Anda di halaman 1dari 7

III.

Prosedur Percobaan
1. Cara Memegang Hewan Percobaan Sehingga Siap untuk Diberi Sediaan Uji
Kelinci
Kelinci harus diperlakukan dengan halus, tetapi sigap, karena kadang-kadang memberontak.
Kelinci diperlakukan dengan cara memegang kulit lehrtnya dengan tangan kiri, kemudian
pantatnya diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke dekat tubuh.
d. Marmot
Marmot diangkat dengan cara memegang bagian punggung atas dengan tangan kiri dan
memegang bagian punggung bawah dengan tangan kanan.

2. Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan


Kelinci
Oral:
Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci dilakukan dengan menggunakan alat penahan
rahang dan pipa lambung.
Sub kutan:
Pemberian obat secara sub kutan dilakukan pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk dengan
cara kulit diangkat dan jarum (no. 15) ditusukkan dengan arah anterior.
Intra vena:
Penyuntikan dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung telinga. Sebelum
penyuntikan, telinga dibasahi terlebih dahulu dengan alkohol atau air hangat.
Intra muskular:
Pemberian intramuskular dapat dilakukan pada otot kaki belakang.
Intra peritoneal:
Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih rendah daripada perut.
Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka kandung kencing.

3. Cara Menganestesi Hewan Percobaan


Kelinci
Obat anestetika yang paling banyak digunakan untuk kelinci adalah penobarbital natrium,
dengan disuntikkan secara perlahan-lahan. Dosis untuk anestesi umum, biasanya sekitar 22
mg/kg bobot badan. Untuk anestesi singkat dapat digunakan setengah dosis atas, dengan
ditambah eter agar pembiusan terjadi sempurna.

4. Cara Mengorbankan Hewan Percobaan


Kelinci
Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital-Na pada dosis yang mematikan.
Cara fisik dilakukan dengan proses:
· Kaki belakang kelinci dipegang dengan tangan kiri sehingga badan dan kepalanya
tergantung ke bawah menghadap ke kiri.
· Sisi telapak tangan kanan dipukulkan dengan keras pada tengkuk kelinci.
· Pemukulan pada tengkuk kelinci dapat dilakukan dengan menggunakan alat,
mislanya tongkat.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil percobaan diantaranya:


1. Faktor internal
Meliputi variasi biologik, yaitu usia (berpengaruh pada dosis yang harus diberikan) dan jenis
kelamin (ada obat-obat yang lebih peka untuk jantan dan untuk betina). Kemudian ras dan
sifat genetic, faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hewan yang akan di
jadikan percobaan karena akan memepengaruhi hasil dari percobaan disebabkan oleh
pengaruh dosis dan cairan tubuh hewan tersebut sehingga hasil dari pengamatan akan
berbeda-beda, sehingga memepengaruhi efek farmakologinya. Selain itu, status kesehatan
dan nutrisi, bobot tubuh serta luas permukaan tubuh akan berpengaruh pada dosis yang
harus diberikan.
2. Faktor eksternal
Meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing
atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan ruangan tempat hidup
seperti suhu, kelembaban, ventilasai, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),
pemilihan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk percobaan.
Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil percobaan, dan mempengaruhi efek
farmakologinya, apabila hewan yang sudah biasa di beri obat maka akan terlihat lebih rilex
dan santai berbeda dengan hewan percobaan yang masih baru dan masih asing makan akan
lebih berontak dan agresif, sehingga kita membutuhkan penelitian dan perawatan yang baik
terhadap hewan percobaan sebelum melakukan percobaan.
PENANGANAN HEWAN COBA

Hewan percobaan yang digunakan di laboratorium tak ternilai jasanya dalam


penilaian efek, toksisitas dan efek samping serta keamanan dan senyawa bioaktif. Hewan
percobaan merupakan kunci di dalam pengembangan senyawa bioaktif dan usaha–usaha
kesehatan (Malole, 1989)
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih sayang
dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan
hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin, bobot badan,
keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetik.
2. Faktor–faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang, populasi
dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman hewan percobaan
sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemeliharaan, dan cara pemeliharaan.
3. Keadaan faktor–faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan
terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penanganan yang tidak wajar terhadap hewan
percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil. Di
samping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan percobaan tentu
mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang bersangkutan terutama segi
kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan
atau bentuk sediaan yang akan digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan.
Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui
proses absorpsi terlebih dahulu kemudian Sifat Fisiologi Yang Berpengaruh
1. Distribusi.
2. Absorpsi suatu senyawa bioaktif disamping ditentukan oleh sifat senyawa bioaktifnya
sendiri juga ditentukan oleh sifat / keadaan daerah kontak mula oleh senyawa bioaktif
dengan tubuh. Sifat–sifat fisiologis seperti jumlah suplai darah dan keadaan biokimia daerah
kontak mula senyawa bioaktif dengan tubuh menentukan proses absorpsi senyawa bioaktif
yang bersangkutan. Jumlah senyawa bioaktif yang akan mencapai sasaran kerjanya dalam
jangka waktu tertentu akan berbeda(Malole, 1989).
Peranan Cara Pemberian
Cara atau rute pemberian senyawa bioaktif menentukan daerah kontak mula senyawa
bioaktif dengan tubuh dan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek
senyawa bioaktif (Malole, 1989).
Kelinci (Oryctolagus caniculus)
Kelinci jarang sekali bersuara kecuali bila dalam keadaan nyeri yang luar biasa. Kelinci
cenderung berontak bila merasa terganggu. Kelinci hendaklah diperlakukan dengan halus
namun sigap karena ia cenderung berontak. Hewan ini dapat ditangkap dengan memegang
kulit pada tengkuknya dengan tangan kiri kemudian pantatnya diangkat dengan tangan
kanan dan didekapkan ke badan (Thomson, E.B, 1985) .

Penanganan
Untuk perlakuan tertentu dapat digunakan kotak / kandang individual kelinci yang dapat
menjaga kelinci agar tak dapat banyak bergerak (restriction box).
Cara Pemberian Obat
1. Cara pemberian oral:
Dalam cara pemberian oral pada kelinci digunakan alat penahan terbukanya mulut dan pipa
lambung. Alat suntik dihubungkan dengan pipa lambung (dapat digunakan slang yang lunak
dengan ukuran sesuai), pipa lambung dimasukkan ke dalam kemudian diluncurkan ke dalam
esophagus secara perlahan-lahan
2. Cara pemberian subkutan:
Cara pemberian ini dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau daerah sisi pinggang.
Cara pemberian dilakukan dengan mengangkat kulit dan kemudian
jarum ditusukkan ke bawah kulit.
3. Cara pemberian intravena:
Dilakukan pada vena marginalis telinga dan penyuntikan dilakukan pada daerah dekat ujung
telinga. Untuk memperluas (mendilatasi vena), telinga diulas terlebih dahulu dengan air
hangat atau alkohol. Pencukuran bulu bila perlu dapat dilakukan terutama pada hewan yang
berwarna bulunya (Thomson, E.B, 1985) .
4. Cara Pemberian Intraokular
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan tonometer,
pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola mata dinamakan
tonometri (Ilyas, 2004). Pengukuran tekanan intraokuler merupakan hal yang penting pada
pemeriksaan mata, karena peningkatan tekanan intraokuler dapat merusak ganglion sel &
berakibat rusaknya pupil dan lapangan pandang sehingga menimbulkan kebutaan (Tanjung,
2003). Tekanan Intraokuler normal pada kelinci berkisar 5–23 mmHg (Harcourt-Brown,2007),
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan
retina di bagian belakang mata yang merupakan daerah yang paling lemah.

Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan


Di dalam penggunaan, hewan percobaan yang digunakan dapat berdasarkan kriteria bobot
badannya di samping usianya. Farmakope Indonesia edisi III-1979 mengemukakan kriteria
bobot beberapa hewan percobaan yang digunakan dalam uji hayati.
Mencit : 17-25 gram
Kelinci : 15-20 kg
Tikus : 150-200 gram
Kucing : tidak kurang lima kg
Marmot : 300-500 gram
Merpati : 100-200 gram ( http://cora-ajhy.blogspot.com)

CARA MENGORBANKAN HEWAN PERCOBAAN


1. Pengorbanan hewan sering diperlakukan apabila keadaan rasa sakit yang hebat atau lama
akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit atau jumlahnya
terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan.

2. Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian sehingga hewan
akan mati dengan seminimal mungkin rasa sakit. Pada dasarnya cara fisik yaitu dengan
melakukan dislokasi leher adalah cara yang paling cepat, mudah dan berprikemanusiaan,
tetapi cara perlakuan kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari pengorbanan hewan
percobaan dalam rangkaian percobaan.
3. Cara pengorbanan hewan lain adalah dengan menggunakan gas karbondioksida dalam
wadah khusus atau dengan pemberian pentobarbital natrium pada takaran letalnya
(http://limpbizkitundergound.blogspot.com).
ANESTESI PADA BEBERAPA HEWAN PERCOBAAN
Perlakuan anestesi terhadap hewan percobaan kadang kala diperlakukan untuk
memudahkan cara pemberian senyawa bioaktif tertentu (pemberian i.v pada vena penis
tikus) dan untuk percobaan-percobaan tertentu, misalnya pengukuran tekanan darah insitu
pada karotid hewan dengan manometer condon. Umumnya anestesi hewan percobaan
dapat dilakukan dengan pemberian uretan sebesar 1,2 gram/kg bobot badan yang diberikan
secara intra peritoneal. (http://limpbizkitundergound.blogspot.com)
Kelinci
Obat anestetika yang paling banyak digunakan untuk kelinci adalah penobarbital natrium,
dengan disuntikkan secara perlahan-lahan. Dosis untuk anestesi umum, biasanya sekitar 22
mg/kg bobot badan. Untuk anestesi singkat dapat digunakan setengah dosis atas, dengan
ditambah eter agar pembiusan terjadi sempurna.

Anda mungkin juga menyukai