Anda di halaman 1dari 8

Vol. 26 No.

2 August 2013 MEDICINUS 39


Inhalasi Serbuk Kering sebagai Sistem
Penghantaran Obat Pulmonar
Alasen Sembiring Milala
Nephrology & Hypertension Division, Department of Internal Medicine, FacLaboratorium Farmasetika
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Technology
Abstrak
Pulmonary drug delivery system memiliki keung-
gulan yaitu bekerja cepat pada saluran perna-
pasan. Ada tiga jenis sistem penghantaran obat
secara inhalasi yaitu Nebulizer, MDI (metered
dose inhaler) dan DPI (dry powder inhaler). Dari
ketiganya DPI yang paling disukai dengan ke-
unggulan dalam penggunaannya tidak dibutuh-
kan koordinasi antara penekanan alat DPI den-
gan pernapasan, formulasinya lebih stabil yang
kemasannya kecil sehingga mudah dibawa,
penggunaannya cepat dan ramah lingkungan.
Untuk meningkatkan kinerja DPI dilakukan
dengan memformulasi serbuk yang lebih baik
dan mengembangkan alat DPI yang lebih baik.
Tujuan formulasi DPI adalah untuk mencapai
distribusi partikel serbuk yang seragam, variasi
dosis yang kecil, sifat alir yang bagus dan stabili-
tas fisika serbuk dalam alat DPI yang memadai.
Saat ini sedang dikembangkan alat DPI baru.
Alat ini menggunakan energi tersimpan untuk
aerosolisasi serbuk yang memudahkan peng-
gunaannya.
Kata Kunci : inhalasi, nebulizer, metered dose in-
haler, dry powder inhaler, alat DPI, formulasi
Abstract
Pulmonary drug delivery system has several ad-
vantages that working quickly in the respiratory
tract. There are three types of pulmonary deliv-
ery systems including Nebulizer, MDI (metered
dose inhaler) and DPI (dry powder inhaler). DPI
is most preferred because of its superiority that
is not required coordination of actuation with
breathing, the formulations is more stable with
small packaging that is easy to carry, fast and
environmentally-friendly used. To improve the
performance of DPI the better powder formula-
tion and better DPI device development is need-
ed. The aim of DPI formulations is to achieve a
uniform distribution of the powder particles, a
small dose variation, good flow properties and
physical stability of the powder in the appropri-
ate device. Currently the new DPI device is being
developed. This device uses the stored energy to
aerosolization of powder to improve its ease for
use.
Key words: inhalation, nebulizer, metered dose
inhaler, dry powder inhaler, DPI device, formula-
tion
PENDAHULUAN
Penghantaran obat melalui paru-paru merupa-
kan rute yang potensial untuk menghantarkan
obat secara lokal ke paru-paru dan juga secara
sistemik. Obat-obat yang dihantarkan men-
cakup rentang terapi yang sangat luas meliputi
antibiotik, antibodi, peptida, protein, dan oligo-
nukleida
.1
Inhalasi adalah proses pengobatan
dengan cara menghirup obat agar dapat lang-
sung masuk menuju paru-paru sebagai organ
sasaran. Sementara itu, nebulisasi adalah suatu
cara yang dilakukan untuk mengubah larutan
atau suspensi obat menjadi uap agar dapat di-
hirup melalui hidung dengan cara bernapas
sebagaimana lazimnya. Pengubahan bentuk ini
dilakukan dengan menggunakan alat nebulizer.
Awalnya, terapi inhalasi diterapkan di India pada
4000 tahun yang lalu, dimana penderita batuk
menghirup daun Atropa belladona. Pada awal
abad 19 ditemukan metode nebulisasi cairan,
Vol. 26 No.2 August 2013
MEDICINUS
40
TEchnology
suatu pengembangan metode baru dalam
farmakoterapi. Pada tahun 1920-an adrenalin
diperkenalkan sebagai larutan nebulisasi. Tahun
1925 nebulisasi insulin diteliti untuk penanganan
penyakit diabetes, dilanjutkan tahun 1945 peng-
gunaan penisilin untuk infeksi paru-paru.
2
Kemu-
dian pada tahun 1950-an diperkenalkan penggu-
naan steroid untuk pengobatan asma sehingga
digunakan secara luas.
3
Pulmonary drug delivery system atau sistem
penghantaran obat pulmonar (melalui paru-
paru) memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat
dan langsung pada saluran pernapasan. Metode
ini biasanya digunakan dalam proses perawatan
penyakit saluran pernafasan yang akut mau-
pun kronis, misalnya pada penyakit asma. Pada
dasarnya permukaan paru-paru dapat dicapai
dengan mudah dalam satu kali pernapasan.
Dalam penghantaran obat secara inhalasi, depo-
sisi (proses turunnya partikel obat ke paru-paru
bagian bawah) partikel obat bergantung pada
sifat partikel dan cara pasien bernapas.
Aplikasi terkini pulmonary drug delivery system
adalah sebagai berikut: 1) Penerapan sistem
penghantaran obat ke dalam paru-paru untuk
penyakit asma dan PPOK 2) Penghantaran obat
pada paru-paru untuk penyakit sistik fibrosis 3)
Penghantaran melalui paru-paru obat antidiabe-
tes 4) Migrain 5) Angina pektoris 6) Penghanta-
ran vaksin ke paru-paru 7) Emfisema 8) Penghan-
taran ke paru-paru untuk pasien transplantasi
9) Penghantaran melalui paru-paru untuk hi-
pertensi 10) Luka paru-paru akut. 11) Penerapan
penghantaran obat ke paru-paru sebagai aero-
sol surfaktan 12) Terapi gen lewat rute paru-paru
13) Penggunaan sistem penghantaran obat ke
paru-paru dalam terapi kanker 14) Penghantaran
pentamidin lewat paru-paru 15) Penghantaran
amfoterisin lewat rute paru-paru 16) Penghan-
taran gentamisin lewat rute paru-paru 17) Diag-
nosis lewat paru-paru 18) Aerosol nikotin untuk
terapi berhenti merokok 19) Inhalasi obat dalam
terapi tuberkolosis 20) Penghantaran paru-paru
untuk heparin berat molekul yang rendah 21)
Penghantaran paru-paru untuk gangguan tu-
lang 22) Penghantaran paru-paru obat opioid
untuk terapi nyeri.
Ada tiga jenis sistem penghantaran obat secara
inhalasi yaitu Nebulizer, MDI (metered dose in-
haler) dan DPI (dry powder inhaler). Nebulizer
berupa obat yang dilarutkan atau disuspensikan
ke dalam pelarut yang polar, umumnya air dan
diubah menjadi bentuk gas atau aerosol. Aero-
sol adalah dispersi suatu obat berupa cairan atau
zat padat dalam suatu gas. Nebulizer mengaero-
solisasi larutan obat dalam air atau suspensi obat
dalam air. Alat yang digunakan dapat berupa jet
nebulizer atau ultrasonic nebulizer. Nebulizer
bukanlah produk yang portable, tidak dapat
dijinjing dan pemberian obatnya membutuh-
kan waktu yang lama, minimal 15 menit. Nebu-
lisasi terutama ditujukan untuk anak-anak dan
lansia penderita asma yang kesulitan menggu-
nakan MDI atau DPI. Biasanya digunakan di ru-
mah sakit dan saat ini penggunaannya semakin
berkurang.
4
MDI adalah alat terapi inhalasi dengan dosis
yang terukur yang disemprotkan dalam ben-
tuk gas ke dalam mulut dan dihirup. Dalam
menyemprotkannya didorong menggunakan
propelan. MDI mulai diperkenalkan pada tahun
1956. Obat dalam MDI dapat berupa larutan atau
suspensi dalam propelan. Dapat ditambahkan
eksipien khusus untuk meningkatkan stabilitas
fisika atau untuk meningkatkan kelarutan obat.
Penggunaan MDI memerlukan teknik tersendiri,
dimana diperlukan koordinasi yang tepat antara
tangan menekan alat MDI (aktuasi) dan mulut
menghirup obat.
5
Cara penggunaan yang keliru
dapat menyebabkan hasil klinis yang tidak op-
timal.
6
Teknik ini masih sering digunakan secara
tidak tepat oleh penderita asma sehingga perlu
dilatih. Namun hal ini dapat dikoreksi dengan
penggunan spacer.
Spacer merupakan sebuah tube berukuran pan-
jang antara 10 sampai 20 cm yang disambung-
kan ke inhaler MDI. Spacer ini bertindak sebagai
wadah pemegang yang menjaga agar obat tidak
terbang ke udara. Pada spacer, di bagian ujung
yang berdekatan dengan mulut terdapat katup
yang menjaga agar obat tidak keluar dari spacer
kecuali bila dihisap. Katup tersebut akan ter-
buka bila pasien menghisap spacer. Melepaskan
obat ke wadah tersebut memungkinkan pend-
erita asma untuk menghirupnya lebih perlahan.
Spacer juga akan memperbaiki penghantaran
partikel halus obat ke paru-paru hingga 22%,
Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS 41
Multiple unit-dose adalah DPI yang mengan-
dung 4 atau 8 delapan dosis serbuk dalam satu
disk. Dosis dijaga secara terpisah dalam blister
aluminium sampai sebelum dihirup.
7
Salah satu
contoh multiple unit-dose DPI adalah Diskhaler.
Digunakan untuk menghantarkan zanamivir
untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh virus,
yaitu wadah berbentuk melingkar yang men-
gandung empat atau delapan obat. Masing-
masing blister mempunyai mekanisme sendiri,
memungkinkan obat dapat dihisap melalui mu-
lut. Ketika menggunakan Diskhaler, alur perna-
pasan puncak pasien harus lebih besar dari 30
liter/menit agar obat dapat mencapai paru-paru.
Multiple-dose DPI, mengukur dosis obat dari
reservoir. Contoh yang paling umum adalah
Twisthaler, Flexhaler dan Diskus. Twisthaler
mengandung bahan aktif mometason furoat,
sedangkan Flexhaler mengandung bahan aktif
budesonid, keduanya anti inflamasi, digunakan
sebagai preventer pada penderita asma. Dis-
kus menghantarkan salmeterol, flutikason atau
kombinasi keduanya. Diskus mengandung 60
dosis dalam pengemas berupa strip.
8
Berdasarkan desain alat maka DPI dapat diklasi-
fikasikan menjadi tiga generasi.
9
Yang termasuk
dalam generasi pertama adalah single dose DPI
yang diaktivasi oleh pernapasan pasien seperti
Spinhaler
10
yang menghantarkan sodium kro-
moglikat sebagai pengontrol asma (Gambar 1)
dan Rotahaler. Penghantaran obatnya terkait
dengan ukuran partikel dan deaglomerasi obat
dengan pembawa (carrier) atau campuran obat-
carrier yang dihantarkan oleh aliran inspirasi.
Kekurangan generasi pertama ini termasuk do-
sis tunggal, sehingga penggunaannya membu-
tuhkan waktu yang lama.
Gambar 1. Spinhaler, DPI generasi pertama
(sumber: http://www.mikesouth.org.au/Asthma_devices/
MDIs/)
TEchnology
serta mengurangi jumlah obat yang tertinggal di
bagian belakang tenggorokan dan lidah.
5

Sementara DPI atau inhalasi serbuk kering yang
diperkenalkan pada awal tahun 1970-an ada-
lah alat dengan obat dalam bentuk serbuk di-
hantarkan secara lokal atau sistemik melalui
rute paru-paru. Perkembangan DPI dimotivasi
dengan adanya keinginan besar mencari alter-
natif pengganti MDI yang terkenal tidak ramah
lingkungan karena mengandung propelan CFC.
Berbeda dengan MDI, DPI dirancang dalam ber-
bagai macam tipe. Semuanya bervariasi bergan-
tung pada tipe formulasi dan bentuk sediaan.
DPI mengatasi kesulitan dalam penggunaan
MDI yang seringkali sukar menyelaraskan antara
aktuasi alat inhalasi dan pernapasan. Namun
pada DPI diperlukan energi untuk menggerak-
kan serbuk mengikuti aliran udara pernapasan
dan memecah formula serbuk menjadi partikel
kecil. Pada penggunaan DPI diperlukan hirupan
yang cukup kuat agar obat masuk ke saluran per-
napasan. Kinerja DPI tergantung dari teknik dan
kemampuan pasien dalam menghirup udara dan
kecepatannnya.
4

DPI digolongkan berdasarkan disain dosis dan
disain alat. Berdasarkan disain dosis dibagi men-
jadi tiga kategori. Yang pertama single-dose DPI,
secara individual berisi kapsul yang mengan-
dung satu dosis pengobatan. Kedua, multiple
unit-dose DPI mendispersikan dosis tunggal
yang telah diukur dosisnya dalam blister obat
yang sudah diatur dari pabriknya. Yang ketiga,
multiple-dose DPI, dengan pengukuran dosis dari
blister atau strip dari pabrik obat untuk meng-
hantarkan dosis ulangan.
Single-dose DPI dioperasikan dengan mengger-
akkan serbuk obat dari suatu kapsul. Contoh-
nya adalah Aerolizer dan Handihaler, keduanya
untuk terapi asma. Aerolizer digunakan untuk
menghantarkan formoterol dan Handihaler un-
tuk menghantarkan tiotropium bromid Walau-
pun keduanya berbeda konfigurasi, prinsip ker-
janya sama. Dalam penggunaan single-dose DPI,
setiap kali digunakan pasien memasukkan kap-
sul dalam drug holder. Kemudian pasien meng-
hirup obat dari alat ini. Kekurangan single-dose
DPI adalah pemakaiannya membutuhkan waktu
yang lama.
Vol. 26 No.2 August 2013
MEDICINUS
42
DPI generasi kedua menggunakan teknologi yang lebih baik, mencakup multi-unit dose (pendispersian dosis
individu yang sudah terukur di dalam blister, disk, dimple, tube, dan strip dari pabriknya) dan multi-dose DPI
(pengukuran dosis dari reservoir serbuk). Semuanya mempunyai komponen esensial yang terdapat pada alat
tersebut seperti drug holder, air inlet, kompartemen deaglomerasi, dan mouthpiece. DPI didesain sedemiki-
an rupa agar dapat menginduksi turbulensi dan tabrakan antar partikel yang mampu untuk menghasilkan
pelepasan partikel obat dari permukaan carrier atau deaglomerasi partikel bahan aktif dari partikel pembawa
besar yang teraglomerasi. Contoh generasi kedua ini adalah Diskhaler (Gambar 2).
DPI generasi ketiga dikenal juga sebagai alat DPI aktif, yang menggunakan gas bertekanan atau impeller
yang digerakkan oleh motor untuk mendispersikan obat. Alat ini lebih rumit dalam perancangannya namun
user-friendly. Karena adanya sumber energi, presisi dosis dan produksi aerosol pada alat DPI aktif tidak ber-
gantung pada kekuatan pernapasan pasien.
9
Contohnya Diskus (Gambar 3) dan Accuhaler. Diskus mengan-
dung 60 dosis dan penggunaan serta pengaturan dosisnya lebih mudah daripada Rotahaler dan Diskhaler.
Gambar 2. Diskhaler, DPI generasi kedua dan bagian-bagiannya
(sumber kiri: http://www.asthma.ca/adults/treatment/diskhaler.php
kanan: http://medguides.medicines.org.uk/ai/ai1008/diskhaler.htm)
Gambar 3. Diskus, DPI generasi ketiga dan cara menggunakannya
(sumber: http://www.asthmameds.ca/diskus.php)
TEchnology
Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS 43
Inhalasi pasif lazim digunakan pada terapi lokal
(penghantaran obat ke dalam saluran pernafasan),
sedangkan mekanisme dispersi aktif digunakan un-
tuk obat yang ditujukan memberikan efek sistemik
yang harus berpenetrasi lebih jauh ke dalam paru-
paru. Efsiensi dari alat DPI yang diaktivasi oleh na-
fas bergantung pada kekuatan pernapasan pasien,
sedangkan dispersi serbuk pada DPI aktif terbatas
pada mekanisme fsik atau elektrik (getaran, gas
bertekanan, kekuatan tabrakan, dan impeller yang
ada pada alat). DPI aktif sangat berguna terhadap
lansia.
9
Contohnya Exubera dengan udara terkom-
presi untuk mengaerosolisasi serbuk yang me-
ngandung insulin.
1
PEMBAHASAN
DPI dikenal sebagai alat yang user-friendly. Dari
ketiga tipe pulmonary drug delivery system, DPI yang
paling disukai. DPI telah menjadi pilihan utama
di negara-negara Eropa.
7
DPI memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan MDI dan Nebulizer. Ke-
unggulan DPI antara lain penggunaannya layaknya
bernapas biasa sehingga tidak dibutuhkan koordi-
nasi antara penekanan alat dengan pernapasan,
formulanya lebih stabil
11
daripada MDI dan Nebu-
lizer, kemasannya kecil
12
sehingga mudah dibawa,
penggunaannya cepat dan ramah lingkungan.
13
Na-
mun memiliki kekurangan yaitu stabilitasnya dipe-
ngaruhi kelembaban, rentang dosisnya terbatas dan
efsiensinya bergantung pada aliran pernapasan
pasien.
Karakteristik DPI yang ideal sangat penting untuk
reliabilitas alat, efektivitas klinis, dan penerimaan
pasien. Karakter yang diharapkan meliputi 9 poin
berikut. 1) Alat yang mudah digunakan, mudah un-
tuk dibawa, memiliki dosis ganda, melindungi obat
dari kelembaban dan mempunyai indikator dosis
yang tersisa secara audiovisual. 2) Penghantaran
dosis yang akurat dan seragam meskipun dengan
laju pernapasan yang berbeda. 3) Penghantaran
dosis yang konsisten selama masa pakai inhaler.
4) Mempunyai ukuran partikel yang optimal untuk
penghantaran obat ke paru-paru. 5) Cocok untuk
berbagai macam bahan aktif dan berbagai macam
dosis. 6) Adesi yang minimum antara formulasi obat
dan alat DPI. 7) Kestabilan produk di dalam alat DPI.
8) Hemat (Cost efectiveness). 9) Memiliki mekanisme
feedback untuk menyampaikan informasi kepada
pasien mengenai pemberian dosis.
9
Sayangnya,
hingga saat ini belum satu pun DPI memenuhi
karakteristik ideal tersebut.
Untuk semua sediaan inhalasi dosis yang diterima
oleh pasien bergantung pada empat faktor yang
saling berkaitan, yaitu profl dari formulasi obat, ter-
utama sifat alir serbuk, ukuran partikel, dan interaksi
obat-carrier; kinerja alat inhaler, termasuk pemben-
tukan aerosol dan penghantarannya; teknik inhalasi
yang benar untuk deposisi obat di paru-paru; dan
laju pernapasan.
9
Ada dua pendekatan untuk meningkatkan kinerja
DPI yaitu membuat serbuk yang lebih baik dan
mengembangkan alat DPI yang lebih baik.
9,14,15
Ser-
buk DPIk yang baik memiliki ukuran partikel serbuk
yang seragam, variasi dosis yang kecil, sifat alir yang
bagus dan stabilitas fsika serbuk dalam alat DPI
yang memadai. Dengan rekayasa partikel diharap-
kan terjadi penurunan diameter aerodinamik, pe-
nurunan densitas partikel, perubahan bentuk yang
semakin bulat dan terbentuknya permukaan yang
kasar.
14
Dispersi dari serbuk aerosol juga dipengaruhi oleh
diameter geometris partikel yang pada umumnya
berkaitan dengan efsiensi deposisi di paru. Sejum-
lah teknik alternatif dapat digunakan meliputi spray
drying yang terspesialisasi, kristalisasi dengan ultra-
sound, dan teknologi fuid superkritis. Kini tersedia
teknik partikel terbaru yang dapat meningkatkan
dispersi serbuk, yaitu dengan membuat partikel
yang sangat porous dengan diameter geometris
yang besar namun dengan diameter aerodinamik
yang kecil.
9
Suatu produk DPI yang baik memiliki FPF (fne par-
ticle fraction) dan ED yang tinggi, konsistensi dosis
dan keseragaman dosis yang tinggi.
10
FPF merupa-
kan fraksi partikel halus dan dosis yang dihasilkan
dari DPI. Distribusi ukuran partikel sebaiknya yang
relatif sempit dan siap untuk diaerosolisasi oleh
gaya dispersi aerodinamik yang relatif rendah.
14
Ser-
buk kering untuk inhalasi diformulasi dalam bentuk
aglomerat longgar dari partikel obat yang sudah
termikronisasi dengan ukuran partikel aerodinamik
kurang dari 5 m, atau dalam bentuk campuran
interaktif dengan partikel obat termikronisasi yang
menempel pada permukaan pembawa yang uku-
rannya lebih besar.
16
Penghantaran obat untuk salu-
ran pernafasan dengan partikel yang berukuran 2-5
TEchnology
Vol. 26 No.2 August 2013
MEDICINUS
44
m menghasilkan manfaat yang optimal, sedang-
kan untuk menghasilkan efek sistemik, dibutuhkan
partikel yang berukuran kurang dari 2 m.
9
Meng-
hirup sejumlah besar serbuk dapat menyebabkan
batuk, sehingga dosis diatur kurang dari 10-20 mg.

Untuk memastikan bahan aktif mencapai area paru-
paru yang lebih dalam ada dua hal yang dapat di-
lakukan. Pertama dengan menggabungkan antara
partikel obat yang kecil dengan suatu pembawa
yang lebih besar, sehingga efsiensi inhalasi me-
ningkat.
6
Bahan pembawa yang digunakan adalah
laktosa,
17,18
glukosa dan manitol. Ukuran partikel
pembawa dengan diameter antara 50 dan 200 m
memastikan serbuk dapat memiliki sifat alir yang
baik. Untuk mencapai bagian paru-paru yang lebih
dalam, partikel obat yang kecil harus mampu me-
lepaskan diri dari pembawa. Agar dapat melepaskan
diri dari pembawa dengan optimal dibutuhkan ke-
seimbangan gaya adesi dan kohesi yang seimbang
dalam formula DPI.
19,20
Kemungkinan kedua membentuk agglomerat par-
tikel obat yang lebih besar yang sering disebut de-
ngan soft pellet, yang bertujuan untuk mengatasi
masalah sifat alir. Soft pellet ini akan terdispersi keti-
ka dikeluarkan dari inhaler untuk memastikan obat
mencapai paru-paru yang lebih dalam.
21
Semua DPI dipengaruhi kelembaban yang dapat
menyebabkan serbuk menggumpal dan mengu-
rangi deagregasi partikel. Oleh karena itu serbuk
harus dijaga tetap kering. Kapsul dan blister melin-
dungi serbuk kering DPI lebih baik daripada wadah
yang mengandung DPI multiple dose. Kelembaban
memiliki pengaruh yang kuat terhadap konduk-
tivitas muatan listrik pada permukaan partikel.
22
Kelembaban pada udara meningkatkan konduk-
tivitas sehingga memaksa terjadinya pelepasan gas.
Muatan elektrostatik dan kelembaban berpengaruh
pada FPF. Peningkatan kelembaban pada awalnya
menyebabkan penurunan gaya adesi, tetapi ke-
mudian meningkat dengan naiknya kelembaban.
Pada kelembaban rendah, penurunan gaya adesi
kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya gaya
elektrostatik.
21
Menurut Zhou et al., faktor yang sangat penting
dalam kinerja DPI adalah sifat alir dan deaglome-
rasi serbuk yang baik.
19
Morton et al. meneliti fak-
tor terkait pengubahan formulasi serbuk. Gaya
yang terlibat dalam proses produksi menyebabkan
interaksi antar partikel dalam aglomerat dan juga
mendorong bermainnya suatu aturan dalam proses
deaglomerasi.
23
Teknologi superkritikal diterapkan
untuk meningkatkan sifat permukaan bahan aktif.
Partikel dengan pori-pori yang besar mengurangi
gaya interpartikulat karena densitas mereka yang
rendah, struktur permukaan yang tidak teratur
dan atau energi bebas permukaan yang diperkecil.
Dalam pendekatan yang berbeda, partikel porous
yang lebih kecil telah digunakan untuk meningkat-
kan deaglomerasi dan deposisi paru-paru.
23
Untuk optimasi ukuran partikel diperlukan teknik
analisis permukaan partikel yang juga sangat pent-
ing dalam formulasi DPI. Ada beberapa metode
analisis yang dapat digunakan, yaitu atomic force
microscopy (AFM), micro and nanothermal analysis
(MTA), IGC (inverse gas chromatography) dan XPS (X-
ray photoelectron spectroscopy).
AFM diaplikasikan dalam teknik analisis mikroskopik,
karakteristik struktur permukaan, morfologi, kekua-
tan adesi, interaksi antar partikel obat serta interaksi
obat dan pembawa.
24-26
MTA digunakan untuk me-
mastikan komposisi, morfologi, dan analisis termal.
Selain itu untuk membedakan antara substansi obat
dan eksipien dalam dispersi padat. Alat ini dapat
juga untuk mengevaluasi multikomponen sistem
dan informasi yang disajikan dalam tiga dimensi. IGC
merupakan salah satu teknik analisis kromatograf.
Elusidasi atau penentuan pada rentang fsikokimia
yang besar termasuk energi permukaan, parameter
kelarutan, profl energetik heterogenitas, koefsien
difusi dan fungsi partikel pada permukaan padat
materi dapat dilakukan dengan IGC. Sedangkan XPS
berupa teknik spektroskopik kuantitas, memastikan
komposisi dari aerosol serbuk kering untuk inhalasi,
formula empirik, bentuk kimia dan elektronik.
27
Optimasi formula obat seringkali bergantung pada
jenis alat yang digunakan. Oleh karena itu, kombi-
nasi obat-inhaler pada umumnya dianggap sebagai
sesuatu yang unik yang perlu didemonstrasikan
kinerja dan efektivitasnya secara invitro dan invivo.
Efektivitas klinis DPI juga dipengaruhi oleh faktor
obat seperti potensi, farmakokinetik, keamanan dan
efektivitas, faktor pasien (seperti keparahan penya-
kit dan usia), teknik inhalasi, dan kepatuhan.
Tiap kali aktualisasi, alat DPI menghasilkan dosis
TEchnology
Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS 45
tunggal.
14
Dalam DPI yang pasif energi untuk memecah pengemas dosis dan energi untuk masuk ke aliran
pernapasan hanya dengan mengandalkan aliran udara pernapasan. DPI yang aktif menggunakan tenaga ba-
terai atau energi mekanis yang tersimpan untuk mendukung pecahnya pengemas agar melepaskan satu do-
sis obat. Hancurnya pengemas obat dan penyerapan secara kolektif disebut fuidisasi serbuk dari DPI. Sekali
serbuk difuidisasi, aliran pernapasan membawa keluar dari alat dan masuk ke paru-paru.
14
Saat ini sedang dikembangkan DPI baru. DPI aktif mengatasi ketergantungannya terhadap aliran inspirasi
dengan menerapkan beberapa teknik seperti mengaktivasi alat dengan gas yang bertekanan, menggunakan
vibrator frekuensi tinggi, dan motor bertenaga baterai. Alat ini menggunakan energi tersimpan untuk aero-
solisasi serbuk dengan harapan dapat mengeliminasi ketergantungan pemencaran dosis obat dan distribusi
ukuran partikel.
4
Kondisi yang ideal untuk suatu device inhaler adalah sebagai berikut. Penggunaannya sederhana terutama
bagi pasien anak-anak dan lansia. Suatu unit inhalasi sebaiknya memiliki mekanisme kontrol. Baik mekan-
isme pelepasan bahan aktif maupun deposisinya dalam saluran pernapasan cukup tinggi dan reprodusibel.
Ada kebutuhan penghitungan baik untuk dosis maupun pernapasan yang tepat. Untuk alasan kompatibilitas
dengan lingkungan, harus bebas propelan dan dapat diisi ulang (refllable). Selain itu harus sesuai pedoman
GINA yang merepresentasikan persyaratan perawatan minimal.
C. KESIMPULAN
Dari tiga jenis pulmonary drug delivery system, DPI paling banyak dikembangkan karena memiliki banyak ke-
unggulan dibandingkan MDI dan Nebulizer. Pengembangan DPI mengarah ke dua fokus yaitu memformulasi
serbuk yang lebih baik dan mengembangkan alat DPI yang lebih baik. Perkembangan terbaru DPI adalah DPI
aktif yang user friendly yang menggunakan energi tersimpan untuk aerosolisasi serbuk kering.
daftar pustaka
1. Islam, N, Rahman, S, Pulmonary Drug Delivery: Implication for new strategy for pharmacotherapy
for neurogenerative disorders, Drug Discov. Ther, 2008, 2, 264-276
2. Newhouse, MT, Encyclopedia of pharmaceutical technology, Dekker, New York, 2000,1279-1285
3. Ashish, K, Hiralal, C, Prajkata, U, Dheeraj, B, Dinesh, K, Pulmonary Drug Delivery System, Int J Pharm
Tech Research, 2012, Vol. 4, No. 1, 293-305
4. Agoes, G., Penghantaran obat pulmonari secara inhalasi, dalam Sistem penghantaran obat
pelepasan terkendali, 2008, 354-359, Penerbit ITB Bandung
5. Sunitha, R., Prabha, KS., Prasanna, PM, Drug delivery and its developments for pulmonary system,
Intern J Pharm Chem and Bio Sci, 2011, 1, 66-82
6. Melani, SJ, Bonavia, M, Cilenti, V, et al, Inhaler mishandling remains common in real life and is as-
sociated with reduced disease control, Repository Medicine, 2011, 105, 930-938
7. Rahimpour, Y., Hamishehkar, H., Lactose engineering for better performance in dry powder inhal-
ers, Advanced Pharmaceutical Bulletin, 2012, 2(2), 183-187
8. Takazawa, H., Recent development of drug delivery systems for the treatment of asthma and re-
lated disorders, Recent patents on inflammation & allergy drug discovery, 2009, 3, 232-239
9. Islam, N., Gladki, E., Dry powder inhalers (DPIs)-A review of device reliability and innovation, Int J
Pharmaceutics, 2008, 360, 1-11
TEchnology
Vol. 26 No.2 August 2013
MEDICINUS
46
10. Virchow, JC, Crompton, GK, Dal Nego R, Importance of inhaler devices in the management
of airway disease, Respir Med, 2008,102 (1): 10-19
11. Ashurst, I.I., Malton, A., Prime, D, Sumby, B., Latest advances in the development of dry pow-
der inhalers, Pharm Sci Technolo Today, 2000, 3, 246-256
12. Kumaresan, C., Subramanian, N., Antoniraj, MG., Ruckmani, K., Dry powder inhaler-Formula-
tion aspects, Pharma Times, 2012,Vol 44, No. 10, 14-18
13. Chow, AHL, Tong, HHY, Chattopadhyay, P, Shekunov, BY, Particle engineering for pulmonary
drug delivery, Pharmaceutical Research, 2007, Vol. 24, No. 3, 411-437
14. Sunil, J., Venkatesh, G., Brahmaiah, B. Baburao, CH., Recent applications and potentially ad-
minister future pharmacotherapy of pulmonary drug delivery system, IJRPC, 2012, 2, 641-646
15. Zhou, QT., Armstrong, B., Larson, I., Stewart, PJ., Morton, DAV., Understanding the influence
of powder flowability, fluidization and de-agglomaeration charactheristics on the aerosoliza-
tion of pharmaceutical model powders, European J Pharm Sci, 2010, 40, 412-421
16. Chougule, MB., Padhi, BK., Jinturkar, KA., Misra, A., Development of dry powder inhalers,
Recent patent on drug delivery & Formulation, 2007, 1, 11-21
17. Telko, MJ., Hickey, AJ., Dry powder inhaler formulation, Repiratory Care, 2005, Vol. 50 No. 9,
1209-1227
18. Le, VNP., Thi, THH., Robins, E., Flament MP., Dry powder inhelers: Study of the parameters
influencing adhesion and dispersion of fluticasone propionate, AAPS Pharm Sci Tech, 2012,
13, 477-484
19. Begat, P., Morton, DAV., Staniforth, JN., Price, R., The cohesive-adhesive balances in dry pow-
der inhalers formulation I: Direct quantification by atomic force microscopy, Pharm Res, 2004,
Vol. 21, No. 9, 1591-1597
20. Zhou, QT, Morton, DA, Drug lactose binding aspects in adhesive mixtures: Controlling per-
formance in dry powder inhaler formulations by altering lactose carrier surfaces, Adv Drug
Deliv Rev, 2012, 64, 275-284
21. Begat, P., Price, R., The influenc of force control agents on the cohesive-adhesive balance in
dry powders inhaler formulations, KONA, 2005, No. 23, 109-121
22. Karner, S & Urbanetz, NA., The impact of electrostatic charge in pharmaceutical powders
with specific focus on inhalation-powders, J Aerosol Sci, 2011, Vol. 42, 428-445
23. Young, PM., Sung, A., Traini, D., Kwok, H., Chan, HK., Influence of humidity on the electrostatic
charge and aerosol performance of dry powder inhaler carrier based systems, Pharm Res,
2007, Vol. 24, No. 5, 963-970
24. Morton, DAV., Sou, T., Kaminskas, LM., McIntosh, MP, Orlando, L., The role and interaction
effects of amino acids on the particle engineering of a mannitol-based powder formulation,
The electronic conference on pharmaceutical sciences ECPS, 2011, 1-6
25. Bunker, MJ, Davies, MC, Chen, X, Robert, CJ, Single particle friction on blister packaging ma-
terials used in dry powder inhalers, Eur J Pharm Sci, 2006, 29, 405-413
26. Eve, JK, Patel, N, Luk, SY, Ebbens, SJ, A study of single particle adhesion interactions usinf
atomic force microscopy, Int J Pharm, 2002, 238, 17-27
27. Berard, V, Lesniewska, E, Andres, C, Pertuy, D, Laroche, C, Pourcelot, Y, Affinity scale between
carrier and a drug in DPI studied by atomic force microscopy, Int J Pharm, 2002, 247, 127-137
28. Wu, X., Li, X., Mansour, H.M., Surface Analytical Techniques in Solid-State Particle Characteri-
zation for Predicting Performance in Dry Powder Inhalers, KONA Powder and Particle Journal,
2010, No. 28, 3-18
TEchnology

Anda mungkin juga menyukai