Anda di halaman 1dari 11

TANAMAN TERATOGENIK

NAMA KELOMPOK :
Ega Angelia N
Joko prasetyo
Kit Wangsit
Yustisa Dea I
Pengertian Teratogenik

Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari
sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ
berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam keputusan Menteri Pertanian nomor 434.1
(2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Teratogen alami berasal dari 3 sumber yaitu dari tanaman, parasit, dan radiasi. Dampak dari tanaman
yang beracun dapat menyebabkan kematian embrio, aborsi, dan kematian yang tidak lazim. Racun
tanaman juga mengganggu reproduksi melalui dampaknya terhadap kesuburan laki-laki (berdampak
pada spermatogenesis). Racun tanaman dapat dengan mudah masuk ke dalam plasenta pada dosis yang
cukup tinggi dan tersedia pada waktu tertentu selama kehamilan sampai berdampak pada perkembangan
fetus.
Klasifikasi Toksin Tanaman

1. Alkaloid
Merupakan senyawa kompleks yang mengandung Nitrogen (N) dalam bentuk garam
atau asam. Alkaloid ditemukan secara luas pada banyak jenis tanaman, termasuk
tembakau. Nicotine adalah toksin utama dari tanaman ini (Tobing, 1989).
2. Glikosida
Toksin glikosida terdiri dari senyawa yang besar. Asam hidrosianida adalah yang
paling umum. Tanaman yang mengandung HCN termasuk Johnsongrass.
3. Asam oxalic
Asam oxalic adalah toksin utama dari grup asam organic. Asam ini seringkali
menyebabkan kolik, depresi, koma dan seringkali berakhir dengan kematian karena
kerusakan ginjal.
4. Resin
Resin dan resinoid merusak sistem saraf dan jaringan otot. Gejala dari keracunan resin
sangat bervariasi. Milkweeds adalah contoh dari tanaman beracun yang mengandung
toksin resin.
5. Mineral
Beberapa mineral dapat menyebabkan keracunan apabila tanaman yang
menghasilkannya di konsumsi. Di Arizona dikhususkan pada nitrogen dan selenium.
6. Nitrat
Kadar nitrat yang tinggi pada tanaman umumnya menyebabkan keracunan. Spesies
yang dapat mengakumulasi kadar toksin nitrat cukup banyak, misalnya carelesweed,
pigweed dan thistle rusia.
7. Selenium
Tanaman yang tumbuh di tanah yang mengandung lebih dari 2 ppm selenium dapat
mengakumulasi tingkat keracunan dari selenium.
Contoh Tanaman Teratogenik


a.  Conium maculatum
Conium maculatum, hemlock atau racun hemlock adalah tanaman berbunga dua
tahunan yang sangat beracun dalam keluarga wortel Apiaceae. Conium maculatum
mengandung alkaloid teratogenik yaitu coniine yang menyebabkan kontraksi Rahim
dan neurotoksik. Penyebabnya antara lain kelainan bentuk tulang (penyakit betis
bengkok), deformitas tulang sendi karpal dan hock (arthrogryposis). Selain koniin,
terdapat senyawa alkaloid beracun coniceine pada tanaman tersebut, hanya saja koniin
delapan kali lebih beracun daripada coniceine.
b. Gutierrezia
Guiterrezia adalah genus tanaman berbunga dalam keluarga bunga matahari, berasal dari
Amerika Utara bagian barat dan Amerika Selatan bagian barat. Mereka adalah tanaman
tahunan atau abadi atau sub semak dengan bunga kuning atau putih. Tanaman ini
mengandung senyawa kimia triterpen saponin yang menjadi racun bagi ternak dan
beberapa gulma yang mengakibatkan aborsi pada sapi, domba, dan kambing pada setiap
tahap kehamilan.
c. Lupinus spp
Lupinus, umumnya dikenal sebagai lupin, adalah genus tanaman berbunga dalam
keluarga legume, Fabaceae. Senyawa yang terkandung yang menyebabkan teratogenik
yaitu quinolizidine (anagyrine) dan alkaloid piperidin dalam semua bagian tanaman.
Akibat yang ditimbulkan yaitu penyakit betis bengkok (ditandai dengan kelainan bentuk
tulang) 0,5-1,0 kg/ hari antara hari 40 dan 70 kehamilan.

d. Nicotiana
  tabacum L (Tembakau)
Tanaman tembakau adalah allotetraploid yang umumnya diakui berasal dari persilangan
alami dua spesie liar Nicotiana sylvestris & Comes dan Nicotiana tomento simorfis
Goosp. Tembakau ini berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, temperature yang cocok
untuk pertumbuhan tembakau umumnya berkisar antara 21-32.
Tanaman tembakau terdapat 2 alkaloid paling aktif sehubungan dengan keracunan hewan
yaitu nikotin dan anabasine. Nikotin memiliki efek pada sistem saraf yang dapat
menyebabkan tremor, rangsangan yang membuat rasa senang, ataksia, meningkatkan
denyut jantung, gangguan pernapasan dan koma. Sedangkan anabasine bersifat
teratogenik pada babi, domba, dan anak sapi yang menyebabkan kelainan bentuk tulang
(arthrogryposis) pada tungkai dan tulang belakang, kaki bengkok (malformasi tulang
karpal, fetlock dan pastern), kelengkungan tulang belakang yang abnormal (scoliosis)
dan leher terpuntir (tortikolis).
e. Astragalus dan Oxytropis spp
Astragalus merupakan tanaman yang berasal dari China. Tanaman ini termasuk dalam
keluarga Fabaceae, dari sub family Faboideae. Oxytropis adalah genus tanaman dalam
keluarga kacang-kacangan. Ini adalah salah satu dari tiga genera tanaman yang dikenal
sebagai locoweeds, dan terkenal karena beracun bagi hewan penggembalaan. Genus
locoweed lainnya adalah Astragalus yang terkait erat.
Senyawa yang menyebabkan teratogenik yaitu Swainsonine (Indolizidine alkaloid).
Akibat yang ditimbulkan yaitu aborsi, ketidaksuburan, cacat janin dan gangguan pada
sirkulasi plasenta yang berakibat pada akumulasi cairan yang terlalu banyak pada uterus
(hydrops).
f. Veratrum
adalah tanaman berbunga dari keluarga Melanthiaceae. Tanaman ini berada di habitat
yang lembab di sebagian besar Eropa subtropics, Asia, dan Amerika Utara. Veratrum
merupakan tanaman yang keras atau herba yang kuat dengan rimpang hitam yang sangat
beracun, dan malai bunga putih atau coklat pada batangnya.
Penyebabnya adalah alkaloid teratogenik seperti cyclopamine, jervine, dan cyclopasine.
Keracunan Veratrum kebanyakan terjadi pada domba, sapi, dan kambing. Akibatnya
adalah kelainan bentuk Cyclops anak domba jika betina yang hamil memakan jumlah
yang cukup tanaman tersebut selama 13 sampai hari ke-14 kehamilan & pemendekan
kaki dan agenisis trakea mungkin berkembang.
■  
g. Physalis minima Linn.
Ceplukan atau ciplukan merupakan herba musiman yang memiliki tinggi 0,5 hingga 1,5
meter, daun ciplukan berbentuk bulat telur dengan ujungnya yang meruncing. Ciplukan
dikenal di Indonesia dengan berbagai nama, diantaranya Ciplukan, Cecendet,
Keceplokan, dan Leletokan.
Ciplukan mengandung berbagai senyawa hasil metabolit sekunder. Uji fitokimia
menunjukkan ciplukan mengandung alkaloid, flavonoid, fenol, quinon, saponin, steroid,
tannin, terpenoid (Nathiya dan Dorcus, 2011).
Withanone, withaferin A, withanolide A, stigmasterol, -sitisterol, pigrin (Misra dkk,
2006). Berdasarkan beberapa uji penelitian efek teratogenik ekstrak ciplukan pada hewan
uji mencit, senyawa metabolit sekunder tersebut mengakibatkan penurunan berat badan
pada fetus, penurunan panjang fetus, dan keterlambatan osifikasi pada tulang
supraoksipital, badan vertebra servikalis, lengkung vertebra sakrokaudalis, tulang
sternum, dan falang intermediet anggota gerak belakang.
TERIMAKASIH

Merda

Anda mungkin juga menyukai