Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi Inhalasi
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru).
Terapi inhalasi adalah sistem pemberian obat dengan cara menghirup obat
dengan bantuan alat tertentu,misalnya Metered Dose Inhalers (MDI), Dry Powder
Inhaler (DPI), nebulizer.
Terapi inhalasi saat ini banyak dipilih karena :
- Bekerja cepat
- Mudah dibawa
- Tidak mahal
- Berdaya hantar baik
- Dapat digunakan pada anak dan dewasa
- Dosis relatif rendah
- Efek samping minimal

Keuntungan dari terapi Inhalasi yaitu :


- langsung pada saluran napas
- efeknya lebih cepat
- dosis rendah
- efek samping minimum

Kerugian terapi inhalasi yaitu :


- Penggunaannya yang sukar
- Perlu penjelasan dan latihan
- Kerja obat relatif singkat
- Pada serangan akut/asma berat terkadang kurang berhasil, diperlukan terapi
sistemik

B. Cara Kerja Obat Inhalasi


1. Impaksi, terjadi karena pergerakan dan benturan pada permukaan saluran napas
sehingga partikel akan menempel pada mukosa bronkus.
2. Sedimentasi, partikel pada mukosa bronkus karena efek gravitasi.
3. Difusi, partikel yg sangat kecil, di alveoli.

C. Ukuran Partikel
1. > 5 micron, terdapat di pharynx, larynx, upp resp tract.
2. 2-5 micron, terdapat di tracheo bronchial.
3. < 2 micron, terdapat di alveolar.

Ukuran partikel yang optimum untuk terapi inhalasi yaitu 2-5 micron.
D. Jenis Alat Inhalasi

1. MDI ( Metered Doze Inhaler )


MDI ( Metered Doze Inhaler ) atau inhaler dosis terukur merupakan cara
inhalasi yang memerlukan teknik inhalasi tertentu agar sejumlah dosis obat
mencapai saluran respiratori. Propelan (zat pembawa) yang bertekanan tinggi
menjadi penggerak, menggunakan tabung aluminium (canister). Partikel yang
dihasilkan oleh MDI adalah partikel berukuran < 5 μm.
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan MDI adalah kurangnya
koordinasi, terlalu cepat inspirasi, tidak menahan napas selama 10 detik, tidak
mengocok canister sebelum digunakan, tidak berkumur-kumur setelah penggunaan
dan posisi MDI yang terbalik pada saat akan digunakan (NACA, 2008). Obat dalam
MDI yang dilarutkan dalam cairan pendorong (propelan), biasanya propelan yang
digunakan adalah chlorofluorocarbons (CFC) dan mungkin freon/asrchon. Propelan
mempunyai tekanan uap tinggi sehingga didalam tabung (canister) tetap berbentuk
cairan (Yunus, 1995). Kecepatan aerosol rata-rata 30 m/detik atau 100 km/jam
(Dept. Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, 2009). Perlunya koordinasi
antara penekanan canister dan inspirasi napas pada pemakaian inhaler.

MDI (Metered Dose Inhaler) dengan ruang antara (spacer)


Ruang antara (spacer) akan menambah jarak antara aktuator dengan mulut,
sehingga kecepatan aerosol pada saat dihirup menjadi berkurang dan akan
menghasilkan partikel berukuran kecil yang masuk ke saluran respiratori yang kecil
(small airway) (Rahajoe, 2008). Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan
MDI dengan spacer adalah posisi inhaler yang salah, tidak menggocok inhaler,
aktuasi yang banyak tanpa menunggu atau mengocok alat pada saat diantara dosis,
obat yang berada dalam spacer tidak dihirup secara maksimal dan spacer yang
tidak cocok untuk pasien (NACA, 2008).

2. DPI ( Dry Powder Inhaler )


Inhaler tipe ini berisi serbuk kering. Pasien cukup melakukan hirupan yang
cepat dan dalam untuk menarik obat dari dalam alat ini. Zat aktifnya dalam bentuk
serbuk kering yang akan tertarik masuk ke paru-paru saat menarik napas (inspirasi).
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan turbuhaler adalah tidak membuka
tutup, tidak memutar searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam, tidak
menahan napas, dan pasien meniup turbuhaler hingga basah. Penggunaan inhaler
jenis DPI (Dry Powder Inhaler) ini tidak memerlukan spacer sebagai alat bantu,
sehingga lebih praktis untuk pasien. Beberapa jenis inhaler bubuk kering yang
umumnya digunakan di Indonesia yaitu diskus, Swinghaler, turbuhaler, dan
handihaler.
3. Netbulizer
Nebulizer dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus-
menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang
ultrasonik. Aerosol merupakan suspensi berbentuk padat atau cair dalam bentuk gas
dengan tujuan untuk menghantarkan obat ke target organ dengan efek samping
minimal dan dengan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Partikel aerosol yang
dihasilkan nebulizer berukuran antara 2-5 μ, sehingga dapat langsung dihirup
penderita dengan menggunakan mouthpiece atau masker.

Terdapat tiga jenis netbulizer yaitu :


1. Netbulizer Micromist : menggunakan tenaga kompresor O2.
Mampu membentuk aerosol semua cairan seperti solutio, suspensi dan minyak,
mudah dibawa, dan bising.
2. Nebulizer jet : menggunakan jet gas terkompresi (udara atau oksigen) untuk
memecah larutan obat menjadi aerosol.
Netbulizer ini hanya dapat menebulisasi larutan solutio, tidak bising karena
ukuran “besar’, suara mesin lebih rendah, artikel aerosol lebih kecil.
3. Nebulizer ultrasonik : menggunakan vibrasi ultrasonik yang dipicu secara
elektronik untuk memecah larutan obat menjadi aerosol.

Nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang terpisah yang terdiri dari generator
aerosol, alat bantu inhalasi (masker, mouthpiece) dan obatnya sendiri. Masker dan
mouthpiece pada nebulizer memiliki beberapa ukuran yang dapat disesuaikan untuk
penggunaanya pada anak-anak atau orang dewasa, sehingga diharapkan jika
menggunakan masker atau mouthpiece dengan ukuran yang tepat, larutan obat yang
melalui nebulizer berubah menjadi gas aerosol tersebut dapat dihirup/dihisap dengan
baik dan keberhasilan terapi yang didapatkan juga dirasakan optimal.

(a) Masker uap (b) Mouthpiece


Cara menggunakan nebuliser
1. Udara dalam ruangan harus segar, mempunyai ventilasi yang baik.
2. Pasien duduk tegak dan relaks, atau tidur miring setengah duduk.
3. Bernapas dengan tenang, pelan-pelan. Setelah menarik napas, tahan napas
selama beberapa detik.
4. Pergunakan mouth piece atau masker (Anak-anak usia < 6 thn harus memakai
masker).
5. Waktu yang digunakan berkisar 5-15 menit. Jika diperlukan dapat dilakukan
beberapa kali dalam sehari.
6. Jika ada bronkokonstriksi, berikan pertama-tama bronkodilator terlebih dahulu
(atau bisa digabung dengan steroid, tetapi jangan steroid tunggal).
7. Jangan memberikan mukolitik pada saat pasien masih sesak, terutama pada
serangan akut berat.
8. Sekret yang dikeluarkan jangan sampai tertelan oleh pasien, pergunakan tempat
tissue atau sputum.
9. Perhatikan tanda-tanda yang tidak biasa pada pasien seperti cyanosis, sesak yang
makin parah, dll.
10. Sebaiknya pergunakan alat-alat yang disposable dan pisahkan terhadap pasien-
pasien tertentu.
11. Jika terapi selesai, bersihkan peralatan yang dipakai.

E. Macam-Macam Obat Inhalasi


F.
1. Bronkodilator :
- B2 agonis : terbutalin, salbutamol, fenoterol
- kolinergik : ipratropium bromide, tiotropium
2. Mukolitik: bromhexin HCl, N-acetyl cystein
3. Anti inflamasi : budesonide, flutikason, beklometason
4. Antibiotik

Jenis Obat Dalam Penggunaan Terapi Inhalasi


1. B2 Agonist :
- Saba : Salbutamol (Ventolin) : IDT & Netbules
Terbutalin (Bricasma) : IDT & Netbules
Fenoterol (Berotec) : IDT
2. Antikolinergik
- Iprtropium Bromide (Atrovent) : IDT
- Tiotropium Bromide (Spiriva) : Handyhaler
3. Steroid
- Budesonide (Pulmicort) Netbules
- Budesonide (Obucort) Swinghaler
- Fluticasone (Flixotide) Netbules

G. Pemilihan Terapi Inhalasi


Hal yang perlu ditentukan/disesuaikan yaitu jenis alat, jenis obat, dan iagnosis

Kelebihan dan kekurangan alat terapi inhalasi (Rahajoe, 2008)

Alat Kelebihan Kekurangan


MDI - kecil, mudah dibawa - manuver sulit
- lebih murah - deposisi orofaringeal besar
- tidak perlu penyiapan obat - tidak semua obat ada dalam
-resiko kontaminasi minimal bentuk ini
- sulit untuk dosis tinggi
MDI+spacer - koordinasi minimal - repot bagi sebagian pasien
- deposisi orofaringeal minimal - lebih mahal daripada MDI

DPI - koordinasi sedikit - perlu arus inspirasi kuat


- tidak ada pelepasan freon (>30L/menit)
- aktivasi dengan upaya napas - resiko deposisi orofaringeal
- tidak perlu penyiapan obat - tidak semua obat ada dalam
- resiko kontaminasi minimal bentuk ini
- sulit untuk dosis tinggi
Nebulizer jet - koordinasi minimal - mahal
- dosis tinggi dapat diberikan - kemungkinan kontaminasi alat
- tidak ada pelepasan freon - resiko, gangguan listrik dan
mekanik
- tidak semua obat bisa
dinebulisasi
- perlu kompresor, tidak praktis
dibawa
- perlu menyiapkan cairan obat
- perlu waktu lebih lama
Netbulizer - koordinasi minimal - mahal
Ultrasonik - dosis tinggi dapat diberikan - kemungkinan kontaminasi alat
- tidak ada pelepasan freon - resiko, gangguan listrik dan
- waktu relatif singkat mekanik
- tidak semua obat bisa
dinebulisasi
- ukuran besar, tidak praktis
dibawa
MAKALAH
INHALER

Kelompok 4:
Kiki Maulina ( 1911020065 )
Lia Nur Azizah ( 1911020069 )
Siti Syrifatunisa ( 1911020073 )
Faisnani Yogi R. ( 1911020093 )
Shafrizal Bintang R. ( 1911020094 )
Anditya Daffa ( 1911020110 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

Anda mungkin juga menyukai