Anda di halaman 1dari 25

Dry Powder Inhaler

Pendahuluan
DPI

(Dry Powder Inhaler) atau inhalasi serbuk


kering yang diperkenalkan pada awal tahun
1970-an adalah alat dengan obat dalam bentuk
serbuk dihantarkan secara lokal atau sistemik
melalui rute paru-paru. Perkembangan DPI
dimotivasi dengan adanya keinginan besar
mencari alternatif pengganti MDI yang terkenal
tidak ramah lingkungan karena mengandung
propelan CFC.
Berbeda dengan MDI, DPI dirancang dalam
berbagai macam tipe. Semuanya bervariasi
bergantung pada tipe formulasi dan bentuk
sediaan.

DPI

mengatasi kesulitan dalam penggunaan


MDI yang seringkali sukar menyelaraskan
antara aktuasi alat inhalasi dan pernapasan.
Namun pada DPI diperlukan energi untuk
menggerakkan serbuk mengikuti aliran
udara pernapasan dan memecah formula
serbuk menjadi partikel kecil.
Pada penggunaan DPI diperlukan hirupan
yang cukup kuat agar obat masuk ke
saluran pernapasan. Kinerja DPI tergantung
dari teknik dan kemampuan pasien dalam
menghirup udara dan kecepatannnya.

Karakteristik DPI
Karakteristik

DPI yang ideal sangat penting untuk


reliabilitas alat, efektivitas klinis, dan penerimaan
pasien.
Karakter yang diharapkan meliputi 9 poin berikut:
1.Alat yang mudah digunakan, mudah untuk dibawa,
memiliki dosis ganda, melindungi obat dari
kelembaban dan mempunyai indikator dosis yang
tersisa secara audiovisual.
2.Penghantaran dosis yang akurat dan seragam
meskipun dengan laju pernapasan yang berbeda.
3.Penghantaran dosis yang konsisten selama masa
pakai inhaler.
4.Mempunyai ukuran partikel yang optimal untuk
penghantaran obat ke paru-paru.

5.
6.
7.
8.
9.

Cocok untuk berbagai macam bahan


aktif dan berbagai macam dosis.
Adesi yang minimum antara formulasi
obat dan alat DPI.
Kestabilan produk di dalam alat DPI.
Hemat (Cost effectiveness).
Memiliki mekanisme feedback untuk
menyampaikan informasi kepada
pasien mengenai pemberian dosis.

Penggolongan DPI
DPI

digolongkan berdasarkan desain dosis dan


desain alat.
Berdasarkan desain dosis dibagi menjadi tiga
kategori :
1. Single-dose DPI, secara individual berisi
kapsul yang mengandung satu dosis
pengobatan
2. Multiple unit-dose DPI, mendispersikan dosis
tunggal yang telah diukur dosisnya dalam
blister obat yang sudah diatur dari pabriknya
3. Multiple-dose DPI, dengan pengukuran dosis
dari blister atau strip dari pabrik obat untuk
meng- hantarkan dosis ulangan.

1. Single-dose DPI
Single-dose

DPI dioperasikan dengan


menggerakkan serbuk obat dari suatu kapsul.
Contohnya adalah Aerolizer dan Handihaler,
keduanyauk terapi asma. Aerolizer digunakan untuk
menghantarkan formoterol dan Handihaler untuk
menghantarkan tiotropium bromid. Walaupun
keduanya berbeda konfigurasi, prinsip kerjanya
sama.
Dalam penggunaan single-dose DPI, setiap kali
digunakan pasien memasukkan kapsul dalam drug
holder. Kemudian pasien menghirup obat dari alat
ini.
Kekurangan single-dose DPI adalah pemakaiannya
membutuhkan waktu yang lama.

2. Multiple unit-dose DPI


Multiple

unit-dose adalah DPI yang mengandung 4


atau 8 delapan dosis serbuk dalam satu disk. Dosis
dijaga secara terpisah dalam blister aluminium
sampai sebelum dihirup.
Salah satu contoh multiple unit-dose DPI adalah
Diskhaler. Digunakan untuk menghantarkan
zanamivir untuk terapi infeksi yang disebabkan
oleh virus, yaitu wadah berbentuk melingkar yang
mengandung empat atau delapan obat.
Masing-masing blister mempunyai mekanisme
sendiri, memungkinkan obat dapat dihisap melalui
mulut. Ketika menggunakan Diskhaler, alur
pernapasan puncak pasien harus lebih besar dari
30 liter/menit agar obat dapat mencapai paru-paru.

3. Multiple-dose DPI
Multiple-dose

DPI, mengukur dosis obat

dari reservoir.
Contoh yang paling umum adalah
Twisthaler, Flexhaler dan Diskus. Twisthaler
mengandung bahan aktif mometason
furoat, sedangkan Flexhaler mengandung
bahan aktif budesonid, keduanya anti
inflamasi, digunakan sebagai preventer
pada penderita asma. Diskus
menghantarkan salmeterol, flutikason atau
kombinasi keduanya. Diskus mengandung
60 dosis dalam pengemas berupa strip.

Berdasarkan desain alat maka


DPI dapat diklasifikasikan
menjadi tiga generasi:
- DPI Generasi pertama
- DPI Generasi kedua
- DPI Generasi ketiga

1. DPI Generasi Pertama


Yang

termasuk dalam generasi pertama adalah


single dose DPI yang diaktivasi oleh
pernapasan pasien seperti Spinhaler yang
menghantarkan sodium kro- moglikat sebagai
pengontrol asma dan Rotahaler.
Penghantaran obatnya terkait dengan ukuran
partikel dan deaglomerasi obat dengan
pembawa (carrier) atau campuran obat- carrier
yang dihantarkan oleh aliran inspirasi.
Kekurangan generasi pertama ini termasuk
dosis tunggal, sehingga penggunaannya
membutuhkan waktu yang lama.

2. DPI Generasi kedua


DPI

generasi kedua menggunakan teknologi yang lebih


baik, mencakup multi-unit dose (pendispersian dosis
individu yang sudah terukur di dalam blister, disk,
dimple, tube, dan strip dari pabriknya) dan multi-dose
DPI (pengukuran dosis dari reservoir serbuk).
Semuanya mempunyai komponen esensial yang
terdapat pada alat tersebut seperti drug holder, air inlet,
kompartemen deaglomerasi, dan mouthpiece.
DPI didesain sedemiki- an rupa agar dapat menginduksi
turbulensi dan tabrakan antar partikel yang mampu
untuk menghasilkan pelepasan partikel obat dari
permukaan carrier atau deaglomerasi partikel bahan
aktif dari partikel pembawa besar yang teraglomerasi.
Contoh generasi kedua ini adalah Diskhaler

3. DPI Generasi ketiga


DPI

generasi ketiga dikenal juga sebagai alat


DPI aktif, yang menggunakan gas bertekanan
atau impeller yang digerakkan oleh motor
untuk mendispersikan obat.
Alat ini lebih rumit dalam perancangannya
namun user-friendly. Karena adanya sumber
energi, presisi dosis dan produksi aerosol pada
alat DPI aktif tidak ber- gantung pada kekuatan
pernapasan pasien.
Contohnya Diskus (Gambar 3) dan Accuhaler.
Diskus mengandung 60 dosis dan penggunaan
serta pengaturan dosisnya lebih mudah
daripada Rotahaler dan Diskhaler.

Safety of DPIs
For

DPIs that produce a very high lung


dose or a drug with a high firstpass
metabolism, the problem should not
be as great, as both factors will
improve the L/T ratio. Consequently, a
high lung dose delivered from a given
DPI should allow the nominal dose to
be reduced, thus improving safety.
Dry-powder impaction in the
oropharynx with local side effects
should also be considered when DPIs
are used, compared to pMDIs plus

Apart

from lactose as carrier or filler, DPIs


do not have to incorporate the lubricants
and cosolvents needed in propellant driven
pMDIs.
These additives may be the cause of
commonly observed cough and
bronchoconstriction when a patient is
inhaling from a pMDI though the latter is
often masked by the drug effect.
As mentioned earlier, the CFC propellant of
the pMDI has been withdrawn due to the
detrimental effect of CFCs on the ozone
layer. CFCs have now been replaced by HFA
propellants, which should have no effect on
the ozone layer. They are, however,
considered as greenhouse gases. In fact,

Referensi
Agoes,

G., Penghantaran obat


pulmonari secara inhalasi, dalam Sistem
penghantaran obat pelepasan terkendali,
2008, 354-359, Penerbit ITB Bandung
Bisgard, Han, et. al., Drug Delivery to
The Lung, 2002, USA : Marcel Dekker,
Inc
Islam, N., Gladki, E., Dry powder inhalers
(DPIs)-A review of device reliability and
innovation, Int J Pharmaceutics, 2008,
360, 1-11

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai