Anda di halaman 1dari 30

MODUL 2.

2
SPEKTROSKOPI SURFACE PLASMON RESONANCE (SPR)
I.

Tujuan
1. Memahami penggunaan software Winspall
2. Memahami peristiwa Attenuation Total Reflection
3. Menentukan nilai indeks bias dan ketebalan lapisan tipis

II. Teori Dasar


II.1Hukum Snellius
Ketika cahaya datang melewati sebuah medium, dan memasuki medium
lainnya yang memiliki indeks bias berbeda, maka sebagian dari cahaya tersebut
akan direfleksikan didaerah perbatasan.

Gambar 1. Muka Gelombang Ketika Melewati Medium Berbeda[5]


Bedasarkan Hukum Snellius :
a. Bila seberkas cahaya dipantulkan, maka sudut pantul akan sama dengan
sudut datang. Dan sinar datang, sinar pantul, dan garis normal berada pada
satu bidang datar .

b. Jika cahaya dibiaskan, maka : n1 sin 1 = n2 sin 2


Jika n1 < n2 maka 1 > 2 maka lajunya akan kecil. Cahaya
datang dari medium yang lebih rapat sehingga sinar bias mendekati
garis normal.

Sedangkan jika Jika n1 > n2 maka

<

, maka lajunya

besar. Cahaya datang dari medium rapat ke medium kurang rapat


sehingga sinar bias akan menjauhi garis normal
c. Sudut datang i sama dengan sudut pantul r
II.2TIR dan ATR
Total Internal Reflection (TIR) merupakan peristiwa ketika gelombang atau
cahaya yang melewati suatu medium ke medium lain yang memiliki indeks bias
yang berbeda, maka gelombang atau cahaya tersebut akan dipantulkan seluruhnya
atau secara total dengan nilai relektansi sama dengan 1.
Menurut Hukum Brewster mengatakan bahwa ketika sinar datang cahaya
menghasilkan sudut pembiasan sebesar 900 maka sudut datang tersebut disebut
sebagai sudut kritis (c).

Gambar 2. Skematik Hukum Brewster[3]


Jika n1 > n2 : 2>1
n1 sin 1 = n2 2
n 2 /n 1
Agar 2=90 , maka 1 c =sin 1 )
o

Jika 2>1 terjadi refleksi total dari semua energi cahaya. Sudut 2 menjadi
sin 2

n1
sin 1
sin 1
1
n2
sin c

sin 1

cos 2 1
sin

sin 1
i
sin c

1 i cos 2

Cos 2 berharga imajiner; transmisi meluruh eksponensial terhadap x.

E 2 e i ( t k .r ) e qx e i ( t k 2 z sin 2 )

Gambar 3. Fenomena Total Internal Reflection (TIR)[1]


Pada bidang batas dielektrik/logam ketika sebuah berkas datang dari
medium dielektrik dengan sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis,
intensitas cahaya pantul mencapai maksimum dan terjadi kondisi Total Internal
Reflection (TIR), yaitu keadaan dimana tidak ada gelombang yang dibiaskan.
Pemantulan total hanya dapat terjadi pada satu nilai sudut kritis saja, diatas nilai
sudut kritis akan terjadi pemelahan atau pengurangan intensitas sinar pantul.
Kondisi ini disebut Attenuated Total Reflection (ATR). Surface plasmon terjadi
pada kondisi ATR karena pembangkitan surface plasmon memerlukan energi yang
cukup besar dari gelombang datang.
II.3Surface Plasmon Resonance
Plasmon adalah osilasi yang terkuantisasi dari elektron-elektron dalam suatu
medium konduktif. Dalam konsep kuantum, Plasmon sering dianggap sebagai
quasiparticle yang mirip dengan konsep foton dan fonon. Surface Plasmon
resonance (SPR) merupakan fenomena resonansi antara gelombang cahaya dan
elektron-elektron pada permukaan logam yang menghasilkan osilasi elektronelektron dipermukaan logam yang terkuantisasi[2].

Gelombang elektromagnetik yang menjalar dalam medium dengan indeks bias n,


secara matematis medan listiknya dapat dituliskan sebagai berikut[4]:
E=E 0 e jt j k .r =E0 e jt j k
k

Bilangan gelombang

x j k y y j k z z

arahnya paralel terhadap perambatan gelombang dan

besarnya adalah
k = k 2x +k 2y + k 2z=n

=n

Refleksi gelombang diantara dua medium dengan indeks bias n1 dan n2, dengan
menggap

k z=0

, menurut hukum Snellius

n1 sin =n2 sin


atau
k x1 =k x2 k x
Bilangan gelombang pada
2
y2

k =n

2
n1

n22

ky

yang tegak lurus terhadap permukaan adalah

( ) ( n sin )
2

2
1

Dengan mengasumsikan n1 > n2, terlihat bahwa

negatif sehingga

ky

sin >

n2
n1 , ruas kanan bernilai

bernilai imajiner. Dalam medium 2 menjalar sebuah

gelombang yang paralel terhadap permukaan


E2=E 0 ek

y2

e jt j k

dengan amplitudo medan listrik meluruh secara eksponensial pada arah-y.


Nyatalah bahwa pada medium 2 terjadi gelombang evanescent.

Gambar 4. Refleksi cahaya dengan sudut datang

pada dua medium n1 dan

n2[4]
SPR dapat terjadi pada bidang batas metal/dielektrik ketika sebuah berkas
sinar datang dari medium dielektrik dengan sudut yang lebih besar dengan sudut
kritis. Dalam kondisi seperti itu, dibidang batas persambungan dielektrk/logam
akan terbentuk gelombang evanescent yang menembus masuk kedalam medium
logam. Jika kondisi resonansi terpenuhi, akan terjadi resonansi antara gelombang
evanescent dan elektron-elektron bebas dipermukaan logam yang menghasilkan
medan listrik local dan penetrasi gelombang evanescent yang jauh lebih besar.

Gambar 5. Ilustrasi gelombang SPR dan peguatan listrik dari gelombang


evanescent, yang menghasilkan penetrasi gelombang jauh kedalam medium
Gambar

dielektrik[2]
mengilustrasikan gelombang SPR dan peguatan listrik dari

gelombang evanescent, yang menghasilkan penetrrasi gelombang jauh kedalam


medium dielektrik[2].
Syarat kondisi terjadi SPR adalah

K ix =K sp

, yakni vektor gelombang

cahaya merambat sepanjang bidang batas sama dengan vektor gelombang


Plasmon permukaan (SP). Vektor gelombang SP hanya ditentukan oleh tetapan
dielektrik dari metal dan bahan dielektriknya, yang diberikan hubungan[2] :

K sp=

Dengan

d m
2 d m
=
c d +m d +m
m

adalah tetapan dielektrik metal dan

adalah tetapan

dielektrik bahan dielektriknya.


Berdasarkan

persamaan

Maxwell,

timbulnya

surface

plasmon

menyebabkan ketebalan (d) dan permitivitas () dari medium yang berada


disekitarnya akan berubah. Surface plasmon dibangkitkan oleh gelombang datang
yang terpolarisasi dalam metode TM (Transverse Magnetude). Jika gelombang
datang mengenai permukaan logam/dielektrik, maka gelombang akan mengalami
transmisi dan refleksi sesuai demam hukum Snellius. Panjang gelombang yang
digunakan untuk eksitasi berada pada selang 630 1200 nm.

Gambar 6 . Mekanisme Surface Plasmon Resonance (SPR)[6]


Dalam hal penjalaran gelombang dalam ruang bebas, bilangan gelombang
akan berbanding lurus terhadap frekuensi. dengan kata lain, kurva dispersi
penjalaran gelombang ini berupa kurva linier. Akan tetapi, kurva disperse
gelombang SPR ternyata tidaklah linier[2].

Gambar 7. Kurva Dispersi Gelombang Cahaya dan SPR[2]


Dari Gambar 7. jelas terlihat bahwa tidak terjadi perpotongan anatar kurva
disperse gelombang bebas dan kurva dispersi gelombang SPR, yakni kondisi
K ix =K sp

tidak pernah terjadi. Fenomena SPR tidak teramati hanya dengan

menyinasi suatu bidang batas logam/dielektrik. Oleh karena itu, diperlukan suatu
cara agar kedua kurva tersebut dapat berpotongan. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah dengan menggunakan prisma sehingga kurva dispersi
gelombang cahaya dapat diubah kemiringannya dan menghasilkan perpotongan
dengan kurva dispersi gelombang SPR.
Ada dua macam cara konfigurasi yang saling sering digunakan, yaitu
konfigurasi Otto dan kretschmann.

(a)

(b)

Gambar 8. Konfigurasi Otto (a) dan Konfigurasi Kretschmann (b)[2]


Pada konfigurasi Otto, lapisan dielektrik berada di antara prisma dan
lapisan logam. Cahaya datang dari prisma dan kemudian masuk ke dalam medium

dielektrik sehingga menghasilkan gelombang evanescent di bidang batas lapisan


dielektrik/logam. Gelombang SPR terbentuk pada bidang batas tersebut jika
kondisi resonansi terpenuhi[2].
Pada konfigurasi Kretschmann, lapisan sampel yang ingin diukur dapat
langsung ditaruh di atas lapisan emas. Dalam hal ini, lapisan sampel dianggap
sebagai lapisan dielektriknya. Dalam konfigurasi Kretschmann, film logam
menguap ke blok kaca. Cahaya itu adalah lagi menerangi dari kaca, dan
gelombang cepat berlalu dr ingatan menembus lewat film logam. Para plasmon
sangat senang di sisi luar film. Konfigurasi ini digunakan di sebagian besar
aplikasi praktis. Ketika gelombang cahaya datang mengalami pemantulan internal
total, gelombang evanescent menjalar pada bidang batas prisma/lapisan dielektrik
dengan vektor gelombang[2].

( c ) sin

k s=

Agar terjadi perpotongan kurva dispersi (kx = ksp), sudut datang cahaya
haruslah memenuhi persamaan
m u
1
sin i=
p m + u

III.
Metodologi Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
1. Perangkat komputer dan printer untuk memudahkan penggunaan software
Winspall.
2. Kumpulan data mentah hasil pengukuran SPR sebagai data atau objek yang
akan dicari nilai indeks bias dan ketebalannya.
3. Perangkat software Winspall sebagai perangkat lunak untuk menghitung
reflektansi sistem multilayer dengan fenomena SPR dan untuk mencari nilai
indeks bias dan ketebalan suatu bahan.
3.2 Prosedur Percobaan
1. Buka aplikasi Winspall pada laptop atau komputer.
2. Ilih menu scan dan kemudian pilih load.
3. Pilih data pengukuran yang akan difitting, yakni bahan Data Gold, klik
open dan close.
4. Pilih menu simulation dan pilih parameter.
5. Masukkan niali parameterparameter seperti ketebalan (d), konstanta
dielektrik real (

) dan konstanta dielektrik imajiner (

) untuk

prisma, Cr, Au dan udara. Lalu pilih Ok.


6. Pilih simulation kemudian klik manual.
7. Fitting kurva, sesuaikan garis merah dengan titik-titik hitam pada tampilan
kurva. Ubah parameter yang sebelumnya dimasukkan agar data bisa berabenar sesuai.

8. Karena fitting kurva secara manual sangat tidak efektif dan sulit, maka
dilakukan fitting dengan cara iterasi. Caranya, pilih menu simulation
kemudian pilih iterative.
9. Ceklis parameter yang akan diiterasi nilainya, kemudian klik option dan
masukkan nilai iterasi maksimum yang akan dilakuakn dan masukan nilai
Divergence-Limit dan klik ok.
10. Klik start untuk memulai iterasi.
11. Jika garis merah belum sesuai dengan titik-titik hitam, maka ulangi iterasi
dengan parameter yang diterasikan berbeda.
12. Jika hasil fitting kurva telah sesuai, maka klik accept dan save data.
13. Screenshot data hasil pengukuran dna grafiknya dengan menggunakan
aplikasi snipping tool dan save data.
14. Untu mengetahui nilai sudut SPR (spr) yang terbentuk, maka klik
simulation, klik evaluation dan klik min-data lalu catat.
15. Untuk mengetahui sudut refleksinya maka klik data pada kurva ketika
kurva mulai naik dan catat nilai pada sumbu-x nya sebagai nilai refleksi.
16. Ulangi prosedur nomor 2 sampai 15 untuk data pengukuran yang berbeda.
Untuk bahan :
a. Gold 1
b. Gold 2
c. Gold 4
d. Gold 5
e. Gold1 + Thiol
f. Gold2 + Thiol
g. Gold4 + Thiol
h. Gold5 + Thiol
i. Gold1 + Thiol + Polimer 1
j. Gold2 + Thiol + Polimer 2
k. Gold4 + Thiol + Polimer 4
l. Gold5 + Thiol + Polimer 5

IV.
IV.1

Pengolahan Data
Grafik Hasil untuk Setiap Lapisan

Gold 1

Gold 1 dan Thiol

Gold 1, Thiol dan Polimer

Gold 2

Gold 2 dan Thiol

Gold 2, Thiol dan Polimer

Gold 4

Gold 4 dan Thiol

Gold 4, Thiol dan Polimer

Gold 5

Gold 5 dan Thiol

Gold 5, Thiol, dan Polimer

IV.2

Tabel Data Parameter Tiap Bahan Lapisan

Gold 1

Gold 2

Gold 4

Gold 5

Gold 1 dan Thiol

Gold 2 dan Thiol

Gold 4 dan Thiol

Gold 5 dan Thiol

Gold 1, Thiol dan Polimer

Gold 2, Thiol dan Polimer

Gold 4, Thiol dan Polimer

Gold 5, Thiol dan Polimer

IV.3

Menghitung Indeks Bias Tiap Lapisan

Untuk Parameter Lapisan Au

Untuk Parameter Lapisan Cr

Untuk Parameter Lapisan Thiol

Untuk Parameter Lapisan Polimer

Pengolahan Data:
Indeks Bias Lapisan Au

Digunakan rumus:
~
n=n+ik

dengan : n = indeks bias rill ; ik = indeks


bias imajiner
2
(~
n ) =~ r + ~ i

2
(n+ik) =~ r + ~ i
2
2
n +2 iknk =~ r + ~ i

0,912025
2
=9,3137x 4 n
2
4n

4 n4 0,912025=37,2692 n2
4 n2 ( n2+ 9,3173 )=0,912025
2

4 n =0,912025
n=

( n2 ik2 ) +2 ink=~ r + ~ i

0,912025
4

diperoleh :
Untuk lapisan Au, diperoleh :

n=0,4775

Rata-rata indeks bias rill = -9,3137 =


2

n k

Sehingga :
k=

0,912025
; utuk n=0,4775
2n

k=

0,912025
=1
2 ( 0,4775 )

Rata-rata indeks bias imajiner =


1.3535 = 2nk

Maka :
2

n k =9,3137
dan
2 nk=0,955
k=

0,955
2n

k 2=

0,912025
4 n2

Sehingga :
n2k 2=9,3137

Karena :
4 n4 +37,2692 n20,912025=0
Gunakan rumus ABC :
n2=

b b 24 ac
2a

n2=

37,2629 (37,2629)24 {4 (0,912925 ) }


2(4)

n2=

37,2629 1.388,99+14,5924
8

n =4,6587 4,68306

0,912025
=9,3137
4 n2

n =0,02441atau9,34171
n=0 ,1562

n2=9,3137+

0,912025
2
4n
2

Setiap ruas dikali 4 n

Indeks Bias Lapisan Cr

, maka :

Digunakan rumus:
~
n=n+ik

dengan : n = indeks bias rill ; ik =


indeks bias imajiner
2
(~
n ) =~ r + ~ i

2
(n+ik) =~ r + ~ i
2
2
n +2 iknk =~ r + ~ i

237,733
2
=33,8322x 4 n
2
4n

4 n4 237,733=135,329 n2
4 n2 ( n2135,329 ) =237,733
2

4 n =237,733
n=

( n2 ik2 ) +2 ink=~ r + ~ i

237,733
4

diperoleh :
Untuk lapisan Cr, diperoleh :

n=7,709

Rata-rata indeks bias rill = -33,8322 =


2

n k

Sehingga :
k=

15,41858
;utuk n=7,709
2n

k=

15,41858
=1
2 ( 7,709 )

Rata-rata indeks bias imajiner =


15,41858 = 2nk

Maka :
2

n k =33,8322
dan
2 nk=15,41858
k=

15,41858
2n

k 2=

237,733
4 n2

Sehingga :
n2k 2=33,8322

Karena :
4 n4 +135,329 n2273,733=0
Gunakan rumus ABC :
n2=

b b 24 ac
2a

n2=

135,329 (135,329 n2)24 {4 (273,73312925 )


2(4)

n2=

135,329 18.313,938+3.803,728
8

n =16,916 18,590

237,733
=33,8322
4 n2

n =1,674 atau35,506
n=1, 294

n2=33,8322+

237,733
2
4n
2

Setiap ruas dikali 4 n

, maka :

Indeks Bias Lapisan Thiol

Digunakan rumus:
~
n=n+ik
dengan : n = indeks bias rill ; ik = indeks bias
imajiner
2
(~
n ) =~ r + ~ i

2
(n+ik) =~ r + ~ i
2
2
n +2 iknk =~ r + ~ i

( n2 ik2 ) +2 ink=~ r + ~ i
Untuk lapisan Cr, diperoleh :
Rata-rata indeks bias rill = 2,12895 =
2

n k

Rata-rata indeks bias imajiner = 0 = 2nk


Maka :
n2k 2=2,12895
dan
2 nk=0
k =0

Sehingga :
2

n k =2,12895
n2=2,12895
n= 2,12895
maka :
n = 1,4591

Indeks Bias Lapisan Polimer


74.893,079
=421,631x 4 n2
2
4n

Digunakan rumus:
~
n=n+ik

n2

dengan : n = indeks bias rill ; ik =

4 n4 74.893,079=1686,524 n2

indeks bias imajiner


2
(~
n ) =~ r + ~ i

(n+ik) =~ r + ~ i
2

n +2 iknk =~ r + ~ i
2

( n2 ik2 ) +2 ink=~ r + ~ i

4 n2 ( n21686,524 n2 ) =74.893,079
4 n2=74.893,079
n=

74.893,079
4

diperoleh :
n=136,833

Untuk lapisan Cr, diperoleh :


Rata-rata indeks bias rill =
2
2
-421,631 = n k

Rata-rata indeks bias imajiner =


273,6658 = 2nk

Maka :
n2k 2=421,631

k=

273,6658
; untuk n=136,833
2n

k=

273,6658
=1
2 ( 136,833 )

Karena :
4 n4 +1686,524 n 274893,079=0
Gunakan rumus ABC :

dan
2 nk=273,6658
k=

Sehingga :

273,6658
2n

n2 =

b b 24 ac
2a

k=

74.893,079
4 n2

Sehingga :
2

n k =421,631
n2

74.893,079
=421,631
2
4n
2

Setiap ruas dikali 4 n

V.

, maka :

n2=

1686,524 (1686,524)24 {4 (74893,079 ) }


2(4 )

n2 =

1686,524 2844363,203+1198289,264
8

n =40,514 atau462,145
n=6,63

Pembahasan
Pada praktikum kali ini yang berjudul Spektroskopi Surface Plasmon

Resonance (SPR) dilakukan simulasi percobaan mengukur ketebalan suatu bahan


dengan menggunakan software Winspall. Tidak hanya ketebala saja, tetapi nilai
konstanta dielektrik real da imajiner bahan serta nilai indeks biasnya dengan
melakukan fitting data dari data yang telah disediakan asisten dengan data
parameter pada modul. Lapisan yang diguinakan adalah Gold (Au), Chrom (Cr),
Thiol dan Polimer. Dimana data Gold banyaknya empat data, Gold + Thiol satu
data, dan Gold+Thiol+Polimer sebanyak empat data. Setelah dilakukan fitting dan
pengolahan data, diperoleh nilai ketebalan Au adalah 38 nm, Cr sebesar 5,565 nm,
Thiol sebesar 8,3404 nm dan polimer sebesar 0 nm. Lalu untuk nilai indeks
biasnya Au bernilai 0,1562, Cr bernilai 1,29, Thiol sebesar 1,4591 dan Polimer
sebesar 6,63. Dari hasil perolehan nilai indeks bias tersebut, nilai indeks bias
terbesar diperoleh untuk lapisan Polimer dan terkecil adalah nilai indeks bias Au.
Nilai indeks bias Au kurang dari 1, dimana nilai ini tidak sesuai dengan teori
dimana nilai indeks bias tidaka akn kurang dari 1. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa hal, yakni adanya kesalahan pada pengolahan data nilai indeks bias
bahan dan fitting data pada kurva yang tidak sesuai. Dimana data perhitungan
dipaksa harus sesuai dengan data sekunder yang dilakukan dengan iterasi untuk
memfitting data tersebut. Sedangkan hasil parameter dari iterasinya menghasilkan

nilai bialngan yang besar. Ketidaktepatan dalam mem-fitting data bisa disebabkan
karena data sebelumnya yakni data sekunder sebagai acuannya bisa saja tidak
sesuai atau tidak pas dengan nilai atau kurva aslinya sehingga nilai pendekatan
fitting data yang dilakukan tidak akurat. Lalu selama iterasi dilakukan, banyak
parameter yang nilainya terus diubah-ubah atau diiterasi sehingga menjauhi nilai
awal parameter tersebut. Tetapi, jika parameter-parameter tersebut tidak ikut
sertakan dalam proses iterasi, kemungkinan perubahan lapisan antar lapisan tidak
terdeteksi dan kurva tidak sesuai dengan kurva acuan. Karena lapisan yang
digunakan dalam skala nanometer, maka kemungkinan besar mempengaruhi
proses perhitungan akibat jarak interface pada setiap lapisan yang sangat rapat dan
tipis. Selanjutnya nilai ketebalan rata-rata lapisan polimer bernilai 0, hal ini
disebabkan karena pada parameter ketebalan awal pada modul bernilai nol, dan
jika diiterasi pun nilainya tidak akan berubah jika pada walnya bernilai nol.
Sehingga seharusnya nilai ketebalan tidak bernilai nol, karena jika bernilai nol
berarti lapisan polimer tersebut dianggap tidak ada. Lalu dari segi nilai sudut
resonansi atau SPR nya, semakin banyak lapisan berbeda yang digunakan, maka
sudutnya cenderung lebih besar, namun pada saat lapisan polimer ditambahkan,
justru nilai sudut resonansinya (SPR) menjadi menurun. Tetapi secara teori, sudut
resonansi terjadi ketika vektor gelombang cahaya sama dengan vektor gelombang
plasmon yang ada pada permukaan bahan logam atau dielektrik sehingga plasmon
dengan cahaya akan beresonansi. Dan besarnya sudut resonansi sebanding dengan
konstanta dielektrik bahan baik itu bahan dielektrik maupun logam. Dan ketika
fitting data dilakukan nilai konstanta dielektrik tiap bahan berubah-ubah baik nilai
real maupun imajinernya sehingga sudut resonansi berubah ubah ketika nilai
konstanta dielektrik lapisan berubah. Lalu bisa saja karena kurang tepatnya nilai
sudut SPR yang ditampilkan / yang diperkirakan sebab tidak ada bantuan semisal
garis untuk mengambil satu titik lembah kurva saat nilai reflektansinya bernilai
nol. Untuk sudut refleksinya, nilainya pun hanya diperkirakan saja titiknya ktika
nilai reflektansi mulai menaik menuju konstan. Secara teori, sudut refleksi ini
merupakan sudut ketika terjadi peristiwa TIR dimana cahaya yang melewati suatu
bahan dengan nilai indeks bias berbeda akan dipantulkan secara total atau

keseluruhan. Namun pada kurva-kurva yang dihasilkan pada praktikum kali ini
nilai reflektansi maksimal hanya mencapai 0,9 saja. Hal ini bisa terjadi akibat
adanya lapisanlapisan bahan yang memiliki nilai indeks bias dan konstanta
dielektrik yang berbeda.
VI.
Tugas Akhir
1. Berdasarkan hasil studi, jelaskan prosedur penggunaan Wispall
Jawab :
-

Buka aplikasi Winspall pada laptop/komputer.


Klik menu scan, lalu pilih load untuk mengambil data kurva acuan.
Pilih data pengukuran yang akan difitting kurvanya, klik open dan close.
Pilih menu simulation dan klik parameter untuk memasukan nilai tebal (d),
konstanta dielektrik real (r) dan imajiner (i) tiap lapisan dan selalu akhiri
dengan lapisan udara yang memiliki ketebalan d= 0, r=1 dan i=0 lalu klik

ok.
Pilih menu simulation, pilih manual untuk melakukan fitting data secara

manual dan pilih iterative untuk fitting data dengan iterasi.


Untuk simulasi iterative, ceklis parameter yang akan diiterasi. Lalu klik option

untuk memasukkan jumlah iterasi dan Divergence-Limit.


Klik start untuk memulai iterasi.
Klik accept jika data dirasa sudah cukup sesuai, jika belum sesuai lakukan

iterasi kembali dengan mengubah-ubah parameter yang diiterasi.


- Save data dan screeshot data jika dibutuhkan.
2. Tentukan ketebalan dan indeks bias lapisan Cr dan Au
Jawab :
Lapisan Cr d = 5,565 nm, n = 1,294
Lapisan Au d = 38,88 nm, n = 0,1562
3. Tentukan ketebalan dan indeks bias lapisan Thiol
Jawab :
Lapisan Thiol d = 8,3404 nm, n = 1,4591
4. Tentukan ketebalan dan indeks bias lapisan Polimer
Jawab :
Lapisan Polimer d = 0 nm, n = 6,63

VII.

Kesimpulan

Simpulan pada praktikum kali ini yang berjudul Spektroskopi Surface Plasmon
Resonance (SPR) adalah
1. Telah memahami penggunaan software Wispall, yakni software yang
digunakan untuk melakukan simulasi SPR, fitting kurva hasil pengukuran,
pengaruh nilai ketebalan, konstanta dielektrik bahan dan indeks bias bahan
terhadap nilai sudut kritis, sudut SPR, dan koefisien refleksi (reflektansi). Dan
juga nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk menentukan indeks bias bahan
seperti lapisan Au, Cr, Thiol dan Polimer.
2. Telah memahami peristiwa Attenuation Total Reflection (ATR), yakni
peristiwa ketika Total Internal Reflection (TIR) mengalami pengurangan
intensitas (attenuasi). Dimana ATR ini merupakan TIR dengan medium udara
yang digantikan dengan lapisan tipis logam, sehingga jarak jangkauan
gelombang evanescent mengalami atenuasi akibat indeks bias dan konstanta
dielektrik logam yang memiliki nilai kompleks.
3. Telah menentukan nilai indeks bias dan ketebalan lapisan tipis dengan fitting
data menggunakan software Winspall

Daftar Pustaka
[1] Aprilia, Annisa. 2015. Slide Perkuliahan Refleksi dan Refraksi Gelombang
Bidang. Prodi Fisika. FMIPA Universitas Padjadjaran.
[2] Rahmat. 2015. Modul Praktikum EksFis (KK-MF) Surface Plasmon
Resonance.
http://lfd.fmipa.itb.ac.id/rahmat/Optics_Photonics_Experiments/Modul_Prakt_Eks
Fis_FMF_SPR.pdf (Diakses tanggal 22 Maret 2016 Pukul 09:40 WIB)
[3].Anonim. 2015. Total Internal Reflection.
http://www.dpcdsb.org/NR/rdonlyres/38E16FD8-3D24-48A7-869B-

EA12FFDDCBB1/133430/125TotalInternalReflection.pdf (Diakses tanggal 22


Maret 2016 Pukul 07:57 WIB)
[4] KOOYMAN, ROB P. H. Physic Of Surface Plamon Resonance.
http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?
doi=10.1.1.520.7139&rep=rep1&type=pdf (Diakse tanggal 27 Maret Pukul 00:41
WIB)
[5]Google Gambar : http://seputarpendidikan003.blogspot.co.id/2014/12/hukumpembiasan-cahaya-snellius.html (Diakse tanggal 08 April Pukul 15:48 WIB)
[6] Google Gambar :http://www.rci.rutgers.edu/~longhu/Biacore/pic/spr.gif
(Diakse tanggal 08 April Pukul 16:53 WIB)

Anda mungkin juga menyukai