Anda di halaman 1dari 8

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan tanaman pinang yang terdapat di negara
ini dengan mendapatkan suatu formula wajah yang baik dan stabil, mengandung ekstrak etanol
biji pinang yang digunakan sebagai krim anti jerawat.
Formula krim dibuat dan dikembangkan dari riset Fajri, E., 2012 yang telah disesuaikan
dengan ketersediaan bahan yang mudah diperoleh kesesuain zat aktif dengan bahan sediaan
krim seperti emulgator , pengawet dan pembawa. Zat pengemulsi atau emulgator berfungsi
sebagai penurun tegangan permukaan , lapissan pelindung antar muka , dan membentuk lapisan
film disekeliling lapisan terdispersi untuk mencegah terjadinyakoalesen dan terpisahnya 2 fase
( Purwani , 2002). Krim ekstrak etanol biji pinang dibuat dengan kombinasi asam stearat dan
trietanolamin sebagai emulgator.

4.1. hasil uji parameter spesifik


Uji parameter spesifik yang dilakukan ialah skrining fitokimia. Pada skrining fitokimia,
dilakukan uji alkoloid, flavonoid, fenolat, tanin, monoterpen dan seskuiterpen, steroid dan
triterpenoid, kuinon, dan saponin. Uji skrining fitokimia bertujuan untuk mengidentifikasi
kandungan senyawa yang ada dalam simplisia. Dilakukan berdasarkan komposisi kandungan
kimia dalam tumbuhan atau bagian yang memiliki senawa target yang diamati atau dianalisis
dan untuk itu pada uji skrining fitokimia dapat diketahui kandungan secara kualitatif
kandungan kimia yang terdapat di dalam simplisia biji pinang. Pada uji skrining yang
dilakukan, didapat bahwa simplisia biji pinang positiv pada uji alkaloid, flavonoid, fenolat,
saponin, monoterpen. Dan dinyatakan negatif pada hasil pengujian steroid, terpenoid, tanin,
dan kuinon

4.2. Hasil parameter nonspesifik


Uji parameter nonspesifik yang dilakukan makroskopis, mikroskopis, kadar sari
larut etanol dan kadar sari larut air. Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif
untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kadar sari yang larut
dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada
kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. pada penelitian ini yang
digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel dengan
pelarut organik, umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil dan
perlakuan pada temperatur ruangan, akan mudah pelarut terdistribusi ke dalam sel
tumbuhan. Pada kadar sari larut etanol, didapatkan hasil sebesar 32%, dimana masuk
dalam rentang parameter kadar simplisia larut etanol yaitu sebesar ≥ 6,30 %. Dan untuk
kadar sari larut air didapat hasil sebesar 16%, hasil yang didapat ini tidak masuk dalam
rentang parameter kadar sari larut air yaitu sebesar ≥18,00 %.

4.3. Hasil Ekstraksi

Proses ekstraksi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan metode
maserasi. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana. Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa
Latin, artinya merendam) : adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau
setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan
dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Pada proses ekstraksi
simplisia biji pinang, 300 g simplisia diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol
96% 800 ml selama 3 hari dan pergantian pelarut sebanyak 1x24 jam. Digunakannya
eanol 96% sebagai pelarut karena senyawa yang akan ditarik yaitu katekin, larut dalam
etanol. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat
akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selain itu etanol merupakan
pelarut yang bersifat polar, universal, dan mudah didapat.
4.4 ekstrakk kental dan % rendemen
Setelah diekstraksi, filtrat yang didapat dan kemudian diupkan di waterbath untuk
mendapat ekstrak kental. Didapatlah ekstrak kental 26,65 g , kemudian dihitung % rendemen.
Perhitungan rendemen ekstrak diperoleh dengan menimbang mengitung bobot ekstrak kental
terhadap bobot simplisia awal. %rendeman yang didapat sebesar 8,8833% ~ 8,89% .

4.2 Pengujian KLT Ekstrak


Prosedur uji dengan KLT dilakukan untuk lebih menegaskan hasil yang didapat dari
skrining fitokimia. Karena berfungsi sebagai penegasan, maka uji KLT hanya dilakukan untuk
golongan- golongan senyawa yang menunjukkan hasil positif pada skrining fitokimia.
Pendugaan secara kualitatif senyawa katekin dari sampel dilakukan dengan metode KLT
(Kromatografi Lapis Tipis).Diambil 5mg ekstrak dan dilarutkan dalam 5mL metanol lalu
ditotolkan diatas plat KLT kemudian dielusi dengan pelarut gradien yang dijenuhkan.
Pemisahan katekin dari ekstrak pekat dilakukan menggunakan plat silika gel dengan eluen n-
heksan : metanol : air (3:7:1), n-heksan :etil asetat : air (8:7:1), dan kloroform : methanol : air
(6,5:3,5:1), toluen : aseton : air (3:3:1). Tujuan penggunaan berbagai eluen dengan masing-
masing perbandingan ini ditujukan untuk memiliki eluen yang bak dan dapat memastikan
adanya senyawa katekin pada ekstrak. Hasil KLT selanjutnya diuji identifikasi senyawa
katekin dengan pereaksi FeCl3. Pereaksi ini telah digunakan secara luas untuk mengidentifikasi
senyawa fenol terutama katekin, yang akan menghasilkan warna hitam kebiruan (Robinson,
1995). Plat yang telah disemprot dengan pereaksi FeCl3 diangin-anginkan sampai kering
kemudian diidentifikasi plat tersebut dibawah sinar lampu UV pada panjang gelombang 254
nm (untuk memperjelas spot yang terbentuk). Berdasarkan hasil dari KLT analitik maka eluen
kloroform : methanol : air (6,5:3,5:1) dengan sifat yang semi polar ini memberikan elusi
terbaik, karena mampu menghasilkan noda dengan jelas dimana noda/spot tersebut sesuai
dengan farmakope herbal sehingga dapat menarik katekin dengan menghasilkan Rf : 0,9.

4.3 Preformulasi & Formulasi

Tabel ..... Pengembangan Formula krim

Bahan Jumlah (%)


F0 F1
Ekstrak etanol biji - 5
pinang
Parafin cair 10 10
Asam stearat 7 7
Trietnolamin 2 2
Setil alkohol 1,5 1,5
Metil paraben 0,1% ,1%
Profil paraben 0.05% 0.05%
Aquadest Ad 100ml Ad 100ml
Pembuatan krim antijerawat dilakukan dengan melakukan orientasi basis dan dilakukan
pengamatan secara organoleptis, viskositas dan pengukuran pH. Setelah diperoleh basis
terbaik, dilakukan penambahan ekstrak etanol biji pinang . Berdasarkan penelitian yang telah
ada sebelumnya , bahwa pada penambahan ekstrak etanol biji pinang dengan konsentrasi 5%
telah mengahsilkan efek , maka dibuatlah sediaan dengan konsentrasi tersebut Dibuat 4
formula, yaitu F0, yang berisi basis tidak mengadndung ekstrak ekstrak etanol biji pinang dan
F1 yang mengandung ekstrak etanol biji pinang 0,5%. Evaluasi sediaan meliputi pemeriksaan
pH, viskositas serta organoleptis yang terdiri dari pemeriksaan bentuk, warna, bau dan
homogenitas sediaan padat saat pembuatan selama waktu penyimpanan selama 1 minggu. Jika
basis dalam keadaan stabil maka untuk formulasinya baru ditambahkan dengan ekstrak etanol
biji pinang.

4.4 Evaluasi Basis dan Sediaan Krim

Pembuatan krim antijerawat ini bahan aktif nya adalah ekstrak etanol biji pinang dengan
konsentrasi 5%, dengan bahan tambahannya terdiri dari setil alkohol , asam steart
trietanolamin, gliserin , metil paraben , propil paraben , aquadest (Sharon,2013), dimana bahan
ini sering digunakna dalam formulasikrim. Pada pembuatan krim, ekstrak etanol biji pinang
ditambahkan setelah bbasis krim terbentuk dan suhu basis sudah mulai menurun , dengan
tujuan agar senyawa aktif antijerawat ekstrak tidak hilang atau rusak.

Fase minyak yang dipilih dalam formulasi ini adlah asam stearat, setil alkohol karena
memiliki karekteristik pembentuk basis dan emolien yang baik daalam pembuatn krim .
Emulgator yang digunakan berupa asam stearat dan trietanolamin karena aman penggunaannya
untuk kulit sehingga sering digunakan sebagai emulosfoer dasar sediaan krim. Metil paraben
dan profil paraben berfungsi sebagai pengawet atau antimikroba.

Setelah terbentuk krim , dilakukan evaluasi fisik yang dilakukan dengan parameter-
parameter pengujian meliputi pengamatan organoleptis , pengukuran pH, homogenitas, daya
sebar , pengukuran viskositas dan uji sentrifugasi pada suhu ruang (25oC)

4.5 Hasil Pengamatan

Hasil pemeriksaan organoleptis basis krim menunjukkan tidak terjadi perubahan


bentuk, bau dan warna. Pemeriksaan Ph dan Viskositas pada formula basis krim menunjukkan
bahwa nilai pH dan viskositas pada formula dapat dikatakan stabil, begitupun dengan
homogenitas berdasrakn sentrifugasi tidak terjadi pemisahan. Oleh karena itu basis tersebut
tetap dipilih sebagai basis untuk krim antijerawat yang mengandung ekstrak etanol biji pinang
dengan konsentrasi 5%. Dan dilakukan evaluasi selama 7 hari , dibawah ini akan disampaikan
penjelasan nya dimana :

4.4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis


Krim diamati perubahan organoleptik selama 7 hari masa penyimpanan. Hal ini
dilakukan untuk melihat kualitas ekstrak etanol biji pinang yang digunakan sebagai zat
aktif dalam membuat krim antijerawat.
Tabel ....... Hasil Pengamatan Organoleptis Basis
Tabel ....... Hasil Pengamatan Organoleptis SEDIAAN

Dari pemeriksaan organoleptis pada suhu ruang (25oC) diperoleh hasil bahwa basis
krim tidak mengalami perubahan bentuk , bau dan warna. Basis krim tersebut memiliki
bau yang khas , bentuk setengah padat dengan tekstur yang lembut dan tidak berwarna ,
sehingga dapat dikatakan stabil. Begitupun pada krim yang sudah mengandung ekstrak
etanol biji pinang tidak mengalami perubahan bentuk , bau dan warna. Krim tersebut
bentuk setengah padat dengan tekstur yang lembut dan berwarna coklat muda , memiliki
bau yang khas dari ekstraknya, jika menghasilkan bau atau ketengikan bukan dari
ekstraknya itu disebabkan oleh oksigen dari udara yang mengoksidasi lemak atau minyak
, selain itu cahaya merupakan salah satu katalisator yang juga dapat menimbulkan reaksi
oksidasi , sehingga dapat disimpulkan bahwa fase minyak yang terdapat didalam sediaan
krim tidak mengalami oksidasi , maka krim ini dapat dikatakan stabil (Tiwari , 2014).

4.4.2 Hasil Pengamatan Pengukuran pH


Tabel ....... Hasil Pengamatan pH krim
Tabel ....... Hasil Pengamatan pH SEDIAAN

Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa pH basis krim mengalami perubahan
,sedangkan pada sediaan pH nya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh
suhu terhadap pH krim. Namun nilai ph masih berada dalam kisaran ph krim ideal .
Menurut SN1 16-4399-1996 dalam ( Astikah,2015) , pH krim ideal adalah sesuai dengan
pH kulit , yaitu berkisar pada 4,5-8,0 dan 4,5-6,5 berdasarkan FI (Farmakope Indonesia)
Edis IV. Jika pH krim tidak sesuai dengan pH kulit maka akan menyebabkan iritasi kulit.
4.4.3 Hasil Pengamatan Pengukuran Viskositas
Tabel ....... Hasil Pengamatan Viskositas
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa viskositas basis krim mengalami
perubahan, namun masih dalam rentang viskositas krim 2000-50.000 cps. Sehingga hasil
pengukuran menunjukkan bahwa basis dan sediaan yang telah ditambakan ekstral etanol
biji pinang itu stabil pada saat sebelum dan sesudah penyimpanan.

4.4.4 Homogenitas ( Sentrifugasi )


Pemeriksaan homogenitas pada basis dan sediaan krim anti jerawat bertujuan
untuk mengamati adanya partikel-partikel kasar pada kaca objek . hasil pengamatan
menunjukan sediaan homogen secara fisik baik sebelm dan setelah penyimpanan , hal ini
menunjukkan bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan krim tercampur sempurna
dan dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa basis dan sediaan tersebut homogen
sehingga tidak terjadi pemisahan menjadi fase setelah dilakukan sentrifugasi selama 15
menit 3000 rpm.
4.4.5 Uji daya serap
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa basis dan sediaan krim anti jearawat
tersebut daya serapnya tidak kurang dari 4 detik .
4.5 Pemisahan Katekin dalam sediaan Krim
Pemisahan sediaan dengan metabolit sekunder dilakukan dengan cara menambahkan
cera alba kedalam cawan ditambahkan dengan sediaan secukupnya , kemudian dilebur
dipenangas air sampai cera alba dan sediaannya meleleh barulah ditamabahkan dengan
air panas secukupnya. Penambahan cera alba disini agar mengikat fase minyak, dan
penambaha air agar metil paraben ( nipagin) , propil paraben (nipasol) dan katekin ikut
kedalam air. Pemisahan ini menggunakan prinsif like dissolve like .
4.6 KLT Sediaan Krim Antijerawat

Sediaan krim antijerawt telah dibuat dan untuk membuktikan apakah setelah dibuat krim
dengan penambahan ekstrak etanol biji pinang, katekin bisa terdeteksi atau tidak , maka
dilakukan KLT analitik untuk menentukan kualitas dari katekin. Pemisahan katekin dilakukan
menggunakan plat silika gel dengan eluen seperti etil asetat: metanol : air (6,5:3,5:1), n-heksan
:etil asetat : air (8:7:1), dan kloroform : methanol : air (6,5:3,5:1), n-heksan : aseton : air (1:1:1).

Berdasarkan hasil dari KLT analitik maka eluen kloroform : methanol : air (6,5:3,5:1)
dengan sifat yang semi polar ini memberikan elusi terbaik, karena mampu menghasilkan noda
dengan jelas dimana noda/spot tersebut sesuai dengan farmakope herbal sehingga dapat
menarik katekin dengan menghasilkan Rf 0.9, hasil tersebut sama dengan hasil dari literatur
pada farmakope herbal.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa biji pinang positif
mengandung alkaloid, flavonoid , fenolat , monoterpen dan saponin , dengan kadar sari larut
etanol 32% dan kadar sari larut air 16%. Biji pinang 300g dalam 800ml etanol
96%menghasilkan randemen ekstrak etanol sebanyak 8,89%. Ekstrak etanol biij pinang dapat
digunakan sebagai zat aktif dalam sediaan krim antijerawat karena berdasarkan uji kualitatif
dengan KLT dibuktikan bahwa mengandung katekin dengan Rf 0,9. Pada evaluasi krim
antijerawat ekstrak biji pinang secara organoleptis menunjukkan bahwa tidak mengalami
perubahan warna, bau dan homgenitas. Pengukuran pH dan viskositas selama penyimpanan 7
hari pun tidak mengalami perubahan sehingga menunjukkan sediaan krim antijerawat stabil
dalam penyimpanan. Uji kualitatif sediaan krim antijerawat pun dibuktikan dengan KLT yang
hasilnya memiliko Rf 0,9 dimana hasil tersebut sesuai dengan literatur.

Dapus

Astikah, R. 2015. Optimasi Formula Krim Antibaktrei Ekstrak Kulit Buah Manggis.
Universitas Muhammadiyah , Surakarta

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Fajri, E. 2012. “Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan krim Anti Jerawat Ekstrak Etanol Biji Pinang
(Arecacatechu,L.) Terhadap Propionibacterium acnes”. Skripsi. Bandung: Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia.

Purwani , M.V., Bintari A.N., Subagino R. 2002. Pengaruh Emulgator Terhadap Kestabilan
Emulsi H3PO4 dalam Topo dan Efisiensi Ekstrak. Publitbang BATAN.Yogyakarta

Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191-216,

Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, ITB, Bandung.

Sharon, N., Marchetti, N., Bianchi, A. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Bawang Hutan
( Elueutherine palmifolia L. Merr). Online Journal Of Nature Science, vol 2 (3): 111-
122

Tiwari , P. Kumar, B. Kaur H. 2011. Phytochemical screening and extraction : A Review .


Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol.1, Issue,1.

Anda mungkin juga menyukai