Anda di halaman 1dari 16

Inhalasi Serbuk

Kering sebagai
Sistem
Penghantaran Obat
Pulmonar

Nama Kelompok :

1. Fatin Zakiyyah K
(1041811042)

2. Faza M. Zaniar
(1041811043)
Pendahuluan
Inhalasi adalah proses pengobatan dengan cara menghirup obat
agar dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran.
Sementara itu, nebulisasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk
mengubah larutan atau suspensi obat menjadi uap agar dapat dihirup
melalui hidung dengan cara bernapas sebagaimana lazimnya.
Pulmonary drug delivery system atau system penghantaran obat
pulmonar (melalui paruparu) memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat
dan langsung pada saluran pernapasan. Metode ini biasanya digunakan
dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut maupun
kronis, misalnya pada penyakit asma. Pada dasarnya permukaan paru-
paru dapat dicapai dengan mudah dalam satu kali pernapasan.
Ada tiga jenis sistem penghantaran obat secara inhalasi yaitu Nebulizer,
MDI (metered dose inhaler) dan DPI (dry powder inhaler).
Nebulizer berupa obat yang dilarutkan atau disuspensikan ke dalam
pelarut yang polar, umumnya air dan diubah menjadi bentuk gas atau
aerosol. Alat yang digunakan dapat berupa jet nebulizer atau ultrasonic
nebulizer.
MDI adalah alat terapi inhalasi dengan dosis yang terukur yang
disemprotkan dalam bentuk gas ke dalam mulut dan dihirup. Dalam
menyemprotkannya didorong menggunakan propelan.
DPI
DPI atau inhalasi serbuk kering adalah alat dengan obat dalam bentuk
serbuk dihantarkan secara lokal atau sistemik melalui rute paru – paru.
Kinerja DPI tergantung dari teknik dan kemampuan pasien dalam
menghirup udara dan kecepatannnya. DPI digolongkan berdasarkan
disain dosis dan disain alat.

Berdasarkan dosis dibagi 3 : Berdasarkan alat dibagi 3 :


1. single-dose DPI 1. DPI generasi pertama
2. Multiple unit-dose 2. DPI generasi kedua
3. Multiple-dose DPI 3. DPI generasi ketiga
Berdasarkan Dosis
single-dose DPI
Single – dose DPI secara individual berisi kapsul yang
mengandung satu dosis pengobatan. Single-dose DPI dioperasikan
dengan menggerakkan serbuk obat dari suatu kapsul. Contohnya
adalah Aerolizer dan Handihaler, keduanya untuk terapi asma.
Dalam penggunaan single-dose DPI, setiap kali digunakan
pasien memasukkan kapsul dalam drug holder. Kemudian pasien
menghirup obat dari alat ini. Kekurangan single-dose DPI adalah
pemakaiannya membutuhkan waktu yang lama.
Berdasarkan Dosis
Multiple unit-dose
Multiple unit-dose mendispersikan dosis tunggal yang telah diukur
dosisnya dalam blister obat yang sudah diatur dari pabriknya. Multiple unit-
dose adalah DPI yang mengandung 4 atau 8 delapan dosis serbuk dalam satu
disk. Dosis dijaga secara terpisah dalam blister aluminium sampai sebelum
dihirup. Salah satu contoh multiple unit-dose DPI adalah Diskhaler.
Multiple-dose DPI
Multiple-dose DPI, mengukur dosis obat dari reservoir. Contoh yang paling
umum adalah Twisthaler, Flexhaler dan Diskus. Twisthaler mengandung bahan aktif
mometason furoat, sedangkan Flexhaler mengandung bahan aktif budesonid,
keduanya anti inflamasi, digunakan sebagai preventer pada penderita asma. Diskus
menghantarkan salmeterol, flutikason atau kombinasi keduanya. Diskus
mengandung 60 dosis dalam pengemas berupa strip.
Berdasarkan Alat

DPI generasi pertama


Yang termasuk dalam generasi pertama adalah single dose DPI yang
diaktivasi oleh pernapasan pasien seperti Spinhaler yang menghantarkan
sodium kromoglikat sebagai pengontrol asma. dan Rotahaler.
Penghantaran obatnya terkait dengan ukuran partikel dan deaglomerasi
obat dengan pembawa (carrier) atau campuran obatcarrier yang
dihantarkan oleh aliran inspirasi.
Kekurangan generasi pertama ini termasuk dosis tunggal, sehingga
penggunaannya membutuhkan waktu yang lama.
Berdasarkan Alat
DPI generasi kedua
DPI generasi kedua menggunakan teknologi yang lebih baik,
mencakup multi-unit dose (pendispersian dosis individu yang sudah
terukur di dalam blister, disk, dimple, tube, dan strip dari pabriknya) dan
multi-dose DPI (pengukuran dosis dari reservoir serbuk). Semuanya
mempunyai komponen esensial yang terdapat pada alat tersebut seperti
drug holder, air inlet, kompartemen deaglomerasi, dan mouthpiece. DPI
didesain sedemikian rupa agar dapat menginduksi turbulensi dan
tabrakan antar partikel yang mampu untuk menghasilkan pelepasan
partikel obat dari permukaan carrier atau deaglomerasi partikel bahan
aktif dari partikel pembawabesar yang teraglomerasi. Contoh generasi
kedua ini adalah Diskhaler
Berdasarkan Alat
DPI generasi ketiga
DPI generasi ketiga dikenal juga sebagai alat DPI aktif, yang
menggunakan gas bertekanan atau impeller yang digerakkan oleh
motor untuk mendispersikan obat. Alat ini lebih rumit dalam
perancangannya namun user-friendly. Karena adanya sumber energi,
presisi dosis dan produksi aerosol pada alat DPI aktif tidak
bergantung pada kekuatan pernapasan pasien. Contohnya Diskus
dan Accuhaler.
Pembahasan
DPI dikenal sebagai alat yang user-friendly. Dari ketiga tipe
pulmonary drug delivery system, DPI yang paling disukai. DPI memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan MDI dan Nebulizer. Keunggulan DPI
antara lain penggunaannya layaknya bernapas biasa sehingga tidak
dibutuhkan koordinasi antara penekanan alat dengan pernapasan,
formulanya lebih stabil daripada MDI dan Nebulizer, kemasannya kecil
sehingga mudah dibawa, penggunaannya cepat dan ramah lingkungan.
Namun memiliki kekurangan yaitu stabilitasnya dipengaruhi kelembaban,
rentang dosisnya terbatas dan efisiensinya bergantung pada aliran
pernapasan pasien.
Untuk semua sediaan inhalasi dosis yang diterima oleh pasien
bergantung pada empat faktor yang saling berkaitan, yaitu profil dari
formulasi obat, terutama sifat alir serbuk, ukuran partikel, dan interaksi
obat-carrier; kinerja alat inhaler, termasuk pembentukan aerosol dan
penghantarannya; teknik inhalasi yang benar untuk deposisi obat di paru-
Ada dua pendekatan untuk meningkatkan kinerja DPI yaitu membuat serbuk
yang lebih baik dan mengembangkan alat DPI yang lebih baik.
Dispersi dari serbuk aerosol juga dipengaruhi oleh diameter geometris
partikel yang pada umumnya berkaitan dengan efisiensi deposisi di paru.
Sejumlah teknik alternatif dapat digunakan meliputi spray drying yang
terspesialisasi, kristalisasi dengan ultrasound, dan teknologi fluid superkritis.
Suatu produk DPI yang baik memiliki FPF (fine particle fraction) dan ED
yang tinggi, konsistensi dosis dan keseragaman dosis yang tinggi.FPF merupakan
fraksi partikel halus dan dosis yang dihasilkan dari DPI. Distribusi ukuran partikel
sebaiknya yang relatif sempit dan siap untuk diaerosolisasi oleh gaya dispersi
aerodinamik yang relatif rendah. Serbuk kering untuk inhalasi diformulasi dalam
bentuk aglomerat longgar dari partikel obat yang sudah termikronisasi dengan
ukuran partikel aerodinamik kurang dari 5 μm, atau dalam bentuk campuran
interaktif dengan partikel obat termikronisasi yang menempel pada permukaan
pembawa yang ukurannya lebih besar. Penghantaran obat untuk saluran
pernafasan dengan partikel yang berukuran 2-5. μm menghasilkan manfaat yang
optimal, sedangkan untuk menghasilkan efek sistemik, dibutuhkan partikel yang
berukuran kurang dari 2 μm.9 Menghirup sejumlah besar serbuk dapat
menyebabkan batuk, sehingga dosis diatur kurang dari 10-20 mg.
Untuk memastikan bahan aktif mencapai area paruparu yang lebih dalam
ada dua hal yang dapat dilakukan. Pertama dengan menggabungkan antara
partikel obat yang kecil dengan suatu pembawa yang lebih besar, sehingga
efisiensi inhalasi meningkat. Kemungkinan kedua membentuk agglomerat
partikel obat yang lebih besar yang sering disebut dengan soft pellet, yang
bertujuan untuk mengatasi masalah sifat alir.
Semua DPI dipengaruhi kelembaban yang dapat menyebabkan
serbuk menggumpal dan mengurangi deagregasi partikel. Oleh karena itu
serbuk harus dijaga tetap kering. Kapsul dan blister melindungi serbuk kering
DPI lebih baik daripada wadah yang mengandung DPI multiple dose.
Kelembaban memiliki pengaruh yang kuat terhadap konduktivitas muatan
listrik pada permukaan partikel.
Menurut Zhou et al., faktor yang sangat penting dalam kinerja DPI
adalah sifat alir dan deaglomerasi serbuk yang baik. Morton et al. meneliti
faktor terkait pengubahan formulasi serbuk. Gaya yang terlibat dalam proses
produksi menyebabkan interaksi antar partikel dalam aglomerat dan juga
mendorong bermainnya suatu aturan dalam proses deaglomerasi.
Untuk optimasi ukuran partikel diperlukan teknik analisis permukaan
partikel yang juga sangat penting dalam formulasi DPI. Ada beberapa
metode analisis yang dapat digunakan, yaitu atomic force microscopy
(AFM), micro and nanothermal analysis (MTA), IGC (inverse gas
chromatography) dan XPS (Xray photoelectron spectroscopy).
AFM diaplikasikan dalam teknik analisis mikroskopik, karakteristik
struktur permukaan, morfologi, kekuatan adesi, interaksi antar partikel obat
serta interaksi obat dan pembawa. MTA digunakan untuk memastikan
komposisi, morfologi, dan analisis termal. Selain itu untuk membedakan
antara substansi obat dan eksipien dalam dispersi padat. IGC merupakan
salah satu teknik analisis kromatografi. Sedangkan XPS berupa teknik
spektroskopik kuantitas, memastika komposisi dari aerosol serbuk kering
untuk inhalasi, formula empirik, bentuk kimia dan elektronik.
Optimasi formula obat seringkali bergantung pada jenis alat yang
digunakan. Oleh karena itu, kombinasi obat-inhaler pada umumnya
dianggap sebagai sesuatu yang unik yang perlu didemonstrasikan kinerja
dan efektivitasnya secara invitro dan invivo.
Tiap kali aktualisasi, alat DPI menghasilkan dosis tunggal. Dalam DPI
yang pasif energi untuk memecah pengemas dosis dan energi untuk masuk ke
aliran pernapasan hanya dengan mengandalkan aliran udara pernapasan. DPI
yang aktif menggunakan tenaga baterai atau energi mekanis yang tersimpan
untuk mendukung pecahnya pengemas agar melepaskan satu dosis obat.
Hancurnya pengemas obat dan penyerapan secara kolektif disebut fluidisasi
serbuk dari DPI.
Saat ini sedang dikembangkan DPI baru. DPI aktif mengatasi
ketergantungannya terhadap aliran inspirasi dengan menerapkan beberapa
teknik seperti mengaktivasi alat dengan gas yang bertekanan, menggunakan
vibrator frekuensi tinggi, dan motor bertenaga baterai.
Kondisi yang ideal untuk suatu device inhaler adalah sebagai berikut.
Penggunaannya sederhana terutama bagi pasien anak-anak dan lansia. Suatu
unit inhalasi sebaiknya memiliki mekanisme kontrol. Baik mekanisme pelepasan
bahan aktif maupun deposisinya dalam saluran pernapasan cukup tinggi dan
reprodusibel. Ada kebutuhan penghitungan baik untuk dosis maupun
pernapasan yang tepat. Untuk alasan kompatibilitas dengan lingkungan, harus
bebas propelan dan dapat diisi ulang (refillable). Selain itu harus sesuai pedoman
GINA yang merepresentasikan persyaratan perawatan minimal.
Kesimpulan

Dari tiga jenis pulmonary drug delivery system, DPI paling banyak
dikembangkan karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan MDI
dan Nebulizer. Pengembangan DPI mengarah ke dua fokus yaitu
memformulasi serbuk yang lebih baik dan mengembangkan alat DPI
yang lebih baik. Perkembangan terbaru DPI adalah DPI aktif yang user
friendly yang menggunakan energi tersimpan untuk aerosolisasi
serbuk kering.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai