Anda di halaman 1dari 21

Institut Teknologi dan Sains Bandung

Modul Praktikum Fisika Dasar

Program Vokasi Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit

Disusun oleh :
DIKO GABRIEL PANGIHUTAN SIMANUNGKALIT

KOTA DELTAMAS
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya, saya dapat
menyelesaikan laporan pratikum fisika yang berjudul “Pengukuran dan ketidakpastian” sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Tujuan dari mengerjakan laporan pratikum Fisika ini ialah untuk memenuhi kewajiban
saya selaku mahasiswa. Selain itu, laporan pratikum ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan serta referensi bagi pembaca maupun penulis laporan pratikum Fisika ini.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bpk. Deni Rachmat, S.T., M.T., selaku
Dosen Pengampu Fisika yang mengajar materi ini yang saya cantumkan ke dalam laporan
pratikum fisika ini sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai materi apa yang
dipraktekan pada saat di laboratorium Fisika untuk memenuhi laporan pratikum Fisika ini.

Saya pun juga berterima kasih banyak kepada para asisten laboratorium Fisika yang
senantiasa membantu saya baik secara moral maupun material pada saat melakukan praktek
Fisika sehingga laporan pratikum Fisika ini dapat terwujud.

Demikian juga dengan Orang tua saya yang senantiasa mendoakan kelancaran kegiatan
kuliah saya dengan baik supaya bisa mendapat hasil yang terbaik

Saya menyadari bahwa laporan pratikum Fisika ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saya berharap para pembaca memberikan kritik ataupun saran yang bersifat
membangun demi laporan pratikum Fisika ini.
PEDOMAN PRAKTIKUM

1. Kehadiran
Praktikum harus diikuti sekurang-kurangnya 75 persen dari jumlah praktikum yang diberikan.
Jika tidak dipenuhi maka praktikumnya tidak lulus sehingga mengakibatkan ketidaklulusan
pada mata kuliah Fisika Dasar.
Ketidakhadiran karena sakit harus disertai surat keterangan resmi untuk diserahkan ke Asisten
Praktikum paling lambat dua minggu sejak ketidak-hadirannya. Jika tidak dipenuhi maka
dikenakan SANKSI 3.
Keterlambatan kurang dari duapuluh menit dikenai SANKSI 1.
Keterlambatan lebih dari duapuluh menit dikenai SANKSI 3.
2. Persyaratan Mengikuti Praktikum
Berperilaku dan berpakaian sopan (memakai kemeja dan bersepatu). Jika tidak dipenuhi maka
sekurang-kurangnya dikenakan SANKSI 1.
3. Pelaksanaan Praktikum
Mentaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium Fisika Dasar.
Mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten dan Dosen sebagai Penanggung Jawab
Praktikum.
Memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas keutuhan alat-alat praktikum.
4. Penilaian
Nilai praktikum ditentukan dari nilai Test Awal, Aktivitas dan Laporan Praktikum.
Nilai akhir praktikum (AP) dihitung dari rata-rata nilai praktikum, yaitu jumlah nilai seluruh
modul praktikum dibagi jumlah praktikumyang wajib dilaksanakan.
Kelulusan praktikum ditentukan oleh nilai akhir praktikum (AP > 50) dan keikutsertaan
praktikum harus ( > 75% ).
5. Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi diberikan bagi praktikan yangselama praktikum berlangsung menimbulkan
kerugian, misalnya memecahkan/ merusakkan alat. Nilai dan tata cara penggantian dapat
dilihat pada papan pengumuman kolektif.
6. Lain-lain
Praktikum yang tidak dapat dilaksanakan karenahari libur, kegagalan arus listriPLN dsb.,akan
diberikan praktikum pengganti setelah selu- ruh sesi praktikum reguler selesai. Secara umum
tidak diadakan Praktikum Susulan, kecuali bagi yang benar-benarsakit. Praktikum Susulan
akandilaksanakan setelah prak-tikum reguler berakhir. Persyaratan lengkap dan jadwalnya akan
diatur kemudian .
Tata tertib berperilaku sopan di dalam laboratorium meliputi di- antaranya larangan makan,
minum, merokok, menggunakan walkman dan sejenisnya.
Tata tertib berpakaian sopan di dalam laboratorium meliputi di-antaranya larangan memakai
sandal dan sejenisnya serta memakaike- meja.
Sanksi-sanksi :
SANKSI 1: Nilai Modul yang bersangkutan dikurangi 10.
SANKSI 2: Nilai Modul yang bersangkutan dikurangi 50.
SANKSI 3: tidak diperkenankan praktikum, sehingga Nilai Modul yang bersangkutan = NOL.
MODUL 1
Pengukuran dan ketidakpastian
1.1 Tujuan Percobaan
Melalui pelaksanaan modul percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu :

a. menggunakan alat ukur dasar

b. memahami sifat besaran yang diukur

c. memahami dasar-dasar ketidakpastian dalam suatu pengukuran

1.2 Alat-alat yang digunakan


Alat - alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah :

a. Penggaris

b. Jangka sorong mikrometer sekrup

c. Termometer

d. Busur derajat

e. Batang / Balok besi

f. Timbangan dan batu timbangan

g. Silinder logam

h. Stopwatch

i. Bejana Plastik

1.3 Dasar Teori


Alat ukur suatu besaran sejenis memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Beberapa
istilah yang perlu diketahui pada suatu alat ukur, antara lain:

a. Kepekaan (sensitivitas): yaitu kemampuan suatu alat dalam mengukur nilai terkecil dari
besaran atau perubahannya. Makin rendah batas nilai terkecil yang terukur, makin tinggi
kepekaan alat tersebut.
b. Daya pisah (resolusi): yaitu kemampuan suatu alat dalam membedakan dua nilai
berdekatan dari suatu besaran yang diukurnya. Makin kecil beda nilai yang mampu
diukur, maka makin tinggi resolusi alat tersebut. Pada alat, kemampuan ini ditunjukkan
oleh nilai sekala terkecil (NST).

c. Ketepatan (presisi): yaitu kemampuan suatu alat dalam menghasilkan nilai pengukuran
sedekat mungkin dengan nilai suatu besaran.

d. Kecermatan (akurasi): yaitu kemampuan dalam menghasilkan nilai pen- gukuran


sedekat mungkin dengan nilai suatu besaran. Hasil pengukuran ini tidak hanya
ditentukan oleh kemampuan alat saja, tetapi juga oleh faktor lainnya.

e. Kesalahan (error): yaitu besarnya taksiran nilai penyimpangan terhadap nilai hasil
pengukuran suatu besaran. Nilai ini sering disebut pula seba- gai nilai ketidakpastian.
Secara kualitatif dapat dinyatakanbahwamakin kecil nilai kesalahan makin tinggi
ketelitian suatu alat ukur; dan seba- liknya makin besar nilai kesalahan disebut makin
rendah ketelitian alat ukur tersebut.

Kualitas hasil pengukuran suatu besaran dalam eksperimen fisika diten- tukan oleh beberapa
faktor, yaitu :

a. Benda atau sistem besaran yang diukur

b. Alat yang dipergunakan mengukur

c. Orang yang mengukur

d. Lingkungan atau ruangan tempat pengukuran

Pengertian yang terkandung dalam faktor - faktor tersebut adalah:

a. Benda atau sistem yang ingin diukur besarannya, tidak selamanya teratur bentuknya,
ada pula yang tidak teratur. Selain itu nilai yang ingin diukur tidak selamanya tetap, ada
pula yang berubah-ubah nilainya

b. Alat yang dipergunakan belum tentu memiliki kualitas terbaik, atau pada saat
dipergunakan tidak pada keadaan terbaiknya.

c. Orang yang melakukan pengukuran tidak sedang dalam kondisi ter- baiknya , atau
bahkan melakukan suatu kesalahan penggunaan alat atau pelaksanaan prosedur.
d. Lingkungan atau ruangan tempat mengukur dapat mempengaruhi keadaan dalam butir
1.3.1 sampai dengan butir 1.3.3 tersebut.

Faktor - faktor yang dikemukakan tersebut menunjukkan adanya keragu- raguan pada setiap
hasil pengukuran. Nilai keragu-raguan pada suatu hasil pengukuran dinyatakan dalam bentuk
ketidakpastian (keraguan) atau ketelitian. Terdapat 2 jenis nilai ketidakpastian, yaitu: pertama
nilai keti-dakpastian relatif, dan kedua nilai ketidakpastian mutlak (absolut). Nilai
ketidakpastian absolut adalah nilai yang menyatakan penyimpangan ter- hadap nilai
pengukuran sesungguhnya. Nilai ketidakpastian relatif adalah nilai persentasi penyimpangan
terhadap hasil pengukuran. Hasil penguku- ran suatu besaran A dituliskan sebagai:

𝐴=𝐴±∆

atau,

𝐴 = 𝐴 ± ΔA
𝐴
Dengan 𝐴̅ adalah nilai taksiran atau nilai rata-rata dari besaran A, dan ΔA

adalah nilai ketidakpastian absolut dari besaran A, dan ΔA


𝐴
adalah nilaiketidakpastian relatif dari besaran A Penulisan persamaan 1.1, dan 1.2 memiliki
arti bahwa: nilai besaran A yang terukur sesungguhnya berada antara nilai 𝐴̅ + ∆𝐴 dengan
nilai 𝐴 − ∆𝐴 .

Bagaimana cara menentukan nilai A?

Penentuan nilai dan nilai ketidakpastian A ditentukan tergantung proses pengukuran yang
dilakukan. Terdapat dua cara menentukan kedua nilai tersebut, yaitu:

i. Pengukuran dilakukan sekali:

Pengukuran dalam percobaan yang dilakukan hanya sekali, penentuan nilai ditetapkan
oleh nilai bawah pada penunjukkan angka alat tersebut. Apabila dalam alat ukur terdapat
nonius, maka nilai memiliki tingkat ketelitian lebih tinggi yang diperoleh dari berimpitnya nilai
sekala terke- cil (NST) dengan sekala nonius.
Perhatikan pengukuran yang nilainya ditunjukkan tanda panah dibawah

NST dari alat ukur ini adalah 0,1 sekala. Apabila pada alat ukur tidak dilengkapi dengan
nonius, maka hasil pengukuran memberikan nilai Ā = 33, 1. Bila alat ini diperlengkapi dengan
nonius, pembacaan nilai Ā menjadi Ā = 33, 14. Angka 4 merupakan tambahan tingkat
pengukuran yang diperoleh dari skala berimpit, yaitu skala 4 pada nonius yang berimpit dengan
sekala 33,5 pada ukuran alat ini. Nilai ΔA pada pengukuran yang dilakukan sekali adalah
setengah dari nilai NST , jadi ΔA = 0, 05. Dengan demikian hasil pengukuran besaran A pada
contoh ini dituliskan sebagai : A = (33, 14 ± 0, 05) .

ii. Pengukuran dilakukan berulang kali:

Pada pengukuran berulang kali , sebutlah N kali , nilai ditentukan sebagai nilai rata-rata dari
semua pengukuran. Secara matematis penentuan nilai rata - rata ini dituliskan dalam bentuk :

Pada keadaan umum, pengukuran acak suatu besaran dapat memberikan pola distribusi. Apabila
pengukuran dilakukan demikian banyak , dapat mendekati proses kontinu. Nilai-nilai di luar nilai rata-
rata, baik ke arah yang lebih rendah maupun kearah yang lebih tinggi , akan membentuk suatu distribusi
kontinu. Apabila dimiliki bentuk setangkup terhadap nilai rata-rata disebut sebagai pola distribusi
normal. Pola distribusi ini diperlihatkan seperti pada gambar

Gambar 1.2. Distribusi Pengukuran

Nilai ketidakpastian, ΔA, ada pada rentang nilai-nilai pengukuran. Terdapat 2 cara penentuan
nilai ΔA, yaitu:
a. dipakai nilai tengah dari nilai tertinggi (Amax) dan nilai terrendah (A min). Sehingga
nilai ΔA adalah: ΔA = Amax − Amin

b. dipakai nilai penyimpangan baku (standar deviasi), σ yang didefinisikan sebagai:

Namun demikian apabila jumlah pengukuran banyak (N besar) maka sering digunakan

nilai ketidak- pastian yang dituliskan sebelumnya.

Nilai suatu besaran seringkali ditentukan oleh suatu rumus yangdi dalamnya terdiri lebih dari satu
jenis besaran. Besaran-besaran yang membangun rumus tersebut nilainya diukur dengan
ketidakpastiannya masing- masing.

Sebagai contoh, bila diberikan besaran A = (Ā ± ΔA) , dan B = (B̄ ± ΔB), maka nilai
ketidakpastian dari suatu besaran yang dihitung berhubungan dengan kedua besaran tersebut
dirangkum dalam tabel 1-1.

Tabel 1.1.

Nilai suatu besaran termasuk pecahan lazim dituliskan dalam bilan- gan desimal dengan
pangkat dari bilangan dasar 10. Banyaknya angka yang dipakai dalam penulisan disebut angka
berarti (AB). Sebagai contoh, penulisan yang lazim dipakai adalah sebagaimana ditunjukkan

dalam tabel 1-2. Misal, untuk suatu nilai 1, 4273× 105 , dituliskan sebagai:
Tabel 1.2.

AB Ketidakpastian relatif Penulisan


(o/o)
5 0,05 (1, 4273 ± 0, 0005) ×
105
4 0,5 (1, 427 ± 0, 005) × 105
3 5 (1, 43 ± 0, 05) × 105
2 10 (1, 4 ± 0, 1) × 105

1.4 Tugas Pendahuluan

Kerjakan di rumah dan serahkan kepada asisten anda sebelum praktikum dimulai.

1. Sebuah lingkaran, diketahui memiliki jejari, R = (4,28± 0,006) x 10-2 m tentukanlah


keliling dan luas lingkaran tersebut.

Jawab =

K ̅ + ΔK
=𝑲
̅
𝑲 =𝟐𝝅𝒓̅ →2𝝅(4.28 x 10-2 m) → 0.29 m
ΔK =2 𝟐𝝅2 Δr → 𝟐𝝅2(0.06 x 10-2m) →0.0119 m
K =(0.269 + 0.0119)m

̅ + ΔO
O =𝑶
̅ = 𝝅𝒓̅2 Δr→ 𝝅(4.28 x 10-2m)2 →0.0058 m2
𝑶
ΔO= 0.0005 m2
O =(0.0058 + 0.0005)M2
2. Sebuah besaran P bergantung pada tiga buah variabel, yaitu : A , B dan C . Variabel A
memiliki ketidakpastian ΔA, variabel B memiliki ketidakpastian ΔB, dan variabel C
memiliki ketidakpastian ΔC . Bila sifat besaran P adalah:

𝐴𝐵2
𝑃=
𝐶3

tentukanlah perumusan untuk menentukan ketidakpastian besaran P, (∆P)

Jawab =

P = 𝑃̅ ±ΔP
𝐴 𝐵2
𝑃̅ = 𝑐3

𝜕𝑃 𝜕𝑃 𝜕𝑃
∆𝑃 = ∆𝐴 + ∆𝐵 + ∆𝐶
𝜕𝐴 𝜕𝐵 𝜕𝐶

̅𝐵
𝐴 ̅2 ̅𝐵
𝐴 ̅2 ̅𝐵
𝐴 ̅2
𝜕 ̅3 𝜕 ̅3 𝜕 ̅3
𝐶 𝐶 𝐶
∆𝑃 = ∆𝐴 + ∆𝐵 + ∆𝐶
𝜕𝐴 𝜕𝐵̅ 𝜕𝐶

1
𝐵̅ 2 𝜕𝐴 𝐴 𝜕𝐵̅ 2 𝜕 ̅3
∆𝑃 = ∆𝐴 + ∆𝐵 + 𝐴 𝐵̅2 𝐶
∆𝐶
𝐶 3 𝜕𝐴 𝐶 3 𝜕𝐵̅ 𝜕𝐶

𝐵̅ 2 𝐴 𝐵̅ 𝐴 𝐵̅ 2
∆𝑃 = 3
∆𝐴 + ∆𝐵 − ∆𝐶
𝐶 𝐶3 𝐶4

3. Apa yang dimaksud dengan rapat masa bahan / benda, dan tuliskan rumus /
persamaannya.

Jawab =
𝑚
𝜌= 𝑣

4. Bila jari-jari bumi R = (6, 37± 0, 01)× 106 m dan jam tangan anda mengukur waktu
sehari semalam adalah (24 jam ± 0, 1 persen) , tentukanlah kecepatan rotasi bumi dengan
nilai ketidakpastian pengukurananda.

Jawab =

𝐾=𝐾̅ ± ∆𝐾
̅ = 2𝜋𝑟 => 2𝜋(6.37 × 106 𝑚) => 4242.53 𝑚
𝐾
∆𝐾 = 2𝜋 2 ∆𝑟 => 2𝜋 2 (0.01 × 106 𝑚) => 20.92 𝑚
𝐾 = (4242.53 ± 20.92)𝑚

Kecepatan bumi
𝑣 = 𝑣 + ∆𝑣
𝐾̅ 4242.53
𝑣= => => 176.77 𝑚/𝑗𝑎𝑚
𝑇̅ 24
∆𝐾 ̅
𝐾 20.92 4242.53
∆𝑣 = ̅ − ̅̅̅̅2 ∆𝑇 => − 0.001 => 0,864 𝑚/𝑗𝑎𝑚
𝑇 𝑇 24 576
𝑣 = (176.77 ± 0.864)𝑚/𝑗𝑎𝑚

Kecepatan rotasi bumi


𝜔=𝜔 ̅̅̅ ± ∆𝜔
𝑣̅ 176.77
𝜔 = => => 0.262 rad/jam
𝑟 6.37×106
∆𝑣 𝑣̅ 0.864 176.77
∆𝜔 = − ̅̅̅2̅ ∆𝑟=> − (6.37×106)2 (0.01 × 106 )
𝑟 𝑟 6.37×106
=>0.00086 rad/jam
𝜔 = (0.262 ± 0.00086)𝑟𝑎𝑑/𝑗𝑎𝑚

1.5 Alur prosedur percobaan

Di mulai

Disiapkan alat

Di timbang dan dicatat massa balok 1 dan 2


sebanyak 5 kali percobaan

Diukur panjang, lebar Diukur panjang, lebar ,


,tinggi balok 1 dan 2 tinggi balok 1 dan 2
dengan mikrometer sekrup dengan jangka sorong

Diulang sebanyak lima kali percobaan

Ditentukan volume dan nilai ketidakpastiannya

Selesai
1.6 Percobaan

Dari benda / barang yang anda miliki, tuliskan NST dari: penggaris, jam tangan,
pengukur tegangan listrik (voltmeter), timbangan dan termometer.

Tabel 1.3 . Hasil Percobaan 1.1

Batas Ukur Nilai Skala


No Nama Alat Ukur Gambar
Maksimum Terkecil (NST)

1 Penggaris 30 cm 1mm

2 Jangka Sorong 10 cm 0,1 mm

3 Mikrometer Skrup 25 mm 0,01 mm

4 Stop wach 24 jam 1 detik

6. Neraca 310 gram 0.1 gram

Gunakan alat yang sesuai fungsinya, ukurlah dalam sekali pengukuran dan tuliskan hasilnya
dengan benar beberapa besaran berikut:

a. perioda degup jantung teman satu kelompok anda,

b. masa balok dan masa silinder yang anda miliki


Tabel 1.5. Hasil Percobaan
Nama Alat
Perc Nama Alat Hasil
Ukur
1 Balok Logam Neraca 143,52 g
Balok Non Mikrometer 11,89 mm3
2
Logam sekrup
3 Silinder logam Jangka Sorong 10,3 mm3
Silinder non Jangka Sorong 6,93 m3
4
logam

1. Ukurlah 10 kali tegangan listrik PLN dalam ruangan laboratorium ini. Tuliskan dengan benar
hasil pengukuran anda.

2. Ukurlah masing-masing 10 kali, pada tempat-tempat berbeda dengan menggunakan jangka


sorong, dan atau mikrometer sekrup besaran panjang, lebar dan tinggi balok yang anda miliki.
Setelah itu tentukan volume dan nilaiketidakpastiannya.

Tabel 1.7. Hasil Percobaan 4 Balok

A. Balok Logam

Perc Panjang (p) Lebar (l) Tinggi (t) Volume (V)

1 2,01 2,03 2,02 8,24

2 2,04 2,07 2,05 8,65

3 2,03 2,01 2,03 8,28

4 2,02 2,06 2,09 8,69

5 2,05 2,04 2,04 8,53

6 2,07 2,05 2,06 8,74

7 2,09 2,01 2,07 8,69

8 2,01 2,08 2,01 8,40

9 2,08 2,02 2,02 8,43

10 2,07 2,06 2,08 8,86

Nilai 2,05
Rata-rata 2,043 2,05 8,56
Hasil Perhitungan dan Ketidakpastiannya:

1. 8,24 - 8,56 = -0,32 mm


2. 8,65 - 8,56 = 0,09 mm
3. 8,28 - 8,56 = -0,28 mm
4. 8,69 - 8,56 = 0,13 mm
5. 8,53 - 8,56 = -0,03 mm
6. 8,74 - 8,56 = 0,18 mm
7. 8,69 - 8,56 = 0,13 mm
8. 8,40 - 8,56 = -0,16 mm
9. 8,43 - 8,56 = -0,13 mm
10. 8,86 - 8,56 = 0,3 mm
((-0,322) + 0,09 +(-0,28) +0,13 +(-0,03)+ 0,18 +0,13 +(-0,16)+( -0,13)+ 0,3) /10

=√0,04 = 0,2 mm
Hingga ketidakpastiannya adalah 8,56 mm ± 0,2 mm

B. Balok Non Logam

Perc Panjang (p) Lebar (l) Tinggi (t) Volume (V)

1 12,79 4,05 1,81 93,75

2 12,70 4,01 1,79 91,15

3 12,68 4,04 1,84 94,25

4 12,73 4.03 1,80 92,34

5 12,83 3,98 1,78 90,89

6 12,75 4,06 1,83 94,72

7 12,77 4,08 1,85 96,38

8 12,78 4,09 1,80 94,08

9 12,74 4,10 1,82 95,06

10 12,76 4,02 1,72 88,22

Nilai 12,753
Rata-rata 4,05 1,8 93,08
Hasil Perhitungan dan Ketidakpastiannya:

1. 93,75 - 93,08 = -0,67mm


2. 91,15 - 93,08 = -1,93 mm
3. 94,25 - 93,08 = 1,17 mm
4. 92,34 - 93,08 = - 0,74mm
5. 90,89 - 93,08 = -2,19 mm
6. 94,72 - 93,08 = -1,64 mm
7. 96,38 - 93,08 = -3,3 mm
8. 94,08 - 93,08 = -1 mm
9. 95,06 - 93,08 = -1,98 mm
10. 88,22 - 93,08 = -4,86 mm
((-0,67)2 + (-1,93) 2 +1,172 +(- 0,74) 2+( -2,19) 2+ (-1,64) 2
+(-3,3) 2 +(1) 2+( -1,98) 2+ 4,86) 2 /10

= √5,30 = 5,30 mm
Hingga ketidakpastiannya adalah 93,08 mm ± 5,30 mm

C. Silinder Logam
Jari-jari Luas alas
Perc Jari-jari (r) Volume (V)
kuadrat r2 (A)
1 0,54 0,29 0,91 0,14

2 0,52 0,27 0,84 0,11

3 0,53 0,28 0,87 0,12

4 0,54 0,29 0,91 0,14

5 0,56 0,31 0,97 0,16

6 0,55 0,30 0,94 0,15

7 0,53 0,28 0,89 0,13

8 0,52 0,27 0,84 0,11

9 0,51 0,26 0,81 0,10

10 0,54 0,29 0,91 0,14

Nilai 5,34
Rata-rata 2,84 8,87 0,129
Hasil Perhitungan dan Ketidakpastiannya:

1. 0,14 -0,129 = 0,011 mm


2. 0,11 -0,129 = -0,019 mm
3. 0,12 -0,129 = -0,009 mm
4. 0,14 -0,129 = 0,011 mm
5. 0,16 -0,129 = 0,031 mm
6. 0,15 -0,129 = 0,021 mm
7. 0,12 -0,129 = -0,009 mm
8. 0,11 -0,129 = -0,019 mm
9. 0,10 -0,129 = -0,029 mm
10. 0,14 -0,129 = 0,011 mm

0,0112+(-0,019) 2+( -0,009) 2+ 0,0112 +0,0312 +0,0212+


(-0,009) 2+( -0,019) 2+( -0,029) 2+ 0,0112 /10

=√0,000349 = 0,019mm
Hingga ketidakpastiannya adalah 0,129 mm ± 0,019 mm

D. Silinder Non Logam


Jari-jari Luas alas
Perc Jari-jari (r) Volume (V)
kuadrat r2 (A)
1 2,84 8,06 25,24 577,75

2 2,83 8,01 25,22 571,69

3 2,85 8,04 25,29 579,49

4 2,81 8,07 25,20 571,45

5 2,80 8,05 25,25 569,13

6 2,88 8,02 25,21 582,29

7 2,82 8,09 25,27 576,50

8 2,87 8,03 25,23 581,45

9 2,81 8,08 25,20 572,16

10 2,89 8,01 25,21 583,58

Nilai 28,4
Rata-rata 8,046 25,232 576,55
Hasil Perhitungan dan Ketidakpastiannya:

1. 577,75 - 576,55 = 1,2


2. 571,69 - 576,55 = -4,86
3. 579,49 - 576,55 = 2,94
4. 571,45 - 576,55 = -5,1
5. 569,13 - 576,55 = -7,42
6. 582,29 - 576,55 = 5,74
7. 576,50 - 576,55 = -0,05
8. 581,45 - 576,55 = 4,9
9. 572,16 - 576,55 = -4,39
10. 583,58 - 576,55 = 7,03

1,22+(--4,86) 2+2,94 2+ (-5,1)2 +(-7,42)2 +5,742+


(--0,05) 2+4,9 2+( --4,39) 2+ 7,032 /10

=√24,04 = 4,90 mm
Hingga ketidakpastiannya adalah 576,55 mm ± 4,90 mm

3. Tentukan rapat masa balok dan silinder yang anda miliki dengan menggunakan hasil
percobaan pada bagian 1.5.2 , 1.5.4 , dan 1.5.5. Bandingkan hasilnya , dan berikan
penjelasan terhadap hasil yanganda peroleh.

E. Neraca
Rapat Massa
Benda massa (m) Volume (l)
(ρ)
Balok Logam 69 8,56 8,06

Balok Non Logam 12 93,08 0,13

Silinder Logam 97 0,129 751,93

Silinder Non Logam 3 576,55 0,005

Hasil Perhitungan:

Balok logam
̅
𝑚
𝜌 = 𝑣̅

69
= 8,56
= 8,06 𝑔/𝑐𝑚³
Balok non Logam
𝑚̅
𝜌=
𝑣̅

12
= 93,08

= 0,13 𝑔/𝑐𝑚3

Silinder logam
̅
𝑚
𝜌 = 𝑣̅

97
= 0,129

= 751,93 𝑔/𝑐𝑚3

Silinder non logam


̅
𝑚
𝜌 = 𝑣̅

3
= 576,55

= 0,005 𝑔/𝑐𝑚3

1.7 Analis Data

➢ Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan,pada pengukuran balok dengan


menggunakan Mikrometer Sekrup didapatkan hasil sebagai berikut :
• Volume yang didapatkan pada balok kayu : 8,56 mm ± 0,2 mm
• Volume yang didapatkan pada balok perunggu : 93,08 mm ± 5,30 mm

➢ Selanjutnya pengukuran silinder logam dan non logam dengan menggunakan


Jangka Sorong didapatkan hasil sebagai berikut :
• Volume yang didapatkan pada silinder logam 93,08 mm ± 5,30 mm

• Volume yang didapatkan pada silinder non logam : 576,55 mm ± 4,90 mm

➢ Selanjutnya hasil rapatan masa menggunakan neraca


• Masa dari balok logam 69 gram dengan volume 8,56 dan rapat masanya ialah 8,06
• Masa dari balok non logam 12 gram dengan volume 93,08 dan rapat masanya ialah
0,13
• Masa dari silinder logam 97 gram dengan volume 0,129 dan rapat masanya ialah
751,93
• Masa dari silinder non logam 3 gram dengan volume 57,6,55 dan rapat masanya ialah
0,005
1.8 Kesimpulan

Setiap pengukuran yang berulang-ulang pasti bisa dicari ketidakpastiannya dengan


kaidah-kaidah yang sudah ada beserta garis besar ketidakpastian-nya ialah mencari ketellitian
dari sebuah alat yang diinginkan atau ketelitian hasil pengukuran seseorang dan dalam
pengerjaan laporan ini saya mengetahui bahwa ketelitian, kesungguhan dan kesabaran sangat
perlu diperlukan.

Selain itu, hasil dari kegiatan Pratikum Fisika ini ialah; mampu mempelajari metode
penggunaan Penggaris (Mistar), Jangka Sorong, Mikrometer Sekrup, Stopwatch serta
mengetahui tingkat ketelitian pada masing-masing alat ukur yang digunakan untuk mengukur
pada suatu benda (wadah).

Selain itu, hasil ukuran pada suatu benda dapat menghasilkan suatu angka dan angka
tersebut diolah yang menghasilkan suatu data. Alhasil terciptalah data-data hasil pengukuran
pada masing-masing alat ukur yang sudah dilakukan pengukuran secara berulang-ulang. Data
yang sudah diolah (dihasilkan) sudah dipaparkan di laporan pratikum fisika ini.
1.9 Daftar Pustaka

1. Suparno Satira, Fisika Pembahasan Terpadu, 2011


2. Darmawan Djonoputro, B , Teori Ketidakpastian, Penerbit ITB, 1984
3. C.S Rangan et coll , Instrumentation Devices and Systems, Mc Draw-Hill Publ,
NewDelhi , 1992
4. Rahmat Hidayat , Sparisoma Viridi et coll, Modul Praktikum Fisika dasar, Lab
Fisikadasar ITB , 2010
5. https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrg1j1YWbZjsQcPJYVXNyoA;_ylu=
Y29sbwNncTEEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Nj/RV=2/RE=16729236
09/RO=10/RU=https%3a%2f%2fwww.timbanganindonesia.com%2fnews
_and_event%2fdetail%2f250%2fmacam-macam-timbangan-
neraca.html%23%3a~%3atext%3dPengertian%2520Neraca%2520Timba
ngan%2520adalah%2520alat%2520untuk%2520menghitung%2520massa
%2cmasa%2520sebuah%2520benda%2520yang%2520belum%2520diket
ahui%2520dapat%2520diukur./RK=2/RS=1lu3sNckPNVjUd7fxjoNHi1t
Wsk-

Anda mungkin juga menyukai