sebagai berikut :
• Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika.
4) Inti Sila Keempat Pancasila
Inti prinsip sila keempat menurut Notomagono (1983:66) adalah kebebasan dan kekuasaan rakyat
dalam lapangan kenegaraan, atas dasar Tri Tunggal, yaitu “ Negara dari rakyat, bagi rakyat, dan oleh rakyat”.
Ekaprasetya Pancakrasa/P4 memberikan pedoman tentang intisila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan adalah sebagai beikut :
• Tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepeda pihak lain.
5) Inti Sila Kelima Pancasila
Menurut Notonagoro sila kelima mengandung prinsip bahwa didalam lapangan sosial
ekonomi ada kesamaan politik. Menurut Ekaprasetya Pancakrasa,sila kelima juga mengandung
inti bahwa sebagai manusia Indonesia hendaknya sebagai berkut :
• Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat
Indonesia.

F. Implementasi Pancasila sebagai Filsafat Bangsa Indonesia


Dapat diartikan sebagai pengguanaan pemikiran yang luas dan mendalam tentang
kehidupan bangsa dan bernegara. Secara umu menurut Effendy (1995:52-53) bahwa pengamalan
pancasila pada garis besarnya dapat dibagi menjadi ua bagian, yaitu :
Pengamalan Pancasila secara formal, merupakan pelaksanaan
objektif Pancasila, yaitumengamalkan pancasila sebagsi dasar
negara, yakni dasar mengatur penyelenggaraan pemerintahan
negara,
Pengamalan secara informal, merupakan pelaksanaan subyektif
pancasila, yaitu oengamalana Pancasila oleh segenap warga
negara Indonesia sebagai falsafah hidupnya agar hidup kita dapat
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.

Anda mungkin juga menyukai