Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

TERAPI INHALASI
 
 
Pembimbing :
dr. Riana Sari, Sp.P
Anggota kelompok :

 Reza Meilianie, S.Ked J510170022


 Laela Nurrochmah, S.Ked J510170077
 Sukma Dewantari, S.Ked J510170083
 Agung Supriyadi, S.Ked J510170091
 Gusprita Ningtyas, S.Ked J510170092
Pendahuluan
 Terapi inhalasi adalah cara pemberian obat dalam bentuk partikel aerosol
melalui saluran nafas, baik saluran nafas atas dan bawah
 Terapi inhalasi memegang peranan penting dalam pengobatan penyakit
respiratorius yang akut dan kronik.
 Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat ke paru-paru untuk segera
bekerja.
 Jumlah obat yang perlu diberikan pada terapi inhalasi lebih sedikit
dibanding cara pemberian lainnya. Namun cara pemberian ini diperlukan
alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis,
dan sering mengiritasi epitel paru.
Definisi

 Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara
inhalasi atau pada definisi lainnya menyebutkan bahwa terapi inhalasi
adalah cara pengobatan dengan memberi obat untuk dihirup agar dapat
langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran obatnya
TUJUAN

 Ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, mengencerkan sputum,


menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi.
 Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka panjang untuk
menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat, terutama
penggunaan kortikosteroid
 Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang ideal untuk penyakit saluran
napas adalah obat dapat sampai pada organ target dengan menghasilkan
partikel aerosol berukuran optimal agar terdeposisi di paru, onset kerjanya
cepat, dosis obat kecil, efek samping minimal karena konsentrasi obat di
dalam darah sedikit atau rendah, mudah digunakan, serta efek terapeutik
tercapai yang ditandai dengan tampaknya perbaikan klinis.
Proses desposisi
INDIKASI

 terapi inhalasi tidak hanya digunakan untuk terapi saja, tetapi juga dapat
digunakan untuk uji diagnostik. Uji diagnostik terapi inhalasi dapat
digunakan untuk menguji bronkodilator dengan β2 agonis, uji provokasi
bronkus dengan metakolin, dan induksi sputum dengan NaCl 3%
Kontraindikasi

 Kontraindikasi penggunaan terapi inhalasi bersifat relatif atau tidak


mutlak. Terapi inhalasi merupakan kontraindikasi pada pasien dengan
keadaan alergi terhadap bahan ataupun obat yang digunakan dalam terapi
tersebut
Faktor yang mempengaruhi

 indikasi dan target area, strategi pengobatan, dosis yang diberikan


(kualitas aerosol, karakteristik alat inhaler, kemampuan pasien
menggunakan alat, manuver inspirasi), deposisi, tingkat kepatuhan pada
pengobatan
Alat terapi inhalasi

 Inhaler
a. MDI Inhaler dosis terukur
b. MDI dengan ruang antara (spacer)
c. DPI (dry power inhaler)

Mouthpiece

Saluran inhalasi Reservoir

Pengatur dosis
Pemutar dosis

Pemutar
 Nebulizer
Nebulizer jet : menggunakan jet gas terkompresi (udara atau oksigen)
untuk memecah larutan obat menjadi aerosol.
Nebulizer ultrasonik : menggunakan vibrasi ultrasonik yang dipicu secara
elektronik untuk memecah larutan obat menjadi aerosol.
CARA PEMAKAIAN TERAPI INHALASI (inhaler)
MDI MDI dengan spacer DPI
Membuka tutup inhaler Membuka tutup inhaler Putar dan buka tutupnya
Memegang inhaler tegak lurus Memegang inhaler tegak lurus Posisi inhaler tegak lurus
dan mengocok tabung inhaler dan mengocok tabung inhaler memutar pegangan dan putar kembali sampai
terdengar klik
Bernapas dengan pelan Memasang inhaler tegak lurus dengan spacer Bernapas dengan pelan

Meletakkan mouthpiece diantara gigi tanpa Meletakkan mouthpiece diantara gigi tanpa Meletakkan mouthpiece diantara gigi tanpa
menutupnya tanpa menutup bibir hingga menutupnya tanpa menutupnya tanpa menutup bibir hingga
mouthpiece tertutup rapat menutup bibir hingga mouthpiece tertutup rapat mouthpiece tertutup rapat
Mulai inhalasi pelan Pertahankan posisi inhaler -
melalui mulut dan tekan canister dan tekan canister

Melanjutkan inhalasi dan menahan napas Melakukan inhalasi dan ekshalasi secara normal Inhalasi dengan kuat dan dalam

sampai 10 detik untuk 4 kali napas


Ketika sedang menahan napas, keluarkan inhaler Mengeluarkan inhaler dari mulut Mengeluarkan inhaler dari mulut
dari mulut

Ekshalasi dengan pelan dari mulut Ekshalasi dengan pelan dari mulut Ekshalasi dengan pelan dari mulut
Menutup kembali inhaler Menutup kembali inhaler Menutup kembali inhaler
Berkumur – kumur setelah Berkumur – kumur setelah Berkumur – kumur setelah
menggunakan inhaler menggunakan inhaler menggunakan inhaler
Cara penggunaan nebulizer
 Persiapan
 Tempatkan pasien pada posisi tegak/ 40-90 derajat yang memungkinkan klien
ventilasi dan pergerakan diafragma maksimal.
 Kaji suara napas, pulse rate, status respirasi, saturasi oksigen sebelum
medikasi diberikan.
 Kaji heart rate selama pengobatan, jika heart rate meningkat 20x per menit,
hentikan terapi nebulizer, pada pasien hamil, heart fetus harus dikaji.
 Prosedur
 Berikan oksigen suplemen, dengan flow rate disesuaikan menurut kondisi/keadaan
pasaien, pulse oxymetri/ hasil AGD. Inhalasi katekolamin dapat mengubah
ventilasi-perfusi paru dan memperburuk hipoksemia untuk periode singkat.
 Pasang nebulizer dan tube dan masukkan obat ke dalam nebulizer sesuai program
(obat- obat bronchodilator ada yang berupa cairan untuk pengobatan hirup, cairan
bronchodilator sebanyak 0,3-0,5 ml.
 Ditambahkan /dicampur sejumlah normal saline steril sebanyak 1 ml sampai 1,5
ml ke nebulizer sesuai program.
 Hubungkan nebulizer ke sumber kompresi gas, berikan oksigen 6-8 liter/menit,
sesuaikan flow rate oksigen sampai kabut yang keluar sedikit tipis, jika terlalu
kuat arusnya obat dapat terbuang sia-sia.
 Pandu pasien untuk mengikuti tehnik bernapas yang benar, lanjutkan terapi
sampai kabut tidak lagi produksi.
 Kaji ulang suara napas, pulse rate, saturasi oksigen dan respiratory rate.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TERAPI
INHALASI Alat Kelebihan Kekurangan
MDI 1. kecil, mudah dibawa 1. manuver sulit
2. lebih murah 2. deposisi orofaringeal besar
3. tidak perlu penyiapan obat 3. tidak semua obat ada dalam bentuk ini
4. resiko kontaminasi minimal 4. sulit untuk dosis tinggi
MDI+spacer 1. koordinasi minimal 1. repot bagi sebagian pasien
2. deposisi orofaringeal minimal 2. lebih mahal daripada MDI
3. kurang praktis
DPI 1. koordinasi sedikit 1. perlu arus inspirasi kuat (>30L/menit)
2. tidak ada pelepasan freon 2. resiko deposisi orofaringeal
3. aktivasi dengan upaya napas 3. tidak semua obat ada dalam bentuk ini
4. tidak perlu penyiapan obat 4. sulit untuk dosis tinggi
5. resiko kontaminasi minimal
Nebulizer jet 1. koordinasi minimal 1. mahal
2. dosis tinggi dapat diberikan 2. kemungkinan kontaminasi alat
3. tidak ada pelepasan freon 3. resiko, gangguan listrik dan mekanik
4. tidak semua obat bisa dinebulisasi
5. perlu kompresor, tidak praktis dibawa
6. perlu menyiapkan cairan obat
7. perlu waktu lebih lama
Nebulizer 1. koordinasi minimal 1. mahal
Ultrasonik 2. dosis tinggi dapat diberikan 2. kemungkinan kontaminasi alat
3. tidak ada pelepasan freon 3. resiko, gangguan listrik dan mekanik
4. tidak berisik 4. tidak semua obat bisa dinebulisasi
5. waktu relatif singkat 5. ukuran besar, tidak praktis dibawa
6. perlu menyiapkan cairan obat
7. perlu waktu lebih lama
ZAT UNTUK TERAPI INHALASI
Nama Obat Kandungan Jenis obat Penggunaan
Beklometason Beklometason dipropionat 50 mcg/semprot Inhalasi MDI
dipropionat Beklometason dipropionat 200 mg/dosis, laktosa qs Inhalasi DPI
Budesonid Budesonid 100 mcg, 200 mcg/semprot Inhalasi MDI
  Budesonid 100 mcg Inhalasi DPI
  Budesonid 0,25 mg, 0,50 mg/ml Inhalasi nebulizer
Budesonid 80 mcg/160 mcg, formoterol fumarat 4,5 mcg Inhalasi DPI
Fenoterol Fenoterol HBr 0,2 mg/dosis Inhalasi MDI
  Fenoterol HBr 0,05 mg, Ipatropium Br 0,02 mg Inhalasi nebulizer
Fenoterol HBr 1,0 mg/ml Inhalasi nebulizer
Flutikason propionat Flutikason propionat 0,5 mg/2 ml Inhalasi nebulizer
Flutikason propionat 50 mcg, salmeterol sinapoat 25 mcg Inhalasi MDI
Heptaminol asefilinat Heptaminol asefilinat 500 mg Tablet Oral
Ipatropium Ipatropium bromida 0,02 mg Inhalasi MDI
Ipatropium bromida 0,25 mg/1 ml Inhalasi nebulizer
Ketotifen Ketotifen 1 mg/tablet, 1 mg/5 ml sirup Sirup,tablet Oral
Metaproterenol Metaproterenol sulfat 0,75 mg/dosis Inhalasi MDI
Metaproterenol sulfat 2 mg/ml, 20 mg/tablet Sirup,tablet Oral
Natrium kromoglikat Natrium kromoglikat 5 mg Inhalasi MDI+spacer
Nedocromil Natrium nedokromil 2 mg/inhalasi (aerosol) Inhalasi MDI
Natrium nedokromil 2 mg/inhalasi (aerosol) Inhalasi MDI+spacer
Prokaterol Prokaterol HCl Inhalasi MDI
Prokaterol HCl 50 mcg, 25 mcg, 5 mcg/ml Sirup,tablet Oral
Salbutamol Salbutamol 100 mcg/takar Inhalasi MDI
  Salbutamol 200 mcg, laktosa 200 mg/dosis Inhalasi DPI
  Salbutamol 2,5 mg/2,5ml NaCl Inhalasi nebulizer
  Salbutamol sulfat 2 mg/5 ml Sirup Oral
  Salbutamol sulfat 2 mg;4mg Tablet Oral
KORTIKOSTEROID

 obat pencegah paling efektif


 Dapat memperbaiki fungsi paru, menurunkan hiperesponsif saluran nafas,
mengurangi dan mencegah gejala, mengurangi kekerapan dan keparahan
serangan asma lnhalasi kortikosteroid merupakan pilihan daripada bentuk
tablet atau sirup untuk jangka panjang
 Obat pelega kerja lama (agonis beta 2 benluk inhaler sirup atau tablet)
durasi kerjanya lebih 12 jam, perlu dikombinasi dengan obat pencegah
Contoh kortikosteroid

 Fluticasone Flixotide (flutikason propionate50 μg , 125 μg /dosis) Inhalasi


aerosol Dewasa dan anak > 16 tahun: 100-250 μg, 2 kali sehariAnak 4-16
tahun; 50-100 μg, 2 kali sehari
 Beclomethasone dipropionate Becloment (beclomethasone dipropionate
200μg/ dosis) Inhalasi aerosol Inhalasi aerosol: 200μg , 2 kali seharianak:
50-100 μg 2 kali sehari.
 Budesonide Pulmicort (budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg / dosis)
Inhalasi aerosolSerbuk inhalasi Inhalasi aerosol: 200 μg, 2 kali
sehariSerbuk inhalasi: 200-1600 μg / hari dalam dosis terbagianak: 200-
800 μg/ hari dalam dosis terbagi.
Efek Samping kortikosteroid

 Rentang efek sampingnya ada rendah, parah, sampai mematikan  rute,


dosis, dan frekuensi pemberiannya.
 secara oral dapat menimbulkan katarak, osteoporosis, menghambat
pertumbuhan, berefek pada susunan saraf pusat dan gangguan mental,
serta meningkatkan resiko terkena infeksi
 Kortikosteroid inhalasi secara umum lebih aman, karena efek samping
yang timbul seringkali bersifat lokal seperti candidiasis (infeksi karena
jamur candida) di sekitar mulut, dysphonia (kesulitan berbicara), sakit
tenggorokan, iritasi tenggorokan, dan batuk
KESIMPULAN
 Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses
pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan kronik
 Obat yang diberikan dengan cara ini absorpsi terjadi secara cepat karena
permukaan absorpsinya luas, terhindar dari eliminasi lintas pertama di
hati, dan pada penyakit paru-paru misalnya asma bronkial, obat dapat
diberikan langsung pada bronkus.
 efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu diberikan adalah
lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya
 Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda khusus
yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering obatnya
mengiritasi epitel paru.
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai