Modul Praktikum
FISIKA DASAR
Penyusun:
Dion Notario, M. Sc., Apt.
1
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Halaman Pengesahan
Penyusun:
Dion Notario, M. Sc., Apt.
2
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, sehingga atas berkat dan karunia-
Nya, buku Panduan Praktikum Fisika Dasar dapat selesai disusun. disusun dengan
tujuan untuk mengarahkan mahasiswa program studi Farmasi kepada proses Praktikum
Fisika Dasar yang dapat mencakup beberapa aspek penting dari topik matakuliah Fisika
Dasar. Panduan praktikum ini bukan merupakan sumber yang dapat dijadikan acuan
dalam penulisan pustaka ilmiah.Semoga panduan ini dapat mempermudah proses
belajar mengajar mahasiswa dan menambah pemahaman yang benar terhadap mata
kuliah Fisika Dasar. Meskipun demikian, penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan buku panduan praktikum ini, masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk membantu
perbaikan buku panduan praktikum ini di kemudian hari.
Malang,Juni 2015
Penyusun
3
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
DAFTAR ISI
4
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
C. Perlengkapan Praktikum
1. Semua praktikan diwajibkan memakai jas laboratorium, masker, dan glove
karet(standar laboratorium) untuk melindungi keselamatan diri sendiri.
2. Tidak diperkenankan membuang sampah atau bahan pada bak pencuci, buanglah
sampah tersebut pada tempat yang telah disediakan.
3. Jika ada bahan yang tumpah, harus cepat dibersihkan dengan air. Jika terjadi
kecelakaan segera melaporkan kepada dosen atau asisten yang bertugas.
4. Ruang laboratorium dalam keadaan bersih setelah selesai digunakan dan menjadi
tanggung jawab praktikan yang menggunakan sebelumnya.
5. Selama praktikum, semua praktikan tidak diperbolehkan makan atau minum dalam
ruangan laboratorium dan tidak diperkenankan memakai sandal.
6. Berbicaralah seperlunya selama praktikum dan tidak diperkenankan mengganggu
ketenangan pekerjaan orang lain.
5
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
7. Semua bahan atau alat yang berhubungan dengan darah atau jarum merupakan
sampah infeksius dan perlu mendapat penanganan khusus oleh petugas
laboratorium. Sampah infeksius tidak dapat dibuang pada tempat sampah umum
yang tersedia di laboratorium.
E. Lain-lain
1. Praktikan wajib mengikuti semua kegiatan praktikum.
6
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
2. Praktikan yang tidak masuk karena sakit atau ada musibah/halangan harus
memberi surat keterangan dari orang tua/wali atau surat keterangan dokter.
3. Setiap praktikum yang telah 2x berturut-turut tidak masuk praktikum, kegiatannya
dihentikan dan harus mengulang lagi bersama-sama rombongan baru.
4. Hal-hal lain yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditentukan kemudian.
Penyusun
7
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
UNIT I
PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar
2. Mahasiswa mampu mengukur ketidakpastian hasil pengukuran.
3. Mahasiswa mampu memahami pengertian angka berarti.
4. Mahasiswa mampu menuliskan hasil percobaan dengan angka berarti dan
ketidakpastian.
B. Dasar Teori
Semua hasil pengukuran mengandung ketidakpastian yang disebabkan oleh nilai
skala terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks,
fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta
keterampilan pengamat. Oleh karena itu, nilai sebenarnya tidak mungkin dicapai
melalui pengukuran. Di dalam modul praktikum ini, akan dijelaskan bagaimana
memperkecil kesalahan pengukuran serta melaporkan ketidakpastian yang
menyertainya.
Nilai skala terkecil (NST) atau sering disebut ketelitian adalah nilai skala yang tidak
dapat dibagi lagi di dalam suatu alat ukur. Sebagai contoh, penggaris di bawah ini
memiliki NST sebesar 1 mm atau 0,1 cm.
Pada Gambar 2 (skala utama di bawah, skala nonius di atas), maka pembacaan di
skala utama adalah 6,7 (sebelum angka nol pada skala nonius), sedangkan pada skala
nonius pembacaan hasil pengukurannya adalah 0,07 (skala yang berhimpit dengan
skala utama). Oleh karena itu, hasil pembacaannya adalah 6,7 + 0,07 =6,77.
Ketidakpastian
Ketidakpastian dibagi menjadi dua yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif. Baik
ketidakpastian mutlak dan relatif dapat digunakan untuk pengukuran tunggal dan
berulang.
Ketidakpastian mutlak
Ketidakpastiaan mutlak adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh alat ukur itu
sendiri. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan setengah
dari NST. Maka untuk suatu besaran x ketidakpastian mutlak pengukuran(∆x) tunggal
adalah:
1
∆𝑥 = 2 𝑁𝑆𝑇(1)
9
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Dimana :
∑𝑛
𝑥=1 𝑥𝑖
𝑥̅ = (4)
𝑛
∑𝑛
𝑥=𝑖(𝑥𝑖−𝑥̅ )
𝜎=√ (5)
𝑛−1
Ketidakpastian relatif
Ketidakpastian relatif (∆xrel) adalah rasio antara ketidakpastian mutlak terhadap hasil
pengukuran.
∆𝑥
∆𝑥𝑟𝑒𝑙 = (6)
𝑥
Hasil akhir dilaporkan sebagai :𝑥 ± ∆𝑥 × 100% (7)
Persamaan (6) dan (7) diaplikasikan untuk pengukuran tunggal, sedangkan untuk
pengukuran berulang, nilai ketidakpastian pada persamaan (6) diganti dengan standar
deviasi (σ).
Perambatan Ketidakpastian
Ketidakpastian pasti menyertai suatu variabel yang merupakan fungsi dari variabel lain
yang mengandung ketidakpastian. Hal inilah yang disebut dengan perambatan
ketidakpastian. Sebagai contoh ketika hasil pengukuran pertama adalah a ± ∆xa dan
pengukuran kedua adalah b ± ∆Xb. Apabila dilakukan operasi matematik untuk kedua
hasil pengukuran tersebut, diperoleh variabel baru dengan ketidakpastian yang baru
pula seperti dituliskan pada (Tabel 1)
D. Metodologi
1. Praktikan akan diberi beberapa alat ukur yaitu mistar, mikrometer sekrup, dan
jangka sorong.
2. Dilakukan pengukuran ketebalan atau panjang bahan-bahan yang telah
ditentukan yaitu bola dan gelas ukur masing-masing tiga kali.
3. Data hasil pengukuran dicatat.
4. Dilakukan perhitungan volume bola dan gelas ukur serta ketidakpastiannya.
5. Dilakukan perhitungan luas permukaan bola dan gelas ukur serta
ketidakpasiannya.
6. Gunakan ketidakpastian tunggal apabila ketiga hasil pengukuran sama atau
ketidakpastian berulang apabila ketiga hasil pengukuran berbeda.
7. Dilakukan pelaporan hasil akhir.
D. Laporan Sementara
Pengukuran Menggunakan Mistar
Nama Benda Panjang (cm) Panjang (mm)
Gelas Ukur 1)
2)
3)
11
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Perhitungan Volume
Jika hasil pengukuran 1, 2, dan 3 sama:
12
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Nama Volume
Benda Pengukuran ke Rata-Rata Standar Deviasi Standar
3
– (mm ) 3
(mm ) (mm3) Deviasi
Relatif (%)
Gelas ukur 1)
2)
3)
Bola 1 1)
2)
3)
Bola 2 1)
2)
3)
Bola 3 1)
2)
3)
13
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
UNIT II
GRAFIK
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu membuat dan menginterpretasikan grafik dari data-
dataeksperimental.
B.Pengantar
Dalam menganalisis data-data eksperimental, seringkali diperlukan tampilan data
dalam bentuk grafik. Grafik akan memberikan gambaran tentang fungsi data
terhadap besaran-besaran Iain yang mempengaruhinya. Sebagai contoh, seorang
fisikawan ingin menguji kebenaran Hukum Hooke yang menyatakan bahwa
perubahan bentuk yang dialami Oleh benda elastis berbanding langsung dengan
gaya yang dikenakan pada benda itu, yang secara matematis dapat dituliskan
sebagai 𝐹 = 𝑘 × ∆𝑥atau 𝑚 × 𝑔 = 𝑘 × ∆𝑥 jika gaya yang dikenakan pada benda
elastis tersebut adalah gaya berat. Oleh karena itu dilakukan percobaan dengan
suatu pegas yang diberi beban yang bervariasi (m) dan diukur perubahan panjang
pegas tersebut (s), sehingga hasil percobaan diharapkan akan mengikuti persamaan:
𝑚 = 𝑘 ∶ 𝑔 × 𝑠 yang merupakan persamaan garis lurus (𝑦 = 𝑚𝑥).
Dengan melakukan sebuah eksperimen sederhana, diperoleh data sebagai berikut:
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
m (gram)
s (cm) 1 ,2 2,3 3,5 4,5 5,7 6,6 7,3 8,1 8,8 9,5 10,2 10,7
Dengan membaca data tersebut tidak banyak orang mampu mengambil kesimpulan
dari hasil percobaan ini, tetapi apabila hasil percobaan dituliskan dalam bentuk grafik
orang dapat langsung mengambil kesimpulan bahwa Hukum Hooke hanya berlaku
untuk harga m yang kecil (<30 g). Pada saat nilai m terlalu besar, hubungan antara m
dan s sudah tidak linear lagi yang berarti bahwa Hukum Hooke tidak berlaku
lagi(lihat Gambar 3).
14
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Untuk membuat grafik yang baik dan mudah diinterpretasikan ada beberapa
langkah yang harus diikuti yaitu:
1. Tentukan besaran mana yang hendak dipasang pada sumbu vertikal (y) atau
horizontal (x). Besaran-besaran yang merupakan variabel tergantung (atau
akibat) dipasang pada sumbu y sedangkan besaran-besaran yang merupakan
variabel bebas (atau sebab) dipasang pada sumbu x.
2. Pilihlah skala yang sederhana untuk menghindari kesalahan, misalnya 1 cm
mewakili 1 unit (atau 10, 100, dst), apabila pilihan ini mengakibatkan gambar
grafik menjadi terlalu besar atau terlalu kecil maka gunakanlah 1 cm untuk
mewakili 2 atau 5 unit (atau 10 pangkatnya).
3. Jangan menggambarkan titikt-titik data terlalu dekat. Pilihlah skala sedemikian
rupa sehingga titik-titik dapat memenuhi kertas grafik secara layak.
4. Grafik yang paling mudah untuk diinterpretasikan adalah garis lurus (𝑦 = 𝑚𝑥).
Apabila hubungan antara variabel-variabel yang diamati tidak linear, maka
1
sebaiknya dilakukan transformasi data yang sesuai misal logaritma, 𝑥, atau
1
(lihat contoh pada Gambar 4).
𝑦
15
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
5. Tarik garis grafik secara halus dan merata yang melewati daerah titik-titik
pengamatan. Jangan melukis garis patah-patah yang menghubungkan dua titik
pengamatan yang berurutan (lihat Gambar 5).
16
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
C. Tugas
Bacalah dengan teliti contoh-contoh eksperimen yang diberikan, kemudian
buat grafiknya sebaik mungkin dengan kertas grafik. Tugas akan diberikan
pada saat acara praktikum.
17
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
UNIT III
PENGUKURAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN AYUNAN
MATEMATIS
A. Tujuan Praktikum
Menentukan percepatan gravitasi bumi di Laboratorium Fisika Universitas Ma Chung
dengan metode ayunan matematis.
B.Dasar Teori
Semua benda di bumi pasti mengalami suatu gaya yang diakibatkan Oleh
percepatan gravitasi bumi yang dinamakan dengan gaya berat (W). Besarnya gaya
berat tergantung pada massa benda (m) dan percepatan gravitasi (g) di mana benda
itu berada. Hubungan W, m, dan g secara matematis dituliskan dalam persamaan
(9).
𝑊 =𝑚×𝑔 (9)
Untuk menentukan nilai percepatan gravitasi, dapat digunakan percobaan ayunan
matematis (Gambar 6). Ketika ayunan tersebut dibentangkan dengan sudutθ dan
kemudian dilepaskan, maka bandul dengan massa m akan berosilasi di sekitar titik
setimbangnya (o). Jika sudut simpangan kecil sehingga sin θ≈θ dan gaya gesekan
dengan udara diabaikan, maka osilasi ayunan bersifat sebagai getaran selaras
sederhana (GSS). Sehingga dipenuhi persamaan:
𝑑2 𝜃
+ 𝜔0 𝜃 = 0 (10)
𝑑𝑡 2
Di mana
4𝜋 2 𝑔
𝜔0 2 = = 𝑙 (11)
𝑇2
18
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Pada persamaan (10) 𝑑𝑡 adalah selang waktu dan sebagai frekuensi sudut, sedangkan
pada persamaan (11), 𝑇 adalah periode ayunan matematis yang termasuk GSS. Dari
persamaan (10) diperoleh hubungan antara periode osilasi 𝑇dengan panjang tali 𝑙 yaitu:
𝑙
𝑇 = 2𝜋√𝑔 (12)
Berdasarkan persamaan (12), nilai percepatan gravitasi dapat ditentukan berdasarkan
pengukuran 𝑇 pada setiap nilai 𝑙 dengan beberapa persyaratan yaitu: θ harus kecil
(kurang dari 100 ), 𝑚 tidak terpuntir, massa tali jauh lebih kecil daripada bandul 𝑚 (dapat
diabaikan), dan udara di ruangan tenang sehingga gesekan dengan udara minimal. 𝑇
diukur dengan teliti dengan cara mengukur periode 20 kali ayunan dan pengukuran 𝑇
dimulai dan diakhiri di titik setimbangnya (o), serta 𝑙 dipilih cukup panjang. Selanjutnya,
𝑙 juga diukur dengan teliti. Dengan mengkuadratkan kedua ruas pada persamaan (12),
akan diperoleh persamaan baru yang merupakan persamaan garis lurus yaitu:
𝑙
𝑇 2 = 4𝜋 2 𝑔 (13)
2
4𝜋 2
𝑇 = × 𝑙 ≡ 𝑦 = 𝑚𝑥
𝑔
Dengan membuat plot 𝑇 2 (sumbu y) vs 𝑙 (sumbu x) maka slope/gradient (𝑚) dari kurva
dapat dihitung. Nilai slope ini dapat digunakan untuk menghitung 𝑔 dengan persamaan
sebagai berikut:
2
4𝜋 2
𝑇 =
𝑔
4𝜋 2
𝑔 = 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 (14)
1. Statif
2. Tali
3. Mistar
4. Stopwtach
5. Bandul
6. Busur derajat
D. Metodologi
19
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
3. Lepaskan bandul dan tentukan waktu yang diperlukan untuk menempuh 20 kali
ayunan (𝑡). (catatan: waktu diukur dengan stopwatch dimulai dan diakhiri ketika
𝑚 berada pada titik setimbangnya yaitu titik o, Gambar 6).
4. Langkah 1-3 diulangi dengan menurunkan panjang tali (𝑙) 5 cm yaitu: 50, 45, 40,
35,30, 25, 20, 15, 10, 5 cm.
5. Data pengamatan dicatat kemudian dihitung nilai periode osilasi (𝑇).
6. Nilai 𝑇 2 dihitung kemudian dibuat grafik hubungan antara 𝑇 2 vs (𝑙).
7. Percobaan 1-7 diulangi dua kali sehingga diperoleh tiga buah grafik hubungan
antara 𝑇 2 vs (𝑙).
8. Nilai percepatan gravitasi (𝑔) pada masing-masing seri percobaan dihitung
sesuai persamaan (14).
9. Hitunglah nilai rata-rata percepatan gravitasi bumi dan ketidakpastiannya.
D. Laporan Sementara
Panjang Waktu (t, 𝑠) Periode (T, 𝑠)* 𝑇 2 (s2)
(𝑙, 𝑐𝑚)
50
2. 45
3. 40
4. 35
5. 30
6. 25
7. 20
8. 15
9. 10
10. 5
𝑡
*𝑇 = 20
20
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Hasil akhir
21
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
UNIT IV
PENGUKURAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN AYUNAN
MATEMATIS
A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan massa jenis zat cair dengan pipa U
2. Mempelajari hubungan antara massa jenis zat cair dan temperatur
B.Dasar Teori
Tekanan yang diberikan kepada sebuah fluida pada suatu sistem disebarkan secara
merata ke seluruh bagian fluida dan dinding wadah, tidak peduli bagaimana bentuk
wadah yang menampung fluida tersebut (Gambar 1). Fakta ini diperkenalkan oleh
seorang fisikawan Prancis Blaise Pascal (1623-1662) pada tahun 1653 sehingga disebut
juga dengan Hukum Pascal.
Hukum Pascal ini dapat digunakan untuk merancang percobaan penentuan massa
jenis zat cair. Prinsipnya, apabila dua jenis cairan yang tidak saling campur dimasukkan
22
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
ke dalam pipa U, maka keduanya akan membentuk dua kolom fluida dengan tinggi
yang berbeda (Gambar 8).
Meskipun tinggi kedua kolom zat cair tersebut berbeda, namun pada kedalaman yang
sama (titik A dan B pada Gambar 8) keduanya memiliki tekanan hidrostatis yang sama.
Menurut Hukum Pascal, hubungan antara tekanan yang bekerja pada dua zat cair pada
kolom 1 dan
2 (Gambar 8) dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑃1= 𝑃2
𝑃0 + 𝜌1 𝑔 ℎ1 = 𝑃0 + 𝜌2 𝑔 ℎ2
𝜌1 ℎ1 = 𝜌2 ℎ2
𝜌1 ℎ1
𝜌2 = (15)
ℎ2
Di mana PI = massa jenis zat cair pada kolom pertama (g/cm3 ); = massa jenis zat cair
pada kolom kedua (g/cm3 ).
Apabila zat cair pada kolom pertama sudah diketahui massa jenisnya (misal air
murni), maka massa jenis zat cair pada kolom kedua (misal minyak) dapat dihitung
menggunakan persamaan (15).
23
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Bahan:
1. Air
2. Minyak
3. Es batu
D. Cara Kerja
1 Praktikan dibagi menjadi empat kelompok yaitu A, B, C, dan D
2 Masing-masing kelompok melakukan percobaan penentuan massa jenis
minyak dengan pada temperatur yang berbeda yaitu 25, 30, 35, dan 400 C
secara berurutan.
3 Aturlah kedudukan pipa U sedemikian rupa sehingga letaknya sejajar (Gambar
8).
4 Masukkan air melewati salah satu kolom pipa U.
5 Masukkan zat cair yang akan diuji ke dalam pipa U melalui kolom yang lain
(jangan sampai pipa U penuh).
6 Tentukanlah batas permukaan zat cair kemudian ukurlah tinggi ℎ1 danℎ2 .
7 Ulangi langkah 3-6 sebanyak 2 kali sehingga diperoleh variasi data tinggi
permukaan minyak.
8 Buatlah grafik antara massa jenis minyak (𝑦) vs suhu (𝑥).
E. Laporan Sementara
Ketinggian Ketinggian
𝜌𝑎𝑖𝑟 air (ℎ1 , minyak(ℎ2 ,cm)
Suhu 𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 Rerata* SD**
No. (g/cm3) cm)
(oC)
1. 1) 1) 1)
2. 25 0,99704 2) 2) 2)
3. 3) 3) 3)
4. 1) 1) 1)
5. 30 0,99565 2) 2) 2)
6. 3) 3) 3)
7. 1) 1) 1)
8. 35 0,99403 2) 2) 2)
9. 3) 3) 3)
10. 1) 1) 1)
11. 40 0,99222 2) 2) 2)
12. 3) 3) 3)
*Rata-rata 𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (g/ cm ); standar deviasi𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (g/cm 3 )
3
24
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
UNIT V
PENGUKURAN VISKOSITAS ZAT CAIR DENGAN HUKUM STOKES
A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan harga viskositas zat cair dengan metode stokes.
2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas.
B.Dasar Teori
Apabila sebuah bola dijatuhkan ke dalam suatu tabung yang berisi cairan (Gambar 9),
ada dua buah gaya yang bekerja pada benda tersebut yaitu gaya gravitasi (W) dan gaya
apung yang dikombinasikan dengan gaya gesek antara bola dengan cairan (F).
Pada keadaan setimbang, nilai 𝐹dan 𝑊 adalah sama. Jika viskositas cairan, jari-jari bola,
percepatan gravitasi bumi, kecepatan relatif bola terhadap cairan, massa jenis bola, dan
massa jenis cairan berturut-turut adalah ɳ, 𝑟, 𝑔, 𝑣, 𝜌𝑏 ,𝜌𝑐 , maka hubungan variabel-variabel
tersebut dapat dituliskan sesuai dengan hukum Stokes sebagai berikut:
𝐹=𝑊
4
6𝜋ɳ𝑟𝑣 = (𝜌𝑏 − 𝜌𝑐 )𝑔 𝜋𝑟 3
3
2 𝑔𝑟 2 (𝜌𝑏 −𝜌𝑐 )
𝑣=9 (16)
ɳ
Karena nilai 𝑔, 𝜌𝑏 ,𝜌𝑐 , ɳ konstan apabila bahan pembuat bola dan cairan tidak
diubah(sedangkan 𝑟 dan 𝑣 bisa berubah jika ukuran bola diubah), maka hubungan antara 𝑣
dan𝑟 2 merupakan suatu garis lurus (𝑣 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎 × 𝑟 2 ). Dengan demikian nilai rasio v/r2
sama dengan slope kurva hubungan 𝑣/𝑟 2 vs𝑟 2 .
Hukum Stokes berlaku dengan syarat bahwa ruang tempat fluida tidak terbatas (jari-jari
tabung >>> jari-jari bola) dan tidak terjadi turbulensi dalam fluida (hal ini dicapai apabila
nilai v kecil).
Dalam percobaan yang dilakukan pada praktikum ini, syarat kedua dapat dengan mudah
dipenuhi tetepi syarat pertama hukum stoke tidak terpenuhi sehingga kecepatan bola
harus dikoreksi sesuai suatu faktor koreksi yang dikalkulasi oleh Ladenburg, yaitu:
(17)
25
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Di mana 𝑣𝑠 = kecepatan bola apabila syarat pertama terpenuhi atau nilai 𝑣 yang sudah
terkoreksi; 𝑟 = jari-jari bola, 𝑅 = jari-jari tabung. Sedangkan nilai 𝑣 dapat dikalkulasi secara
eksperimental sebagai berikut:
𝐿
𝑣 = 𝑡 (18)
Di mana L = jarak yang ditempuh bola dan t = waktu yang diperlukan oleh bola untuk
menempuh jarak L.
Dengan menyusun ulang persamaan (16), maka viskositas suatu cairan yang bobot
jenisnya sudah diketahui dapat dihitung:
2 𝑟2
ɳ= 𝑔(𝜌𝑏 − 𝜌𝑐 )
9 𝑣𝑠
2 𝑟2
ɳ = 9 𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒 𝑔(𝜌𝑏 − 𝜌𝑐 ) (19)
Nilai 𝜌𝑏 merupakan massa jenis bola yang dapat dihitung dari berat bola per volume bola
(4⁄3 𝜋𝑟 2).
Bahan:
1. Air
2. Minyak goreng
3. Es batu
D. Cara Kerja
1. Pada praktikum ini, praktikan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu A, B, C, D dan
masing-masing praktikan mengukur viskositas minyak pada suhu yang berbeda
yaitu 25, 30, 35, dan 40 oc.
2. Masukkan minyak goreng ke dalam tabung [kira-kira hampir penuh] kemudian
diukur tinggi kolom minyak dalam tabung (lihat Gambar 9).
3. Timbang dan ukur garis tengah tiga buah bola yang berbeda ukuran dengan
mikrometer sekrup.
4. Hitung volume bola dengan sebagai berikut: masukkan air secukupnya ke dalam
gelas 100 mL sampai 50 mL kemudian masukkan bola ke dalam gelas ukur tersebut.
26
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
volume bola adalah selisih dari volume air sebelum ditambah bola dengan volume
air sesudah ditambah bola.
𝑚
5. Ukurlah massa massa jenis bola dengan rumus 𝜌 = 𝑉 [massa jenis bola harus
seragam atau hampir sama].
6. Bola yang sudah diketahui massa jenisnya kemudian dijatuhkan pada tabung berisi
minyak tepat pada tanda di atas cairan kemudian catat waktu yang diperlukan
untuk menempuh jarak L.
7. Ulangi lagi langkah no 5 sebanyak 2 kali.
8. Hitunglah kecepatan bola (𝑣) beserta faktor koreksinya.
9. Ulangi langkah 1-5 dengan bola yang berukuran lebih besar.
10. Buatlah grafik hubungan antara 𝑣𝑠 (sumbu y) vs 𝑟 2 (sumbu x) kemudian dihitung
slope-nya
11. Tentukan viskositas minyak goreng menggunakan persamaan (19) [gunakan data
percepatan gravitasi dari percobaan III dan massa jenis minyak pada percobaan IV].
12. Buatlah grafik hubungan antara viskositas (𝑦) vs suhu (𝑥).
E. Laporan Sementara
Diameter Waktu Kecepatan Kecepatan
Jari-jari
Massa bola tempuh bola bola
bola (r,
Bola bola (d, cm) (v, cm s-1 ) terkoreksi
cm)
ke- (vs, cm s -1)
I 1)
2)
3)
II 1)
2)
3)
III 1)
2)
3)
27
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
28
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
UNIT VI
PENENTUAN TITIK LEBUR ZAT PADAT
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menentukan titik lebur suatu material padat.
B.Dasar Teori
Sebuah benda mengalami perubahan temperatur ketika energi dilepaskan ke
lingkungan. Ada beberapa kejadian di mana perpindahan energi tidak menghasilkan
penurunan temperatur. Hal ini terjadi ketika suatu material berubah bentuk dari fase yang
satu ke fase yang Iain seperti perpindahan bentuk dari padat ke cair atau dari cair ke gas.
Peristiwa ini disebur perubahan fase. Semua perubahan fase melibatkan perubahan energi
dalam tetapi tidak menunjukkan perubahan temperatur. Jumlah energi yang diperlukan
selama perubahan fase tergantung pada jumlah materi yang digunakan.
Jumlah energi yang diperlukan untuk mengubah fase satu unit massa zat disebut
dengan panas laten. Nilai panas laten merupakan sifat yang khas dari suatu materi dan
seringkali digunakan dalam bidang farmasi untuk mengkarakterisasi identitas suatu bahan
obat.
Bahan:
1. Bahan uji : lilin
2. Air
D. Cara Kerja
1. Gelas Bekker diisi dengan air secukupnya.
2. Bahan yang akan diuji dimasukkan ke dalam tabung reaksi secukupnya.
3. Tabung reaksi ditutup dengan sumbat gabus/karet yang ditengahnya telah
terpasang termometer
4. Peralatan disusun seperti pada Gambar 10 (jangan sampai tabung reaksi
menyentuhdinding gelas).
5. Air dipanaskan sampai mendidih sehingga bahan uji di dalam tabung reaksi mencair
seluruhnya.
6. Pemanas dimatikan sehingga air dan bahan uji mendingin secara perlahan.
7. Temperatur bahan uji dicatat setiap 0,5 menit sambil dilakukan pembuatan grafik
hubungan antara temperatur (sumbu y) vs waktu (sumbu x) seperti ditunjukkan
pada Gambar 11.
8. Temperatur yang konstan pada grafik hubungan tersebut (Gambar 11)
29
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
30
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
E. Laporan Sementara
31
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
UNIT VII
PENENTUAN GAYA APUNG ZAT CAIR
A. Tujuan Praktikum
Mahasiswa mampu menentukan gaya apung zat cair.
B.Dasar Teori
Suatu benda yang dicelupkan ke dalam air seolah-olah memiliki berat yang lebih ringan
dibandingkan saat benda tersebut berada di udara. Fenomena ini telah dikaji sejak dulu
Oleh Archimedes yang menyatakan bahwa benda yang dicelupkan ke dalam zat cair akan
mengalami gaya ke atas yang besarnya sebanding dengan berat cairan yang dipindahkan
benda. Apabila gaya apung (FA) lebih besar daripada berat cairan yang dipindahkan Oleh
benda maka benda akan terapung dipermukaan zat cair. Apabila gaya apung sama dengan
berat cairan yang dipindahkan Oleh benda maka benda akan melayang pada zat cair.
Apabila gaya apung lebih kecil daripada berat cairan yang dipindahkan Oleh benda, maka
benda akan tenggelam di dasar permukaan zat cair.
Pengukuran gaya apung zat cair dengan menggunakan hukum Archimedes ini dapat
dilihat padaGambar
12.
32
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Gambar 12. Ilustrasi percobaan pengukuran gaya apung zat cair (warna abu-abu
menunjukkan gelas terisi cairan)
Pada Gambar 12 saat gelas kosong ditimbang maka timbangan akan mengalami gaya
kebawah yang diakibatkan Oleh berat gelas (𝑊𝑔 = 𝑊𝑎 ). Ketika gelas kosong diisi dengan
benda kemudian ditimbang, maka timbangan akan mengalami gaya ke bawah dari berat
benda dan gelas (𝑊𝑏 + 𝑊𝑔 = 𝑊𝐵 ). Ketika gelas diisi dengan zat cair dengan volume tertentu
lalu ditimbang, maka timbangan akan mengalami gaya ke bawah dari berat gelas dan zat
cair/fluida (𝑊𝑔 + 𝑊𝑓 =𝑊𝑐 ). Ketika gelas diisi dengan zat cair dengan volume tertentu dan
ditambah dengan benda kemudian ditimbang maka timbangan akan mengalami gaya yang
diakibatkan Oleh berat gelas, berat zat cair, dan berat benda, tetapi benda mengalami gaya
apung Oleh zat cair yang arahnya berlawanan (𝑊𝑔 + 𝑊𝑓 + 𝑊𝑏 - 𝐹𝐴 = 𝑊𝐷 ). Dengan demikian
dapat diturunkan persamaan matematis untuk mengkalkulasi nilai gaya apung (𝐹𝐴 ).
−𝐹𝐴 = 𝑊𝐷 − (𝑊𝑔 + 𝑊𝑓 + 𝑊𝑏 )
−𝐹𝐴 = 𝑊𝐷 − (𝑊𝐶 + 𝑊𝐵 + 𝑊𝐴 )
−𝐹𝐴 = (𝑊𝐷 − 𝑊𝐶 ) − (𝑊𝐵 − 𝑊𝐴 )
−𝐹𝐴 = (𝑚𝐷 − 𝑚𝐶 ) − (𝑚𝐵 − 𝑚𝐴 )
tanda negatif menunjukkan bahwa gaya apung berlawanan arah dengan gaya berat
Alat
Gelas (kapasitas sekitar 200 mL), labu ukur 100 mL
D.Cara Kerja
33
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
34
UMC/FAR/MODUL/FA113/001
Daftar Pustaka
Anonim, 2012, Practical Physics l, Faculty of Pharmacy Delta University, Mississippi.
Anonim, 2012, Modul Praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Dasar Fakultas
Matematika dan llmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Anonim, 2014, Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Dasar Jurusan
Fisika FMIPA, UGM, Yogyakarta.
Giancoli, D.C, 2005, Physics Principles with Applications, 6th Ed., Pearson Education, USA.
Handaratri, A., 2014, Modul Praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Dasar Fakultas
Sains dan Teknologi Program Studi Kimia, Universitas Ma Chung, Malang.
JP, 2011, Japanese Pharmacopoeia XVI, Minister of Health, Labour, and Welfare, Japan.
Smoluchowski, M.S., 1912, On the Practical Applicability of Stoke's Law of Resistance, and
the Modifications of It Required in Certain Cases, University Press.
Young, H.G., & Freedman, R.A., 2008, University Physiscs, 12 th Ed., Pearson Education,
USA.
35