Tahun 1853 • Gabriel Pravas, seorang ahli bedah dari Perancis memperkenalkan alat suntik berpencebur
(pluger). Bentuk alat suntik ini banyak digunakan.
• Pengobatan secara subkutan telah dipraktekkan walaupun dengan jumlha obat yang masih
Tahun 1860 terbatas
• Dokter mempraktekkan secara luas pembuatan larutan injeksi dari tablet triturasi pada
Tahun 1880 saat akan disuntikkan
LANJUTAN…
• Pustaka bidang kedokteran mengemukan pentingnya mensterilkan, baik alat suntik maupun larutan obat.
Tahun 1890-an Dengan kemajuan berupa penemuan saringan (filter) bakteri, maka secara bertahap hal ini memberikan
kontribusi pada perkembangan pengobatan secara parenteral
• Stanislaus Limausin, seorang farmasi Perancis mengembangkan kontener untuk penyimpanan larutan steril
dan menamakannya ampoule (ampul). Kontener gelas tsb mempunyai leher panjang yang ujungnya terbuka
• Ehrlich berhasil mensintesis arsfenamin dan hal ini secara dramatis memacu perkembangan terapi
Abad ke-20 parenteral
• Reaksi piretik (kenaikan suhu tubuh) berlanjut dan terkait dengan pemberian obat secara parenteral
• Florence Seibert membuktikan bahwa sumber reaksi piretik berasal dari air yang digunakan untuk
pembuatan larutan karena air tidak di destilasi dan disimpan secara baik serta mengandung pirogen yang
Tahun 1911 merupakan hasil metabolism mikroorganisme
• Zat ini merupakan penyebab reaksi demam pada pasien yang menerima injeksi
• Kausch menggagas injeksi glukosa secara intravena
Tahun 1923 • Sesudah ditemukan air bebas pirogen baru digunakan secara luas untuk pembuatan larutan isotonis dan
sebagai sumber kalori
• Monografi resmi pertama dari larutan injeksi tampil dalam monografi National Formulary V (NF V) Amerika
Tahun 1926 dengan judul “ampuls”
BATASAN SEDIAAN PARENTERAL
• Sediaan parenteral adalah sediaan larutan, emulsi atau suspense dalam air atau pembawa
lain yang cocok, steril dan digunakan dengan merobek lapisan kulit/ mukosa dan jaringan
lain. Steril berarti bebas mikroba. Sterilisasi adalah proses untuk mendapatkan kondisi
steril
• Yang termasuk dalam sediaan steril : sediaan parenteral volum besar, sediaan parenteral
volum kecil (injeksi), sediaan mata(tetes/salep mata), OTT, OTH, implant, cuci
mata/collyrium, sediaan lain di FI edisi V.
• Syarat : Steril (bebas mikroba hidup), Isotonis/Isoosmosa, Isohidris, Bebas Pirogen
MENGAPA SEDIAAN PARENTERAL HARUS STERIL?
3. Radiopharmaceutical
Bahan kimia radioaktif digunakan untuk tes/uji fungsi dari
organ-organ tertentu, bukan merupakan bagian injeksi, tetapi
masuk golongan radiopharmaceutical, karena obat-obatan ini
merupakan bentuk radioaktif, teknik preparasi dan
penanganan yang diperlukan berbeda dengan bentuk injeksi.
MACAM-MACAM SEDIAAN STERIL (USP)
4. Sterile Solids
Karena tidak stabil dalam bentuk injeksi, maka dibuat dalam bentuk kering
dan dilarutkan pada waktu akan dipakai.
- Jika dry solids tidak mengandung dapar, pengencer atau zat tambahan
lain, maka pada etiket diberi tanda “Sterile......” co : Sterile Sodium Nafcilin
- Jika dry solids terdiri dari dapar, pengencer atau zat tambahan lain, maka
pada etiket diberi tanda “obat untuk injeksi” (.... for injection) co :
“Amfoterisin B for injection”.
- Perbedaan dalam penandaan diatas untuk menunjukkan ada/tidak
adanya material yang ditambahkan.
MACAM-MACAM SEDIAAN STERIL (USP)
5. Suspensi Steril
- Obat-obat disuspensikan dalam pembawa yang cocok dan diberi etiket : steril
......suspension (obat steril suspensi) contoh: Sterile Hidrokortison Asetat Suspension.
- Jika obat dalam bentuk kering dan akan disuspensikan ketika akan digunakan
“sterile .....for suspension” contoh : Sterile Chloramfenicol for Suspension.
Kedua tipe suspensi diatas tidak diberikan secara intra vena atau ke dalam ruang
spinal.
MACAM-MACAM SEDIAAN STERIL (USP)
7. Larutan Irigasi
Larutan yang digunakan untuk merendam dan membilas luka
terbuka, sayatan-sayatan bedah atau jaringan tubuh dan
digunakan untuk topikal tidak untuk parenteral.
Pada etiket harus diberi tanda ...untuk irigasi contoh : Natrium
Cl untuk irigasi.
MACAM-MACAM SEDIAAN STERIL (USP)
8. Zat-zat diagnostik
- Untuk tujuan diagnostik seperti Evans Blue Injection (untuk
menentukan volume darah), Injeksi Radiopharmaceutical dsb.
9. Ekstrak Allergenik
- Konsentrat steril : untuk tujuan diagnostik atau pengobatan
reaksi-reaksi alergi.
- Pada saat akan digunakan, ekstrak dilarutkan dalam konsentrasi
yang diinginkan dengan teknik aseptik dan cairan steril sebagai
pelarut.
MACAM-MACAM SEDIAAN STERIL (USP)
• Dalam perkembangan terapi parenteral, terjadi perubahan dalam 2 hal, yaitu pada kemasan
sediaan parenteral dan cara pemberian sediaan parenteral
• Perubahan kemasan yang terjadi, yaitu penggunaan penutup karet pada vial gelas. Karena
penutup karet dapat ditembus oleh jarum secara berulang, sesudah itu dapat menutup
kembali, maka berkembanglah penutup karet untuk vial
• Untuk beberapa obat dengan dosis tepat, berkembang tipe kemasan cartridge yang terdiri
dari tabung gelas yang mengandung sediaan steril dan kedua ujungnya ditutup dengan
penutup karet
KEMASAN
Dosis tunggal
Infus
RUTE, MASALAH DAN CATATAN YANG HARUS
DIPERHATIKAN PADA PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
• Pemberian obat secara parenteral : pemberian langsung ke
dalam jaringan, rongga jaringan, atau kompartemen-
kompartemen tubuh secara suntikan/ injeksi atau infus.
• Perkembangan teknik-teknik untuk pemberian obat secara
parenteral dan penggunaannya telah berkembang pesat
beberapa tahun terakhir ini.
ALASAN FORMULASI / TUJUAN SEDIAAN STERIL
• Parameter farmakologi
Meliputi waktu paruh, C maks., onset.
• Jaminan dosis dan kepatuhan
3. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat (khusus untuk penderita rawat
jalan)
4. Mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain : obat tidak
dapat diab- sorpsi/rusak oleh asam lambung atau enzim jika diberikan secara oral
contoh insulin.
INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT
SECARA PARENTERAL
5. Untuk memberikan obat pada keadaan rute lain yang lebih disukai tidak memungkinkan,
misal pada penderita yang saluran cerna bagian atas sudah tidak ada karena dioperasi.
6. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika diinginkan yaitu untuk mencegah / meminimum-
kan reaksi toksik sistemik : pemberian metotreksat secara injeksi intra tekal pada
penderitan leukemia.
- Obat harus terlarut sempurna, lebih disukai dalam air, sebelum dapat diberikan
secara injeksi intra vena.
- Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yang diperlukan untuk menghasilkan efek
terapetik akan menentukan volume injeksi yang harus diberikan.
- Rute pemberian obat secara parenteral selain iv memiliki keterbatasan dalam hal
volume injeksi yang dapat diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
2. Karakteristik Bahan Pembawa
- Pembawa air : dapat diberikan melalui rute parenteral apa saja.
- Pembawa non air : yang dapat bercampur atau tidak dengan air biasanya diberikan
dengan intra muskular.
- Larutan suntik dengan pelarut campur (diazepam, digoksin, fenitoin) dapat iv, hati-
hati pengaturan kecepatan penyuntikan untuk mencegah terjadinya pengendapan
senyawa obat pada daerah penyuntikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
3. pH atau osmolaritas larutan injeksi
• Larutan suntik harus diformulasi pada pH dan osmolaritas yang sama dengan cairan
tubuh (isohidri dan isotoni).
• Tidak dapat dipenuhi oleh semua obat karena masalah stabilitas, kelarutan atau dosis.
- Larutan nutrisi yang mengandung dosis tinggi asam amino, dekstrosa dll.
• Larutan yang sangat hipertonis : harus diberikan melalui vena yang sangat besar
(subclevian) vena tsb akan masuk langsung ke dalam jantung cepat diencerkan dengan
vol. besar
FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
• Pada umumnya larutan parenteral hipertonis dikontraindikasikan untuk penyuntikan sub
kutan atau intramuskular.
• Suspensi : hanya intramuskular atau sub kutan. Tidak boleh iv atau rute parenteral selain
diatas obat langsung masuk ke cairan biologis atau jaringan sensitif (otak dan mata).
• Serbuk untuk injeksi harus dilarutkan sempurna dalam pembawa yang sesuai sebelum
diberikan.
FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
5. Komposisi bahan pembantu
• Tidak ada fase absorpsi, obat langsung masuk ke dalam vena, onset of action segera.
• Obat harus berada dalam larutan air, bila emulsi lemak partikel halus minyak tidak boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit, sediaan
suspense tidak dianjurkan.Adanya partikel dapat menyebabkan emboli
• Larutan hipertonis disuntikkan secara lambat sehingga sel – sel darah tidak banyak terpengaruh
• Hasilnya dapat diperkirakan, tetapi pemberian melalui rute ini potensial berbahaya karena tidak dapat mundur ketika obat sudah diberikan
• Larutan obat yang mengiritasi dapat diberikan melalui rute ini karena terjadi pengenceran secara cepat oleh darah dan cairan intravena
dapat diberikan sebagai pengencer
• Pada pemberian dengan vol.10 mL atau lebih, sekali suntik harus bebas pirogen. Contoh : Injeksi Ampicilin 500 mg, 1 gram; Infus Sodium
Chloride 0,9% 25 mL, 50 mL, 100 mL
LANJUTAN…
• Area injeksi: pembuluh vena, rute ini untuk cairan, elektrolit, dan pergantian nutrisi; untuk
pengobatan yang butuh cepat masuk ke sistem sirkulasi; untuk obat yang dapat
mengiritasi, dan untuk obat untuk mengatur jumlah darah.
• Volume: dibatasi 3 L per hari untuk dewasa dan kurang untuk anak-anak. Penyakit tertentu
dapat membatasi jumlah carian yang masuk. Laju pemberian juga dibatasi oleh ukuran
pembuluh vena.
• Ukuran alat suntik: 1-60 mL; Ukuran jarum suntik: 20-22 gauge, panjang ½ - 1 ½ inci
• Pemberian iv dibagi menjadi 3 : kontinu, intermittent, iv bolus
LANJUTAN…
• Kontinu: obat diberikan dalam bentuk larutan dalam jumlah besar, diberikan secara perlahan
dan kontinu pada sebuah pembuluh vena.
• (+) keuntungan: cairan/obat dapat diberikan simultan, konsentasi obat konstan dalam darah,
minimalisasi iritasi vena dan trauma karena terlarut pada sediaan larutan steril, infus kontinu
biasanya lebih murah daripada intermittent atau bolus karena perawatan, waktu pemasangan
dan pemakaian menjadi lebih sedikit (efisien)
• (-) kekurangan: perlu pengawasan/monitoring karena berjalan pemberian berlangsung secara
kontinu, jika iv terjadi infiltrasi maka tidak bisa digunakan lagi, tidak dapat diberikan pada pasien
yang dibatasi jumlah cairan yang masuk ke tubuhnya, tidak cocok untuk obat yang tidak stabil
karena waktu penggunaannya lama.
LANJUTAN…
• Intermittent: obat diberikan dalam jumlah sedang (25-100 mL) dan diberikan dalam waktu
tertentu (15-60 menit), dengan interval, misal tiap 6 jam.
• (+) : membutuhkan lebih sedikit monitoring, dosis komplit didapatkan dari jumlah cairan
sedang dan lebih dari sedang (risiko toksisitas lebih rendah), lebih stabil daripada bolus.
• (-) : cairan dan elektrolit tidak bisa diberikan, kadar obat di darah kurang konstan
dibandingkan kontinu, metode ini tidak sesuai untuk pemberian langsung ke jaringan atau
organ tertentu, tidak praktis dalam kondisi gawat darurat.
LANJUTAN…
• IV bolus: larutan obat ditempatkan dalam sebuah alat suntik dan diberikan dalm waktu singkat (menit)
secara langsung ke pembuluh vena atau tube iv. Bolus dapat diberikan sekali atau dapat diulang dengan
interval.
• (+): cocok untuk keperluan gawat darurat, tidak butuh monitoring, lebih murah daripada intermittent
karena tidak ada ekstra tubing atau bag.
• (-): banyak obat yang menimbulkan iritasi dalam konsentrasi tinggi, obat-obat cenderung tidak stabil
dalam larutan terkonsentrasi seperti bolus (konsentrasinya tinggi cenderung mengendap/mengkristal),
toksistas obat menjadi masalah utama karena sejumlah obat dalam jumlah besar diberikan dalam waktu
singkat, kadar obat dalam darah kurang konstan dibandingkan kontinu atau intermitten, ketika dosis
diulang memerlukan lebih banyak orang yang dibutuhkan untuk mengawasi pasien sekurang-kurangnya
dalam waktu 2-10 menit setelah diberikan bolus.
RUTE INTRARTERI
Otot jantung, pembuluh nadi koroner dapat rusak akibat pemberian obat
secara intrakardiak.
INTRASISTERNAL
Rute ini cukup berbahaya, dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan syaraf atau
kematian.
INTRADERMA/INTRAKUTAN
Injeksi yang dilakukan langsung ke dalam atau sekitar luka, yang biasanya terdapat pada kulit.
Diberikan jika diinginkan efek lokal yang kuat : tetanus, antisera rabies.
Intraokular
Untuk infeksi atau penyakit berbahaya yang berkaitan dengan rongga selaput dada.
- Untuk pengobatan infeksi atau penyakit kanker yang melibatkan membran atau
cairan serebrospinal sekeliling sistem syaraf pusat. Misal pada pengobatan
meningitis jamur dengan amfoterisin B atau pengobatan sel-sel leukemia yang
masuk dengan metotreksat.
• Setelah injeksi iv, obat yang masuk ke dalam paru-paru akan terdistribusi
ke seluruh volume distribusinya.
• Setelah injeksi im dan sk, obat yang diabsorpsi juga akan didistribusikan
oleh paru-paru, namun ada waktu tunda antara saat injeksi dengan
munculnya obat dalam darah.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI OBAT
YANG DISUNTIKAN SECARA SK DAN IM:
1. Kelarutan Obat
Kelarutan obat dalam pembawa dan kelarutan obat dalam cairan
tubuh.
Obat bentuk larutan : faktor kelarutan dalam pembawa tidak ada.
Suspensi : kecepatan pelarutan obat dalam pembawa dan kelarutan
obat dalam cairan jaringan tempat penyuntikan akan menentukan
kecepatan absorpsi obat.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI OBAT
YANG DISUNTIKAN SECARA SK DAN IM
Makin rendah kelarutan obat dalam lemak, makin rendah koefisien partisi,
dan makin lambat absorpsi obat ke dalam sistem sirkulasi terjadi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI OBAT
YANG DISUNTIKAN SECARA SK DAN IM
3. Kecepatan aliran darah pada tempat penyuntikkan
- Makin cepat aliran darah kapiler ke dan dari tempat
penyuntikan, makin tinggi kecepatan absorpsi obat akan terjadi.
4. Penguraian obat pada tempat penyuntikan
- Distribusi obat akan terhambat jika terjadi penguraian atau
metabolisme obat pada tempat penyuntikan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRIBUSI OBAT
YANG DISUNTIKAN SECARA SK DAN IM
5. Ukuran Partikel Obat
Ukuran partikel obat dalam sediaan suspensi akan mempengaruhi
kecepatan obat dalam sediaannya. Makin besar ukuran partikel, makin
lambat pelarutan terjadi.
6. Bahan Pembantu
- Dapat mempengaruhi distribusi obat dari tempat penyuntikan.
- Kekentalan yang tinggi dapat menghambat distribusi dan transport obat
dari tempat penyuntikan ke dalam sirkulasi sistemik
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN BERKAITAN
DENGAN PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
1. Bahaya atau komplikasi umum
Sepsis, Trombosis (intravena, intra- arterial), flebitis (iv),
pendarahan (tergantung kondisi pasien), reaksi terhadap bahan
asing yang tidak terlarut (terutama iv atau intra arterial),
ketidaktercampuran, reaksi karena pH dan tonisitas ekstrim,
reaksi hipersensitivitas, over dosis, emboli udara ( iv dan
intraarterial), demam dan keracunan.
MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN BERKAITAN
DENGAN PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral atau obat yang dirusak oleh
sekresi saluran cerna
Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (sakit jiwa, tidak sadar, atau
muntah)
KEUNTUNGAN PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol obat, karena pasien harus
kembali melakukan pengobatan.
Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada kedokteran gigi/anastesiologi
Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi gangguan serius cairan dan
keseimbangan elektrolit
Untuk kasus dimana perpanjangan kerja obat diperlukan, tersedia pula bentuk sediaan parenteral yang
bekerja diperlama
KERUGIAN PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Secara farmasetik produksi sediaan parenteral lebih sulit dan mahal karena harus memenuhi persyaratan yang
ketat seperti bebas mikroba, partikulat, pirogenitas, serta membutuhkan peralatan dan fasilitas khusus
Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan membutuhkan waktu
pemberian yang lebih lama
Rasa nyeri pada saat disuntik, apalagi kalua harus diberikan berulang kali
Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk menghilangkan/merubah efek
fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi sistemik terutama sesudah pemberian
intravena
Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti septisema, infeksi jamur,
inkompatibilias karena pencampuran sediaan parenteral dan interaksi obat
Rute dan Deskripsi Keuntungan Kerugian Keterangan
Subkutan (sc) Relatif dapat mengurangi nyeri Hanya dapat diberikan dalam jumlah kecil (1 Banyak obat yang menimbulkan
Menggunakan jarum berukuran kecil mL) iritasi pada jaringan subkutan, dan
Insulin dan heparin, alternatif/bisa Absorpsi obat cenderung lambat dapat menimbulkan nyeri nekrosis
digunakan untuk banyak injeksi yang Hanya beberapa obat yang dapat diberikan dan abses (kematian jaringan).
diberikan dalam 1 hari secara sc (terbatas)
Intramuskular (im) Banyak obat yang bisa diberikan Hanya sedikit jumlah obat yang bisa diberikan Perlu perhatian khusus dalam
melalui rute ini (sekitar 3 mL) memberikan im/seleksi daerah
Absorpsi cepat karena banyaknya Risiko merusak pembuluh darah dan/atau saraf injeksi
jumlah pembuluh darah di otot jika salah menempatkan posisi jarum
Intravena (iv) Alternatif rute oral (pasien tidak dapat Perlu waktu dalam memberikannya dan Perawat harus menggunakan
menelan tablet atau larutan) kemampuan khusus untuk memberikan iv sarung tangan lateks steril
Langsung ke pembuluh darah/tidak Sekali diinjesikan, obat tidak dapat untuk memberikan infus iv
melalui hati terlebih dahulu dikembalikan/dikeluarkan dari tubuh sehingga untuk mecegah infeksi patogen
Reaksi/efek obat cepat memungkinkan terjadi reaksi samping dan ke darah.
Jumlah yang diberikan lebih banyak overdosis Phlebitis dan thrombosis
dari rute im dan sc Potensi tinggi terjadinya reaksi/efek dan merupakan hasil dari kerusakan
Bisa diberikan secara lambat bila komplikasi akibat terapi iv (seperti pendarahan, sel endotel sebagai pertahan
diindikasikan infeksi, kelebihan cairan, ekstravasasi) utama (intima) vena dan
Phlebitis dapat terjadi dan meningkatkan risiko disebabkan venipunctures,
thrombosis kateter iv, cairan iv hipertonik,
Phelebitis dan menyebakan nyeri, butuh atau obat yang menyebabkan
berhari-hari atau berminggu-mingu untuk iritasi
sembuh, dan vena menjadi terbatas pada terapi
iv berikutnya
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA