Anda di halaman 1dari 15

HAND OUT

MATA KULIAH : Keperawatan Anak


TOPIK : Terapi inhalasi nebulizer
WAKTU : 150 menit
DOSEN : Intan Rina Susilawari,STT,M.Keb

OBJEKTIF PERILAKU SISWA

Diakhir kegiatan belajar peserta didik mampu menyebutkan, menjelaskan dan


mempraktekan bagaimana cara melakukan inhalasi nebulizer pada anak.

SUMBER PUSTAKA:

Hasan rusepno.,dr. Alatas.,dkk.(1985).Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.


FKUI.Jakarta:Infomedika.suriadi.,Rita Yuliani.(2006)
Rasmin M,Rogayah R,Wihastuti R,Fordiastiko,Zubaedah,Elsina S.Prosedur
Tindakan Bidang Paru dan Pernafasan Diagnostik dan Terapi.Bagian
Pulmunologi FKUI.Balai Penerbit FKUI.Jakarta.2001;59-64s

PENDAHULUAN

Tujuan penggunaan alat ini adalah untuk mengurangi sesak pada penderita
asma, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang atau menghilang.
Nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui inhalasi
atau pernafasan. Fungsinya sama seperti pemberian obat lainnya namun
mempunyai daya efektivitas tinggi dibandingkan melalui mulut atau oral sebagai
contoh :
Yang menyembuhkan flu biasanya dibutuhkan waktu selama 1 minggu, dengan
terapi nebulizer sembuh dalam 3 hari cara terapi penguapan adalah obat tersebut
dilarutkan dalam bentuk cairan yang diisikan ke nebulizer.
Tujuan kita mempelajari materi ini, supaya setelah kita menyelesaikan
pembelajaran ini, kita mampu menjelaskan bagaimana pemberian nebulizer pada
anak yang benar.

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 1
Maka dari itu materi ini sangat penting untuk kita nantinya sebagai perawat dalam
melakukan praktek pelayanan keperawatan pada anak dan harus mampu melakukan
praktek pemberian nebulizer maupun pemberian kebutuhan dasar manusia lainnya,
sebagai kompetensi mandiri yang harus dikuasai.

URAIAN MATERI

1 Terapi Inhalasi

Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam


saluran inspiratori. Ada berbagai macam alat terapi inhalasi yang ditujukan ke
saluran respiratori bawah, seperti alat hirupan dosis terukur (metered dose inhaler,
MDI), alat hirupan bubuk kering (dry powder inhaler, PDI), dan nebulizer.
Nebulizer adalah suatu alat yang dapat mengubah obat cair menjadi aerosol, hal ini
bergantung pada besarnya partikel yang dihasilkan dan teknik penggunaannya, alat
ini dapat digunakan untuk terapi inhalasi saluran respiratori atas dan bawah.
3. Prinsip terapi inhalasi
Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang ideal untuk penyakit saluran napas adalah:
1. Obat sampai pada organ target dengan menghasilkan partikel aerosol
berukuran optimal agar terdeposisi di paru,
2. Onset kerjanya cepat,
3. Dosis obat kecil,
4. Efek samping minimal, karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit
atau rendah, .
5. Mudah digunakan,
6. Efek terapeutik tercapai yang ditandai dengan tampaknya perbaikan
klinis.

4. Kelebihan dan kekurangan alat terapi inhalasi


Cara penggunaan alat terapi inhalasi yang tepat tergantung pada tipe alat
terapi yang digunakan oleh pasien, pasien harus memahami tahap-tahap yang tepat
dalam menggunakan alat terapi inhalasi yang mereka gunakan (NACA, 2008).
Berbagai jenis alat terapi inhalasi yang umumnya digunakan seperti inhaler MDI
(Metered Dose Inhaler), MDI (Metered Dose Inhaler) dengan spacer, DPI (Dry
Powder Inhaler), nebulizer jet maupun nebulizer ultrasonik memiliki kelebihan dan

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 2
kekurangan pada masing-masing alat terapi tersebut dapat dilihat pada tabel 2
berikut:

5 Jenis terapi inhalasi


Terdapat beberapa hal yang harus didapatkan pada pemberian aerosol agar
menjadi pengobatan yang ideal, seperti alat yang sederhana, mudah dibawa, tidak
mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah, hanya sedikit yang tertinggal
di saluran napas atas serta dapat digunakan oleh anak, orang cacat, atau orang tua.
Namun keadaan ideal tersebut tidak dapat sepenuhnya tercapai dan masing-masing
jenis alat terapi inhalasi mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Oleh
karena itu, saat ini sudah dikenal 3 sistem inhalasi yang digunakan dalam klinik
sehari-hari yaitu;
1. Nebuliser
2. Metered dosed inhaler aerosol ( dengan atau tanpa spacer / alat
penyambung)

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 3
3. Dry powder inhaler

Tabel 1 : Jenis alat inhalasi disesuaikan dengan umur


Umur Alat Inhalasi

< 2 tahun Nebuliser, Aerochamber, Babyhaler

2 - 4 tahun Nebuliser, Aerochamber, Babyhaler MDI


dengan alat peregang (spacer)

5 - 8 tahun Nebuliser, MDI dengan spacer Alat hirupan


bubuk (Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler,
Turbuhaler)

> 8 tahun Nebuliser, MDI Alat hirupan bubuk (DPI)


Autohaler

Alat inhalasi akan berfungsi baik apabila obat yang dikeluarkan cukup, droplet yang
disalurkan berukuran kecil dan waktu nebulasi pendek. Droplet berukuran lebih
besar dari 5 um akan dideposit di orofaring, ukuran kurang dari 5 um akan sampai
pada saluran napas kecil dan
alveoli.

1. Nebuliser
Nebuliser merupakan suatu alat yang dapat mengubah obat yang bentuk
awalnya berupa larutan lalu diubah menjadi bentuk aerosol yang
dikeluarkan secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara
yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik. Dalam prakteknya dikenal 2
jenis alat nebuliser yaitu ultrasonic nebuliser dan jet nebuliser. Hasil
pengobatan dengan nebuliser lebih banyak bergantung pada jenis nebuliser
yang digunakan. Terdapat nebuliser yang dapat menghasilkan partikel
aerosol terus menerus ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya
timbul pada saat penderita melakukan inhalasi sehingga obat tidak banyak
terbuang.

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 4
Keuntungan terapi inhalasi menggunakan nebuliser adalah tidak atau sedikit
memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernafasan tidal,
beberapa jenis obat dapat dicampur (misalnya salbutamol dan natrium
kromoglikat). Sedangkan kekurangan dari nebuliser adalah alat ini cukup
besar, sehingga memerlukan sumber tenaga listrik dan harga yang relatif
lebih mahal.
Alat terapi inhalasi nebulizer harus terus dijaga kebersihannya untuk
menghindari pertumbuhan mikroba dan kemungkinan adanya infeksi.
Sebaiknya alat nebulizer dicuci setiap setiap selesai digunakan atau
sedikitnya sekali sehari. Instruksi dari pabrik pembuatnya harus diikuti
secara benar untuk menghindari kerusakan plastik pembungkusnya
(Ikawati, 2007).
Berikut cara penggunaan nebulizer yaitu:
1. Selalu cuci tangan sebelum menyiapkan obat untuk penggunaan nebulizer
2. Membuka tutup tabung obat nebulizer, mengukur dosis obat dengan
benar
3. Memasukkan obat ke dalam tabung nebulizer
4. Menghubungkan selang dari masker uap atau mouthpiece pada
kompresor nebulizer
5. Mengenakan masker uap atau mouthpiece ke mulut, dikatupkan bibir
hingga rapat
6. Menekan tombol on
7. Benapaslah dengan perlahan ketika menghirup uap yang keluar dan uap
dihirup sampaiobat habis
8. Menekan tombol off Nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang terpisah
yang terdiri dari generator aerosol, alat bantu inhalasi (masker,
mouthpiece) dan obatnya sendiri. Masker dan mouthpiece pada nebulizer
memiliki beberapa ukuran yang dapat disesuaikan untuk penggunaanya
pada anak-anak atau orang dewasa, sehingga diharapkan jika
menggunakan masker atau mouthpiece dengan ukuran yang tepat, larutan
obat yang melalui nebulizer berubah menjadi gas aerosol tersebut dapat

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 5
dihirup/dihisap dengan baik dan keberhasilan terapi yang didapatkan juga
dirasakan optimal.

Gambar 3. Set Alat Nebulizer

Nebulizer lebih disukai untuk beberapa alasan, antara lain:


1.Anak-anak, orang lanjut usia, dan pasien yang lemah mungkin kesulitan
menggunakanMDI dan DPI secara benar.
2.Beberapa pasien membutuhkan dosis yang lebih tinggi daripada yang
dapatdihantarkan oleh MDI dan DPI, misalnya pada pasien asma kronik,
serangan akut PPOK dan sistik fibrosis.
3.Untuk pengobatan sendiri di rumah, dimana pasien membutuhkan dosis
yang lebihbesar daripada yang dapat diberikan menggunakan MDI.

INDIKASI
- Asma Bronkialis
- Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Intan Rina Susilawati, M. Keb
Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 6
- Sindroma Obstruksi Post TB
- Mengeluarkan dahak

Perhatian dan Kontraindikasi:


- Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini,
membutuhkan mask/sungkup, tetapi mask efektifnya berkurang secara
spesifik.
- Medikasi nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara napas tidak
ada/berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan melalui
endotracheal tube yang menggunakan tekanan positif. Pasien dengan
penurunan pertukaran gas juga tidak dapat menggerakkan/memasukkan
medikasi secara adekuat ke dalam saluran napas.

- Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability harus


dengan perlahan.Ketika diinhalasi katekolamin dapat meningkatkan
cardiac rate dan menimbulkan disritmia
- Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui
IPPB/Intermittent
Positive Pressure Breathing, Sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan
bronkhospasme
- Hipertensi
- Takikardia
- Riwayat alergi
- Trakeostomi
- Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris
- Kontraindikasi dari obat yang digunakan untuk nebulisasi

2. Metered dose inhaler (MDI)


Metered dose inhaler (MDI) atau inhaler dosis terukur merupakan cara
inhalasi yang bahan aktif obatnya disuspensikan dalam cairan pendorong
(propelan) sebanyak kurang lebih 10 ml. Jenis propelan yang digunakan
biasanya adalah kloroflurokarbon (chlorofluorocarbon = CFC) pada
tekanan tinggi. Namun oleh karena jenis ini dianggap dapat merusak lapisan
Intan Rina Susilawati, M. Keb
Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 7
ozon, maka akhir-akhir ini mulai dikembangkan penggunaan bahan non-
CFC yaitu hidrofluroalkana (HFA). Propelan mempunyai tekanan uap
tinggi sehingga di dalam tabung (kanister) tetap berbentuk cairan. Bila
kanister ditekan, aerosol disemprotkan keluar dengan kecepatan tinggi yaitu
30 m/detik dalam bentuk droplet dengan dosis tertentu melalui aktuator
(lubang). Pada ujung aktuator ukuran partikel berkisar 35 φm, pada jarak 10
cm dari kanister besarnya menjadi 14 φm, dan setelah propelan mengalami
evaporasi seluruhnya ukuran partikel menjadi 2,8-4,3 φm.

Gambar 3. Metered Dose Inhaler

Dalam penggunaannya alat ini memerlukan teknik inhalasi tertentu agar


sejumlah dosis obat mencapai saluran pernafasan. Apabila dilakukan
dengan teknik inhalasi yang benar maka 80% aerosol yang dihasilkan akan
mengendap di mulut dan orofarings oleh karena kecepatan yang tinggi dan
ukurannya besar, 10% tetap berada dalam aktuator, dan hanya sekitar 10%
aerosol yang disemprotkan akan sampai ke dalam paru-paru. Pada cara
inhalasi ini diperlukan koordinasi antara penekanan kanister dengan
inspirasi napas.
Untuk mendapatkan hasil optimal maka pemakaian inhaler ini hendaklah
dikerjakan sebagai berikut:
• Terlebih dahulu kanister dikocok agar obat tetap homogen, lalu tutup
kanister dibuka
• Inhaler dipegang tegak kemudian pasien melakukan ekspirasi maksimal
secara perlahan

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 8
• Mulut kanister diletakkan diantara bibir, lalu bibir dirapatkan dan
dilakukan inspirasi perlahan sampai maksimal pada pertengahan
inspirasi kanister ditekan agar obat keluar
• Pasien menahan nafas 10 detik atau dengan menghitung 10 hitungan
pada inspirasi maksimal
• Setelah 30 detik atau 1 menit prosedur yang sama diulang kembali
• Setelah proses selesai, jangan lupa berkumur untuk mencegah efek
samping.

Pada sebagian pasien langkah-langkah di atas sering tidak diikuti sehingga


pengobatan asma kurang efektif dan timbul efek samping yang tidak
diinginkan. Beberapa kesalahan yang sering dijumpai oleh para ahli
mengenai kesalahan penggunaan inhalesr jenis ini adalah;
• Kurangnya koordinasi pada saat menekan kanister dan saat menghisap,
• Terlalu cepat inspirasi,
• Tidak berhenti sesaat setelah inspirasi,
• Tidak mengocok kanister sebelum digunakan,
• Terbalik pemakaiannya.
Kesalahan kesalahan di atas umumnya dilakukan oleh anak yang lebih
muda, manula, wanita, dan penderita dengan sosial ekonomi dan pendidikan
yang rendah. Untuk membedakan zat aktif pada MDI, digunaka 2 warna,
yaitu biru dan coklat.

Nama Jenis Warna

Salbutamol Reliever Biru

Beclometasone Steroid Coklat

Contoh merek dagang untuk jenis MDI antara lain Ventolin (Salbutamol),
Asthalin, Ventolin, Proventil, Maxair, Xopenex, Alupent and ProAir,
Flovent, Azmacort,
Beclovent, Vanceril, Budesonide, Qvar and Aerobid (kortikosteroid)

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 9
3. Dry Powder Inhaler
Sebenarnya inhaler jenis ini sudah dikenal sejak beberapa dekade
sebelumnya walapun dengan tujuan yang berbeda. Pada tahun 1957 Dry
Powder Inhaler digunakan untuk delivery serbuk antibiotik. Dalam
perkembangannya banyak penelitian uji klinis yang menunjukkan bahwa
DPI bisa digunakan untuk pengobatan asma anak. Pada tahun 1970, dibuat
inhaler spinhaler dan rotahaler yang hanya memuat serbuk kering dosis
tunggal, dan akhir tahun 1980 diperkenalkan inhaler yang memuat multiple
dosis yaitu yang dikenal dengan diskhaler (8 dosis) dan turbuhaler. Akhir
akhir ini, telah diperkenalkan diskhaler (di Inggris dikenal dengan
accuhaler) yang dapat memuat dosis yang lebih banyak (± 60 dosis) untuk
pemberian terapi selama 1 bulan. Inhaler jenis ini tidak mengandung
propelan sehingga mempunyai kelebihan dari MDI.

Gambar 4. Dry Powder Inhaler

Penggunaan obat serbuk kering pada DPI memerlukan inspirasi yang cukup
kuat. Pada anak yang kecil hal ini sulit dilakukan mengingat inspirasi kuat
belum dapat dilakukan, sehingga deposisi obat pada saluran pernafasan
berkurang. Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat
lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan dengan
MDI. Dengan cara ini deposisi obat di dalam paru lebih tinggi dan lebih
konstan dibandingkan MDI sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas
5 tahun. Cara DPI ini tidak memerlukan spacer sebagai alat bantu sehingga
mudah dibawa dan dimasukkan ke dalam saku. Hal ini yang juga
memudahkan pasien dan lebih praktis.

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 10
Gambar 5. Dischaler

Dalam praktek sehari hari, penggunaan terapi inhalasi ini banyak kita
jumpai pada beberapa kasus, terutama pada kasus:
• Asma
• Bronkiolitis
• Croup
• Prematuritas dan Chronic Lung Disease

Prosedur Pemasangan Nebulisasi


a. Persiapan Alat
 Main unit

 Obat bronkodilator

 Air hose/selang

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 11
 Nebulizer kit (masker, mouthpiece)

 Tissue

 Aquabidest

b. Persiapan Pasien (Anak)


1) Perkenalkan diri dan lakukan validasi nama pasien.
2) Beritahukan pada orang tua anak mengenai tujuan dan prosedur
tindakan, minta informed consent dari orang tua anak atau
keluarganya. Anak harus dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan dan diberi informasi dan penjelasan yang memadai.
3) Posisi anak senyaman mungkin. Pengekangan yang minimal harus
dilakukan untuk prosedur pemasangan nebulisasi pada anak.
Pengekangan yang digunakan harus sesuai dengan usia,
kemampuan kognitif dan perilaku anak.
4) Menutup sampiran untuk menjaga privasi klien.

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 12
c. Prosedur Tindakan
1) Cucilah tangan dengan seksama menggunakan sabun dan air
mengalir
2) Dilihat kembali apakah alat dan obat yang disiapkan sudah sesuai
dengan identitas atau kebutuhan pasien.
3) Alat-alat yang sudah disiapkan dibawa ke dekat penderita di tempat
yang mudah dijangkau oleh petugas.
4) Menghubungkan nebulizer dengan sumber tegangan
5) Menghubungkan air hose (selang), nebulizer dan
masker/mouthpiece pada main kit
6) Memakai handscoon
7) Buka tutup cup masukkan cairan obat kedalam alat penguap
sesuai dosis yang telah ditentukan.

8) Gunakan masker sesuai kondisi pasien


9) Mengaktifkan nebulizer dengan menekan tombol ON pada main
kit
10) Mengingatkan pasien jika memakai masker, uap yang keluar
dihirup perlahan-lahan dan dalam secara berulang hingga obat
habis

11) Tekan tombol OFF pada main kit, melepas masker, nebulizer kit,
dan air hose
12) Jelaskan pada pasien bahwa pemakaian nebulizer telah selesai
13) Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
14) Bereskan alat
15) Buka handscoon dan cuci tangan
d. Tahap Terminasi
 Evaluasi perasaan pasien

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 13
 Kontrak waktru untuk kegiatan selanjutnya
 Dokumentasi prosedur dan hasil observasi

1. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Tindakan Pemasangan


Nebulisasi
a) Pemberian nebulizer dapat menyebabkan keracunan pada beberapa
klien.
b) Terapi ini tidak boleh diberikan pada klien yang batuknya tidak efektif.
c) Terapi ini juga tidak boleh diberikan pada klien pascathoractomi
atauoperasi heart yang sekretnya masih bercampur dengan darah.
2. Komplikasi Pemasangan Nebulisasi
 Henti napas
 Spasme bronkus atau iritasi saluran napas
 Akibat efek obat yang digunakan seperti salbutamol (short acting beta-2
agonist) dosis tinggi akan menyebabkan gangguan pada sistim sekunder
penyerapan obat. Hipokalemi dan disritmia dapat ditemukan pada paslien
dengan kelebihan dosis.
3. Kekurangan dan Kelebihan
Kekurangan :
1. Kemungkinan kontaminasi alat
2. Resiko, gangguan listrik dan mekanik
3. Tidak semua obat bisa di nebulisasi
4. Perlu kompresor, tidak praktis dibawa
5. Perlu menyiapkan cairan obat

Kelebihan :
1. Koordinasi minimal
2. Dosis tinggi dapat diberikan
3. Tidak ada pelepasan freon

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 14
Kesimpulan
Pemberian per inhalasi adalah pemberian obat secara langsung dalam
saluran nafas melalui hirupan. Pada asma penggunaan obat secara inhalasi dapat
mengurangi efeksamping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau
peroral. Karena dosis yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya, untuk
mendapatkan manfaat obat yang optimal obat yang diberikan per inhalasi harus
dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran pernafasan.

https://youtu.be/45-kPQHIvkw

Intan Rina Susilawati, M. Keb


Keperawatan Anak
Prodi S1 Keperawatan STIKes Karsa Husada Garut 2020 Page 15

Anda mungkin juga menyukai