Anda di halaman 1dari 66

Insert workgroup name on slide master

Insert workgroup
logo on slide master

Home
What’s New
Projects KLT DENSITOMETER
Documents
Team
Links

ny Guntarti
FARMASI
2013
Insert workgroup name on slide master

Insert workgroup
logo on slide master
Kromatografi kertas
Home
What’s New
Projects
Documents
Team
Links
Insert workgroup name on slide master

Insert workgroup
logo on slide master
Kromatografi lapis tipis
Home
What’s New
Projects
Documents
Team
Links
KLT DENSITOMETER
 Metoda analisis instrumental yang
berdasarkan interaksi radiasi elektro
magnetik dengan analit yang merupakan
noda pada KLT
 Alat dilengkapi dengan spektrofotometer
yang mempunyai pancaran sinar yang
panjang gelombang diatur dari 200 - 700 nm.
 Uji kualitatif dan kuantitatif dengan sistem
absorbsi sinar atau emisi sinar (flouresensi)
Teknik penggunaannya :
- Pengukuran sinar yang diserap dan diteruskan
(hanya untuk TLC dengan pendukung gelas),
- Sinar yang diserap dan dipantulkan
- Atau sinar yang dipendarkan.
Susunan optik densitometer ini tidak banyak
berbeda dengan spektrofotometer tetapi pada
densitometer digunakan alat khusus reflection
photomultiplier, sebagai pengganti
 photomultiplier pada spektrofotometer.

55
Pada era perkembangan teknik kromatografi saat
ini pemakaian "Thin Layer Chromatograph
Scanner" yang lebih populer dengan nama
densitometer makin banyak dipakai .

66
lnteraksi radiasi elektrornagnetik dengan
noda pada KLT secara :
 Absorpsi
 Transmisi
 Pantulan (refleksi) pendar fluor
 Pemadaman pendar fluor
 

77
Sumber Radiasi

• Pada umumnya spektrofotodensitometer memberikan


rentang gelombang penentuan 200-630 nm.

• Lampu D2 (Deuterium) dipakai untuk pengukuran pada


daerah ultra violet dan lampu tungstein pengukuran
pada daerah sinar tampak.

• Untuk penentuan pendar fluor dan pemadaman pendar


fluor dipakai lampu busur Hg bertekanan tinggi.

• Pada densitometri juga dilakukan penentuan transmisi


atau absorpsi dan retleksi pada panjang gelombang
maksimal.

8
 
• Pada penentuan pendar fluor dan
pemadaman pendar fluor diukur pada
panjang gelombang dimana terjadi emisi atau
intensitas relatif pendar fluor yang optimal.
• Monokromator dipakai monokromator kisi
difraksi
• Detektor PMI' (Photo Multiplier Tube =
Tabung Penggandaan Foton) merupakan
detektor umum yang dipakai pada
densitometer.
9
 Densitometri diutamakan untuk analisis kuantitatif
analit-analit dengan kadar yang sangat kecil yang
yang merupakan hasil pemisahan dengan KL T.

 S.Levi dan Reisfeld telah mengangkat metode


densitometrik ke tingkat analisis kuantitatif
ultramikro. Keduanya telah berhasil meneliti
testosteron dalam cairan biologis pada rentang
kadar (1 hingga 250) ng, LSD dengan kadar (2-
150) ng, dan kholesterol (4 -150) ng dengan
pengukuran pendaran pada noda (kromatogram)
KLT.
10
10
Lanjutan
• Penentuan kadar analit yang dikorelasikan dengan area
noda pada KLT akan lebih terjamin kesahihannya
dibanding metode KCKT (Kromatografi Cair kinerja
Tinggi) atau KGC (Kromatografi Gas Cair). sebab area
noda kromatogram diukur pada posisi lurus atau "Zig-
zag" menyeluruh.

• Korelasi kadar analit pada noda kromatogram yang


dirajah terhadap area tidak menunjukkan garis lurus,
akan tetapi merupakan garis lengkung mendekati
parabola
 
11
11
Kurva hubungan serapan dan kadar
• Persamaan Kubelka-Munk 
• Korelasi kadar analit yang dirajah terhadap area
kromatogram tidak merupakan garis lurus.

• Bila REM (Radiasi Elektro Magnetik) dengan


intensitas semula (I0) jatuh pada permukaan lapisan
tipis yang tidak homogen dengan arah rambatan
tegak lurus, maka sebagian dari REM tersebut akan:
• direfleksikan (Is)
• diserap oleh analit lapisan tipis (I)
• diteruskan (It).
• I=10 + Is + It
12
12
 Intensitas REM yang direfleksikan tergantung
pada koefisien permukaan lapis tipis (E), yang
dinyatakan sebagai :
 Is = I. E
 Harga E sangat dipengaruhi oleh jenis lapisan
tipis yang dipakai. Selanjutnya akan didapat :
  I0 =I-Is
 I0=I-I.E=(I-E)I
 Apabila lapisan tipis tersebut merupakan lapisan
tipis yang homogen maka akan berlaku hukum
Lambert Beer seperti pada spektrofotometri.
 It =I0. e-
KX

13
13
E = koefisien permukaan lapis tipis

Hk. Lambeert Beer → It = I0 . e-kt It =I0. e- KX

x = tebal medium lapis tipis


k = koefisien absorbsi
e-kt = berkurangnya I radiasi elektro magnetik
yang melewati medium → “ Optical density”

Parameter S (koef. Penghamburan)
 Oleh sehab itu pada metode spektrofoto-
densitometri dikenal parameter :
 K (koefisien absorbsi)
 S (koefisien penghamburan). 

 Karena adanya parameter S inilah terjadi


penurunan intensitas radiasi yang masuk
medium lapis tipis yang dihamburkan oleh
partikel-partikel fase diam.

15
15
Parameter S (koef. Penghamburan)

Menyebabkan penurunan I radiasi yang masuk


ke medium lapis tipis
Sx = tiap pelat berbeda harganya
= 0 -10

dl = + (S + K ) I + S
- dx j

dl
+ dx = - (S + K ) I + Sj
I = radiasi elektromagnetik yang arahnya tegak
lurus menuju permukaan lapis tipis
j = radiasi elektromagnetik yang arahnya
meninggalkan permukaan lapis tipis
S = faktor hamburan untuk tiap satu satuan
tebal lapis tipis
K = faktor penyerapan/absorpsi untuk tiap satu
satuan tebal lapis tipis
X = tebal lapisan untuk tiap satu satuan tebal
lapis tipis
Pernyataan Kubelkan – Munk :
( I – R )2 C
= E x
2R S
E = absorbsi radiasi elektromagnetik oleh analit
pada pelat KLT
C = kadar analit
R = cahaya terpantul pada permukaan lempang

Korelasi area analit dengan kadar dinyatakan
sebagai kurva parabola :
A2 = f ( C )
log A = f ( log C )
Bagan Alat densitometer
 Gambar

19
19
S S

Mk Mk
PM

PS
I
PM PM
I Lempeng
I
I

PM T Lempeng
(a) (b)
Bagan konfigurasi densitometer cara sinar tunggal (a), ganda (b)
• Photomultiflier tersebut dapat memperbesar tenaga
beda potensial listrik sehingga mampu menggerakan
integrator.

• Integrator dengan sistem mikrokomputer secara


langsung dapat menghitung luas puncak atau tinggi
puncak secara otomatik. Selain itu mencatat nomer
urut, kedudukan puncak pada ordinal Y atau waktu
retensinya.

• Letak sumbu Y dan X dari lempeng akan


mempengaruhi hasil yang diperoleh.

• Kalau Y disesuaikan dengan arah gerak eluen dan


sumbuk X tegak lurus padanya atau merupakan
deretan penotolan sampel pada lempeng. Dengan
cara itu mereka akan mendekati kepastian.
22
22
Cara kerja pelacakan bercak Densitometer
• Gambar

23
23
Cara Kerja Densitometer
Lempeng yang telah digunakan untuk pemisahan.
diuji dulu kedudukan setiap bercak pada
sumbu(X,Y). agar sinar dapat tepat mengenai pusat
bercak.

• Setelah tombol dihidupkan lempeng ditempat


kan pada satu garis deretan Y, bercak diatur,
dan gerakan lempeng diatur sesuai kedudukan
bercak, menggunakan mikrokomputer.

• Panjang gelombang diprogram agar terjadi serapan


secara maksimum, bila belum diketahui dilakukan24
24
scanning lebih dulu.
 Scanning pengujian kuantitatif ada 2 cara :

 A. Cara memanjang
 Sinar dilewatkan pada tengah bercak, sehingga
bercak hanya dideteksi sepanjang garis
tengahnya sepanjang sumbu Y,(Y1 sampai Y2).
Hasilnya baik bila bercak berbentuk bulat
semetris.
 B. Sistem zig-zag
 Sistem ini diprogram berjalan memanjang sumbu
Y tetapi berbelok -belok sampai garis tepi bercak
pada garis X, sehingga bergerak dari Y1-Y2, dan
X1-X2. 25
25
• Pelacakan bercak,

• Gambar. Cara pelacakan bercak dengan TLC Scanner


• (a) Model zig-zag. ( b). model lurus

Kelebihan penggunaan metode zig-zag lebih merata


pengukurannya, apalagi delta Y menggunakan jarak
terkecil.
• Kelemahannya waktu lebih lama, tetapi ketelitian
pengukuran lebih terjamin dibanding penggunaan
metode pengamatan lurus.
26
26
• Keterangan tambahan
• Besarnya bercak, dari X1 sampai X2 lebih besar
dari garis tengah bercak agar semua bercak
teruji.
• Delta Y, selisih garis kesatu dan kedua makin
kecil makin rata pengukurannya, antara 0,001
sampai 0,1 mm, kode yang diberikan angka 1
sampai dengan 3.
• Simbul Y tergantung dalam meletakkan lempeng
terhadap arah scanning, (lihat panah) sesuai
garis Y, dan garis tegak lurus Y adalah garis X.

27
27
• Perhitungan luas atau tinggi puncak sudah
dilakukan secara otomatis oleh alat, satuan luas
area (mikro volt) yang tertera merupakan
besaran puncak. Kadang-kadang prosentase
yang tertulis hanya merupakan kadar relatif dari
puncak yang muncul (tergambar).
• Dalam pengamatan lurus bila bercak nya tidak
semitris akan kurang teliti sebab konsentrasi
terbesar tidak selalu dilewati sinar pelacak
bercak.
• Penotolan dengan bercak kecil kemungkinan
molekul senyawa untuk mengumpul ditengah
lebih banyak.
28
28
Analisis Kualitatif

• Analisis kualitatif hanya dapat dibandingkan


waktu retensinya, atau dilakukan penyarian dari
bercak setelah dielusi, dan kemudian diuji
secara spektroskopi.
• Tetapi adanya densitometer, spektrogramnya
dapat diuji.

29
29
Cara Menyari/ekstrasi

Bercak pada lempeng yang dilihat dibawah sinar


UV diberi tanda (lingkari) dengan ujung pensil,
kemudian diambil lapisan tipis bersama
bercaknya.
Lapisan yang diambil dimasukkan ke dalam gelas
piala, ditambah pelarut yang sesuai (etanol/
kloroform), diaduk, dan setelah larut, disaring.
Kedalam labu takar, dan cairan dijadikan volume
sampai tepat tanda ( 10,0 ml). Larutan siap diuji
dengan alat spektrofotometer.
30
• Larutan yang didapat diuji dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang serapan maksimumnya.
• Karena pengenceran merupakan faktor penting
untuk perhitungan kadar senyawa yang diuji secara
kuantitatif segala caranya,
31
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC)
Gambar Chamber yang banyak digunakan

Chamber

32
*Chamber harus dijenuhkan
dulu selama lebih kurang 30
menit dengan bantuan kertas
saring.
*Penguapan dari fase gerak
dari permukaan lempeng,
dalam chamber yang tidak
jenuh akan menghasilkan Rf
yang lebih besar,
reproducibility hasil
keterulangan Rf tak bagus dan
permukaan fase gerak akan
konkap.
*Fase gerak yang tidak mau
campur dengan sempurna akan
menghasilkan chamber yang
tidak jenuh
33
Lempeng

 Lempeng HPTLC (High Performance Thin Layer


Chromatografi) atau KLTKT (kromatografi lapis tipis
Kinerja Tinggi) tidak dapat digunakan untuk preparatif
(butuh lempeng cukup banyak), maka hanya untuk
analisis kuantitatif

 Pelacak bercak untuk analisis kuantitatif dapat


digunakan densitometer baik menggunakan pereaksi
bercak lebih dulu maupun langsung menggunakan
pelacak sinar ultra ungu, sinar tampak maupun sinar
fluoresensi. (Didiskusikan tersendiri)

34
ALAT HPTLC= HIGH PERFORMANCE
THIN LAYER CHROMATOGRAPHY
 Penotolan

36
37
JALANNYA SINAR (OTIK)
39
HASIL SCANNING SATU BERCAK
Scanning senyawa yang berbeda

Digunakan metode:
 Satu persatu dgn lambda serapan maksimumnya.
 Cara serentak, dgn menggunakan lambda yang
dapat dimiliki oleh semua senyawa.
Hasil Rekaman
 Hasil
 Scanning tiap bercak dengan lambda berbeda

45
 Scanning serentak beberap puncak/bercak

46
MENGHITUNG WAKTU RETENSI

Rf = a/c (cm)
b/c (cm)
 Contoh 1
 Analisis golongan tetrasiklin, dengan fase diam :
seluluse F, Fase gerak : larutan MgCl2 0,25 M.
(Nornendy, 1993).

Kromatogram tetrasiklin dan turunannya dilihat


dibawah sinar UV, 366 nm
1. Isotetrasiklin Rf =0,02 (coklat),
2. Anhidroterasiklin Rf=0,3(merah-ungu)
3. Terasiklin HCl Rf =0,73 (merah ungu) 49
49
H3C CH3
N
H3C CH3
OH
7 6 5 4
8 3
D C B A
9 2 O
10 11 12 1
C

Tetrasiklin OH C22H24N2O8
O OH
OH
O
sda
NH3

Klortetrasiklin C22H23N2O8Cl 7-Cl

Oksitetrasiklin C22H24N2O9 5-OH


Penjelasan Tetrasiklin
• Turunan tetrasiklin dapat membentuk khelat dengan
logam bervalensi +2 sehingga tidak akan baik bila
digunakan silika gel GF.

• Tetrasiklin dapat membentuk ikatan kompleks


dengan Ca++ sehingga tak dapat dielusi sempurna.

• Bila digunakan selulusa sebagai fase diam, terdapat


batas kelarutan dalam selulusa, dan terjadi ikatan
hidrogen.

• Dengan eluen larutan MgCl2,tetrasiklin dapat


membentuk ikatan kompleks lebih baik dibanding
51
yang lain. 51
Struktur kimia
• Gambar

52
52
• Contoh 2.
Analisis zat warna lipstik, fase diam : silika gel,
fase gerak : campuran n-isopropil etilasetat dan
amoniak 10% (65:75:60) ( Wulan dkk, 1991)

Kromatogram zat warna lipstik


1. Tartasin Rf =0, 12 (merah muda)
2. Kuning AB Rf= 0,48 (kuning)
3. Kuning OB Rf =0,67 (kuning hijau)
4. Oranye I C, Rf=0,88 (putih)
5. Poncou SX, Rf=0,98 (kemerahan)
53
53
Penjelasan Zat Warna
• Berdasarkan kepolarannya adalah : tartrazin
poncou, oranye I, kuning AB, kuning OB (paling
kurang larut dalam air).

• Fase gerak berupa amoniak 10%, maka tartrazin


kurang larut dalam fase gerak, tetapi mudah larut
dalam pelarut organik. Tartrazin sifat base lebih
kuat, dari pancou sehingga paling lambat
migrasinya dalam suasana basa (amoniak 10%).

• Bila zat warna tidak discanner, tetapi bercak


disari kemudian diencerkan etanol sampai 5,0 ml.
Larutan yang didapat diuji dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 54 54

serapan maksimumnya:
Analisis Kuantitatif
• Analisis kuantitatif diperlukan senyawa baku
pembanding, dan dibuat kurva regresi linier.
• Untuk menguji tetrasiklin yang tidak mengalami
degradasi digunakan cara analisis dengan KLT
• Dibuat kurva baku hubungan kadar (mcg/ml) dan luas
puncak (mV).

Data Kadar Luas puncak


• 0,0 mcg 1,96 mV
• 5 mcg 8,5468 mV
• 10 mcg 13,6856 mV
• 15 mcg 19,0454 mV
• 20 mcg 23,9754 mV
• 25 mcg 29,356 mV
• 30 mcg  38,675 mV

53
Kurva regresi linier normal

Y= 2.396 X + 1.097

56
56
Aplikasi Garis regresi
 Persamaan kurva kromatogram yang didapat
pada pengamatan tetrasiklin mempunyai
persamaan regresi linier sebagai berikut:
 Y = 0,513 X + 1,487 , R- 0,9996 
 Contoh menghitung:
 Misal luas puncak pada sampel 24,487 mV,
 Maka harga X :
 = (24,487-1,487): 0,513 = (23)70,513 =44,834 mcg/ ml

57
Untuk analisis kuantitatif zat watna tidak discanner
tetapi bercak disari kemudian diencerkan etanol,
dan diencerkan sampai 5,0 ml.

Cara penyarian, pemisahan dan pengenceran


harus optimal. Untuk membuat kurva baku
diperlukan lempeng yang besar untuk elusi
senyawa baku yang berbeda kadarnya.

58
Yang perlu Diperhatikan Dalam uji Kuantitatif
Hasil penelitian Rhodamin
a. Hasil Uji Kualitatif (benang wol)
No Nama Sampel Warna Benang Wol Hasil
Uji
1 Kerupuk bunga Merah muda +
(tersanjung)
2 Kerupuk bawang Tidak merah muda -

3 Kerupuk ketela Merah muda +


4 Kerupuk rengginang Tidak merah muda -
ketan
5 Kerupuk rengginang Tidak merah muda -
beras
6 Kerupuk slondok Tidak merah muda +

7 Kerupuk unyil Merah muda +


8 Kerupuk taro Tidak merah muda -

9 Kerupuk lotek Tidak merah muda -

10 Kerupuk angin Tidak merah muda -


Hasil kromatogram uji kualitatif Rhodamin B pd UV 254 nm dan
366 nm

Hasil kromatogram uji kuantitatif UV 254 nm dan 366 nm


a. Kerupuk ketela
b. Kerupuk bunga (tersanjung)

c. Kerupuk unyil
A. Data Luas Area di bawah kurva kerupuk ketela:
1. Standar Rhodamin B
Kadar (mg/100ml) Luas Area (milivolt)
0,005 0,7092
0,015 0,8493
0,030 0,8582
0,060 2,8790
0,090 3,2248
0,120 4,5278

2. Sampel kerupuk ketela


Replikasi Luas area (milivolt)
1 1,3010
2 1,0251
3 1,1926
4 1,4120
5 1,2412
6 1,0307
7 0,7282
B. Data Luas Area di bawah kurva kerupuk bunga
1. Standar Rhodamin B
Kadar (mg/100ml) Luas area (milivolt)
0,005 0,4425
0,015 1,1420
0,030 1,5273
0,060 3,0667
0,090 4,2450
0,120 5,1967

2. Sampel kerupuk bunga


Replikasi Luas area (milivolt)
1 2,1328
2 1,7314
3 1,2856
4 1,4730
5 1,0555
6 1,0966
7 0,6985
C. Data Luas Area di bawah kurva kerupuk unyil
1. standar Rhodamin B

Kadar (mg/100ml) Luas area (milivolt)


0,005 0,4865
0,015 0,9649
0,030 1,3910
0,060 1,6812
0,090 2,1991
0,120 2,2197

2. Sampel kerupuk unyil

Replikasi Luas area (milivolt)


1 0,5340
2 0,7687
3 0,5636
4 0,5116
5 0,5502
Kesimpulan penggunaan HPTLC
a. HPTLC dapat digunakan untuk memisahkan dan
menganalisis campuran senyawa antara 20
sampai 30 senyawa.
b. Biaya pemeliharaan, operasinal, jauh lebih murah
dari HPLC.
c. Cara deteksinya bercak(senyawa) pada lempeng
lebih banyak pilihan dari HPLC walaupun dengan
pereaksi warna.
d. Pemisahan yang terjadi pada HPTLC lebih dari
10 menit, sedangkan HPLC mungkin lima menit
sudah selesai.
e. Ketilitian dan ketepatan mendekati HPLC.
66

Anda mungkin juga menyukai