Sediaan Steril
Amelia Febriani, M.Si., Apt
ISTN
1. Pendahuluan (Sejarah Obat Suntik, Penggolongan Obat Suntik
2. Bahan Pembantu Obat Suntik/Preformulasi
3. Prinsip dan Perhitungan Isotonis
4. Pirogen
5. Metode Sterilisasi
6. Sterilisasi Bioburden
MATERI 7. CPOB Produk Steril
8. Evaluasi Obat Suntik
9.OTM & Salep mata
10.OTT
11.OTH
12. Infus &Pencampuran Intravena
Steril
• Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari
mikroba hidup, baik yang patogen maupun apatogen / non
patogen baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk
berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam
keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi
Pengert
melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat)
Sediaan Steril
Stanislaus Limausin
Th. 1890-an Abad ke-20
Thn. 1886
• membuktikan bahwa sumber rekasi • menggagas injeksi glukosa secara • Monografi resmi pertama dari larutan
piretik berasal dari air yang digunakan intravena injeksi tampil dalam monografi National
untuk pembuatan larutan, Karena air tidak • Sesudah ditemukan air bebas pirogen baru Formulary V (NF V) Amerika dengan
di destilasi dan disimpan secara biak serta digunakan secara luas untuk pembuatan judul “ampuls” (tahun 196)
engandung pirogen yang merupakan hasil larutan isotonis dan sebagai sumber kalori • Monografi pertama “ Injectiones “ dlm
metabolism mikroorganisme USP XII (tahun 1942)
• Zat ini yang merupakan penyebab reaksi
demam pada pasien yang menerima
injeksi secara parenteral.
Sediaan ini dapat didefinisikan sebagai produk kering, melarut atau tidak
melarut (bentuk suspensi), untuk dikombinasikan dengan suatu pelarut atau
pembawa sebelum digunakan.
Biasanya tersedia di dalam vial, contohnya injeksi penisilin, ampicillin,
amoksisilin, streptomisin, dan lain sebagainya.
PERKEMBANGAN KEMASAN SEDIAAN
PARENTERAL
Dalam perkembangan terapi parenteral, terjadi perubahan
dalam 2 hal. Yaitu pada kemasan sediaan parenteral dan cara
pemberian sediaan parenteral
Perubahan kemasan yang terjadi yaitu penggunaan penutup
karet pada vial gelas. Karena penutup karet dapat ditembus
oleh jarum secara berulang, sesudah itu dapat menutup
kembali. Maka berkembanglah penutup karet untuk vial
Untuk beberapa obat dengan dosis tetap, berkembang tipe
kemasan cartridge yang terdiri dari tabung gelas yang
mengandung sediaan steril dan kedua ujungnya ditutup dengan
penutup karet.
Pengembangan rute pemberian
6. Rute Lain
1. Rute Transdermal (ID)
Pada pemberian secara intradermal, atau dapat pula intrakutan, obat disuntukkan pada
lapisan superfisial kulit
Melalui rute ini, volume larutan yang disuntikkan biasanya dalam jumlah kecil, hanya
0,1 mL untuk sekali pakai. Biasanya cara ini dicadangkan untuk pengujian diagnostika
dan dalam jumlah terbatas untuk vaksin
Absorpsi melalui rute ini lambat, menyebabkan hasil kerja onset obat pun lambat.
2. Rute Subkutan (Sc)
Injeksi volume kecil dilakukan pada jaringan longgar di bawah kulit, biasanya pada
permukaan terluar dari lengan datau paha.
Respons obat yang diberikan dengan cara ini lebih cepat daripada respons obat
yang diberikan secara intradermal.
3. Rute iNTRAMUSKULAR (IM)
Larutan bervolume besar atau kecil dapat diberikan ke dalam vena untuk
mendapatkan efek lebih cepat
Hasilnya dapat diperkirakan, tetapi pemberian melalui rute ini potensial berbahaya
Karena tidak dapat mundur begitu obat sudah diberikan
Larutan obat yang mengiritasi dapat diberikan menurut rute ini Karena terjadi
pengenceran secara cepat oleh darah dan cairan intravena dapat diberikan sebagai
pengencer
Metode pemberian ini tidak terbatas pada vol dan jumlah serta lokasi,
menyebabkan cara ini mudah dilakukan.
5. Rute iNTRAarteri
1. Respon fisiologi segera dapat dicapai jika diperlukan, seperti cardiact arrest, asma, dan syok
2. Diperlukan untuk obat yang tidak efektif secara oral atau akan dirusakn oleh sekresi saluran cerna, seperti insulin, hormone
lain, dan antibiotika
3. Pengobatan untuk pasien yang tidak kooperatif atau tidak sadarkan diri
4. Jika dibutuhkan, terapi parenteral memberikan wewenang kepada dokter untuk mengontrol obat Karena pasien harus
kembali menjalankan pengobatan
5. Dapat memberikan efek local jika diperlukan, seperti pada dokter gigi dan anastesiologi
6. Jika perpanjangan kerja obat diperlukan, tersedian bentuk secara intraarticular yang bekerja diperlama, sperti steroid yang
disuntikkan secara intrartikular, dan penisilin yang diberikan dengan cara injeksi intramuscular dalam.
7. Cara untu melakukan koreksi gangguan serius kesetimbnagan cairan dan elektrolit dalam tubuh
8. Jika makanan tidak dpt diberikan ke dalam lambung, baik melalui mulut maupun tabung, maka pemberian nutrisi secara
total dapat diberikan menurut cara parenteral
Kerugian pemberian
1. Sediaan obat
harus diberikan olehsecara parenteral
personal terlatih (dokter,
mantri, perawat, bidan
2. Membutuhkan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan
pemberian obat menurut rute lain
3. Pemberian obat secara parenteral secara ketat mengikuti
ketentuan/prosedur aseptic, dan kadang – kadang rasa nyeri
yang timbul pada pemberian obat secara parenteral tidak
dapat dihindarkan
Setiap kontener wadah tunggal mengandung suatu volume injeksi berlebih. Kelebihan volume dinyatakan secara spesifik pada table
berikut sehingga memungkinkan untuk mengeluarkan sejumlah volume sesuai dengan label.
Volume yang dianjurkan
Volume tertera dalam
penandaan Untuk cairan encer Untuk cairan kental
Vol. rata-rata ditentukan dari 10 kontener takaran tunggal, tidak boleh menyimpang lebih dari 5% dari persyaratan yang diuraikan di
atas dan tidak boleh lebih dari satu kontener dosis tunggal yang menyimpang lebih dari dari 10% dari persyaratan yang dinyatakan
Untuk dapat mengeluarkan volume dalam dosis tertentu dari kontener dengan dosis multiple (ganda), maka kontener haruslah
mengandung jumlah volume berlebih sehingga memungkinkan untuk mengeluarkan volume sesuai dengan dosis yang telah ditentukan
Pengawet yang digunakan dalam formulasi injeksi
Injeksi adalah larutan steril dan bebas pirogen, biasanya berbetuk larutan atau suspense yang akan diberikan secara
parenteral. Larutan atau suspense obat untuk injeksi pada umumnya dibuat menurut cara umum yang sama dengan
sediaan cair atau suspense oral, hanya ada beberapa perbedaan yaitu:
1. Pelarut/[embawa harus memenuhi persyaratan kemurnian khusus dan standar lainnya, sehingga terjamin
keamanan pada saat disuntikkan
2. Penggunaan bahan tambahan, seperti dapar, penstabil, dan pengawet antimikroba harus memenuhi persyaratan
3. Penggunaan warna yang dilarang
4. Produk parenteral sll disterilkan dan memenuhi standart sterilitas, dan harus bebas pirogen
5. Bebas dari partikel partikulat
6. Harus dibuat dengan lingkungan terkendali dengan standar sanitasi yang ketat
7. Produk dikemas dalam kontener berpenutup kedap
8. Setiap kemasan injeksi diisi dengan vol yang sedikit berlebih dari label
Metode manufaktur (lanjutan)
Demam dan toksisitas, baik secara • Reaksi sekunder thd reaksi alergi atau reaksi toksik
local maupun sistemik
• Dapat terjadi segera atau tertunda seterlah beberapa waktu
Hipersensitivitas
Seperti halnya bentuk sediaan farmasi lain, untuk produk steril perlu adanya jaminan sterilitas (sterility assurance) yang merupakan
bagian dari jaminan mutu (quality assurance)