Penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan tanaman pinang yang terdapat di negara
ini dengan mendapatkan suatu formula wajah yang baik dan stabil, mengandung ekstrak etanol
biji pinang yang digunakan sebagai krim anti jerawat.
Formula krim dibuat dan dikembangkan dari riset Fajri, E., 2012 yang telah disesuaikan
dengan ketersediaan bahan yang mudah diperoleh kesesuain zat aktif dengan bahan sediaan
krim seperti emulgator , pengawet dan pembawa. Zat pengemulsi atau emulgator berfungsi
sebagai penurun tegangan permukaan , lapissan pelindung antar muka , dan membentuk lapisan
film disekeliling lapisan terdispersi untuk mencegah terjadinyakoalesen dan terpisahnya 2 fase
( Purwani , 2002). Krim ekstrak etanol biji pinang dibuat dengan kombinasi asam stearat dan
trietanolamin sebagai emulgator.
Proses ekstraksi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan metode
maserasi. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana. Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa
Latin, artinya merendam) : adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau
setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan
dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Pada proses ekstraksi
simplisia biji pinang, 300 g simplisia diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol
96% 800 ml selama 3 hari dan pergantian pelarut sebanyak 1x24 jam. Digunakannya
eanol 96% sebagai pelarut karena senyawa yang akan ditarik yaitu katekin, larut dalam
etanol. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat
akan didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selain itu etanol merupakan
pelarut yang bersifat polar, universal, dan mudah didapat.
4.4 ekstrakk kental dan % rendemen
Setelah diekstraksi, filtrat yang didapat dan kemudian diupkan di waterbath untuk
mendapat ekstrak kental. Didapatlah ekstrak kental 26,65 g , kemudian dihitung % rendemen.
Perhitungan rendemen ekstrak diperoleh dengan menimbang mengitung bobot ekstrak kental
terhadap bobot simplisia awal. %rendeman yang didapat sebesar 8,8833% ~ 8,89% .
Pembuatan krim antijerawat ini bahan aktif nya adalah ekstrak etanol biji pinang dengan
konsentrasi 5%, dengan bahan tambahannya terdiri dari setil alkohol , asam steart
trietanolamin, gliserin , metil paraben , propil paraben , aquadest (Sharon,2013), dimana bahan
ini sering digunakna dalam formulasikrim. Pada pembuatan krim, ekstrak etanol biji pinang
ditambahkan setelah bbasis krim terbentuk dan suhu basis sudah mulai menurun , dengan
tujuan agar senyawa aktif antijerawat ekstrak tidak hilang atau rusak.
Fase minyak yang dipilih dalam formulasi ini adlah asam stearat, setil alkohol karena
memiliki karekteristik pembentuk basis dan emolien yang baik daalam pembuatn krim .
Emulgator yang digunakan berupa asam stearat dan trietanolamin karena aman penggunaannya
untuk kulit sehingga sering digunakan sebagai emulosfoer dasar sediaan krim. Metil paraben
dan profil paraben berfungsi sebagai pengawet atau antimikroba.
Setelah terbentuk krim , dilakukan evaluasi fisik yang dilakukan dengan parameter-
parameter pengujian meliputi pengamatan organoleptis , pengukuran pH, homogenitas, daya
sebar , pengukuran viskositas dan uji sentrifugasi pada suhu ruang (25oC)
Dari pemeriksaan organoleptis pada suhu ruang (25oC) diperoleh hasil bahwa basis
krim tidak mengalami perubahan bentuk , bau dan warna. Basis krim tersebut memiliki
bau yang khas , bentuk setengah padat dengan tekstur yang lembut dan tidak berwarna ,
sehingga dapat dikatakan stabil. Begitupun pada krim yang sudah mengandung ekstrak
etanol biji pinang tidak mengalami perubahan bentuk , bau dan warna. Krim tersebut
bentuk setengah padat dengan tekstur yang lembut dan berwarna coklat muda , memiliki
bau yang khas dari ekstraknya, jika menghasilkan bau atau ketengikan bukan dari
ekstraknya itu disebabkan oleh oksigen dari udara yang mengoksidasi lemak atau minyak
, selain itu cahaya merupakan salah satu katalisator yang juga dapat menimbulkan reaksi
oksidasi , sehingga dapat disimpulkan bahwa fase minyak yang terdapat didalam sediaan
krim tidak mengalami oksidasi , maka krim ini dapat dikatakan stabil (Tiwari , 2014).
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa pH basis krim mengalami perubahan
,sedangkan pada sediaan pH nya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh
suhu terhadap pH krim. Namun nilai ph masih berada dalam kisaran ph krim ideal .
Menurut SN1 16-4399-1996 dalam ( Astikah,2015) , pH krim ideal adalah sesuai dengan
pH kulit , yaitu berkisar pada 4,5-8,0 dan 4,5-6,5 berdasarkan FI (Farmakope Indonesia)
Edis IV. Jika pH krim tidak sesuai dengan pH kulit maka akan menyebabkan iritasi kulit.
4.4.3 Hasil Pengamatan Pengukuran Viskositas
Tabel ....... Hasil Pengamatan Viskositas
Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa viskositas basis krim mengalami
perubahan, namun masih dalam rentang viskositas krim 2000-50.000 cps. Sehingga hasil
pengukuran menunjukkan bahwa basis dan sediaan yang telah ditambakan ekstral etanol
biji pinang itu stabil pada saat sebelum dan sesudah penyimpanan.
Sediaan krim antijerawt telah dibuat dan untuk membuktikan apakah setelah dibuat krim
dengan penambahan ekstrak etanol biji pinang, katekin bisa terdeteksi atau tidak , maka
dilakukan KLT analitik untuk menentukan kualitas dari katekin. Pemisahan katekin dilakukan
menggunakan plat silika gel dengan eluen seperti etil asetat: metanol : air (6,5:3,5:1), n-heksan
:etil asetat : air (8:7:1), dan kloroform : methanol : air (6,5:3,5:1), n-heksan : aseton : air (1:1:1).
Berdasarkan hasil dari KLT analitik maka eluen kloroform : methanol : air (6,5:3,5:1)
dengan sifat yang semi polar ini memberikan elusi terbaik, karena mampu menghasilkan noda
dengan jelas dimana noda/spot tersebut sesuai dengan farmakope herbal sehingga dapat
menarik katekin dengan menghasilkan Rf 0.9, hasil tersebut sama dengan hasil dari literatur
pada farmakope herbal.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa biji pinang positif
mengandung alkaloid, flavonoid , fenolat , monoterpen dan saponin , dengan kadar sari larut
etanol 32% dan kadar sari larut air 16%. Biji pinang 300g dalam 800ml etanol
96%menghasilkan randemen ekstrak etanol sebanyak 8,89%. Ekstrak etanol biij pinang dapat
digunakan sebagai zat aktif dalam sediaan krim antijerawat karena berdasarkan uji kualitatif
dengan KLT dibuktikan bahwa mengandung katekin dengan Rf 0,9. Pada evaluasi krim
antijerawat ekstrak biji pinang secara organoleptis menunjukkan bahwa tidak mengalami
perubahan warna, bau dan homgenitas. Pengukuran pH dan viskositas selama penyimpanan 7
hari pun tidak mengalami perubahan sehingga menunjukkan sediaan krim antijerawat stabil
dalam penyimpanan. Uji kualitatif sediaan krim antijerawat pun dibuktikan dengan KLT yang
hasilnya memiliko Rf 0,9 dimana hasil tersebut sesuai dengan literatur.
Dapus
Astikah, R. 2015. Optimasi Formula Krim Antibaktrei Ekstrak Kulit Buah Manggis.
Universitas Muhammadiyah , Surakarta
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Fajri, E. 2012. “Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan krim Anti Jerawat Ekstrak Etanol Biji Pinang
(Arecacatechu,L.) Terhadap Propionibacterium acnes”. Skripsi. Bandung: Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia.
Purwani , M.V., Bintari A.N., Subagino R. 2002. Pengaruh Emulgator Terhadap Kestabilan
Emulsi H3PO4 dalam Topo dan Efisiensi Ekstrak. Publitbang BATAN.Yogyakarta
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI, Hal 191-216,
Sharon, N., Marchetti, N., Bianchi, A. 2013. Formulasi Krim Ekstrak Etanol Bawang Hutan
( Elueutherine palmifolia L. Merr). Online Journal Of Nature Science, vol 2 (3): 111-
122