Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

ISOLASI APIGENIN DARI DAUN SELEDRI APIUM GRAVEOLENS LINN


MENGGUNAKAN EKSTRAKSI REFLUKS DENGAN ANALISI HPLC

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Melani ; 2016; A 162 018

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


BANDUNG
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan yaitu keragaman hayati yang selalu ada di lingkungan , baik itu
yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu,
tumbuhan sudah digunakan sebagai tanaman obat,walaupun penggunaannya
disebarkan secara turun-temurun maupun dari mulut ke mulut (Yuniarti, 2008 ).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman obat di
dunia. Jumlah tumbuhan obat tersebut sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang
terdapat di kawasan Asia (Masyud,2010).

seledri memiliki karakteristik antioksidan yang kuat (powerfull) karena ia


memiliki sejumlah senyawa kimia diantaranya caffeic acid,p-coumaric acid,
ferulic acid, apigenin, luteolin, tannin, saponin, dan kaempferol(Daraei,
2017).Dengan banyaknya kandungan senyawa bioaktif yang dimiliki oleh tanaman
ini, maka seledri merupakan sumber bahan obat yang baik untuk mengatasi
berbagai macam penyakit (Al-Asmari AK, 2017). Dibandingkan dengan flavonoid
lainnya seperti quercetin, apigenin relatif tidak beracun dan nonmutagenik (Boyong
et al., 1997). Senyawa ini besifat vasodilator atau vasorelaksator dan berfungsi
sebagai antihipertensi, antikanker serta anti asam urat (Choi & Kim, 2009; Shukla
& Gupta, 2008).

Apigenin (4′,5,7-trihydroxyflavone, C15H10O5) merupakan flavonoid dari


sayur dan buah. Gambar 1 merupakan struktur dari apigenin, yang memiliki bobot
molekul 270,23 g/moL dan titik leleh 345 – 350ºC. Dibandingkan dengan flavonoid
lainnya seperti quercetin, apigenin relatif tidak beracun dan nonmutagenik (Boyong
et al., 1997). Senyawa ini besifat vasodilator atau vasorelaksator dan berfungsi
sebagai antihipertensi, antikanker serta anti asam urat (Choi & Kim, 2009; Shukla
& Gupta, 2008).

Berdasarkan uraian di atas senyawa apigenin memiliki potensi sebagai obat,


sehingga mendorong peneliti untuk melakukan isolasi terhadap senyawa tersebut.
Hasil isolasi diharapkan dapat digunakan sebagai marker untuk kepentingan
standardisasi sekaligus diharapkan memberi peluang untuk mengkaji efek
farmakologi dan mekanisme kerja apigenin lebih jauh, dengan demikian dapat
menunjang penggunaan tanaman obat tradisional secara lebih rasional.

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan alat refluks dengan


mencampurkan 100 gram simplisia kering daun seledri dengan 300 ml metanol
dengan perbandingan simplisia : metanol (1:3).

Analisis dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak dan standar apigenin
ditotolkan pada lempeng silika gel GF254 sebagai fase diam. Fase gerak yang
digunakan adalah kloroform:metanol (9,5:0,5). Lempeng silika gel dimasukkan ke
dalam bejana pengembang yang berisi fase gerak yang telah dijenuhkan. Setelah
selesai, lempeng tersebut dikeringkan dan dilakukan pengamatan bercak dengan
menggunakan lampu UV pada panjang gelombang 365 nm.

Analisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Frankee et al. 2005)


Kadar apigenin dianalisis menggunakan KCKT. Analisis kadar apigenin dilakukan
dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Untuk meyakinkan bahwa metode
analisis KCKT dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka
metode tersebut divalidasi. Parameter-parameter validasi yang diuji meliputi
linearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, ketelitian, dan ketepatan.Kolom yang
digunakan adalah kolom fase terbalik C18 yang berisi silika dengan detektor
ultraviolet (UV). Elusi dengan laju alir sebesar 0,60 ml/menit. Digunakan campuran
eluen asam asetat 10% (A) dan metanol/asetonitril/air (0,8:1:1; v/v/v) (B). Elusi
diikuti dengan gradien linear dengan konsentrasi B dalam A (v/v) dari 0% sampai
50% selama 20 menit, dari 50% kembali ke 40% dalam 0,1 menit, lalu
dipertahankan pada 40% selama 10 menit. Kemudian dilanjutkan dari 40% ke 95%
selama 15 menit, dari 95% ke 10% dalam 3 menit dengan kesetimbangan selama
10 menit sebelum injeksi yang berikutnya. Kadar apigenin diukur pada 333 nm.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana merancang alat ekstraksi apigenin
1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan
metode isolasi preparatif apigenin.

1.4 Luaran

Penelitian Produksi Apigenin dari daun seledri Menggunakan Ekstraksi akan


memperoleh luaran sebagai berikut :

1. Jurnal Nasional
2. Kekayaan Intelektual (Paten)

1.5 Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh bahan baku farmasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apigenin

Apigenin (4′,5,7-trihydroxyflavone, C15H10O5) merupakan senyawa


flavonoid dari sayur dan buah. Apigenin memiliki BM 270,23 g/moL dan titik leleh
345 – 350ºC. Dibandingkan dengan flavonoid lainnya seperti quercetin, apigenin
relatif tidak beracun dan nonmutagenik (Boyong et al., 1997).

2.1.1 Kimia Apigenin

Gambar 2.1 struktur kimia Apigenin

2.1.2 Sifat Fisiko Kimia Apigenin


Apigenin dapat larut dalam alkohol panas dan dimetilsulfoksida
(DMSO). Titik didih dari senyawa ini adalah 345-350 °C dan lebih baik
disimpan pada suhu 4 °C. Tahan pemanasan ,tidak stabil terhadap cahaya,
oksidasi dan perubahan kimia. Bersifat polar karena banyak gugus –OH
Kelarutan tinggi dengan alkohol hangat Rumus molekul C15H10O5.

2.1.3 Manfaat Apigenin

Sebagai obat tradisional untuk memperlancar pencernaan,


penyembuhan demam, flu, penambah nafsu makan (Fazal and Singla, 2012),
dan penurun tekanan darah tinggi (Muzakar dan Nuryanto, 2012) . Apiin
(Apigenin 7-O-apioglukosida) Apiin atau Apigenin 7-O-apioglukosida
merupakan kandungan senyawa kimia penanda dalam herba seledri (Kemenkes
RI, 2010).

2.1.4 Sumber Apigenin

Apigenin ditemukan banyak didalam buah dan sayuran, namun pada


peterseli , seledri , seleriac , dan teh chamomile adalah sumber yang paling
umum digunakan.

2.2 Seledri

Herba seledri adalah herba Apium graveolens Linn.dari suku Apiaceae.


Daun seledri berupadaun tipis, rapuh, bentuk belah ketupat miring, panjang
2-8 cm, lebar 2-5 cm, pangkal dan ujung anak daun runcing, panjang tangkai
anak daun 1-3 cm. Herba seledri berwarna hijau tua dengan bau dan rasayang
khas (Kemenkes RI, 2010)

Tanaman seledri dapat hidup di dataran tinggi maupun rendah. Untuk


dapat memperoleh kualitas tanaman yang baik, seledri membutuhkan suhu
tumbuh berkisar antara 15-24oC. Berdasarkan sentra penanaman seledri
di berbagai wilayah di Indonesia, tanaman ini dapat dikembangkan di daerah
dengan ketinggian tempat 1.000 –1.200 mdpl (Rumana, 1995)
Seledri tidak tergolong sebagai sayuran utama yang dikonsumsi, namun lebih
banyak digunakan sebagai bahan pelengkap maupun bumbu dalam makanan
(Baskhara, 2008).

Tanaman Seledri merupakan tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai bahan


obat tradisional yang memiliki efek anti hipertensi, diuretik ringan dan antiseptik
pada saluran kemih serta antirematik. Zat kimia yang terkandung dalam seledri
diantaranya flavonoid, saponin, tanin, apiin, minyak atsiri, apigenin, kolin, vitamin
A, B, C, zat pahit asparagin (Nadinah, 2008)

2.3 Isolasi Apigenin dari Daun Seledri


Penyiapan Simplisia. Daun seledri yang masih segar dibersihkan dari
kotorannya, lalu menimbang daun seledri yang masih segar untuk mengetahui berat
basah sampel. Selanjutnya daun seledri dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
Pengeringan daun seledri sampai bobot konstan yaitu dinyatakan kering jika berat
mencapai konstan dengan syarat menimbang 2 kali penimbangan secara berturut-
turut (Depkes RI, 2008).
Karakteristik Simplisia. Dilakukan uji pemeriksaan karakteristik simplisia
melalui uji organoleptis yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur daun, serta
kadar air dari simplisia.
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan alat refluks dengan
mencampurkan 100 gram simplisia kering daun seledri dengan 300 ml metanol
dengan perbandingan simplisia : metanol (1:3). Kemudian diisolasi dengan metode
refluks dengan suhu 63-650 C selama 2 jam. Setelah itu disaring dalam keadaan
panas menggunakan kain flanel untuk mendapatkan filtrat senyawa flavonoid
dalam jumlah maksimal dan diuapkan dengan menggunakan kompor spirtus pada
api kecil utuk menghilangkan pelarutnya yang kemudian menghasilkan ekstrak
pekat (Alhabsyi,dkk., 2014 : 109)

2.4 Analisis menggunakan HPLC


Analisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Frankee et al. 2005)
Kadar apigenin dianalisis menggunakan KCKT. Kolom yang digunakan adalah
kolom fase terbalik C18 yang berisi silika dengan detektor ultraviolet (UV). Elusi
dengan laju alir sebesar 0,60 ml/menit. Digunakan campuran eluen asam asetat 10%
(A) dan metanol/asetonitril/air (0,8:1:1; v/v/v) (B). Elusi diikuti dengan gradien
linear dengan konsentrasi B dalam A (v/v) dari 0% sampai 50% selama 20 menit,
dari 50% kembali ke 40% dalam 0,1 menit, lalu dipertahankan pada 40% selama
10 menit. Kemudian dilanjutkan dari 40% ke 95% selama 15 menit, dari 95% ke
10% dalam 3 menit dengan kesetimbangan selama 10 menit sebelum injeksi yang
berikutnya. Kadar apigenin diukur pada 333 nm.
Hasil dari kromatogram sampel kemudian dibandingkan dengan
kromatogram standar. Penentuan komponen yang terdapat pada sampel dilihat
berdasarkan waktu retensi masing-masing standar. Dari area yang diperoleh,
dihitung konsentrasinya dengan menggunakan persamaan garis dari kurva standar
campuran yang sudah diperoleh. Selain itu dilakukan pula perhitungan dengan
menggunakan eksternal standar, yaitu dengan membandingkan luas area komponen
pada sampel dengan luas area pada standar campuran. Standar campuran yang
digunakan sebagai eksternal standar adalah standar campuran dengan konsentrasi
yang tertinggi.
2.5 Identifikasi menggunakan GC-MS

GCMS digunakan untuk menganalisis campuran organik dan biokimia yang


kompleks. Prinsip kera GC MS adalah pemisahan senyawa oleh GC menjadi fragmen
yang dideteksi oleh MS dan ditunjukan sebagai spektrum pada computer untuk dianalisis
(Hussain, 2014).
Daftar pustaka

Agoes, Azwar. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Salemba Medika

Al-Asmari AK, A. M. 2017. An Updated Phytopharmacological Review on Medicinal Plant


of Arab Region: Apium graveolens Linn. Pharmacogn Rev., 11(21), 13-18.

Alhabsyi, D.F., Suryanto, E., dan Wewengkang, D.S. (2014). Aktifitas Antioksidan Dan Tabir
Surya Pada Ekstrak Kulit Buah Pisang Goroho(Musa Acuminate L). Jurnal Ilmiah.
Manado: UNSRAT Manado.

Al-snafi, A.E. 2014. The Pharmacology of Apium graveolens – A Review. International


Journal for Pharmaceutical Research Scholars; 3(1): 671-677

BPOM RI. 2008. Seledri (Apium graveolans L.) Sebagai Bahan Obat Alam. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesi

Boyong, L., Dennis, H.R., dan Diane, F.B. 1997. Evaluation of Properties of Apigenin and
[G3H]Apigenin and Analytic Method Development. Journal of Pharmaceutical
Sciences, 86(6): 721-725

Choi, E.J dan Kim, G.H. 2009. Apigenin causes G2/M arrest associated with the
modulation of p21cop1 and Cdc2 and activates p53-dependent apoptosis pathway
in human breast cancer SK-BR-3 cells. The Journal of Nutritional Biochemistry,
20(4): 285-90.

Daraei, W. K. 2017. A Review of the Antioxidant Activity of Celery (Apium graveolens L). J
Evid Based Complementary Altern Med, online first

Fazal, S.S., Singla, R.K., 2012, Review on the Pharmacognosticaland Pharmacological


Characterization of Apiumgraveolens Linn. IndGlob J.PharmaScie., 2(3) : 258-261.

Frankee A, Custer LJ, Arakaki C, Murphy SP. 2005. Vitamin C and flavonoid levels of fruits
and vegetables consumed in Hawai. [terhubung berkala]. J Food Composition Anal
17: 1-35. [2 Feb 2007].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Suplemen I Farmakope Herbal


Indonesia. Jakarta: Direktorat Pengawasan obat dan Makanan. Hal 122

Kemenkes RI (2010). Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, KEMENKES RI. Jakarta


Masyud. (2010). Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat Indonesia (Online):
http://www.dephut.go.id/index.php/news/details/7043. diakses 13 Juni 2016.

Muzakar dan Nuryanto. 2012. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap
Peneurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal Pengembangan
Manusia. Vol.6 No.1 Tahun 2012

Nadinah. (2008). Kinetika Inhibisi Ekstrak Etanol Seledri (Apium graveolens L.) dan
fraksinya Terhadap Enzim Xantin oksidase Serta Penentuan Senyawa Aktifnya.
Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Shukla, S dan Gupta, S. 2008. Apigenin Induced Pristate Cancer Cell Death is Initiated bt
Reactive Oxygen Species and p54 Activation. Journal Free Radical Biology and
Medicine, 44(10): 18331845

Yuniarti, T.2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisioal. Medpress. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai