Anda di halaman 1dari 10

INTERFERENSI CAHAYA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Optik yang diampu


oleh Ahmad Khoiri S.Pd

Disusun oleh :
1. Nairul Majid (1211.019)
2. Nur Muftikhatul K (1211.021)
Pendidikan Fisika VIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2014
MATERI
INTERFERENSI CAHAYA

1. Pengertian Interferensi Cahaya


Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dari dua gelombang cahaya atau
lebih yang menimbulkan pola gelombang yang baru. Interferensi dapat bersifat membangun
dan merusak. Bersifat membangun jika beda fase kedua gelombang sama sehingga
gelombang baru yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat
merusak jika beda fasenya adalah 180 derajat, sehingga kedua gelombang saling
menghilangkan.

Warna-warni pelangi menunjukkan bahwa sinar matahari adalah gabungan dari


berbagai macam warna dari spektrum kasat mata. Warna pada gelombang sabun, lapisan
minyak dan warna bulu burung merak bukan disebabkan oleh pembiasan. Hal ini terjadi
karena interferensi konstruktif dan destruktif dari sinar yang dipantulkan oleh suatu lapisan
tipis. Adanya gejala interferensi ini bukti yang paling menyakinkan bahwa cahaya itu adalah
gelombang. Interferensi cahaya bisa terjadi jika ada dua atau lebih berkas sinar yang
bergabung. Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit diamati.
Interferensi cahaya sulit diamati karena dua alasan:
1) Panjang gelombang cahaya sangat pendek, kira-kira 1% dari lebar rambut.
2) Setiap sumber alamiah cahaya memancarkan gelombang cahaya yang fasenya sembarang
(random) sehingga interferensi yang terjadi hanya dalam waktu sangat singkat.
2. Syarat Terjadinya Interferensi
Interferensi cahaya tidaklah senyata seperti interferensi pada gelombang air atau
gelombang bunyi. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini:
1) Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya harus
memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi
yang sama.
2) Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitude yang hampir sama.

Untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya kohern sehingga dapat menghasilkan


pola interferensi adalah :
1) Sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal (satu
celah). Hal ini dilakukan oleh thomas young.
2) Dapatkan sumber-sumber kohern maya dari sebuah sumber cahaya dengan pemantulan
saja. Hal ini dilakukian oleh fresnel. Hal ini juga terjadi pada pemantulan dan pembiasan
(pada interferensi lapisan tipis).
3) Gunakan sinar laser sebagai sebagai penghasil cahaya kohern.

Terjadi dan tidak terjadinya interferensi dapat digambarkan seperti pada gambar berikut

Gambar (a) Tidak Terjadi Interferensi, (b) Terjadi Interferensi

3. Interferensi pada Cermin Fresnel dan Young


Untuk mendapatkan dua sumber cahaya koheren, A. J Fresnell dan Thomas Young
menggunakan sebuah lampu sebagai sumber cahaya. Dengan menggunakan sebuah sumber
cahaya S, fresnell memperoleh dua sumber cahaya S1 dan S2 yang kohoren dari hasil
pemantulan dua cermin. Sinar monokromatis yang dipancarkan oleh sumber S, dipantulkan
oleh cermin I dan cermin II yang seolah-olah berfungsi sebagai sumber S1 dan S2.
Sesungguhnya, S1 dan S2 merupakan bayangan oleh cermin I dan cermin II.
Gambar Percobaan Cermin Fresnell
Berbeda dengan percobaan yang dilakukan oleh Fresnell, Young menggunakan dua
penghalang, yang pertama memiliki satu lubang kecil dan yang kedua dilengkapi dengan dua
lubang kecil. Dengan cara tersebut, Young memperoleh dua sumber cahaya koheren yang
monokromatis dari sebuah sumber cahaya monokromatis. Pada layar tampak pola garis-garis
terang dan gelap. Pola garis-garis terang dan gelap inilah bukti bahwa cahaya dapat
berinterferensi. Interferensi cahaya terjadi karena adanya beda fase cahaya dari kedua celah
tersebut.

Gambar Percobaan Dua Celah oleh Young


Pola interferensi yang dihasilkan oleh kedua percobaan tersebut adalah garis-garis
terang dan garis-garis gelap pada layar yang silih berganti. Garis terang terjadi jika kedua
sumber cahaya mengalami interferensi yang saling menguatkan atau interferensi maksimum.
Adapun garis gelap terjadi jika kedua sumber cahaya mengalami interferensi yang saling
melemahkan atau interferensi minimum.
Pada gambar dibawah, tampak bahwa lensa kolimator menghasilkan berkas sejajar.
Kemudian, berkas cahaya tersebut melewati penghalang yang memiliki celah ganda sehingga
S1 dan S2 dapat dipandang sebagai dua sumber cahaya monokromatis. Setelah keluar dari S1
dan S2, kedua cahaya digambarkan menuju sebuah titik a pada layar. Selisih jarak yang
ditempuhnya (S2a – S1a) disebut beda lintasan.
Gambar Percobaan Interferensi Young
Jika jarak S1a dan S2a sangat besar dibandingkan jarak S1 ke S2, dengan S1S2 = d, sinar S1a dan
S2a dapat dianggap sejajar dan selisih jaraknya δs = S2b. Berdasarkan segitiga S1S2b, diperoleh
, dengan d adalah jarak antara kedua celah. Selanjutnya, pada
segitiga COA, .

Untuk sudut-sudut kecil akan didapatkan.

Untuk θ kecil, berarti p/l kecil atau p<<l sehingga selisih kecepatan yang ditempuh oleh
cahaya dari sumber s2 dan s1 akan memenuhi persamaan berikut ini.

Interferensi maksimum (pita terang) terjadi jika kedua gelombang yang berpadu
memiliki fase sama. Fase sama antara dua gelombang terjadi jika beda lintasan antara
keduanya (δs) sama dengan 0,λ,2λ,3λ,..
Δs=d sin θ= nλ, dengan n =0,1,2,3,...
Dengan n=0 untuk pita terang pusat, n=1 untuk pita terang pertama, n=2 untuk pita terang
kedua dan seterusnya. Interferensi minimum (pita gelap) terjadi jika kedua gelombang
1 1 1
berlawanan fase atau memiliki beda lintasan (δs) sama dengan 2 𝜆, 1 2 𝜆, 2 2 𝜆, …

Δs=d sin θ= (n+1/2)λ, dengan n =0,1,2,3,...


Gelap ke nol tidak ada sehingga n=0 untuk pita gelap kesatu, n=1 untuk pita gelap kedua n=2
untuk pita gelap ketiga dan seterusnya .

Jarak pita gelap atau pita terang ke n dari terang pusat


Untuk pita terang
𝑦𝑑
= 𝑛 λ dengan n =0,1,2,3,...
𝐿

Untuk pita gelap


𝑦𝑑
= (n + 1/2) λ dengan n =0,1,2,...
𝐿
Jarak antara pita terang dan pita gelap
Perhatikan gambar dibawah, jarak antara pita
terang dan pita gelap yang berdekatan adalah
δy. Nilai δy dapat dihitung dari jarak gelap
ke-1 dengan terang pusat, dengan persamaan
𝑑𝑦𝑔𝑒𝑙𝑎𝑝 𝑘𝑒 1 1
= (2𝑛 − 1) 2 𝜆, dengan n = 1
𝐿
1 𝑑∆𝑦 1 𝐿𝜆
= (2(1) − 1) 2 𝜆 ↔ = 2 𝜆 ↔ ∆𝑦 = 2𝑑
𝐿

Persamaan diatas menyatakan bahwa jarak antara pita terang dan pita gelap yang
berdekatan atau lebar pita ataupun jarak antara dua pita terang yang berdekatan berbanding
lurus (sebanding) dengan jarak antara celah dan layar l, panjang gelombang 𝜆, dan berbanding
terbalik dengan jarak antara kedua celah d.
Pengukuran 𝜆
Pengukuran 𝜆 diperoleh dari jarak antara dua pita terang yang berdekatan, 2δy untuk jarak
antara dua celah tertentu.
𝐿𝜆 (2∆𝑦)𝑑
(2∆𝑦) = atau 𝜆 =
𝑑 𝐿

Hubungan antara indeks bias medium dengan ∆𝑦


Misalkan mula-mula medium antara celah dan layar memiliki indeks bias n1 dan diperoleh
lebar pita = y. Jika medium antara celah dan layar diganti dengan indeks bias n2 maka
diperoleh lebar pita = y2. Hubungan antara y2 dan y1 dengan n2 dan n1 dapat dinyatakan
dengan 𝑦2 𝑛2 = 𝑦1 𝑛1

4. Interferensi pada Cincin Newton


Fenomena cincin newton merupakan pola
interferensi yang disebabkan oleh pemantulan cahaya di
antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa
cembung) dan permukaan datar yang berdekatan. Ketika
diamati menggunakan sinar monokromatis akan terlihat
rangkaian pola konsentris (sepusat) berselang-seling antara
pola terang dan pola gelap. Jika diamati dengan cahaya putih
(polikromatis), terbentuk pola cincin dengan warna-warni
pelangi karena cahaya dengan berbagai panjang gelombang
berinterferensi pada ketebalan lapisan yang berbeda. Cincin Gambar Pola Cincin Newton
terang terjadi akibat interferensi destruktif.
Hasil Interferensi
Pola interferensi cincin newton ini terjadi jika cahaya dengan panjang gelombang λ ,
datang dari atas dengan arah tegak lurus. Jika r adalah jari-jari kelengkungan lensa dan r
adalah jari-jari kelengkungan gelap dan terang hasil interferensi, maka akan terjadi hal-hal
berikut ini.
Interferensi cincin newton terjadi jika cahaya datang dari
atas dengan arah tegak lurus. Cincin di bagian luar lebih
rapat dibandingkan di bagian dalam. Dengan r adalah jari-
jari kelengkungan lensa, dan panjang gelombang cahaya
dalam kaca adalah λ, radius cincin terang ke-n, yaitu rn
dapat dihitung dengan rumus

, dengan m = 1, 2, 3, … adalah nomor urut cincin terang.


Sedangkan radius cincin gelap ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus
, dengan m = 1, 2, 3, … adalah nomor urut cincin gelap.

Perlu diingat bahwa panjang gelombang λ pada persamaan di atas adalah panjang
gelombang cahaya dalam kaca (lensa) yang dapat dinyatakan dengan: λ = λ0/r, di mana λ0
adalah panjang gelombang cahaya di udara dan n adalah indeks bias kaca (lensa)

5. Interferensi pada Selaput Tipis


Gelembung air sabun dan genangan minyak tanah diatas permukaan air akan terlihat
berwarna-warni karena terjadinya interferensi yaitu perpaduan dua gelombang cahaya yang
jatuh pada selaput tipis.
Pola interferensi pada lapisan
tipis dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu
panjang lintasan optik dan perubahan
fase sinar pantul. Interferensi antar
gelombang yang dipantulkan oleh
lapisan atas dan yang dipantulkan oleh
lapisan bawah ditunjukkan pada gambar
disamping.
Gambar Interferensi pada Selaput Tipis
Selisih lintasan yang ditempuh oleh sinar datang hingga menjadi sinar pantul ke-1 dan sinar
pantul ke-2 adalah
ΔS = S2 – S1 = n(AB + BC) – AD = n(2AB) – AD , dengan n adalah indeks bias lapisan tipis.
Jika tebal lapisan adalah d, diperoleh d = AB cos r sehingga AB = d/cos r dan AD = AC sin i,
dengan AC = 2d tan r. Dengan demikian, persamaan (2.8) menjadi:

Sesuai dengan hukum snellius, n sin r = sin i, selisih jarak tempuh kedua sinar menjadi:
ΔS = 2nd cos r
Supaya terjadi interferensi maksimum, δs harus merupakan kelipatan dari panjang gelombang
(λ), tetapi karena sinar pantul di b mengalami perubahan fase , δs menjadi

Jadi, interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis akan memenuhi persamaan
berikut.

2nd cos r = (m+1/2)λ dengan n = indeks bias lapisan tipis


d = tebal lapisan
sedangkan interferensi minimum yaitu: r = sudut bias
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
2nd cos r = mλ
λ = panjang gelombang sinar

Jika cahaya yang dijatuhkan pada selaput tipis cahaya monokromatik, maka pada gelembung
sabun tidak akan terlihat warna pelangi, melainkan warna terang dan gelap.
KESIMPULAN
Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dari dua gelombang cahaya atau
lebih yang menimbulkan pola gelombang yang baru. Interferensi dapat bersifat membangun dan
merusak. Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini:
1) Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya harus
memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki frekuensi yang
sama.
2) Kedua gelombang cahaya harus memiliki amplitude yang hampir sama.

Thomas Young mendapatkan sumber-sumber kohern dengan menyinari dua celah


sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal, sedangkan Fresnel mendapatkan sumber-
sumber kohern maya dari sebuah sumber cahaya dengan pemantulan saja. Interferensi pada
percobaan Young dan Fresnel dapat dirumuskan:
Untuk pita terang Untuk pita gelap
𝑦𝑑 𝑦𝑑
= 𝑛 λ dengan n =0,1,2,3,... = (n + 1/2) λ dengan n =0,1,2,...
𝐿 𝐿

Fenomena cincin newton merupakan pola interferensi yang disebabkan oleh pemantulan
cahaya di antara dua permukaan, yaitu permukaan lengkung (lensa cembung) dan permukaan
datar yang berdekatan. Radius cincin terang ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus

, dengan m = 1, 2, 3, … adalah nomor urut cincin terang.


Sedangkan radius cincin gelap ke-n, yaitu rn dapat dihitung dengan rumus
, dengan m = 1, 2, 3, … adalah nomor urut cincin gelap.

Pola interferensi pada lapisan tipis dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu panjang lintasan
optik dan perubahan fase sinar pantul. Interferensi maksimum sinar pantul pada lapisan tipis
akan memenuhi persamaan berikut.

2nd cos r = (m+1/2)λ dengan n = indeks bias lapisan tipis


d = tebal lapisan
sedangkan interferensi minimum yaitu: r = sudut bias
m = orde interferensi (0, 1, 2, 3, …)
2nd cos r = mλ
λ = panjang gelombang sinar
DAFTAR PUSTAKA

Hect, Eugene; fredrick J. Bueche. 2006. Fisika Universitas edisi kesepuluh. Jakarta : erlangga.

Kanginan, Marthen. 2008. Seribu Pena Fisika Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:Erlangga

M. Itok. 2010. Fisika SMA kelas X, XI, XII. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Sarojo, gianti aby. 2010. Gelombang dan Optika.

Supriyanto. 2006. Fisika SMA jilid 3 untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Tippler, Paul. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid Dua. Jakarta: Erlangga

http:\\fisika interferensi gelombang.html.Jum’at 7 Maret 2014.Pukul : 14.00

Anda mungkin juga menyukai