Anda di halaman 1dari 130

SISTEM PENGHANTARAN OBAT

SEDIAAN PERNAPASAN

BY :
Apt. Rastria Meilanda, S.Farm., M.Sc
Pokok Diskusi

1 Pengertian dan macam-macam sediaan

2 Kekurangan dan kelebihan sediaan

3 Fisiologi tempat pemberian dan barier transport

4 Upaya untuk meningkatkan bioavaibilitas obat

5 Bentuk sediaan baru (novel) yang diteliti


Pengertian
Serta macam-macam sediaan
Pengertian

NASAL
air yang isotonik à tujuan
Nasal drug delivery system adalah sistem penghantaran obat
untuk menyesuaikan pH
melalui rongga hidung merupakan pemberian sediaan berupa
yang diharapkan,
cairan, semisolid, atau sediaan padat mengandung satu atau
lebih bahan aktif untuk memperoleh suatu efek sistemik ataupun
lokal.

PULMONARY

Pulmonary drug delivery system atau sistem penghantaran obat


pulmonar memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat dan langsung
pada saluran pernapasan.
Macam-macam Sediaan Nasal

Xylomethazoline Fenilefrin
Reseptor alfa-adrenergik Vasokontraktor kuat yg
untuk mengaktifkan sistem berikatan dengan reseptor
adrenal à vasokontriksi α1-adrenergik di anteriol
sistemik à sumbatan reda mukosa hidung à
Tetes atau Drop Salep penurunan edema

Mometasone Furoate Allergyl Rhinitis


Kortikosteroid sintetik dgn Campuran selolusa dan
afinitas thdp glukokortikoid peppermint à membentuk
22x lebih tinggi daripada penghalan alami terhadap
dexametason à hambat alergen diudara
sel mast
Spray Powder
Macam-macam Sediaan Nasal

Collunarium
Dibilaskan ke rongga
hidung à perhatikan pH
dan isotonisitas agar tidak
iritasi mukosa
Washes

Menthol atau Champor


Inhaler dihirup perlahan
untuk melegakan hidung
tersumbat

Stick
Sediaan Nasal

Kelebihan Kekurangan

• Dosis yg diperlukan dapat dikurangi • Difusi obat terhalang oleh sel mukus

• Konsentrasi rendah dlm disirkulasi dan ikatan mukus

sistemik à minimalisir efek samping • Mukosa nasal dan sekresinya dapat

• Area permukaan untuk absorpsi luas mendegradasi obat

yaitu 160 cm2 • Iritasi lokal dan sensitivisasi obat

• Onset cepat harus diperhatikan

• Aktivitas metabolisme yang rendah • Mucocialiary clearance mengurangi

dibanding peroral, menghindari first waktu retensiobat dalam rongga

pass metabolisme hidung

• Mudah diakses dan digunakan • Hanya untuk obat poten (dosis kecil)
dg ukuran partikel 5-10 mikrometer
Macam-macam Sediaan
Pulmonary
Terdapat 3 macam yaitu:
a. Metered Dose Inhaler (MDI)
b. Dry Powder Inhaler (DPI)
c. Nebulizer
Metered Dose Inhaler

Pengertian
Alat terapi inhalasi dengan dosis yang
terukur yg disemprotkan dalam bentuk gas
kedalam mulut kemudian dihirup
Mekanisme kerja
Dalam penyemprotan didorong
menggunakan propelan yang bertekanan
tinggi jd penggerak menggunakan canister
à partikel <5 mikrometer
Macam MDI
MDI biasa dan MDI beserta spacer
Dry Powder Inhaler
Berdasarkan pembagian dosisnya dibagi menjadi 3

Dry Powder Inhaler tdk mengandung


propelan, sehingga mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan MDI. Inhaler tipe ini
Spinhaler Turbuhaler Diskus
berisi serbuk kering. Generasi ketiga
Generasi pertama Generasi kedua
Pasien cukup melakukan hirupan yg adalah single dose adalah multi-unit adalah alat DPI
aktif menggunakan
cepat dan dalam untuk menarik obat dari dose
gas bertekanan
dalam alat ini. Zat aktifnya dalam bentuk
serbuk kering yang akan tertarik masuk ke
paru-paru saat menarik napas.
Spinhaler

Turbuhaler Diskus
Nebulizer

Pengertian
Alat inhalasi pengubah sediaan liquid
menjadi aerosol à mudah dihirup ke paru-
paru
Mekanisme kerja
Alat mengubah obat berbentuk laruan
menjadi aerosol secara terus-menerus
dengan tenaga dari udara dipadatkan atau
gelombang ultrasonik

Macam Nebulizer
Nebulizer; jet dan ultrasonik
Kelebihan & Kekurangan
Sediaan pulmonary
Fisiologi & Barrier
Tempat pemberian
Fisiologi
Nasal dan Pulmonary

Hidung à teori revolisioner Paru-paru


1. Fungsi respirasi Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena
2. Fungsi penghidu adanya selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir
3. Fungsi fonetik dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot à difusi
4. Fungsi statistik gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis
5. Reflek nasal à selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas
Transport Barrier

Nasal danPulmonary
Pemberian obat secara intranasal dianggap seperti rute lukratif dari sistem pemberian obat
karena sangat mudah dan praktis. Banyak faktor yang mempengaruhi efikasi terapetik seperti
toksisitas produk obat yang diadministrasikan secara nasal. Ada beberapa barrier yang dapat
mempengaruhi sistem bioavaibilitas yaitu:
a. Mukus nasal
b. Epitelium nasal
c. Cleareance nucociliary
d. Patofisiologi nasal
e. Metabolisme nasal
Selain barrier fisik, terdapat juga barrier sebagai berikut:
Transport Barrier
Upaya Peningkatan
Biovaibilitas
Nasal

Berbagai upaya:

• menggabungkan penambah permeasi sediaan


nasal untuk meningkatkan penyerapan.
• penggunaan inhibitor enzim untuk
menghilangkan metabolisme nasal.
• formulasi bentuk sediaan mukoadhesif untuk
meningkatkan waktu tinggal sediaan nasal
• pendekatan prodrug untuk mengoptimalkan
sifat fisikokimia yang menguntungkan.
• Salah satu dari pendekatan atau kombinasi
dari dua strategi atau lebih banyak digunakan
untuk meningkatkan bioavailabilitas formulasi
sediaan nasal.
Pulmonary

Berbagai upaya:
• Pengecilan ukuran partikel à Geometric
standard deviation (GSD) didefinisikan
sebagai rasio ukuran di 84,2% pada frekuensi
kurva kumulatif dengan diameter median
• Kecepatan aerosol à afinitas yang lebih besar
pada daerah oropharyngeal
• Bentuk partikel à bulat dan seragam
• Massa jenis à lebih dari 1 gcm-3
• Pemilihan alat yang tepat à MDI? DPI?
Nebulizer?
Pengembangan Sediaan
Pengembangan Sediaan

Liposom Nanopartikel Microsphere Mucoadhesive


Beberapa kali diteliti Sistem pelepasan Melindungi obat dari SPO untuk lendir yang
sbg vehicle untuk terapi berkelanjutan dari terapi metabolisme enzimatik melibatkan interaksi
extended-release aerosol dan mempertahankan antara musin sintesis
+ durasi dalam sistemik, pelepasan obat à à sangat penting
dalam pengobatan
- efek samping,
penyakit paru, terapi durasi +++ untuk sediaan nasal.
+ kepatuhan pasien,
gen, dll - frekuensi dosis à vaksin
hidung
SISTEM PENGHANTARAN OBAT
MELALUI PARU – PARU
(DRUG DELIVERY SYSTEM TO THE LUNGS )
Pendahuluan
Pulmonary drug delivery system atau
sistem penghantaran obat pulmonar (melalui
paru paru) merupakan rute yang potensial untuk
menghantarkan obat secara lokal ke paru-paru dan
juga secara sistemik.
Penghantaran obat melalui paru-paru ini
memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat dan
langsung pada saluran pernapasan.
Metode ini biasanya digunakan dalam
proses perawatan penyakit saluran pernafasan
yang akut maupun kronis, misalnya pada
penyakit asma.

(Ashish, K, Hiralal, C, Prajkata, U, Dheeraj, B, Dinesh, K.2012)


The History of Inhaled Drug Therapy

• Terapi inhalasi diterapkan di India pada


4000 tahun yang lalu, dimana penderita
Awalnya batuk menghirup daun Atropa belladona.

• Pada awal abad 19 ditemukan metode


nebulisasi cairan,suatu pengembangan
Pada awal metode baru dalam farmakoterapi.
abad 19

• adrenalin diperkenalkan sebagai larutan


nebulisasi.
1920-an

(Ashish, K, Hiralal, C, Prajkata, U, Dheeraj, B, Dinesh, K.2012


•nebulisasi insulin diteliti untuk
penanganan penyakit diabetes
1925

•penggunaan penisilin untuk infeksi


1945 paru-paru.

•diperkenalkan penggunaan steroid


untuk pengobatan asma sehingga
1950-an digunakan secara luas.

(Ashish, K, Hiralal, C, Prajkata, U, Dheeraj, B, Dinesh, K.2012)


Pada dasarnya permukaan paru-paru dapat dicapai
dengan mudah dalam satu kali pernapasan. Dalam
penghantaran obat secara inhalasi, deposisi (proses turunnya
partikel obat ke paru-paru bagian bawah) partikel obat
bergantung pada sifat partikel dan cara pasien bernapas.
Obat-obat yang dihantarkan mencakup rentang terapi
yang sangat luas meliputi antibiotik, antibodi, peptida, protein,
dan oligonukleida.

(Ashish, K, Hiralal, C, Prajkata, U, Dheeraj, B, Dinesh, K.2012)


Mekanisme penyerapan obat
tergantung pada sifat dari
partikel obat yang digunakan.
Secara umum ada 3
mekanisme yaitu:
1. Difusi obat melalui alveoli
2. Absorpsi paraselular dengan
bantuan carrier
3. Fagositosis partikel obat

(Ashish, K, Hiralal, C, Prajkata, U, Dheeraj, B,


Dinesh, K.2012)
Ada tiga jenis sistem penghantaran obat secara
inhalasi

MDI DPI Nebulizer


MDI
(Metered Dose Inhaler)
MDI
Pengertian

MDI (Metered Dose Inhaler) adalah alat terapi


inhalasi dengan dosis yang terukur yang disemprotkan dalam
bentuk gaskedalam mulut dan dihirup. Merupakan cara yang
paling umum dalam pemberiaan obat aerosol.

(Hans, 2002)
Sejarah

■ Perkembangan dalam pemberian obat antiasma adalah munculnya Metered Dose


Inhaler pada tahun 1956, yang mengakibatkan peningkatan besar dalam terapi
antiasma.
■ Kekuatan propelen untuk mengionisasi cairan direalisasikan pada akhir abad ke 9
■ Pada tahun 1940 an diperkenalkan sistem yang menggunakan propelen yaitu perangkat
nonmeter yang dirancang untuk menyemprotkan insektisida
■ pressurized metered-dose inhaler (pMDI) untuk pengiriman obat asma berasal dari
industri kosmetik AS
■ Pada thaun 1954 philip meshburg menemukan dan mematenkan katup matering yang
cenderung digunakan pada industri wewangian
■ Pada tahun 1955 uji klinis awal dilakukan
■ Pada awal 1956 Medihaler-Iso and Medihaler Epi mulai di publikasikan

(Hans, 2002)
Komponen MDI
METERED-DOSE
INHALER DESIGN

Newman, 200
Newman, 200
■ Container
Kontainer pMDI harus dapat menahan tekanan
tinggi yang dihasilkan oleh propelan, harus terbuat
dari bahan inert, dan harus cukup kuat. Beberapa
contoh bahan yang telah digunakan sebagai wadah
MDI; Stainless steel, Aluminium . Aluminium
sekarang lebih disukai, karena bila dibandingkan
dengan kaca, aluminium lebih ringan,dan lebih
kompak.
Newman, 2005
■ Formulation
Obat-obatan dalam pMDIs umumnya berbentuk suspensi partikulat
atau larutan. Surfaktan (biasanya sorbitan trioleat, asam oleat, dalam
konsentrasi berkisar antara 0,1% sampai 2%) digunakan pada CFC pMDI
untuk mengurangi agregasi partikel dan melumasi katup. Namun, surfaktan
ini hampir tidak larut dalam HFA-134a dan HFA-227. Umumnya pMDI hanya
mengeluarkan obat sekali keluar sekitar 100-200 gr obat
■ Metering valve
Katup yang berkerut ke wadah adalah komponen paling penting dari pMDI,
dan memiliki volume mulai dari 25 L sampai 100 L. Meskipun ada banyak
desain katup metering, semuanya beroperasi pada prinsip dasar yang sama.
Newman, 2005
■ Propelan
Propelan pada pMDI adalah gas terkompresi cair yang
berada dalam fase gas pada tekanan atmosfir, namun
membentuk cairan saat dikompres.syaratnya : tidak
beracun, compatible dengan obat obat yang diformulasikan
, dan memiliki titik didih serta kerapatan yang sesuai.
Contoh : Chlorofluorocarbons (CFC)

■ Aktuator
Tabung pMDI dipasang ke aktuator plastik untuk digunakan
oleh pasien. Perancangan aktuator penting, terutama
karena ukuran partikel aerosol ditentukan sebagian oleh
diameter nosel, yang berkisar antara 0,14 mm dan 0,6 mm.

Newman, 2005
Keuntungan MDI
Ø Waktu terapi cepat
Ø Mudah dibawa (ringan)
Ø Reproducible omitted doses
Ø Resiko kontaminasi bakteri yang lebih rendah
Ø Kemampuan pengiriman multidosis

(Gardenhire,2013; Medscape)
Kekurangan MDI
Ø Deposisi obat Oropharyngeal tinggi
Ø Reaksi terhadap propelan pada sebagian pasien
Ø Kemungkinan mudah terbakar karena propelan
HFA yang baru
Ø Pasien membutuhkan aktuasi yang benar dan
koordinasi inhalasi

(Gardenhire,2013; Medscape)
Langkah-langkah Penggunaan
Metered Dose Inhaler (MDI)
1. Kocok inhaler dengan baik
2. Lepaskan tutup (cap)

3. Buang napas perlahan (sedalam-dalamnya) melalui mulut

(Al-Worafi, 2015)
4. Jika menggunakan teknik "mulut tertutup", pegang inhaler
secara tegak dan letakkan corong/mouthpiece di antara
bibir Anda. Berhati-hatilah untuk tidak menghalangi dengan
lidah atau gigi Anda.
Jika menggunakan teknik "open-mouth", buka mulut Anda
lebar-lebar dan tahan inhaler tegak 1-2 inci dari mulut
Anda, pastikan inhaler benar ditujukan (pada mulut).

(Al-Worafi, 2015)
5. Tekan ke bawah pada inhaler saat Anda memulai inhalasi
secara lambat dan dalam

6 . Terus tarik napas secara perlahan dan dalam melalui


mulut. Cobalah untuk menghirup setidaknya 5 detik

(Al-Worafi, 2015)
7. Tahan napas Anda selama 10 detik (gunakan
jari Anda untuk menghitung sampai 10
pelan-pelan). Jika 10 detik membuat Anda
merasa tidak nyaman, usahakan menahan
napas setidaknya selama 4 detik
8. Buang napas perlahan
9. Tunggu setidaknya 30-60 detik sebelum
menghirup obat berikutnya.
(Al-Worafi, 2015)
KESALAHAN YANG PALING
UMUM DALAM PENGGUNAAN
MDI
– Saunders (35) menemukan bahwa 14 dari 46 pasien
yang diteliti tidak menggunakan inhaler mereka dengan
benar, dan 11 dari mereka tidak mencapai efek
terapeutik maksimum. Kesalahan paling umum adalah
ketidakmampuan untuk berkoordinasi inhalasi dengan
MDI aktuasi, menghirup terlalu cepat, dan
menghembuskan tanpa menahan napas.(bisgard,
2001)
– Dengan menahan nafas setelah menghirup MDI maka
akan menurunkan kesalahan penggunaan MDI(sanchis,
2016)
FORMULATION AND
EVALUATION
Metered dose inhaler

1. As Solution
2. As Suspension

Warren, 1995
As solution

1. Aktuator bisa dipakai dengan diameter kecil sehingga


bentuk fisik yang keluar juga akan kecil
2. Deposisi obat pada paru lebih besar
3. Tidak mempengaruhi penguapan propelan, tidak seperti
pada as suspension yang menggunakan fraksi volatil

Warren, 1995
As suspension

Menggunakan propelan bukan CFC sehingga ozon terlindungi


Solution use CFC as propelan, pemakaian CFC telah dibatasi
dengan tujuan melindungi ozon

Challenge : kelarutan obat

Steckel, 2004
Formulation as Solution

Micelar
solubilisation
Soya
Propelan PhospatidylCholi
ne(SPC)

“Surfactant “

Warren, 1995
Formulation as Suspension

Menstabilkan
suspensi

Steckel, 2004
Propelan
Skema Proses Penyiapan
MDI as Suspension

Steckel, 2004
Evaluasi

1. Aerodynamic Particle Size Distribution (APSD)


■ - Menggunakan a Multi Stage Liquid Impinger (MSLI) Apparatus
■ Dipasang filter dengan diameter 53 mm
■ MDI diisi dengan 20 ml metanol:air (7.5 : 2.5)
■ Flow rate diatur = 301/min dengan flow meter type
■ Induction port terhubung dengan mouthpiece of MDI
■ MDI dikocok 5s lalu diaktuasi (4 kali)
■ Induction port, mouthpiece dan filter dibilas dengan campuran metanol dan
air
■ Dianalisis dengan HPLCC
■ APSD = log probability distribution

Steckel, 2004
2. Fine Particle Fraction (FFP)
Dari hasil APSD diambil data persentasi massa obat yang kecil
dari 5mikrometer

Steckel, 2004
3. Dose Content Uniformity
■ Use A glass fibre filter
■ Flow rate diatur = 28.31/min
■ MDI dihubungkan dengan dose uniformity sampling apparatus
(DUSA)
■ MDI dikocok
■ Diaktuasi
■ Filter, inner part of apparatus, rubber sealing and actuator dibilas
dengan 10 ml campuran metanol : air (7.5 : 2.5)
■ Analisis dengan HPLC

Steckel, 2004
4. Evaluasi Sedimentasi (jika suspensi)
Sedimentasi MDI yang mungkin terjadi dilakukan dengan
memeriksa secara visual MDI yang telah disiapkan pada waktu
12 jam setelah penyiapan selesai

Steckel, 2004
Contoh Produk MDI Di
NO
Pasaran
NAMA OBAT KANDUNGAN

1. Beklometason dipropionat Beklometason dipropionat 50


mcg/semprot

2. Budesonid Budesonid 100 mcg, 200mcg/semprot

3. Fenoterol Fenoterol HBr 0,2 mg/dosis

4 Flutikason Propionat Flutikason Propionat 50 mcg

5 Ipratopium Ipratropium bromida 0,02 mg

6 Salbutamol Salbutamol 100 mcg


DPI
(Dry Powder Inhaler )
DPI atau inhalasi serbuk kering yang diperkenalkan
pada awal tahun 1970-an adalah alat dengan obat
dalam bentuk serbuk dihantarkan secara lokal atau
sistemik melalui rute paru-paru.
Perkembangan DPI dimotivasi dengan adanya
keinginan besar mencari alternatif pengganti MDI yang
terkenal tidak ramah lingkungan karena mengandung
propelan(bahan pembakar) gas chlorofluorocarbons dan
hydrofluoroalkanes.
(Sahane,dkk.2012)
■ DPI biasanya digunakan untuk pengobatan penyakit saluran
pernapasan seperti asma , bronkitis, emfisema dan COPD
■ DPI dikenal sebagai alat yang user-friendly. Dari ketiga
tipe pulmonary drug delivery system, DPI yang paling disukai.
DPI telah menjadi pilihan utama di negara-negara Eropa.
(Sahane,dkk.2012)
Characteristics of ideal DPI
1) systems
Sederhana dan nyaman digunakan.
2) Penghantaran dosis yang akurat dan seragam meskipun dengan laju pernapasan yang
berbeda.
3) Penghantaran dosis yang konsisten selama masa pakai inhaler.
4) Mempunyai ukuran partikel yang optimal untuk penghantaran obat ke paru-paru.
5) Cocok untuk berbagai macam bahan aktif dan berbagai macam dosis.
6) Adesi yang minimum antara formulasi obat dan alat DPI.
7) Produk stabil di dalam alat DPI, memiliki dosis ganda
8) Hemat (Cost effectiveness).
9) Memiliki mekanisme feedback untuk menyampaikan informasi kepada
pasien mengenai pemberian dosis.

Islam, N., Gladki, E., Dry powder inhalers (DPIs)-A review of


device reliability and innovation, Int J Pharmaceutics, 2008,
360, 1-11
Disadvantages of DPI
Advantages of DPI

DPI Ketergantungan pada


Bebas Propelan tingkat aliran inspirasi pasien

Kordinasi dengan pasien Perlu penghisapan yang kuat


kurang dibutuhkan
potensi permasalahan dalam Mahal
formulasi rendah
Tidak tersedia diseluruh
Stabil dunia

Islam, N., Gladki, E., Dry powder inhalers (DPIs)-A review of device reliability
and innovation, Int J Pharmaceutics, 2008, 360, 1-11
HOW TO
USE DPI
?
Cara Menggunakan DPI
■ Single-dose DPI dioperasikan dengan menggerakkan serbuk obat dari
suatu kapsul. Contohnya adalah Aerolizer dan Handihaler, keduanya
untuk terapi asma.
■ Dalam penggunaan single-dose DPI, setiap kali digunakan pasien
memasukkan kapsul dalam drug holder. Kemudian pasien menghirup
obat dari alat ini. (Milala, 2013)
Aerolizer dan Handihaler
Menggunakan Aerolizer (FDA)

1. Jangan mengeluarkan kapsul dari blistrer sebelum siap untuk


menggunakan
2. Buka tutup aerolizer (Figure 1)
3. Tahan dasar aerolizer dan putar mouthpiece sesuai arah panah
untuk membuka. (Figure 2) Tekan tombol pada tiap sisi untuk
memastikann terdapat 4 penjepit dalam tempat kapsul
aerolizer
4. Pisahkan satu kapsul (figure 3)
5. Kelupas penutup bagian belakang dan dorong kapsul keluar
(figure 4)
6. Posisikan kapsul di capsule-chamber (figure 5)
7. Putar mouthpiece untuk menutup (figure 6)
8. Tahan mouthpiece untuk berada diposisi atas dan tekan kedua tombol
pada waktu bersamaan. Tombol hanya ditekan sekali dan akan terdengar
klik (figure 7)
9. Lepaskan tombol
10. Ekshalasi, namun jangan ekshalasi ke mouthpiece (figure 8)
11. Miringkan kepala. Pertahankan posisi aerolizer dengan tombol
mengarah ke kiri dan kanan. Letakkan mouthpiece dimulut dan katupkan
bibir (figure 9, 10)
12. Inhalasi dengan cepat dan dalam (figure 11)
13. Keluarkan aerolizer. Tahan nafas selama bisa lalu kemudian ekshalasi
14. Buka aerolizer untuk melihat apakah masih ada serbuk yang
tertinggal, jika masih ada lakukan kembali langkah 10-13
15. Jika telah selesai buka aerolizer dan keluarkan sisa kapsul.
Jangan tinggalkan kapsul yang telah terpakai dalam chamber
16. Tutup mouthpiece dan letakkan kembali penutupnya
■ Multiple unit-dose adalah DPI yang mengandung 4 atau 8
delapan dosis serbuk dalam satu disk. Salah satu contoh
multiple unit-dose DPI adalah Diskhaler.
Masing-masing blister mempunyai mekanisme sendiri,
memungkinkan obat dapat dihisap melalui mulut. Ketika
menggunakan Diskhaler, alur pernapasan puncak pasien
harus lebih besar dari 30 liter/menit agar obat dapat
mencapai paru-paru (Milala, 2013)
Diskhaler

1. Buka mouthpiece
2. Tarik gagang ke kanan (sampai terdengar bunyi klik)
3. Ekshalasi
4. Posisikan diskhaler di bibir dan katupkan bibir diantaranya
5. Tahan diskhaler dalam posisi horizontal
6. Inhalasi perlahan dan dalam
7. Tahan nafas selama 5 detik
8. Keluarkan diskhaler dari mulut dan ekshalasi
9. Tutup kembali mouthpiece (Jokiv & Pantovic, 2007)
■ Multiple-dose DPI, mengukur dosis obat dari reservoir.
Contoh yang paling umum adalah Twisthaler, Flexhaler dan
Diskus. (Milala, 2013)
Turbuhaler

■ Putar dan buka penutupnya


■ Posisi inhaler tegak lurus sambil memutar pegangan dan putar kembali sampai
terdengar klik
■ Bernapas dengan pelan
■ Meletakkan mouthpiece diantara gigi tanpa menutup bibir hingga mouthpiece tertutup
rapat
■ Inhalasi dengan kuat dan dalam
■ Mengeluarkan inhaler dari mulut
■ Ekshalasi dengan pelan dari mulut
■ Menutup kembali inhaler
■ Berkumur-kumur setelah menggunakan inhaler
(NACA, 2008)
Diskus
Powder production for DPI
Umumnya DPI dibuat dengan cara mengkristalisasi
powdernya dan diikuti dengan proses milling
(penggilingan) untuk memperkecil ukuran partikelnya.
Bagaimanapun metoda ini memiliki banyak batasan
seperti kurangnya control terhadap kristalinitas yang
terbentuk, bentuk ukuran dan distribusi ukuran.
Dry milling (Penggilingan kering) menghasilkan
bentuk-bentuk amorfous dengan muatan permukaan yg
besar dikarenakan terjadinya proses aglomerasi
partikel.
■ *masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan metoda
specialized milling methods (penggilingan khusus). Supaya
mengurangi konten amorfous pd material saat penggilingan,
maka penggilingan dilakukan pada tempat dengan
kelembaban : 30-70% (kristalisasi in situ). Ball mill( bola)
dapat digunakan dalam proses ini, material/ bahan utama
penyusun media penggilingan (glass, zirconium oxide) harus
dilaporkan dan didata. Bagaimanapun, ukuran penggiling ±
1mm atau kurang supaya lebih efektif dan menghasilkan
kerusakan yg minimal pada mill.
Sejak partikel partikel dihasilkan dalam air, beberapa
bentuk amorfnya akan direkristalisasi ulang. Oleh sebab itu wet
milling (penggilingan basah) lebih dipilih dan lebih stabil pada
kelembaban dari pada powder yg digiling dengan penggilingan
kering
Metoda Spray drying telah digunakan sejak 1980 dan menjadi metoda
alternative dalam pembuatan fine partikel dengan karakterisasi dispersi dan
alir sesuai dengan yang diinginkan tanpa menggunakan bahan pembawa.
Metoda spray drying telah dikembangkan untuk memproduksi powder dengan
ukuran micron dan lebih mengontrol formasi partikel dan itulah sebabnya
dapat digunakan untuk produksi skala besar.
Sebelumnya DPI dibuat dengan menggunakan metoda spray drying + teknik
multiple emulsi dan single atau system co solvent, terutama terdiri atas
pelarut organic/ air atau kombinasi keduanya.
Dalam spray drying, larutan obat diatomisasi menjadi fine droplet dengan
cara dialiri dengan udara panas untuk membentuk partikel keringnya.
Meskipun temperature udara pengering yang digunakan tinggi (>1000C),
temperature saat melakukan evaporasi pada droplet lebih rendah
dikarenakan adanya pendingin pada latent heat of vaporization.
■ Oleh sebab itu, hasil degradasi panas dari zat aktif tak begitu menjadi fokus
utama ttg kehilangan zat aktifnya. Tambahannya, dalam produksinya, metoda
spray drying digunakan untuk menghasilkan partikel carrier (pembawa).
Spray drying tidak terbatas pda larutan air saja. Spray drying pada larutan
etanol yang mengandung obat antiasma jga telah dilaporkan.
■ Sistem nonaquous telah digunakan untuk membuat partikel penyerap yang
cocok untuk aerosol. Bahan bahan dalam powder hasil spry drying dikontrol
dengan proses (atomizing nozzle type, powder collection technique and
droplet drying time and rate) and formulation parameters (effects of the
active ingredient)
■ Tekhnik lain untuk memformulasi produk DPI dengan ukuran micron
yang stabil yaitu : milling (penggilingan), pencampuran sederhana carrier
dengan obat, co-presipitasi obat dan carrier dengan tekhnik
lyophilization dan milling, specialized spray-drying, spray freeze drying,
ultrasound assisted crystallization, flash crystallization, controlled
precipitation, supercritical fluid technologies.
■ Metoda metoda ini memiliki keuntungan untuk menghasilkan produk-
produk yang bagus, menggunakan temperature rendah, dan kristalinitas
yang bagus, kelemahannya adalah terlalu mahal dan blum tentu murni
Yadav Niti, Alka Lohani, 2013
■ Passive tergantung pada inhalasi pasien
■ Aktiv tergantung pada kekuatan dari luar

Xi Zhang, et al. 2012


Passive Single dose
Passive Single dose
Passive reservoir
Active single dose
Menurut Pengemasannya

■ Dibagi menjadi 3 yaitu


■ 1. single unit dose
■ 2. multi unit dose
■ 3. multi dose reservoirs
Yang paling sering digunakan adalah multi unit dose dan multi
dose reservoir karena tidak perlu pengisian kembali atau
penggantian kemasan dalam nya

Xi Zhang, et al. 2012


CONTOH PRODUK DPI
Produ inhaler

(Niti yadav, 2013)


(Niti yadav, 2013)
(Hickey, 2013)
(Hickey, 2013)
Perbedaan MDI dan DPI
MDI DPI

mulai diperkenalkan pada tahun 1956 diperkenalkan pada awal tahun 1970-an
disemprotkan dalam bentuk gas ke Dihantarkan secara lokal atau sistemik
dalam mulut dan dihirup melalui rute paru-paru.
didorong menggunakan propelan diperlukan hirupan yang cukup kuat agar
(menyemprotkan obat) obat masuk ke saluran pernapasan.
(tidak menyemprotkan obat)
Obat dalam MDI dapat berupa larutan obat dalam bentuk serbuk
atau suspensi dalam propelan.
Kinerja memerlukan koordinasi yang Kinerja tergantung dari teknik dan
tepat antara tangan menekan alat MDI kemampuan pasien dalam menghirup
(aktuasi) dan mulut menghirup obat. udara dan kecepatannnya
MDI DPI

seringkali sukar menyelaraskan antara Dapat mengatasi kesulitan dalam


aktuasi alat inhalasi dan pernapasan penggunaan MDI yang seringkali sukar
(Perlu koordinasi yang hati-hati aktuasi menyelaraskan antara aktuasi alat
dan inhalasi.) inhalasi dan pernapasan. (Perlu
koordinasi sedikit atau tidak sama
sekaliaktuasi dan inhalasi)
MDI terkenal tidak ramah lingkungan Ramah lingkungan bebas propelan
karena mengandung propelan CFC
NEBULIZER
Pengertian

Nebulizer adalah alat inhalasi yang mengubah sediaan obat


bentuk cair menjadi gas. Merupakan salah satu pemberian obat
aerosol.
(Hans, 2002)

Sistem yang mana formulasi cairan terdispersi menggunakan


udara yang dimampatkan vibrasi piezolectric.
(Yaday & lohani : 2013)
Sejarah Nebulizer

■ Alat nebulizer sederhana pertama ditemukan oleh Sales-Girons


pada tahun 1858 seorang dokter asal dari Perancis. Perangkat
ini awalnya digunakan untuk menyemprotkan cairan obat cair
kemulut pasien. Alat ini blum menggunakan listrik, pegangan
pompa dioperasikan seperti pompa sepeda.
■ Tahun 1864 nebulizer uap pertama diciptakan di Jerman
menggunakan prinsip “siegle’s steam spray inhaler”
menggunakan prinsip Venturi untuk menyemprotkan cairan obat
cair.
■ Nebulizer listrik pertama diciptakan pada tahun 1930 dan
disebut Pneumostat. Dengan perangkat ini cairan obat dirubah
menjadi aerosol menggunakan kompresor listrik.
■ Tahun 1956 nebulizer berteknologi lebih maju diluncurkan oleh
Riker Laboratorium dalam bentuk inhaler bertekanan dengan
dosis yang terukur menggunakan pendorong gas propelan yaitu
Freon atau HFA
■ Tahun 1964 diperkenalkan nebulizer elektronik tipe baru yang
disebut ultrasonik nebulizer
Komponen
nebulizer
.

Geller, 20
Geller, 20
Kelebihan dan kekurangan
nebulizer
a. Kelebihan
1. Dapat digunakan semua umur
2. Dosis besar dapat digunakan meskipun dengaan pernafasan yang
berlebih
3. Tidak sepertin propelan yang dapat merusak atmosfir
4. Lebih efisien untuk obat intrabronkial
5. Pada kondisi darurat, dapat digunakan untuk pengobatan bronkial
akut, eksaserbasi akut pPOK sering dikombinasi dengan ventilasi
tekanan positif
6. bisa dihunakan untuk inhalasi steroid
7. Mudah dijalankan dengan cara yang sederhana
Kerugian
1. Memakan waktu
2. Harganya mahal dan ukuran nya sangat komplikatif
3. Menimbukan suara yang berisik
4. Kebutuhan perawatan yang tinggi , yaitu peralatan harus dibersihkan
dan disterilkan dalam udara yang tersaring
5. Bergantung pada sumber daya luar,listrik.
HOW TO USE NEBULIZER
?
Cara Penggunaan Nebulizer
Teknik optimal penggunaan jet nebulizer
1. Pasang nebulizer dengan benar.
2. Pasang antarmuka yang sesuai (mouthpiece atau mask) ke nebulizer.
3. Masukkan obat ke dalam wadah nebulizer. Jangan melebihi volume yang direkomendasikan oleh produsen.
4. Duduklah dalam posisi tegak.
5. Sambungkan nebulizer ke sumber listrik.
6. Bernapaslah dengan normal sesekali napas dalam-dalam sampai akhir nebulisasi.
7. Jaga nebulizer vertikal selama perawatan.
8. Jika perawatan harus terganggu, matikan flow meter untuk menghindari pemborosan.
9. Jika pemakaian sudah selesai, bilas nebulizer dengan air steril atau suling dan biarkan mengering.

(Ari, 2014)
Teknik optimal untuk ultrasonic nebulizer, mesh nebulizer, & smart nebulizer
1. Pasang nebulizer dengan benar.

2. Pasang antarmuka yang sesuai (mouthpiece atau mask) ke nebulizer.


3. Masukkan obat ke dalam wadah nebulizer. Jangan melebihi volume yang direkomendasikan oleh produsen.
4. Jika ada, ikuti petunjuk dari produsen dalam melakukan uji fungsionalitas sebelum penggunaan nebulizer pertama dan juga
setelah setiap desinfeksi untuk memverifikasi operasi yang benar
5. Masukkan obat ke dalam wadah nebulizer. Jangan melebihi volume yang direkomendasikan oleh produsen.

6. Duduklah dalam posisi tegak.


7. Hidupkan daya.

8. Ikuti instruksi untuk teknik pernapasan yang direkomendasikan oleh produsen

9. Jika perawatan harus terganggu, matikan unit untuk menghindari pemborosan.


10. Setelah selesai perawatan, buka dan bersihkan sesuai anjuran produsen. Jangan sentuh mesh saat membersihkan agar tidak
terjadi kerusakan.

(Ari, 2014)
Contoh produk nebulizer

(The Dow Chemical Company, 2015)


(Elphick, 2015)
Contoh Teknologi Nebulizer

The Halolite nebulizer Circulaire nebulizer system.


Omron NU-14 AeroNeb
Respimat AERx
Evaluasi Nebulizer

1. Keseragaman dosis
Untuk memastikan konsistensi dosis, tiap sediaan dalam satu
bets harus memiliki kandungan zat aktif obat dalam batas
terendah pada label.
Dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu : keseragaman
kandungan dan keragaman bobot. (USP 30)
Keseragaman kandungan

■ Pilih wadah tak kurang dari 30 unit


■ Uji dilakukan untuk 10 wadah sesuai dengan pengujian di
monografi (USP 30)
Keragaman bobot

■ Timbang secara akurat 10 wadah satu per satu


■ Keluarkan isi masing-masing wadah
■ Timbang secara akurat masing-masing wadah kosong dan
hitung berat bersih untuk masing-masing wadah
■ Dari hasil pengujian, hitung kandungan obat dan nyatakan
dalam % dari keterangan label. (USP 30)
Kriteria

■ Limit A (jika rata-rata batas poten adalah 100% atau kurang)


Penerimaan untuk keseragaman kandungan yaitu jika jumlah zat aktif obat
pada dari 9 dari 10 sediaan berada dalam rentang 85% sampai 115% dari
label, dan tidak ada satupun yang berada diluar rentang 75% sampai 125%
dari label dan RSD (relative standard deviation) dari 10 sediaan kurang atau
sama dengan 6%.
■ Limit B (jika rata-rata batas poten adalah besar dari 100% )
1. Jika nilai rata-rata dari unit sediaan adalah 100% atau kurang, maka
kriteria seperti Limit A
2. Jika nilai rata-rata sediaan lebih besar atau sama dengan rata-rata batas
poten yang tertera di monografi, penerimaan sesuai Limit A, kecuali kata
“label” diganti dengan “label yang digandakan oleh rata-rata batas poten
yang tertera di monografi dibagi 100”
3. Jika nilai rata-rata sediaan antara 100% dan rata-rata batas poten yang
tertera di monografi, penerimaan sesuai limit A, kecuali kata “label” diganti
dengan “label yang digandakan oleh rata-rata nilai sediaan yang diuji
(dinyatakan dengan persen dari label) dibagi 100”
DAFTAR PUSTAKA

Al-Worafi, Yaser Mohammed Ali. 2015. Appropriateness of Metered-Dose


Inhaler Use In The Yemeni Community Pharmacies. Journal
of Taibah University Medical Sciences (2015) 10 (3), halaman
353-358.
Ari, Arzu. 2014. Jet, Ultrasonic, and Mesh Nebulizers: AnEvaluation of
Nebulizers for Better Clinical Outcomes. Eurasian J Pulmonal 2014;
16; 1- 7.
Ashish, K, Hiralal, C, Prajkata, U, Dheeraj, B, Dinesh, K.2012.
Pulmonary Drug Delivery System, Int J Pharm Tech Research, Vol. 4,
No. 1, 293-305
Bisgard,hands, dkk. 2001. Drug Delivery To The Lung.lung biology of health and disease
Elphick Mark, dkk. 2015. Factors to conside when selecting a nebulizer for a new
inhaled drug product development program . 12(8)
FDA. 2012. medication guide : Foradil Aerolizer
Hickey Anthony J. 2013. Journal Of Pharmaceutical Sciences. Clinical Trials And
Translational Medicine Commentaries Back To The Future: Inhaled Drug Products.
Vol. 102, No. 4, April 2013
Jokic, Tatjana & Vasna Pantovic. 2007. comparison of application tchnique of MDI and
diskhaler to Ashmatic patients. Acta Medica Medianea. Vol 46: 35-37
Gardenhire,D,S.,Myers, T.,S.2013. A Guide to Aerosol Delivery Devices For Respiratory Therapist. New York:
American Association for Respiratory Care.
Geller, D.E., 2005. Comparing Clinical Features of the Nebulizer, Metered-Dose Inhaler, and Dry Powder
Inhaler. Respiratory Care. 1313–1321
Islam, N., Gladki, E.2008. Dry powder inhalers (DPIs)-A review of device reliability and innovation, Int
JPharmaceutics, 360, 1-11
Milala, A.S. 2013. Inhalasi Serbuk Kering sebagai Sistem Penghantaran Obat Pulmonar. Technology,
Department of Internal Medicine, FacLaboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya Vol. 26 No. 2
National Asthma Council Australia(NACA). 2008. Inhaler Technique in Adults with Asthma or COPDNewman,
Stephen . 2005 . RESPIRATORY CARE : Principles of Metered-Dose Inhaler Design. [Respir Care
2005;50(9):1177–1188].
Pahwa,rakesh,dkk. 2012. Nebulizer Therapy:A platform for pulmonarydrug
delivery . Pelagia research
Sahane, dkk. 2012. Review Article Dry Powder Inhaler: An Advance
Technique for Pulmonary Drug Delivery Syste, International Journal and
Chemical Sciences. India.
Sanchis,joaquin dkk. 2016. Systematic Review of Errors in Inhaler Use Has
Patient Technique Improved Over Time?. Original research respiratory
care
Shah N. D., Shah V. V., Waghamare J. DRY POWDER FOR INHALATION (DPI).
International Journal of Research and Reviews in Pharmacy and
Applied science, 2(3).458-472,
Steckel, Hartwig, Sebastian Wehle. 2004. “A Novel Formulation Technique
for Metered Dose Inhaler (MDI) Suspensions”. International Journal of
Pharmaceutics 284 (2004) 75-82
The Dow Chemical Company. 2015. Product Safety Assessment: MDI-
Based Isocyanate Products . Revised: October 29, 2014
The US Pharmacopeial Convention. 2006. USP. 30th edition. USA
Warren, Simon J, Stephen J Farr. 1995. “Formulation of Solution Metered
Dose Inhaler and Comparison with Aerosol Emitted From Conventional
Suspension Systems”. International Journal of Pharmaceutics 124
(1995) 195-203
■ Xi Zhang, et al. 2012. The development of a novel dry powder inhaler.
International Journal of Pharmaceutics 431: 45–52.
■ Yadav Niti , Alka Lohani. 2013. Dry Powder Inhalers: A Review. Indo
Global Journal of Pharmaceutical Sciences 3(2): 142-155.
TUGAS

■ Masing-masing mahasiswa mencari jurnal sediaan obat


melalui paru-paru
■ Jurnal tersebut dibahas secara keseluruhan

Anda mungkin juga menyukai