Disusun oleh :
UNIVERSITAS MACHUNG
2021
MODUL 6 AKURASI PRESISI SELEKTIVITAS HPLC PCT
A. Tujuan Praktikum
B. Prinsip Dasar
PARASETAMOL (Asetaminofen/Paracetamol)
Absorbansi parasetamol pada max 245 nm dalam larutan asam adalah sebesar
668a sedangkan dalam larutan alkali atau basa absorbansinya sebesar 715a pada max 257 nm.
Identifikasi: Sistem HD—k 0.1; sistem HW—k 0.32; sistem HX—RI 264; sistem HY—RI
241; sistem HZ—waktu retensi 1.9 menit; sistem HAA—waktu retensi 5.6 menit; sistem
HAM—waktu retensi 2.0 menit; sistem HAX—waktu retensi 4.8 menit; sistem HAY—waktu
retensi 3.7 menit (Moffat et al., 2005).
1. Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan
dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) yaitu memasukkan
analit ke dalam matriks blanko atau metode penambahan baku (standard
additionmethod) yaitu penambahan baku pada matriks sampel yang mengandung
analit (Harmita, 2004).
2. Keseksamaan (precision)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif
(koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan
(repeatability) atauketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah keseksamaan
metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan
dalam interval waktu yang pendek (Harmita, 2004.)
3. Selektivitas (Spesifisitas)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur
diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang
homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif
(koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan
(repeatability) atauketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah keseksamaan
metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan
dalam interval waktu yang pendek (Harmita, 2004).
3.2. Bahan
a. Tablet sampel (Pamol)
b. Serbuk baku parasetamol
c. Metanol dan air (70:30 v/v)
D. Metodelogi
a. Pembuatan Fase Gerak Air : Metanol (3:2)
Dikocok ad homogen
Diambil 100 µl, 120 µl, 1400 µl, 1600 µl, 1800 µl, 200 µl, 220 µl,
240 µl, 260 µl, 280 µl menggunakan mikropipet
Kocok ad homogen
Dikocok ad homogen
Replikasi 3 kali
Dikocok ad homogen
Replikasi 3 kali
Dikocok ad homogen
Replikasi 3 kali
Dikocok ad homogen
Replikasi 3 kali
f. Uji Selektivitas
F. Perhitungan
a) Perhitungan Baku Induk
1. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 10 ppm
10 ppm x 10 mL
V1 = = 0,1 ml = 100 µL
1000 ppm
2. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 12 ppm
12 ppm x 10 mL
V1 = 0,12 ml = 120 µL
1000 ppm =
3. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 14 ppm
14 ppm x 10 mL
V1 = 0,14 ml = 140 µL
1000 ppm =
4. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 16 ppm
16 ppm x 10 mL
V1 = 0,16 ml = 160 µL
1000 ppm =
5. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 18 ppm
18 ppm x 10 mL
V1 = 0,18 ml = 180 µL
1000 ppm =
6. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 20 ppm
20 ppm x 10 mL
V1 = 0,2 ml = 200 µL
1000 ppm =
7. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 22 ppm
22 ppm x 10 mL
V1 = 0,22 ml = 220 µL
1000 ppm =
8. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 24 ppm
24 ppm x 10 mL
V1 = 0,24 ml = 240 µL
1000 ppm =
9. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 26 ppm
26 ppm x 10 mL
V1 = 0,26 ml = 260 µL
1000 ppm =
10. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 28 ppm
28 ppm x 10 mL
V1 = 0,28 ml = 280 µL
1000 ppm =
d) Perhitungan Presisi
Membuat seri konsentrasi:
No Kadar (ppm) Dipipet μl Volume akhir (ml)
1. 8 80 10
2. 10 100 10
3. 12 120 10
1. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10 . 8 ppm
8 ppm x 10 mL
V1 = 0,08 ml = 100 µL
1000 ppm =
2. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10 . 10 ppm
10 ppm x 10 mL
V1 = 0,1 ml = 100 µL
1000 ppm =
3. V1.C1 = V2.C2
V1 . 1000 ppm = 10ml . 12 ppm
12 ppm x 10 mL
V1 = 0,12 ml = 120 µL
1000 ppm =
e) Perhitungan Akurasi
Pada uji akurasi, dari 3 titik yang dipakai (8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm)
yang digunakan untuk perhitungan presisi yaitu titik konsentrasi 10 ppm dengan
menggunakan % recovery 80%, 100%, dan 120%. Pengujian akurasi dilakukan
dengan 3 kali pengulangan pada masing-masing konsentrasi. Konsentrasi tersebut
meliputi:
80
1. ×12 ppm=9,6 ppm
100
100
2. ×12 ppm=12 ppm
100
120
3. ×12 ppm=14,4 ppm
100
Untuk pengambilan dari masing-masing konsentrasi larutan maka dipipet
larutan sebanyak:
9,6 ppm
1. ×10 mL=0,096 mL=96 μL
1000 ppm
12 ppm
2. ×10 mL=0,12 mL=120 μL
1000 ppm
14,4 ppm
3. ×10 mL=0,144 mL=144 μL
1000 ppm
G. Kondisi Analisis
a) Fase gerak = air(3):metanol(2)
b) Fase diam = L1 kolom c18, diameter 1.5mm-2mm
c) Volume injeksi = 10μl
d) Flowrate = 1.5ml/min
e) Linearitas 5ppm-100ppm