Anda di halaman 1dari 92

1|Page

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2


MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA DASAR FT UNTIRTA ................ 3
PERATURAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR FT
UNTIRTA .................................................................................................... 4
PESAWAT ATWOOD ......................................................................................... 7
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM ........................................................... 15
TETAPAN PEGAS ............................................................................................. 23
BANDUL REVERSIBEL ................................................................................... 32
MODULUS YOUNG ........................................................................................ 238
PANAS JENIS DAN KALORIMETER ............................................................. 47
GELOMBANG PERMUKAAN ......................................................................... 53
RANGKAIAN LISTRIK .................................................................................... 63
VISKOSITAS FLUIDA ...................................................................................... 72
MODULUS PUNTIR .......................................................................................... 79
KOEFISIEN MUAI PANJANG ......................................................................... 87

2|Page
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FT UNTIRTA
TAHUN AKADEMIK
2019/2020
KEPALA LABORATORIUM

Ir. Ri Munarto, M.Eng.

ASISTEN LABORATORIUM

1. Adam Andi Nugroho T. Metalurgi


2. Adzra Hana Nabila T. Metalurgi
3. Ahmad Fauzi T. Mesin
4. Chintya Nur Ramdhani T. Metalurgi
5. Danur Eka Riyanto T. Elektro
6. Destia Maradhina T. Sipil
7. Fitri Viviyana T. Metalurgi
8. Fuji Dwi Putri T. Kimia
9. Ginda Quriatama T. Metalurgi
10. Muhammad Maulanna Zensih T. Elektro
11. Muhammad Rifqi Hafizh T. Elektro
12. Nadin Alifia T. Kimia
13. Niko Arfana Usti T. Elektro
14. Nindya Carolin Ciptia Sari T. Kimia
15. Reza Hariansyah T. Elektro
16. Shania Yosephin Ginting T. Kimia
17. Siti Aisah T. Kimia
18. Vini Hafidzatul Hakimah T. Metalurgi

3|Page
PERATURAN DAN TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM
FISIKA TERAPAN FT UNTIRTA

A. Kehadiran
1. Praktikan wajib hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Keterlambatan kurang dari 10 menit dari waktu praktikum dikenai
SANKSI 1.
3. Keterlambatan lebih dari 10 menit dari waktu praktikum dikenai SANKSI
3.
4. Keterlambatan lebih dari 30 menit dari waktu praktikum dikenai SANKSI
4.
5. Praktikan yang berhalangan hadir karena sakit wajib disertai dengan surat
keterangan sakit yang diserahkan ke Laboratorium Fisika Terapan paling
lambat dua hari setelah jadwal praktikum yang seharusnya.
6. Bagi praktikan yang berhalangan hadir karena alasan akdemik
diperbolehkan melakukan change shift dengan praktikan lainnya sesuai
dengan modul yang dipraktikumkan.
7. Praktikan yang melakukan changeshift wajib mengisi form changeshift
maksimal 1 hari sebelum jadwal praktikum seharusnya bersama rekan
changeshift-nya.
8. Shifting diperbolehkan pada jadwal praktikum yang kosong (apabila
praktikan yang memiliki jadwal tidak hadir) sesuai dengan modul yang
akan dipraktikumkan.
9. Praktikan yang melakukan shifting wajib datang menyerahkan kartu
praktikum maksimal 15 menit sebelum jadwal praktikum.
10. Praktikan hanya diperbolehkan melakukan shifting satu kali.

B. Persyaratan Mengikuti Praktikum


1. Praktikan wajib berpakaian rapih dan sopan, mengenakan kemeja
berkerah, sepatu, dan jas almamater.

4|Page
2. Praktikan wajib membawa modul, kartu praktikum, laporan sementara,
lembar tes pendahuluan.
3. Praktikan wajib membuat laporan sementara yang terdiri dari bab 1 sampai
bab 3. Bab 2 minimal berjumlah 5 halaman. Sumber materi tidak
diperkenankan menyalin dari modul.
4. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum sebelum semua
persyaratan dipenuhi.

C. Pelaksanaan Praktikum
1. Praktikan wajib menaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium Fisika
Terapan.
2. Praktikan wajib memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas
keutuhan alat-alat praktikum. Apabila terjadi kerusakan pada alat
praktikum dan fasilitas Laboratorium Fisika Terapan menjadi tanggung
jawab praktikan yang bersangkutan.
3. Praktikan dilarang membawa makanan, minuman, obat-obatan terlarang,
dan barang-barang yang membahayakan ke dalam Laboratorium Fisika
Terapan.
4. Praktikan dilarang menggunakan perhiasan atau aksesoris yang terlihat
agar tidak membahayakan jalannya praktikum. Apabila praktikan
melanggarnya dapat dikenakan SANKSI 2.
5. Praktikan wajib menjaga suasana kondusif selama praktikum berlangsung.
Apabila praktikan mengganggu jalannya praktikum dapat dikenakan
sedikitnya SANKSI 2.
6. Praktikan tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi. Jika
praktikan melanggar dapat dikenakan SANKSI 2.
7. Praktikan wajib mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten dan
Dosen Laboratorium Fisika Terapan.
8. Praktikan wajib menggunakan kalkulator scientific untuk melakukan
pengolahan data.

5|Page
D. Pengumpulan Laporan
1. Waktu pengumpulan laporan satu minggu setelah dilaksanakannya
praktikum.
2. Waktu pengumpulan laporan pada jam kerja, dari jam 09.00 sampai 16.00.
3. Apabila terlambat mengumpulkan laporan, maka laporan tidak diterima
(hangus).
4. Apabila terindikasi memplagiat laporan, maka pada bab yang sama akan
diberi nilai 0.
5. Revisi laporan 3 hari setelah laporan diberikan kepada praktikan.

SANKSI-SANKSI

1. SANKSI 1: Bobot nilai tes pendahuluan dikurangi 5%.


2. SANKSI 2: Bobot nilai tes pendahuluan dikurangi 10%.
3. SANKSI 3: Nilai tes pendahuluan 0 (nol) .
4. SANKSI 4: Tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

6|Page
Modul 01
PESAWAT ATWOOD
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal besaran fisis momen inersia.
2. Mengenal Hukum Newton melalui sistem katrol.
3. Mengamati gerak dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap.
4. Memeriksa apakah Hukum Newton berlaku baik terhadap sistem katrol.
5. Menghitung harga momen inersia katrol bila percepatan gravitasi
diketahui.

B. Teori Dasar
1) Hukum Newton I: Jika suatu sistem (benda) tidak mendapat gaya dari
luar, maka sistem itu akan tetap dalam keadaannya.
∑F = 0 ......................................................................................... (1.1)
2) Hukum Newton II, ditulis secara matematis :
F = m·a ........................................................................................ (1.2)
di mana,
F: gaya yang bekerja pada sistem (N)
m: massa benda (kg)
a: percepatan yang dialami benda (m/s2)
3) Kesimpulan dari persamaan di atas:
a) Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
b) Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Bila gayanya
konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan.
c) Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami
percepatan. Sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda
mengalami percepatan maka tentu ada gaya yang
menyebabkannya.
4) Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap

7|Page
Vt = V0 + a  t ....................................................................................(1.3)

X t = X 0 + V0 t + 1 2 at 2
...................................................................(1.4)

V 2 = V02 + 2a( X t − X 0 )
................................................................(1.5)

5) Benda yang bergerak melingkar melalui poros:


Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya,
maka pada gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang
ekivalen dengan persamaan gerak linier. Dalam hal ini ada besaran
fisis momen inersia I yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m)
pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu
harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya (harga
tersebut adalah harga yang tetap).
I~m
I ~ r2
6) Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada Gambar 1.1,
maka berlaku persamaan seperti berikut (bila dianggap M1 = M2 = M):
mg
a=
2M + m + I
r2 ...........................................................................(1.6)

8|Page
A
M2

B
M1

Gambar 1.1 Katrol dengan Beban (Pesawat Atwood)

Pada saat M2 berada di titik A dan diberi beban tambahan m, maka


terjadi gerak dipercepat dengan persamaan (1.6). Saat melalui lubang B,
benda m akan tertinggal dan M2 lolos melalui lubang B dan menuju titik C
dengan kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2+m berada di titik A.
Jika M1 dilepas dari klem, maka M2+m akan turun dari titik A ke C melewati
titik B dengan gerak dipercepat.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1 Alat-alat Pesawat Atwood

No. Alat Jumah


1. Alat Pesawat Atwood 1 set
2. Tali penggantung :Benang nilon 1m
3. Pemegang beban pegas 1 buah
4. Neraca 1 buah
5. Beban Penggantung M1 dan M2 @ 100 g @ 1 buah

9|Page
6 Beban tambahan m 20 g 2 buah
7. Penahan beban berlubang dan tanpa lubang @ 1 buah
8. Penggaris 1 buah
9 Stopwatch 1 buah

D. Prosedur Percobaan
1. Timbang massa M1, M2, m1 dan m2 masing-masing sebanyak 3 kali.
2. Gantungkan massa beban utama dan pada ujung-ujung tali kemudian
pasang pada katrol..
3. Pasangkan pada pemegang beban berpegas, selidiki apakah tiang
sejajar dengan tali. Jika tidak aturlah sampai sejajar
4. Tambahkan beban m pada beban M2! (Perhatikan Gambar 1.1!)
5. Tekan pegas pada pemegang beban, maka M1 akan terlepas dari
pemegang beban dan bergerak ke atas, sedangkan M2 + m akan
bergerak ke bawah
6. Catat waktu perpindahan M2+m dari A ke B (t1) dan dari B ke C (t2)!
7. Ulangi pengamatan sebanyak tiga kali untuk setiap jarak yang
ditentukan asisten.
a. Percobaan A: jarak A-B tetap, jarak B-C berubah
b. Percobaan B: Jarak A-B berubah, jarak dan B-C tetap.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Pastikan tiang Pesawat Atwood berdiri tegak (tidak miring).
2. Pastikan pesawat tidak oleng ketika M1 dilepaskan.
3. Hindari mengubah kedudukan katrol.
4. Cara mengukur jarak XAB dan XBC karena beban tambahan m akan
terlepas ketika bagian atas M2 melewati titik B dan M2 akan berhenti
saat bagian bawahnya menyentuh titik C.
5. Waktu t1 (dari A ke B) mulai dicatat bersamaan dengan saat M1
dilepas.

10 | P a g e
E. Pertanyaan
1. Apabila diameter katrol dalam percobaan diubah, apakah mampu
mempengaruhi data yang didapatkan? Jelaskan!
2. Dua orang remaja bernama A dan B sedang memindahkan 2 benda yang
memiliki massa yang sama sebesar 2 kg dari lantai ke atap sebuah rumah. A
menggunakan tali dan sebuah katrol yang berdiameter 6 cm. Sedangkan B
hanya menggunakan tali. Manakah yang membutuhkan gaya lebih besar
untuk memindahkan benda tersebut jika percepatan benda naik 1 m/ ? (g =
9,8 m/ )
3. Tiga buah bola terbuat dari material yang berbeda, memiliki ukuran
geometri yang sama dijatuhkan diatas ketinggian 200 m dari permukaan
tanah. Bola 1, 2 dan 3 secara berturut-turut memiliki massa 2 kg, 5 kg, dan
10 kg. Bola manakah yang akan jatuh menyentuh tanah terlebih dahulu ? ( g
= 9,8 m/ )
4. Jelaskan secara singkat kondisi / fenomena disekitar kita yang menunjukkan
berlakunya Hukum Newton 1, 2 dan 3 !
5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (1.6) !

11 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
PESAWAT ATWOOD

MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM


NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

M1 (g)
M2 (g)
m (g)

PERCOBAAN A
a) M2 + m = ……… g
AB (cm)
t1 (detik)
(detik)
BC (cm)
t2 (detik)
(detik)

PERCOBAAN B
b) M2 + m = ……… g
AB (cm)
t1 (detik)
(detik)
BC (cm)
t2 (detik)
(detik)

12 | P a g e
Kecepatan
percobaan
A,

Waktu, (s)

13 | P a g e
Percepatan
percobaan
B,

Waktu, (s)

Suhu ruang mula-mula = °C


Suhu ruang akhir = °C
Sikap barometer awal = mmHg
Sikap barometer akhir = mmHg

14 | P a g e
Modul 02
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM

A. Tujuan Percobaan
1. Memverifikasi Hukum Kekekalan Momentum.
2. Membedakan tumbukan elastis dan tumbukan tidak elastis.

B. Teori Dasar
Jika ditinjau tumbukan antara dua benda yang bermassa dan
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.1. Dalam selang tumbukan yang
sangat singkat kedua benda saling memberikan gaya pada yang lainnya.
Menurut Hukum Newton ketiga, pada setiap saat gaya yaitu gaya yang
bekerja pada benda A oleh benda B sama besar dan berlawanan arah
dengan yaitu gaya pada benda B oleh benda A.

Gambar 2.1 Benda A dan B saling bertumbukan


Perubahan momentum pada benda A akibat tumbukan ini adalah:

dengan adalah harga rata-rata gaya dalam selang waktu tumbukan


. Perubahan momentum benda B akibat tumbukan adalah:

15 | P a g e
dengan adalah harga rata-rata gaya dalam selang waktu tumbukan
.
Jika tidak ada gaya lain yang bekerja maka, dan
menyatakan perubahan momen tum total masing-masing benda. Tetapi
telah ketahui bahwa pada setiap saat sehingga dan
karena itu . Jika kedua benda kita anggap sebagai sebuah
sistem terisolasi, maka momentum total sistem adalah
. Jadi, jika tidak ada gaya luar yang bekerja maka
tumbukan tidak mengubah momentum total sistem. Gaya impulsif yang
bekerja selama tumbukan merupakan gaya internal, karena itu tidak
mempengaruhi momentum total sistem. Momentum dapat juga diperoleh
dari hasil kali besaran skalar massa dengan besaran vektor kecepatan,
sehingga momentum termasuk besaran vektor.
........................................................................................... ...(2.1)
Misalkan 2 buah benda (A dan B) dengan massa dan
bergerak dengan kecepatan dan . Kecepatan benda setelah tumbukan
dan . Hukum kekekalan momentum dapat kita tuliskan:
............................................... (2.2)

Jika kita dapat mengukur kecepatan kedua sistem sebelum dan


sesudah tumbukan, massa benda bisa kita ketahui, maka Hukum
Kekekalan Momentum dapat kita buktikan.

a. Tumbukan Lenting Sempurna


Jika kedua benda memiliki massa yang sama besar
dan benda A mula-mula diam . Benda B mendekati dan
menumbuk benda A dengan kecepatan maka kita akan
mendapatkan nilai dan , artinya kedua benda
bertukar kecepatan. Untuk benda dengan massa berbeda dan benda A
mula-mula diam persamaan (2.2) menjadi

16 | P a g e
......................................................... (2.3)

b. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali


Jika massa benda A dan B sama besar, benda A mula-mula
diam, dan benda B bergerak dengan kecepatan . Setelah tumbukan
kecepatan kedua benda sama besar maka kecepatan benda setelah
tumbukan menjadi
Jika kedua benda memiliki kecepatan mula-mula tetapi untuk
arah yang sama maka kecepatan benda setelah tumbukan menjadi
. Jika massa kedua benda tidak sama persamaan
(2.2) menjadi
................................................................... (2.4)

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.2 Alat-alat Percobaan Hukum Kekekalan Momentum

No. Alat Jumah


1. Alat Rel Udara 1 set
2. Kereta 2 buah
3. Pegas tumbuk 2 buah
4. Beban 1 set
5. Gerbang cahaya (photo gate) 2 buah
6. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 set
7. Velcro 2 buah
8. Penghalang cahaya dua jari 3 cm 2 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Susunlah alat seperti gambar 2.2.
2. Nyalakan peniup (blower).
3. Periksalah kerataan lintasan.

17 | P a g e
4. Pasangkan penghalang cahaya dengan jarak
5. Pasang pegas tumbuk pada 2 buah kereta yang bermassa sama.
6. Timbang kereta A dan B sebanyak 3 kali.
7. Timbang kereta + beban tambahan sebanyak 3 kali.

Gambar 2.2 Susunan Alat Rel Udara


b. Tumbukan Lenting Sempurna
1. Letakkan kereta di atas rel.
2. Kereta A dalam keadaan diam diantara 2 gerbang cahaya.
3. Letakkan kereta B diatas rel, lalu dorong kereta B sehingga
bergerak dengan kecepatan yang besarnya dapat diukur melalui
gerbang cahaya (lihat gambar 2.2).
4. Amati selang waktu kereta yang melewati gerbang cahaya
kemudian catat waktu yang diperoleh.
5. Ulangi percobaan di atas dengan mengubah massa kereta dengan
menambahkan beban tambahan, lalu catat hasilnya.
6. Lakukan untuk beberapa kali dengan dorongan yang berbeda-beda.

18 | P a g e
Gambar 2.3 Susunan alat percobaan tumbukan lenting sempurna
c. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
1. Pasang Velcro pada kedua kereta dan penghalang cahaya hanya
pada salah satu kereta.
2. Letakkan kereta A di antara kedua gerbang cahaya.
3. Letakkan kereta B pada rel, lalu dorong kereta B sehingga
menumbuk kereta A (setelah tumbukan kedua kedua kereta akan
bergerak bersama-sama).
4. Amati seelang waktu kereta melewati gerbang cahaya sebelum dan
sesudah tumbukan pada penghitung waktu kemudian catat
hasilnya.
5. Ulangi langkah 2 s.d. 4 dengan menambahkan beban tambahan
pada kereta kemudian catat hasilnya.
6. Lakukan untuk beberapa dorongan yang berbeda-beda.

Gambar 2.4 Susunan alat percobaan tumbukan tidak lenting sama sekali

19 | P a g e
E. Pertanyaan
1. Apa perbedaan Momentum dan Impuls?
2. Seorang anak naik skate board yang massanya 5 kg dengan kelajuan 5
m/s. Jika massa anak 25 kg, tentukan kecepatan skate board pada saat :
a. anak melompat ke depan dengan kelajuan 2 m/s
b. anak melompat ke belakang dengan kelajuan 2 m/s
c. anak melompat ke samping dengan kelajuan 2 m/s
3. Sebuah senapan massanya 2 kg menembakkan peluru yang massanya 2
gr dengan kelajuan 400 m/s, tentukan kecepatan senapan
sesaat peluru lepas dari senapan !
4. Buktikan penurunan rumus Hukum Kekekalan Momentum (Persamaan
2.2)

20 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM
MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM
NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

A. PENIMBANGAN
Tabel 3.1 Penimbangan Massa Benda
Massa (kg)
Mrata-rata (kg)
No. Benda 1 2 3
1. Kereta A
2. Kereta B
3. Kereta A + 1 beban
4. Kereta A + 2 beban
5. Kereta B + 1 beban
6. Kereta B + 2 beban

Sebelum Tumbukan
Kereta A Kereta B (P 1.1) P total
No. Beban Ma Va Pa Mb Vb Pb
t (s) t (s) (kgm/s)
(kg) (m/s) (kgm/s) (kg) (m/s) (kgm/s)
1 Tanpa Beban
Tambah 1
2
beban
Tambah 2
3
beban
Setelah Tumbukan
Kereta A (P 2.1) Kereta B (P 1.2)
P' total
No. Beban Ma V'a P'a Mb V'b P'b
t’ (s) t’ (s) (kgm/s)
(kg) (m/s) (kgm/s) (kg) (m/s) (kgm/s)
1 Tanpa Beban

21 | P a g e
Tambah 1
2
beban
Tambah 2
3
beban

C. PERCOBAAN TUMBUKAN TIDAK LENTING SAMA SEKALI


Tabel 3.3 Tumbukan tidak lenting sama sekali
Sebelum Tumbukan
Kereta A Kereta B (P 1.1) P total
No. Beban Ma Va Pa Mb Vb Pb
t (s) t (s) (kgm/s)
(kg) (m/s) (kgm/s) (kg) (m/s) (kgm/s)
1 Tanpa Beban
Tambah 1
2
beban
Tambah 2
3
beban
Setelah Tumbukan
Kereta A (P 2.1) Kereta B (P 2.2)
P' total
No. Beban Ma V'a P'a Mb V'b P'b
t’ (s) t’ (s) (kgm/s)
(kg) (m/s) (kgm/s) (kg) (m/s) (kgm/s)
1 Tanpa Beban
Tambah 1
2
beban
Tambah 2
3
beban

Suhu ruang mula-mula = °C


Suhu ruang akhir = °C
Sikap barometer awal = mmHg
Sikap barometer akhir = mmHg

22 | P a g e
Modul 03
TETAPAN PEGAS

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai tetapan pegas.
2. Menentukan hubungan antara gaya yang bekerja pada pegas dan
perpanjangan pegas.
3. Mengetahui hubungan periode dan massa beban pada osilasi pegas.
4. Memeriksa pengaruh besar simpangan awal pada periode osilasi dan nilai
tetapan pegas pipih.

B. Teori Dasar
Sebuah benda yang diregangkan oleh gaya akan mengalami pertambahan
panjang. Menurut Hooke, bila benda masih berada dalam keadaan elastis
(belum melampaui batas elastisnya), pertambahan panjang x sebanding
dengan besar gaya F yang meregangkan benda. Asas ini dapat dirumuskan
dalam bentuk persamaan 3.1. Pada persamaan tersebut, k adalah tetapan
pegas yang diselidiki. Grafik antara F dan x akan membentuk garis lurus.

F = - k × x ........................................................................................... (3.1)

Jika sebuah benda bermassa M digantung pada ujung bawah sebuah pegas,
ujung atas pegas dipasang pada titik yang tetap seperti pada Gambar 3.1,
massa menarik pegas ke bawah dengan gaya berat Mg yang menyebabkan
pegas teregang sehingga beban berada pada posisi O. Jika beban ditarik ke
bawah oleh gaya tambahan, pegas akan mulur sejauh x sehingga berada pada
titik A. Jika massa M dilepaskan, massa akan berosilasi harmonik ke atas dan
ke bawah di antara dua kedudukan ekstrim A dan B (titik O adalah titik
kesetimbangan beban M) dengan periode tetap. Massa tersebut dikatakan
melakukan satu osilasi jika beban bergerak dari titik A kembali ke titik A, dari

23 | P a g e
titik B kembali ke titik B, atau dari O kembali ke titik O setelah melewati titik
A dan B. waktu yang diperlukan untuk melakukan satu osilasi disebut periode
osilasi T. Jika waktu untuk n osilasi adalah t, maka periodenya adalah t/n.
Jika beban dilepaskan, gaya pemulih menurut hukum Hooke -kx
menghasilkan sebuah percepatan sebagaimana diberikan oleh Hukum Newton
kedua (persamaan 3.2). Persamaan 3.2 dapat diubah menjadi persamaan (3.3)
k × x = M × a .................................................................................... (3.2)

a=- x ...................................................................................... (3.3)

Persamaan 3.3 merupakan persamaan dasar untuk gerak harmonik


sederhana dengan percepatan a sebanding dengan simpangan x, dan
periodenya diberikan oleh Persamaan (3.4) dan (3.5)

T ............................................................................................. (3.4)

T2 ......................................................................................... (3.5)
Titik tangkap
tetap

Gambar 3.1 Osilasi Beban yang Digantung pada Pegas

Suatu bahan elastik cenderung kembali ke bentuk awalnya ketika bahan


itu diubah bentuknya. Elastisitas berimplikasi adanya gaya pemulih sehingga
memungkinkan benda berosilasi. Benda yang bergerak secara berulang dalam
interval waktu atau periode tertentu dikatakan melakukan gerak periodik.

24 | P a g e
Sebagai contoh yaitu gerak periodik pada pegas pipih. Gerak periodik yang
terjadi disebut gerak harmonik sederhana yang digambarkan dengan fungsi
sinus atau cosinus.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat-alat Percobaan Tetapan Pegas
No. Nama Alat Jumlah
1 Statif penggantung 1 set
2 Beban bercelah dan penggantung beban 1 set
3 Mistar 1 buah
4 Jam henti 1 buah
5 Pegas helik 1 buah
6 Pegas pipih 1 buah
7 Perangkai beban dan pengencang 1 set

D. Prosedur Percobaan
a. Metode Pembebanan
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Percobaan Tetapan Pegas Metode Pembebanan

2. Gantung satu beban (W0) ke ujung bawah pegas. Nilai ini adalah
berat beban awal F0 untuk pegas, sehingga F0 = W0.

25 | P a g e
Catatan: dalam percobaan ini digunakan W = m×g. W adalah berat
beban (N), m massa (kg), dan g adalah percepatan gravitasi (g = 10
m/detik2)
3. Ukur panjang pegas awal l0. Catat nilai F0 dan l0.
4. Tambah satu beban pada beban awal dan ukur panjang pegas l. Catat
nilai W dan l.
5. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.

b. Metode Osilasi
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 3.2.
2. Gantung massa beban pada ujung bawah pegas.
3. Siapkan jam henti untuk mengukur waktu osilasi.
4. Beri simpangan pada pegas dengan cara menarik ke bawah sejauh 
3 cm, kemudian lepaskan beban agar berosilasi di sekitar titik
setimbang dan jalankan jam henti.
5. Hitung jumlah osilasi hingga sejumlah yang ditentukan asisten.
6. Berhentikan jam henti dan catat waktu yang tertera.
7. Hitung waktu yang diperlukan untuk satu kali osilasi (periode T).
8. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.

c. Osilasi pada Pegas Pipih


1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 3.3 dan tempatkan
rangkaian di dekat pinggir meja percobaan.

Gambar 3.3 Rangkaian Alat Percobaan Osilasi Pegas Pipih

26 | P a g e
2. Jepit pegas pipih dengan penjepit yang disediakan.
3. Pasang beban bercelah pada ujung pegas menggunakan perangkai
beban.
4. Siapkan jam henti.
5. Ukur panjang pegas pipih mulai dari pusat massa beban di ujung
pegas ke sisi depan jepitan pegas.
6. Tarik beban ke alah satu sisi pegas sedemikian rupa sehingga beban
terdefleksi sejauh jarak yang ditentukan asisten dari titik
setimbangnya, yaitu titik O (Gambar 3.4). Ambil salah satu titik (A
atau B) sebagai titik acuan.

Gambar 3.4 Gerak Osilasi pada Pegas Pipih

7. Simpangkan pegas dari titik simpangan lalu lepaskan dan mulai


hidupkan jam henti. Hitung satu osilasi ketika beban kembali ke titik
acuan dalam arah gerak yang sama.
8. Lakukan hitungan sampai jumlah osilasi n yang ditentukan asisten.
Kemudian matikan jam henti. Catat waktu t yang tertera pada jam
henti.
9. Hitung nilai periode osilasi T menggunakan persamaan T = t/n.
10. Ulangi langkah percobaan dengan jarak simpangan lainnya.

27 | P a g e
E. Pertanyaan
1. Sebuah helikopter menggunakan pegas sepanjang 1 m untuk menarik ke
atas sebuah kapal selam yang memiliki massa 7500 kg dengan kecepatan
penarikan 2 . Pegas mengalami peregangan sepanjangan 1,125 m.

Tentukan nilai konstanta pegas tersebut!


2. Pada sebuah trampolin terdapat 40 buah pegas di sekeliling tepi trampolin,
dengan tiap pegas memiliki nilai konstanta pegas sebesar 100 . Jika
seorang anak dengan massa 50 kg menaiki trampolin tersebut dan dialami
masing-masing pegas berada pada posisi 20 dari sumbu horizontal,
berapakah besar pertambahan panjang yang dialami masing-masing
pegas? (g = 10 )

3. Pegas merupakan alat yang dapat membantu mempermudah beban


pekerjaan manusia. Beberapa pekerjaan yang berat apabila harus
dilakukan sendiri tanpa alat bantu akan menjadi mudah dengan
memanfaatkan pegas. Sebutkan dan jelaskan berbagai kegunaan pegas
dalam kehidupan sehari-hari berikut dengan cara kerja pegas tersebut!
4. Buktikan penurunan rumus periode osilasi dari persamaan hukum hooke !

28 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
TETAPAN PEGAS

MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM


NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

A. METODE PEMBEBANAN
F0 = ……..… N l0 = …..…… m
Tabel 1. Data Percobaan Metode Pembebanan
l ∆l = (l – l0)
m W ∆F = (W – F0)
(m) (m)
(kg) (N) (N) (m)
1 2 3 1 2 3

B. METODE OSILASI
Tabel 1. Data Percobaan Metode Osilasi
Massa beban, M (kg)
Jumlah osilasi n selama .… detik
Periode, T1 (s)
(T1)2

Massa beban, M (kg)


Jumlah osilasi n selama .… detik
Periode, T2 (s)
(T2)2

29 | P a g e
Massa beban, M (kg)
Jumlah osilasi n selama .… detik
Periode, T3 (s)
(T3)2

C. OSILASI PADA PEGAS PIPIH


Tabel 2. Data Massa Beban dan Panjang Pegas Pipih
Massa beban, M (kg)
Panjang pegas pipih (cm)

Tabel 4. Data Periode pada Osilasi Pegas Pipih


Simpangan (cm)
Waktu untuk …. ayunan, t (s)
Periode, T1 (s)
(T1)2

Simpangan (cm)
Waktu untuk …. ayunan, t (s)
Periode, T2 (s)
(T2)2

30 | P a g e
Gaya,
F (N)

Pertambahan Panjang (m)

0
Suhu ruang mula-mula = C
0
Suhu ruang akhir = C
Sikap Barometer awal = mmHg
Sikap Barometer akhir = mmHg

31 | P a g e
Modul 04
BANDUL REVERSIBEL
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep bandul reversibel.
2. Dapat menentukan percepatan gravitasi bumi.

B. Teori Dasar

Bandul reversibel merupakan bandul fisis yang memiliki pasangan titik


tumpu dengan jarak tertentu. Bandul tersebut dapat diosilasikan pada kedua
titik tumpu tersebut, dalam hal ini tittik tumpu A dan B, seperti pada Gambar
4.1. Periode bandul pada kedua titik tumpu itu dapat dibuat sama dengan
mengatur letak beban B di sepanjag batang bandul.

Jika bandul ditumpu pada titik tumpu A, periodenya TA dapat dituliskan

................................................................................. (4.1)

dengan IA adalah momen inersia pendulum terhadap titik tumpu A, m massa


pendulum, yA adalah jarak antara titik tumpu A dan pusat gravitasi. Jika kita
ganti dengan lA , persamaan (4.1) dapat tuliskan kembali

............................................................................................ (4.2)

32 | P a g e
beban A

titik tumpu A

beban B

titik tumpu B

Gambar 4.1 Percobaan bandul reversibel

Jika bandul di tumpu di B, dengan cara yang sama, periode dapat dituliskan

........................................................................................... (4.3)

Pada saat TA samadengan TB, sehingga lA = lB = l, ini merupakan panjang ekipalen


bandul dan sama dengan jarak antara kedua titik tumpu tersebut. Percepatan
gravitasi dapat dihitung dengan persamaan

.................................................................................................. (4.4)

TA dan TB merupakan fungsi dari y, jarak beban B terhadap titik tumpu A.


Hubungan antara TA dan y ; dan antara TB dan y akan diketahui dari percobaan.

Dari grafik TA terhadap y dan TB terhadap y, perpotongannya menunjukkan TA =


TB.

33 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Alat-alat Percobaan Bandul Reversibel

No. Alat Jumah


1. Bandul Reversibel 1 set
2. Gerbang cahaya 1 buah
3. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 buah
4. Dasar statif 1 buah
5. Batang statif 500 mm 1 buah
6. Boss-head 1 set
7. Penggaris 50 cm 1 buah

D. Prosedur Percobaan

1. Pastikan jarak antara mata pisau pertama dengan mata pisau kedua
berjarak 50 cm. Catatlah sebagai l.
2. Pastikan beban A sehingga berjarak 11 cm dari mata pisau pertama!
Catat sebagai yo.
3. Atur beban A sehingga berjarak 5 cm dari mata pisau pertama.
Catatlah sebagai y.
4. Simpangkan bandul sejauh kira-kira 3 cm kemudian lepaskan sehingga
bandul berosilasi. Ukurlah waktu untuk 10 osilasi dengan
menggunakan jam henti. Catatlah sebagai tA1.
5. Balikkan bandul sehingga mata pisau kedua berada di atas bantalan
pisau.
6. Simpangkan bandul sejauh kira-kira 3 cm kemudian lepaskan sehingga
bandul berosilasi. Ukurlah waktu untuk 10 osilasi dengan
menggunakan jam henti. Catatlah sebagai tB1. Hitunglah periodenya,
TB1.
7. Balikkan kembali bandul pada posisi semula.
8. Geser beban B sehingga jaraknya menjadi 10 cm. Catatlah sebagai y2.
Lakukan langkah 4 s/d 7.

34 | P a g e
9. Lakukan langkah 4 s/d 7 untuk jarak beban B selanjutnya dengan jarak
y3, y4, dan seterusnya hingga pada jarak 45 cm, dengan pergeseran
beban 5 cm.

E. Pertanyaan

1. Cara apa saja yang dapat dilakukan untuk memperoleh harga percepatan
gravitasi bumi selain menggunakan bandul reversibel?
2. Diketahui jari-jari bumi 3,7 kali jari-jari bulan, massa bumi 81,3 kali
massa bulan dan percepatan gravitasi bumi sebesar 9,8 m/s2. Jika berat
seseorang dibumi adalah 500 N. Hitunglah percepatan gravitasi bulan dan
berat orang tersebut saat di bulan!
3. Suatu satelit bergerak mengitari planet Bumi dengan jari-jari orbit
mendekati jari-jari bumi ( ). Jika jari-jari Bumi
dan percepatan gravitasi di orbit satelit tersebut dianggap sama dengan
percepatan gravitasi di permukaan Bumi yaitu 9,8 m/s. Berapakah
kelajuan satelit tersebut untuk mengorbit Bumi!
4. Buktikan penurunan rumus persamaan (4.4) !

35 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
BANDUL REVERSIBEL

MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM


NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

A. PERCOBAAN 1
JARAK BEBAN B DARI WAKTU UNTUK 10
PERIODE
MATA PISAU PERTAMA OSILASI
(TA) detik
cm (tA) detik
y1
y2
y3
y4
y5
y6
y7
y8
y9

B. PERCOBAAN 2
JARAK BEBAN B DARI WAKTU UNTUK 10
PERIODE
MATA PISAU PERTAMA OSILASI
(TB) detik
cm (tB) detik
y1
y2
y3
y4
y5
y6
y7
y8
y9

36 | P a g e
Grafik TA dan TB terhadap y

0
Suhu ruang mula-mula = C
0
Suhu ruang akhir = C
Sikap Barometer awal = mmHg
Sikap Barometer akhir = mmHg

37 | P a g e
Modul 05
MODULUS YOUNG

A. Tujuan Percobaan
Menentukan nilai modulus young pada berbagai jenis logam.

B. Teori Dasar
Ketika memberikan gaya ke suatu benda, maka akan terjadi dua
perubahan. Pertama adalah perubahan gerak (misalnya dari diam menjadi
gerak dipercepat). Perubahan ini berkaitan dengan massa dan gaya yang
diberikan terhadap benda. Perubahan yang kedua disebut deformasi, yang
berkaitan dengan besar gaya yang diberikan, posisi benda an bahan benda
tersebut.

Gaya luar tersbut disebut tegangan (stress), yang dinyatakan dengan


persamaan

...................................................................................................... (5.1)

Regangan, yang disebabkan dinyatakan dengan persamaan

..................................................................................................... (5.2)

Tegangan sebanding dengan regangan yang dinyatakan dengan persamaan


berikut

.................................................................................................... (5.3)

adalah modulus Young yang menentukan sifat elastisitas bahan.

Modulus Young menjelaskan tentang perubahan suatu benda dalam batas


elastisitasnya. Pada percobaan ini akan ditentukan nilai modulus Young

38 | P a g e
dari berbagai jenis logam. Saat memberikan gaya ke bawah pada bagian
tengah balok logam, akan muncul regangan yang menyebabkan balok
bengkok ke bawah. Tinggi kelekukan harus berbanding lurus dengan
penambahan beban, lihat gambar 5.1.

Persamaan modulus Young dapat dinyatakan sebagai berikut:

.............................................................................................. (5.4)

Dimana adalah berat beban yang akan ditambahkan ke balok, adalah


jarak antara dua ujung balok, adalah tinggi lekukan balok yang
bengkok, adalah lebar balok dan adalah tebal balok.

Gambar 5.1 Batang Logam Yang Dibengkokan

Dial Indicator/Dial Gauge


Dial indicator merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak
penyimpangan yang sangat kecil dari sebuah bidang, baik bidang datar,
silinder, atau bulat. Misalnya untuk mengukur kerataan bidang, atau
mendeteksi perbedaan tinggi yang sangat kecil dari dua buah permukaan
datar. Dial indicator memiliki ketelitian 0,01 mm dengan jarum penunjuk
panjang (mikro) dan pendek (makro).

39 | P a g e
Gambar 5.2 Dial Indicator

Cara menggunakan dial indicator:

1. Tekan sensor dan amati pergerakan jarum. Jika sensor ditekan maka
jarum panjang akan bergerak ke kanan (searah jarum jam) dan jarum
pendek bergerak ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Jika sensor
dilepas maka kedua jarum akan kembali ke posisi awal yaitu skala nol.
2. Saat pemasangan, pastikan bahwa dial indicator tegak lurus dengan
bidang yang akan diukur.
3. Jangan memberikan tekanan atau hentakan yang tiba-tiba pada dial
indicator saat melakukan pengukuran.
4. Jika jarum panjang tidak menunjuk tepat pada angka nol, maka putar
rangka hitam yang mengelilingi dial indicator untuk memutar skala
dan paskan jarum panjang agar berada tepat di angka nol untuk
memudahkanpengukuran.
Cara membaca skala pada dial indicator:

1. Saat pengukuran, perhatikan jarum panjang terlebih dahulu. Jarum


panjang menunjukan skala nonius. Satu ruas bernilai 0,01 mm. Jika
jarum panjang melakukan satu putaran penuh, maka jarum pendek
akan bergerak satu strip, yaitu sebesar 1 mm.
2. Misalkan jarum panjang menunjukkan skala 11, berarti
.

40 | P a g e
3. Jarum pendek menunjukkan skala 1 mm tiap ruasnya. Jika jarum
pendek melakukan satu putaran penuh, maka pengukuran bernilai 10
mm yang merupakan skala pengukuran maksimal.
4. Misalkan jarum pendek menunjukkan skala 3 atau lebih dari 3 namun
kurang dari 4, maka pembacaan skala .

Gambar 5.3 Contoh Pembacaan Dial Indicator

1. Jarum panjang menunjukkan skala 14. Satu ruas bernilai 0,01 mm


maka skala pembacaan jarum panjang adalah
.
2. Jarum pendek menunjukkan skala lebih dari satu. Satu ruas bernilai 1
mm, maka skala pembacaan jarum pendek adalah .
3. Jadi hasil pembacaan dari dial indicator tersebut adalah
.

Tabel 5.1 Modulus Young referensi beberapa material

Bahan
Baja 190 – 210
Alumunium 69
Tembaga 103 – 124

41 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.2 Alat-alat Percobaan Bandul Reversibel

No. Nama Alat Jumlah


1 Rel aluminium, panajang 600 mm 1 set
2 Statif penyangga balok, besi, panjang 300 mm 1 set
3 Batang rel alumunium 1 buah
4 Indikator dengan dudukan (dapat digerakkan dan
1 buah
dapat dipasang)
5 Beban bercelah 5 × beban 50 g10×beban 10 g 1 buah
6 Penggantung beban dengan bukaan bentuk V 1 buah
7 Balok yang diukur
a. Baja, 500×21,5×1,5 mm
1 set
b. Baja, 500×14,5×1,5 mm
c. Baja, 500×10×1,9 mm

D. Prosedur Percobaan
1. Rangkai alat percobaan seperti pada gambar 5.4.
2. Ukur panjang, lebar dan tebal logam.
3. Letakkan balok yang akan diukur pada penahan dan atur posisinya
pada braket pendukung.
4. Letakkan beban pada pemegang beban kemudian tambahkan bebannya
hingga mencapai massa maksimum: 250 gram. Catat massa beban
pada tabel sebagai nilai 0 gram.
5. Sesuaikan tinggi indikator, pindahkan pemegang beban tepat di bawah
indikator dan paskan posisinya dengan celah beban.
6. Amati skala pembacaan pada indikator dan atur pada posisi yang
sesuai.
7. Atur penyangga balok pada posisi yang sesuai dan catat nilainya
sebagai nilai .

42 | P a g e
8. Lepaskan beban satu per satu, catat berat beban dan hasil
pengukurannya. Catatan: balok yang bengkok dan indikator akan
kembali ke posisi awalnya dalam waktu dan cara yang berbeda.
9. Pastikan bahwa meja yang digunakan tidak bergerak (kokoh) saat
melakukan percobaan dan lepaskan beban secara perlahan untuk
menghindari kesalahan pengukuran.
10. Lepaskan satu beban, perhatikan bahwa lekukan penggantung beban
akan naik dan menekan dial indicator. Baca nilai yang terukur dan
catat haislnya di dalam tabel. Setiap massa beban yang dilepaskan
sama dengan massa beban yang ditambahkan pada penggantung
beban. Maka pada kolom massa beban, catat massa beban yang
dilepaskan bukan yang digantung.
11. Nilai berat beban dan tinggi lekukan balok harus berbanding lurus.
12. Ulangi langkah 2-6 menggunakan balok berbeda. Lakukan hingga
pengukuran untuk enam jenis balok selesai dilakukan.

Gambar 5.4 Rangkaian Alat Percobaan

43 | P a g e
E. Pertanyaan
1. Jelaskan fungsi grafik tegangan-regangan serta pristiwa necking baik
secara mikroskopis maupun secara makroskopis yang terdapat pada grafik
teganagn-regangan tersebut !
2. Bagaimana perbedaan grafik tegangan –regangan antara bahan logam,
polimer, dan keramik ?
3. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang
m2. Modulus elastis baja N/m2. Sebuah gaya dikerjakan
untuk menarik kawat itu sehingga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya
tarik itu!
4. Untuk keamanan dalam mendaki, seorang pendaki gunung menggunakan
sebuah tali nilon yang panjangnya 50 m dan tebalnya 1,0 cm. Ketika
menopang pendaki yang bermassa 80 kg, tali bertambah panjang 1,6 m.
Tentukan modulus elastisitas nilon tersebut! (Gunakan dan g =
9,8 m/s2)
5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (5.4) !

44 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
MODULUS YOUNG
MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM
NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

PERCOBAAN A
Tabel 1 Pengukuran logam

1 2 3
Panjang, (mm)

Lebar, (mm)

Tinggi, (mm)

Tabel 2 Pengukuran dan Perhitungan Modulus Young


Massa Beban, Berat, Pertambahan Modulus
Error (%)
(kg) (N) Tinggi, (m) Young, (GPa)

Rata-rata

45 | P a g e
PERCOBAAN B
Tabel 3 Pengukuran logam

1 2 3
Panjang, (mm)

Lebar, (mm)

Tinggi, (mm)

Tabel 4 Pengukuran dan Perhitungan Modulus Young

Massa Beban, Berat, Pertambahan Modulus


Error (%)
(kg) (N) Tinggi, (m) Young, (GPa)

Rata-rata

Suhu ruang mula-mula= ........ °C


Suhu ruang akhir = ..........°C
Sikap barometer awal =........mmHg
Sikap barometer akhir =........mmHg

46 | P a g e
Modul 06
PANAS JENIS DAN KALORIMETER

A. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor jenis benda menggunakan kalorimeter

B. Teori Dasar
Bila benda yang suhunya lebih tinggi disentuhkan (atau
dicampurkan) dengan benda yang suhunya lebih rendah, kalor mengalir
dari benda yang suhu nya lebih tinggi ke benda yang suhu nya lebih
rendah. Sebelum orang mengetahui bahwa kalor adalah energi, orang
sudah menegtahui bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor yang
diterima. Asas ini pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Inggris
kelahiran Perancis bernama Joseph Black (1728-1799). Oleh karena itu,
asas ini dinamai Asas Black.
Kalorimeter adalah alat yang sengaja dirancang untuk mengukur
kalor. Pada dasarnya kalorimeter adalah wadah (bejana) dari logam yang
di “selimuti” atau diberi jaket agar kalor sukar pindah ke udara di sekitar
bejana. Bejana ditutup dengan tutup yang terbuat dari bahan yang tidak
menghantarkan kalor dan kalor jenisnya kecil, sehingga kalor yang
diambilnya dapat diabaikan. Pada tutupnya terdapat lubang untuk
memegang thermometer dan pengaduk. Pengaduk biasanya terbuat dari
logam yang sejenis dengan kalorimeter. Kalor yang diambilnya sering
diperhitungkan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti. Gambar 6.1
memperlihatkan bagan sebuah kalorimeter dengan perlengkapannya.
Pada percobaan menentukan kalor jenis benda dengan
menggunakan kalorimeter, kalorimeter diisi air. Benda yang kalor jenisnya
hendak ditentukan dimasukan ke dalam kalorimeter (“dicampurkan”
dengan kalorimeter). Bila benda yang hendak ditentukan kalor jenis itu

47 | P a g e
lebih tinggi suhunya daripada suhu kalorimeter (+isinya), benda tersebut
memberikan kalor kepada kalorimeter. Akibatnya suhu kalorimeter beserta
isinya naik, sedangkan suhu benda yang dimasukan ke dalam kalorimeter
turun. Suhu akhir benda dan kalorimeter menjadai sama.
Misalkan massa benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya itu
, kalor jenisnya , suhu awalnya . Misalkan massa kalorimeter ,
kalor jenisnya , massa pengaduk , kalor jenis pengaduk , massa air

di dalam kalorimeter , kalor jenisnya . Misalkan suhu awal


kalorimeter dan isinya , dan . Setelah benda dan kalorimeter
dicampurkan, misalkan suhu akhirnya menjadi . Suhu kalorimeter
beserta isinya naik sebesar . Suhu benda yang hendak ditentukan
kalor jenisnya turun . Jadi kalorimeter beserta isinya menerima
kalor sebesar:

Benda yang kalor jenisnya hendak ditentukan memberikan kalor


sebesar:

Menurut hukum kekekalan energi (Asas Black) . Jadi:

..................... (6.1)

atau

............................................ (6.2)

dapat dihitung jika besaran-besaran lain diketahui atau dapat diukur.

48 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan

Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 6.1 Alat-alat percobaan panas jenis dan kalorimeter

No. Alat Jumah

1. Termometer 1 buah

2. Kalorimeter 1 buah

3. Kubus materi 4 buah

4. Gelas kimia 250 mL 1 buah

5. Neraca 1 buah

6. Klem universal 1 buah

7. Pembakar spiritus 1 buah

8. Dasar statif 1 buah

9. Kaki statif 1 buah

10. Batang statif 250 mm 2 buah

11. Batang statif 500 mm 1 buah

12. Batang gelas 1 buah

13. Boss-head 2 buah

14. Tali nilon 1 gulung

D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan daftar alat.
2. Kenali bahan kalorimeter dan bahan pengaduk. Jika bahannya
sama, kalor jenisnya sama.
3. Ikat salah satu kubus materi, misal balok besi dengan benang.
4. Jepit gelas kimia menggunakan klem universal (gambar 6.2).

49 | P a g e
b. Menentukan Kalor Jenis Kubus Materi
1. Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya sebanyak 3 kali.
Jika bahan keduanya sama, penimbangan dapat dilakukan
sekaligus.
2. Isi bagian kalorimeter dengan air bersih, lalu timbang

sebanyak 3 kali dan catat massa nya.


3. Pasang kalorimeter dan perlengkapannya seperti pada gambar 6.1.
Gunakan termometer untuk mengukur suhu kalorimeter.
4. Tunggu barang menit, lalu baca suhu kalorimeter + isinya.
Catat hasilnya sebagai suhu awal .
5. Timbang kubus besi 3 kali.
6. Isi gelas dengan air bersih kira-kira sampai penuh.

7. Masukkan kubus besi ke dalam gelas kimia lalu tempatkan


pemanas uap di atas kasa pada kaki tiga
8. Nyalakan pembakar spiritus dan pasang di bawah gelas kimia
untuk mendidihkan.
9. Panaskan gelas kimia tersebut selama 2 menit hingga air mendidih.
10. Catat suhu air di dalam gelas kimia tersebut sebagai suhu awal
benda yang dipanaskan .
11. Buka penutup kalorimeter, pegang jaketnya sedekat mungkin
dengan gelas kimia. Lalu angkat kubus besi dari dalam gelas kimia
kemudian segera masukkan ke dalam kalorimeter.
12. Tutup kalorimeter dan aduk sambil mengamati suhu yang
ditunjukan termometer. Catat suhu setiap 15 detik sekali hingga
diperoleh suhu yang konstan atau maksimum. Inilah suhu akhir
kalorimeter + isinya .
13. Lakukan langkah serupa dengan diatas untuk menentukan kalor
jenis kubus materi lainnya (misal: kuningan, tembaga, aluminium).

50 | P a g e
E. Pertanyaan

1. Sebutkan jenis-jenis kalorimeter dan jelaskan prinsip kerja dari


kalorimeter pada percobaan ini!
2. Sebuah ruang (AC) memiliki kaca jendela yang luasnya 2m x 1.5m
dan tebelnya 3.2mm,jika suhu pada permukaan dalam kaca 25 oC dan
suhu pada permukaan luar kaca 30 oC ,berapa laju konduksi kalor yang
masuk kedalam ruang tersebut!
3. Es bermassa 100 g pada suhu dimasukkan ke dalam bejana
berisi 100 g air bersuhu . Jika bejana tiak menyerap kalor,
berapakah suhu campuran tersebut saat mencapai kesetimbangan?
( , , )
4. Jelaskan bunyi Hukum Termodinamika nol, 1, 2 dan 3!
5. Jelaskan pembuktian rumus pada persamaan (6.2) !

51 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
PANAS JENIS & KALORIMETER
MAHASISWA NILAI
NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
NIM/GRUP PENGAMBILAN DATA 25 %
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL. PERCOBAAN

JENIS BENDA MASSA (gr)


Kalorimeter Kosong
Pengaduk
Kalorimeter + ½ bagian air
Kubus materi 1 (besi)
Kubus materi 2 (................)

PERCOBAAN Temperatur akhir Temperatur akhir


PERCOBAAN 1 15 detik ......... °C .... detik ......... °C
30 detik ......... °C .... detik ......... °C
Suhu air dalam Kalorimeter 45 detik ......... °C .... detik ......... °C
Mula-mula ........°C 60 detik ......... °C .... detik ......... °C
.... detik ......... °C .... detik ........ °C
.... detik ......... °C .... detik ......... °C
Suhu kubus materi 1 (besi)
.... detik ......... °C .... detik ......... °C
........°C
.... detik ......... °C .... detik ......... °C
.... detik ......... °C .... detik ......... °C
.... detik ........ °C .... detik ......... °C
15 detik ......... °C .... detik ......... °C
PERCOBAAN 2 30 detik ......... °C .... detik ......... °C
45 detik ......... °C .... detik ......... °C
Suhu air dalam Kalorimeter 60 detik ......... °C .... detik ......... °C
Mula-mula ........°C .... detik ......... °C .... detik ........ °C
.... detik ......... °C .... detik ......... °C
Suhu keping gelas ........°C .... detik ......... °C .... detik ......... °C
.... detik ......... °C .... detik ......... °C
.... detik ......... °C .... detik ......... °C
.... detik ........ °C .... detik ......... °C

0
Suhu ruang awal = C
0
Suhu ruang akhir = C
Sikap Barometer awal = mmHg
Sikap Barometer akhir = mmHg

52 | P a g e
Modul 07
GELOMBANG PERMUKAAN

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami penyebab terjadinya refleksi pada gelombang, lenturan
(difraksi), dan akibat interferensi antara dua gelombang koheren.
2. Menentukan nilai panjang gelombang pada gelombang permukaan.

B. Teori Dasar
Gelombang adalah gejala dari perambatan usikan (gangguan) di dalam
suatu medium. Pada peristiwa rambatan tersebut tidak disertai dengan
perpindahan tempat yang permanen dari materi-materi medium. Rambatan
dari usikan (gangguan) itu merupakan rambatan energi.
Macam-Macam Gelombang
1. Berdasarkan Mediumnya
a. Gelombang Mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya memerlukan medium (zat perantara) . Artinya jika tidak ada
medium, maka gelombang tidak akan terjadi. Contohnya adalah Gelombang
Bunyi yang zat perantaranya udara, jadi jika tidak ada udara bunyi tidak
akan terdengar.
b. Gelombang Elekromagnetik
Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dalam proses
perambatannya tidak memerlukan medium (zat perantara). Artinya
gelombang ini bisa merambat dalam keadaan bagaimanapun tanpa
memerlukan medium. Contohnya adalah gelombang cahaya yang terus ada
dan tidak memerlukan zat perantara.

53 | P a g e
2. Berdasarkan Arah Getar dan Arah Rambat
a. Gelombang Transversal
Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak
lurus dengan arah rambatannya.
Bentuk Getarannya berupa lembah dan bukit
b. Gelombang Longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya
sejajar dengan arah getarannya. Bentuk getarannya berupa rapatan dan
renggangan.
3. Berdasarkan Amplitudonya
a. Gelombang Berjalan
Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap pada
setiap titik yang dilalui gelombang, misalnya gelombang pada tali.
b. Gelombang diam
Gelombang diam adalah gelombang yang amplitudonya berubah,
misalnya gelombang pada senar gitar yang dipetik.

Frekuensi gelombang (f) adalah banyaknya gelombang yang terjadi


dalam satu satuan waktu, memiliki satuan Hertz atau biasa disingkat dengan
Hz. Periode gelombang (T) adalah waktu yang diperlukan untuk mencapai
satu kali gelombang penuh, memiliki satuan sekon (s).
Gelombang yang merambat lurus dari satu titik ke titik yang lainnya
memerlukan waktu, dengan kata lain gelombang memiliki kecepatan untuk
merambat. Jadi cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh
gelombang dalam satu satuan waktu. Cepat rambat gelombang (v) dengan
satuan m/detik. Rumus dasarnya adalah:
………………………………(7.1)

Dimana: = Panjang gelombang (m).

54 | P a g e
Sifat-Sifat Gelombang
a. Refleksi
Refleksi (Pemantulan) adalah pembalikan arah rambat gelombang
karena membentur suatu medium yang tidak dapat ditembus oleh
gelombang tersebut.

Gambar 7.1 Refeksi


Dalam pemantulan gelombang berlaku hukum pemantulan gelombang yaitu:
- Besar Sudut datangnya gelombang sama dengan besar sudut pantul
gelombang

- Gelombang datang, Gelombang Pantul dan Garis Normal terletak pada


Satu Bidang Datar.
2. Difraksi

Gambar 7.2 Difraksi


Difraksi (Pembelokkan / Penyebaran) Gelombang adalah
pembelokkan atau penyebaran gelombang ketika melalui suatu celah
tertentu. Semakin sempit celah yang dilewati, difraksi yang terjadi akan
semakin tampak.
3. Interferensi

55 | P a g e
Gambar 7.3 Interferensi
Interfensi adalah perpaduan dua buah gelombang. Jika kedua
gelombang yang dipadukan memiliki fase sama, maka mereka akan saling
menguatkan sehingga disebut Interfensi Konstruktif, sedangkan jika fasenya
berlawanan, maka kedua gelombang tersebut akan saling melemahkan
sehingga disebut interfensi destruktif.
4. Dispersi

Gambar 7.4 Dispersi


Dispersi adalah terjadinya perubahan bentuk gelombang ketika
gelombang tersebut melalui suatu medium tertentu. Contohnya adalah
gelombang cahaya putih yang menjadi berwarna ketika melewati prisma.
Tidak semua medium dapat membuat perubahan bentuk, hanya beberapa
medium tertentu saja, sedangkan medium yang dapat mempertahankan
bentuk gelombang itu disebut medium nondispersi.
5. Polarisasi

Gambar 7.5 Polarisasi


Polariasasi adalah penyerapan sebagian arah getaran dari
gelombang ketika melalui medium tertentu. Polarisasi hanya dapat terjadi

56 | P a g e
pada gelombang transversal, yaitu gelombang yang arah getarnya tegak
lurus dengan arah rambatannya.
6. Refraksi

Gambar 7.6 Refraksi


Refraksi (Pembiasan) adalah pergeseran arah rambat gelombang
karena melalui medium yang dapat ditembus, tetapi berbeda kerapatannya
dengan medium pembawa gelombang tersebut. Contohnya adalah ketika
suatu gelombang cahaya dibawa oleh udara dan masuk ke dalam air.

Interferensi dan difraksi merupakan sifat khusus dari gelombang.


Inteferensi adalah bergabungnya dua atau lebih deretan gelombang yang
memilili frekuensi dan amplitudo yang sama tapi memiliki fase yang
berbeda dalam suatu daerah menghasilkan gelombang baru yang amplitude
sesaatnya merupakan jumlah amplitudo sesaat gelombang semula. Peristiwa
difraksi adalah peristiwa dimana suatu muka gelombang primer, melewati
sebuah celah kecil menimbullkan muka gelombang baru.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 7.1 Alat-alat percobaan gelombang permukaan

No. Alat Jumah

1. Catu daya 1 buah

2. Tangki Riak 1 buah

57 | P a g e
3. Kabel penghubung, merah dan hitam 4 buah

4. Pembangkit gelombang datar, tunggal, dan ganda 1 buah

5. Lampu 1 buah

6. Selang plastik 1 buah

7. Penghalang gelombang lurus dan melingkar 1 buah

8. Penggaris 50 cm 1 buah

D. Prosedur Percobaan
Rangkai kit seperti gambar dibawah ini:

Gambar 7.7 Rangkaian Kit Gelombang


Refleksi:

1) Halangi gelombang berjalan dengan penghalang lurus yang dipasang


sejajar dengan arah muka gelombang.
2) Ubah arah penghalang
3) Sketsa gelombang pantul sama atau tidak antara yang dipasang lurus
dan setelahnya
4) Ganti penghalang lurus dengan penghalang melingkar
5) Pasang penghalang melingkar dengan arah berlawanan
6) Sketsa gelombang pantul yang terjadi

58 | P a g e
Difraksi:

1) Halangi perambatan gelombang datar menggunakan penghalang lurus.


2) Amati yang terjadi pada muka-muka gelombang setelah gelombang
melewati penghalang, dan buatlah sketsa kasar mengenai bentuk muka
gelombang setelah melewati penghalang.
3) Lakukan lagi untuk celah 5cm dan 1cm.

Interferensi dua Sumber Gelombang Koheren:

1) Pasang pembangkit riak lingkaran ganda, dengan satu sumber getaran.


2) Amati interferensi antara kedua gelombang itu.
3) Amati daerah yang tampak tenang dan beriak, interferensinya
melemahkan atau menguatkan
Penentuan Frekuensi Gelombang:

1) Pasang pembangkit gelombang atau pembangkit riak lingkaran


2) Atur frekuensi sesuai yang diberikan asisten
3) Nyalakan lampu penerangan berstroboskop. Amati pada layar
gelombang yang terbentuk.
4) Ukur panjang layar serta waktu untuk setiap frekuensi yang diberikan
sebanyak 3 kali.

5) Ukur panjang gelombang dan hitung jumlah gelombang yang terbentuk


pada layar.

E. Pertanyaan
1. Sebutkan dan jelaskan aplikasi gelombang permukaan dalam
kehidupan nyata !

2. Kedalaman laut diukur dengan gelombang ultrasonic. Gelombang


membutuhkan waktu 2,5 menit untuk ditangkap oleh detektor. Jika
kecepatan bunyi di air laut itu 1440 cm/s , berapakah kedalaman laut
yang terukur ? (satuan dalam meter)

59 | P a g e
3. Sebuah gabus terapung dipuncak gelombang air laut degan jarak antara
dua bukit gelombang terdekatnya 2 m. gabus berada di puncal bukit
lagi setelah satu detik kemudian. Hitunglah Kecepatan rambat dan
panjang gelombangnya!

4. Suatu gelombang sinosuidal bergerak dalam arah x positif mempunyai


amplitude 15 cm , panjang gelombang 40 cm, dan frekuensi 8 Hz, jika
posisi dari elemen medium pada t = 0 dan x = 0 adalah 15 cm , maka
bentuk umum fungsi gelombangnya adalah ….

60 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
GELOMBANG PERMUKAAN
MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM
NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
NIM / GRUP PENGAMBILAN DATA 25 %
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL. PERCOBAAN

PERCOBAAN A. Refleksi

PERCOBAAN B. Difraksi

61 | P a g e
PERCOBAAN C. Interferensi Dua Sumber Gelombang Koheren

PERCOBAAN D. Penentuan Panjang Gelombang


Jarak layar Jumlah λ (cm)
No f (Hz)
(cm) gelombang, n Perhitungan Pengamatan

Suhu ruang mula-mula = ........ °C


Suhu ruang akhir = ........°C
Sikap barometer awal =........mmHg
Sikap barometer akhir =........mmHg

62 | P a g e
Modul 08
RANGKAIAN LISTRIK

A. Tujuan Percobaan
1. Menguji Hukum Ohm dengan menggunakan hambatan beberapa
komponen elektronik.
2. Menguji kebenaran rumus untuk hubungan seri dan paralel dari hambatan-
hambatan listrik.
3. Menguji Hukum Kirchoff pada rangkaian resistor baik terhubung seri
maupun paralel.

B. Teori Dasar
Untuk menghasilkan arus listrik dalam satu rangkaian diperlukan suatu
beda potensial. Adalah George Simon Ohm (1787 – 1854) yang pertama kali
secara eksperimen menunjukkan bahwa arus listrik dalam kawat logam (I)
sebanding dengan beda potensial atau tegangan (V) yang diberikan pada
kedua ujungnya.
I  V……………………………………………………………….(8.1)
Secara tepat berapa besarnya arus yang mengalir dalam kawat tidak hanya
bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan oleh
kawat terhadap aliran elektron. Mengambil analogi dengan aliran air, dinding
pipa, pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan terhadap
aliran air. Hal yang serupa, elektron diperlambat oleh interaksi dengan atom
dalam kawat. Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik untuk
suatu tegangan tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu
besaran yang berbanding terbalik dengan arus.
V
I= …………………………………………………………..(8.2)
R
Di mana R adalah hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya,
V adalah beda potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang

63 | P a g e
mengalir melalui komponen tersebut. Persamaan (8.2) dapat ditulis sebagai
berikut :
V = IR ……………………………………………………… (8.3)
Persamaan (8.3) dikenal sebagai Hukum Ohm.
Banyak fisikawan mengatakan bahwa persamaan (3) bukanlah suatu
hukum melainkan hanya definisi untuk hambatan. Jika kita menyatakan
Hukum Ohm, cukup dengan mengatakan bahwa arus yang melalui konduktor
logam sebanding dengan tegangan yang diberikan. Karenanya hambatan (R)
dari suatu bahan atau komponen adalah konstan, tidak tergantung pada
tegangan. Tetapi persamaan (3) tidak berlaku umum untuk bahan dan
komponen lain seperti diode, tabung vakum, transistor, dan lain-lain.
Karenanya Hukum Ohm bukanlah hukum fundamental, tetapi merupakan
deskripsi dari suatu kelompok material tertentu (konduktor logam).
Selanjutnya untuk lebih mendalami konsep rangkaian listrik terdapat satu
hukum lagi yang harus dipahami, yaitu hukum kirchoff. Hukum Kirchhoff
adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda potensial
(umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama
Gustav Robert Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845. Terdapat dua hukum
kirchoff yang membahas tentang tegangan dan arus, berikut adalah
penjelasannya.
1. Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction
rule), karena hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini
diperlukan untuk rangkaian yang multisimpal yang mengandung titik-titik
percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada
akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan
demikian, jumlah muatan yang masuk di dalam setiap titik akan
meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.

64 | P a g e
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu
rangkaian listrik sama dengan jumlah arus yang keluar melalui titik
percabangan tersebut”.
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 1 dapat dituliskan sebagai berikut:

Contoh pada sebuah kasus, perhatikanlah gambar di bawah ini.

Gambar 8.1 Rangkaian Pembagi Arus

Besar arus I = I1 + I2 + I3, untuk mencari nilai I1, I2 dan I3 secara matematis
dapat menggunakan persamaan seperti berikut.

2. Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop
rule), karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik

65 | P a g e
percabangan dalam satu rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan.
Hukum ini merupakan bukti dari adanya hukum konservasi energi. Jika
kita memiliki suatu muatan Q pada sembarang titik dengan potensial V,
dengan demikian energi yang dimiliki oleh muatan tersebut adalah QV.
Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka
muatan yang kita miliki akan mendapatkan tambahan energi atau
kehilangan sebagian energinya saat melalu resistor baterai atau elemen
lainnya. Namun saat kebali ke titik awalnya, energinya akan kembali
menjadi QV.
Hukum kirchoff 2 berbunyi seperti berikut, “Pada setiap rangkaian
tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”. Contoh pada
sebuah kasus, Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 8.2 Rangkaian Pembagi Tegangan

Besar arus V = V1 + V2 + V3, untuk mencari nilai V1, V2 dan V3 secara


matematis dapat menggunakan persamaan seperti berikut.

66 | P a g e
C. Alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 8.1 Alat-alat Percobaan Rangkaian Listrik

No. Alat Jumah


1. Multimeter 1 set
2. Sumber tegangan DC (0-12 V, 3 A) 1 buah
3. Komponen elektronik (Resistor, NTC, PTC, dan
@1 buah
Lampu)
4. Kabel-kabel penghubung 1 set

D. Prosedur Percobaan
Hukum Ohm
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.3

Kx SPST1

DC

Gambar 8.3 Rangkaian Hukum Ohm

Dimana:
A = Amperemeter DC
Kx = Komponen yang akan ditentukan hambatannya
2) Aturlah posisi output, set komponen elektronik sehingga Kx = Resistor
3) Atur posisi saklar pada catu daya DC sehingga keluarannya adalah 0 Volt.
4) Tutup switch S, kemudian atur keluaran catu daya sehingga lebih besar
dari 0 Volt.
5) Catat kedudukan amperemeter (I) dan kedudukan voltmeter (V) yang
ditentukan oleh asisten.

67 | P a g e
6) Ulangi percobaan ini beberapa kali (minimum 5 kali) untuk harga-harga I
dan tegangan V yang berbeda.
7) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = NTC
8) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = PTC
9) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = Lampu

Hukum I Kirchoff
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.4, dimana nilai
dari R1, R2, dan R3 berturut-turut sebesar 50 Ω, 100 Ω, dan 200 Ω.

Gambar 8.4 Rangkaian Hukum I Kirchoff

2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.


3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar tegangan dari masing-masing resistor menggunakan voltmeter
(V) yang terpasang paralel pada tiap resitor, lalu catat hasilnya pada
blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.

Hukum II Kirchoff
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.5, dimana nilai
dari R1, R2, dan R3 berturut-turut sebesar 50 Ω, 100 Ω, dan 200 Ω.

68 | P a g e
Gambar 8.5 Rangkaian Hukum II Kirchoff

2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.


3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar arus yang lewat dari masing-masing resistor menggunakan
amperemeter (A) yang terpasang seri pada tiap resitor, lalu catat hasilnya
pada blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.

E. Pertanyaan
1. Percobaan A
a. Apa saja penerapan hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari?
b. Sebuah kawat pajang 10 meter dengan diameter 2 mm dan hambatan
jenisnya 2,14.10-6 ohmmeter. Hambatan kawat tersebut adalah ….
c. Diketahui nilai tegangan pada suatu rangkaian sebesar 24 volt dan nilai
arus yang terbaca pada amperemeter sebesar 10 mA. Berapakah nilai
resistansinya?
2. Percobaan B
a. Perhatikan gambar percabangan arus listrik dibawah ini!

69 | P a g e
Berapa nilai kuat arus lisrik I4?
b. Perhatikan gambar rangkaian listrik dibawah ini!

Tentukan besarnya kuat arus rangkaian tersebut apabila besarnya ε1 =


12 V, ε2 = 6 V, dan R1 = 2 Ω, R2 = 6 Ω, serta R3 = 4 Ω.
c. Perhatikan gambar rangkaian listrik dibawah ini!

Jika diketahui ε1 = 18 V; ε2 = 7 V; ε3 = 12 V; R1 = 24 Ω; R2 = 5 Ω; dan


R3 = 7 Ω. Besar kuat arus lisrik I adalah...

3. Buktikan penurunan rumus Hukum Ohm, Hukum Kirchoff 1, Hukum


Kirchoff 2 !

70 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
RANGKAIAN LISTRIK
MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM
NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

PERCOBAAN A. Hukum Ohm


Perc. Kx = Resistor Kx = Lampu
ke- V (volt) I (Ampere) V (volt) I (Ampere)
1
2
3
4
5
6

Perc. Kx = PTC Kx = NTC


ke- V (volt) I (Ampere) V (volt) I (Ampere)
1
2
3
4
5
6

PERCOBAAN B. Hukum Kirchoff


Kirchoff Voltage Law Kirchoff Current Law
Perc.
Vs VR1 VR2 VR3 Vs IR1 IR2 IR3
ke-
(volt) (volt) (volt) (volt) (volt) (A) (A) (A)
1
2

Suhu ruang awal =.......°C Sikap barometer awal = ........mmHg


Suhu ruang akhir =.......°C Sikap barometer akhir = ........mmHg

71 | P a g e
Modul 09
VISKOSITAS FLUIDA

A. Tujuan Percobaan
Menentukan viskositas atau kekentalan suatu zat cair

B. Teori Dasar
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-
molekul yang menyusun suatu fluida (fluida itu zat yang dapat mengalir,
dalam hal ini zat cair dan zat gas). Viskositas adalah gaya gesekan internal
fluida (internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida
saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara
molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh
tumbukan antara molekul.
Jadi, viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh
adanya gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.
Viskositas juga disebut sebagai ketahanan fluida jika menerima gaya dari luar.

………………………………………………(9.1)

Keterangan:

= Viskositas (Pa.s)

= Jari-jari benda (m)

= Gravitasi bumi (m/s2)

= Massa jenis benda (kg/m3)

= Massa jenis fluida (kg/m3)

= Kecepatan benda (m/s)

72 | P a g e
Pada kenyataannya, nilai kecepatan jatuh bola dipengaruhi oleh kedekatan
bola dengan dinding tabung silinder. Oleh karena itu, untuk hasil pengukuran
yang lebih baik, bola harus dijatuhkan di tengah tabung. Namun, untuk hasil
yang lebih baik lagi, lakukan koreksi terhadapat nilai v0 menggunakan
persamaan koreksi Ladenburg:

…………………………………………………….…(9.2)

Dimana v adalah kecepatan bola yang terukur dan R adalah jari-jari


tabung.
Viskositas fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh
koefisien viskositas. Berikut ini adalah tabel viskositas untuk berbagai fluida:
Tabel 9.1 Koefisien Viskositas untuk Berbagai Fluida

Fluida Temperatur (oC) Koefisien Viskositas, η (Pa.s)

0 1,8 10-3

Air 20 1,0 10-3

100 0,3 10-3

Oli Mesin (SAE 10) 30 200 10-3

Udara 20 0,018 10-3

Hidrogen 0 0,009 10-3

Uap Air 100 0,013 10-3

Viskometer adalah alat untuk mengukur kekentalan suatu fluida


berdasarkan kecepatan alir fluida tersebut. Nilai viskositas didapatkan dengan
cara mengalirkan fluida yang akan diukur viskositasnya dengan demikian,
hambatan yang mengalami benda pemutar atau dialiri akan diketahui dan
menunjukkan besar viskositas fluida tersebut.

73 | P a g e
Gambar 9.1 Alat ukur Viskometer manual

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 9.2 Alat-alat percobaan Modulus Puntir
No. Alat Jumah
1. Rel rangkaian 1 buah
2. Dudukan cakram bersudut 1 buah
3. 5 jenis batang yang akan diukur (baja ,

tembaga , aluminium , 1 set

, )
4. Tiang penahan batang 1 buah
5. Set bahan:

Gantungan beban 1 set

Beban , ,
6. Set beban untuk cakram: 1 set

74 | P a g e
Sekrup

Beban berlubang
7. Batang dengan ulir 1 buah
8. Klem bosshead 1 buah
9. Benang 1 gulung
10. Kunci L 1 buah
Gerbang Cahaya Elektronik
11. Sensor gerbang cahaya 1 set
12. Pewaktu gerbang cahaya (termasuk catu daya ) 1 set
13. Lembar akrilik merah 1 buah

D. Prosedur Praktikum
1. Letakkan tabung viskositas pada permukaan bidang datar seperti di atas
meja yang kokoh.
2. Pasang dua buah penanda di antara jarak yang akan dilalui oleh bola.
Gunakan penanda berupa karet gelang atau tali, kemudian pasangkan di
dua lokasi yang berbeda seperti pada gambar.
3. Ukur jarak h diantara dua penanda seakurat mungkin.
4. Pastikan bahwa bola baja bersih dan mengkilap, bebas dari kotoran, dan
siap digunakan.
5. Gunakan mikrometer atau jangka sorong untuk mengukur diameter bola.
Ulangi pengukuran beberapa kali dan hitung rata-rata diameter untuk
memperoleh jari-jari bola.
6. Tentukan sisi penanda yang akan dijadikan acuan pengukuran waktu.
7. Isi tabung dengan cairan kental yang akan diukur viskositasnya. Isi hingga
mencapai 10 cm dari atas tabung.
8. Siapkan stopwatch, kemudian sambil melihat kearah tabung viskositas,
jatuhkan bola tepat di tengah permukaan zat cair dan ikuti gerakan bola.
Nyalakan stopwatch saat bola melewati batas acuan pertama (penanda

75 | P a g e
atas) dan hentikan stopwatch tepat saat bola melewati batas acuan kedua
(batas bawah).
9. Catat nilai waktu t yang dibutuhkan bola untuk bergerak sepanjang jarak h
yang tercatat oleh stopwatch hitung kecepatannya .

10. Untuk hasil yang lebih baik, ulangi langkah percobaan menggunakan bola
yang sama beberapa kali sehingga diperoleh sejumlah nilai η, kemudian
rata-ratakan nilai tersebut.
11. Untuk hasil yang lebih baik lagi, lakukan koreksi nilai η menggunakan
persamaan koreksi Ladenburgh (persamaan 2).
12. Agar dapat menggunakan persamaan tersebut, ukur jari-jari dalam tabung
menggunakan jangka sorong.
13. Lakukan replikasi sebanyak 10 kali untuk masing-masing percobaan
dengan benda yang memiliki jari-jari yang berbeda.

E. Pertanyaan
1. Apakah hanya fluida zat cair saja yang memiliki nilai viskositas?
2. Apa yang dimaksud Reynold number? Apa hubungan viskositas dengan
Reynold number?
3. Suatu pipa berdiameter 40 cm dialiri air dengan densitas 1000 kg/cm3 dan
nilai viskositas absolut sebesar 0,01 poise. Jika kecepatan aliran air dalam
pipa tersebut sebesar 8,7 x 10-3 m/s maka tentukan apakah sifat aliran
tersebut.
4. Lantai yang basah oleh air yang memiliki viskositas 0,01 poise di lap
menggunakan lembaran plastik halus dengan kecepatan 15 cm/s dan gaya
tangensial sebesar 20 dyne. Lapisan cairan yang terbentuk antara lembaran
plastik dan meja adalah 0,8 mm. Jika pada bagian lantai yang lain ada
tumpahan minyak yang memiliki viskositas 0,84, berapa gaya yang
diperlukan untuk mempertahankan kecepatan yang sama dengan asumsi
bahwa semua parameter lainnya tetap sama.
5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (9.1) !

76 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
VISKOSITAS FLUIDA
MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM
NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

Tabel 1 Pengukuran Jari-jari Bola Alumunium

Tabel 2 Hasil Pengamatan Percobaan Viskositas Bola ........

77 | P a g e
Tabel 3 Hasil Pengamatan Percobaan Viskositas Bola ........

Suhu ruang awal =.......°C


Suhu ruang akhir =.......°C
Sikap barometer awal = ........mmHg
Sikap barometer akhir = ........mmHg

78 | P a g e
Modul 10
MODULUS PUNTIR

A. Tujuan Percobaan
1. Mengukur konstanta puntir batang logam.
2. Mengukur dan menghitung modulus geser (modulus kekakuan) batang
logam.

B. Teori Dasar
a. Pendahuluan
Setiap benda yang elastis memiliki batas kelenturannya.
Perbandingan antara tegangan (stress) dan regangan (strain) diwakili
dengan konstanta yaitu modulus puntir atau konstanta puntir.
Untuk benda yang kaku atau keras, perbandingan nilai pergeseran
tegangan dan pergeseran regangan (benda panjang suatu logam sebelum
dan setelah dipuntir) adalah , yaitu modulus kekauan atau modulus
geser.
Sebuah balok logam yang kaku mengalami deformasi saat diberikan
sejumlah gaya dibagian atas dan bawah. Pergeseran tegangan , dapat
dinyatakan dengan persamaan
.................................................................................................... (10.1)

Jika kita berikan gaya pada sistem agar cakram bergerak sebesar sudut .
Terdapat torsi pemulih yang nilainya berbanding lurus dengan .
............................................................................................. (10.2)
adalah konstanta puntir yang merupakan koefisien batang logam.
Berdasarkan persamaan (10.7) dapat diperoleh

....................................................................................... (10.3)

79 | P a g e
Maka nilai modulus puntir dapat diperoleh dari

.................................................................................................... (10.4)

.............................................................................................. (10.5)

Dari persamaan dapat diperoleh periode puntir , sebagai berikut:

................................................................................... (10.6)

Modulus geser benda dapat dinyatakan dengan persamaan


............................................................................................... (10.7)

Jika pada cakram alat modulus puntir ditambahkan beban tambahan


(beban 1), maka dapat diperoleh periode ayunannya, yang akan mengubah
nilai momen inersia awal cakram dan untuk memperoleh nilai . Nilai
momen inersia cakram akan menjadi
.......................................................................................... (10.8)
Nilai periode dan konstanta puntir nya akan menjadi

.......................................................................................... (10.9)

..................................................................................... (10.10)

Jika pada cakram alat modulus puntir ditambahkan beban tambahan lain
(beban 2), maka momen inersia cakram akan menjadi
......................................................................................... (10.11)
adalah momen inersia dari dua buah beban yang ditambahkan pada
cakram.
Nilai periode dan konstanta puntir nya akan menjadi

......................................................................................... (10.12)

..................................................................................... (10.13)

Dari selisih persamaan (10.15) dan (10.18) maka akan diperoleh

80 | P a g e
.................................................................. (10.14)

Diperoleh persamaan untuk menghitung modulus geser logam yaitu

............................................................................... (10.20)

b. Momen Inersia
Dengan menggunakan koordinat silinder untuk menghitung momen inersia
beban inersia silinder seperti pada gambar 10.6, maka diperoleh
persamaan sebagai berikut
.............................................................................. (10.21)

Dimana adalah massa total sistem, adalah diameter dalam dan


adalah diameter luar. Dengan menggunakan teorema sumbu sejajar
................................................................................... (10.22)
Dimana adalah jarak antar kedua sumbu untuk memperoleh nilai
momen inersia beban yang diletakan pada cakram.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 10.1 Alat-alat percobaan Modulus Puntir
No. Alat Jumah

1. Rel rangkaian 1 buah

2. Dudukan cakram bersudut 1 buah

3. 5 jenis batang yang akan diukur (baja ,


tembaga , aluminium , 1 set
, )

4. Tiang penahan batang 1 buah

5. Set bahan:
1 set
Gantungan beban

81 | P a g e
Beban , ,

6. Set beban untuk cakram:


Sekrup 1 set

Beban berlubang

7. Batang dengan ulir 1 buah

8. Klem bosshead 1 buah

9. Benang 1 gulung

10. Kunci L 1 buah

Gerbang Cahaya Elektronik

11. Sensor gerbang cahaya 1 set

12. Pewaktu gerbang cahaya (termasuk catu daya ) 1 set

13. Lembar akrilik merah 1 buah

D. Prosedur Praktikum
a. Perangkaian Alat
1. Lepaskan sekrup di sisi rel.
2. Pasang tiang penahan batang pada rel.
3. Pasang cakram bersudut pada rel.
4. Loranggarkan sekrup pada cakram bersudut menggunakan kunci L,
kemudian pasang batang akan diukur. Kencangkan kembali sekrup
menggunakan kunci L.
5. Putar sekrup untuk melepaskan penahan batang dari tiang dudukan.
Masukkan batang kemudian kencangkan sekrup menggunakan kunci L.
6. Pasang kembali penahan batang pada dudukan.
7. Putar batang agar sudut cakram yang ditandai jarum penunjuk adalah 90o.
Kencangkan sekrup.
8. Ikatkan benang pada kapala sekrup yang ada di belakang cakram.
Kemudian lilitkan benang pada cakram sebanyak satu kali putaran.

82 | P a g e
9. Tempelkan lembar akrilik merah pada sudut 90o.
10. Pasang batang berulir. Gunakan bosshead untuk menghubungkan batang
batang dengan gerbang cahaya. Atur tingginya agar lembar merah dapat
menghalangi sinyal
11. Pasang beban cakram pada lubang papan cakram bersudut. Beban
ditambahkan untuk mengubah momen inersia cakram.
12. Gantungkan beban bercelah dan berpenggantung pada benang yang sudah
dililitkan di papan cakram. Jika beban berpenggantung digantungkan saat
beban cakram terpasang, maka momen inersia sistem akan berubah dan
harus dihitung kembali.
b. Percobaan Modulus Puntir Metode 1
1. Ukur panjang dan diameter batang logam yang akan diuji.
2. Sebelum mengukur modulus puntir batang logam, pastikan bahwa sudut
cakram menunjukan titik sudut seperti pada gambar 8.7 yaitu 90o.
3. Pastikan bahwa benang yang digunakan untuk menggantung beban harus
dililitkan pada cakram sedikitnya satu putaran. Kemudian beban dapat
ditambahkan secara bertahap. Catat besar sudut puntirnya pada tabel.
4. Atur batang ke keadaan awal agar tidak bengkok permanen.
5. Lepaskan beban dan penggantung beban.
c. Percobaan Modulus Puntir Metode 2
1. Ukur panjang dan diameter batang logam yang akan diuji.
2. Pasangkan beban cakram 100 g masing-maisng di sisi kiri dan kanan
cakram bersudut dengan jarak 4 cm dari titik darii titik pusat. Lihat
gambar 8.8
3. Gunakan gerbang cahaya dan pewaktu untuk digital untuk mengukur
periode ayunan. Gunakan fungsi 4: Pendulum.
4. Ubahlah nilai beban cakram dan catat periode untuk 10 ayunan (inersia
kedua). Pastikan lembar akrilik merah menghalangi sinyal dengan
sempurna. Atur lebar lembar akrilik akrilik menjadi 5 mm atau
disebusaikan dengan kebutuhan. Untuk mengukur periode gunakan
penghalang yang sempit.

83 | P a g e
5. Ubah beban atau jarak beban cakram pada cakram bersudut kemudian
ulangi. Gunakan periode untuk dua nilai momen inersia yang berbeda
untuk memperoleh modulus geser.
6. Ganti batang dengan jenis atau ukuran yang berbeda, kemudian ulangi
langkah diatas.

E. Pertanyaan
1. Bila kaki seorang pelari menyentuh tanah, gaya geser yang bekerja pada
tanah setebal 6 mm adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar. Jika
gaya 25 N didistribusikan pada luas 10 cm2, hitung sudut geser θ bila
diketahui modulus geser tanah adalah 2.1×105 Pa.

2. Apa yang dimaksud dengan material isotropi dan anisotropi serta


bagaimana pengaruh kedua jenis material ini terhadap sifat mekanik
material terutama shear modulus?
3. Apakah temperature dan tekanan lingkungan berpengaruh terhadap shear
modulus suatu material? Bagaimana pengaruhnya?
4. Sebuah kubus berukuran 4 cm berdeformasi sejauh 0.65 cm ketika
diberikan gaya tangensial sebesar 0.25N. Hitung nilai modulus geser
material kubus tersebut.

84 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
MODULUS PUNTIR
MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM
NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

A. METODE 1
Batang yang diukur = ………
Tabel 1 Pengukuran Konstanta Modulus Puntir dan Modulus Geser Metode 1
Panjang Lengan Cakram = ………cm
Konstanta
Beban Torsi Sudut Penambahan Radian Modulus
(g) (Nm) Sudut (rad) Puntir
(Nm/rad)

85 | P a g e
B. METODE 2
Jari-jari luar beban =……..m
Jari-jari dalam beban = ……..m

Tabel 2 Perhitungan Momen Inersia Beban Cakram


Momen Inersia Beban Cakram Teorema Sumbu Sejajar

Momen Inersia Cakram Bersudut dengan Beban


Momen Jarak Antara
Momen Inersia, Momen Inersia
Satu Beban (g) Inersia Dua Sumbu,
Total,

Panjang Batang, L:…………..m


Jari-jari, R:………….m
Tabel 3 Pengukuran dan Perhitungan Konstanta Modulus Puntir dan Modulus
Geser
Beban Beban Konstanta Perbandingan
Jarak
…… ……. Modulus Modulus Konstanta
Antar 2
Periode Periode Geser, Puntir Puntir (error
Sumbu
Ayunan T1 Ayunan T2 (Nm/rad) %)

Suhu ruang awal =.......°C


Suhu ruang akhir =.......°C
Sikap barometer awal = ........mmHg
Sikap barometer akhir = ........mmHg

86 | P a g e
Modul 11
KOEFISIEN MUAI PANJANG

A. Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien muai panjang dari dua bahan yang berbeda.

B. Teori Dasar
Muai panjang didefinisikan sebagai pertambahan panjang benda yang
panjangnya satu satuan panjang (m) dengan kenaikan suhu satu satuan suhu.
Koefisien muai panjang diperoleh dari perubahan panjang batang dengan
bahan tertentu yang memuai akibat dialiri uap panas. Misalnya sebuah benda
dengan panjang L, mengalami perubahan suhu yang besarnya ΔT. Jika ΔT
nilainya cukup kecil, maka perubahan panjang ΔL umumnya berbanding
lurus dengan Li dan ΔT. Secara matematis dinyatakan dengan :
ΔL = α Li ΔT…………………………………………………………(11.1)

Dengan α adalah koefisien muai panjang bahan..

Pemuaian panjang hanya terjadi pada benda padat dan tidak terjadi pada
benda cair ataupun gas. Untuk benda padat, perubahan suhu berpengaruh
pada seluruh bagian benda. Logam merupakan benda isotropik, sehingga
hanya perlu diukur pada satu dimensi. Perubahan satu dimensi. Perubahan
satu dimensi dari benda padat, yaitu panjang, lebar, dan tebal, dinamakan
pemuaian linier. Arah pemuaian mungkin berbeda, namun jika arah
pemuaiannya sama maka disebut pemuaian isotropik.

Pada percobaan ini, akan diukur koefisien muai panjang α untuk batang
tembaga, alumunium, dan gelas.

87 | P a g e
Tabel 11.1 Nilai referensi muai panjang beberapa bahan

Bahan α/°C
Alumunium 24 x 10-6
Tembaga 17 x 10-6
Kasa borosilikat 3,3 x 10-6

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 11.2 Alat-alat percobaan Koefisien Muai Panjang
No. Alat Jumah

1. Tabung kaca 1 buah

2. Landasan tabung kaca 1 buah

3. Selang silikon 1 buah

4. Dial Indikator 1 buah

5. Batang alumunium 1 buah

6. Batang tembaga 1 buah

7. Batang kaca borosilikat 1 buah

8. Pembangkit uap 1 buah

9. Termometer 1 buah

10. Pemanas listrik 1 buah

D. Prosedur Praktikum
a. Persiapan Alat
1. Rangkai alat muai panjang seperti pada Gambar 11.1
2. Peralatan terdiri dari sebuah jaket/tabung uap dengan alat ukur (dial
indicator) untuk mengukur ΔL batang. Uap dialirkan dari pembangkit
uap kedalam tabung uap menggunakan selang.

88 | P a g e
Gambar 11.1 Alat muai panjang

3. Perhatikan cara pembacaan skala pada alat ukur yang memiliki


ketelitian 0,01 mm. Satu garis skala pada penunjuk panjang bernilai
0,01 mm sehingga satu skala penuh bernilai 1 mm (skala yang terbaca
dibagi 100). Sedangkan satu garis skala pada skala penunjuk pendek
bernilai 1 mm.
4. Saat pengukuran, perhatikan skala penunjuk pendek terlebih dahulu,
kemudian baca skala yang ditunjuk oleh jarum panjang.
5. Harap berhati-hati terhadap uap dan logam panas pada percobaan ini.

b. Langkah-Langkah Percobaan
1. Ukur panjang batang tembaga pada suhu kamar (L). Catat hasil
pengukuran di Tabel 1 sebagai nilai Li.
2. Masukkan batang kedalam tabung kaca seperti pada Gambar 11.1.
Salah satu ujung batang dipasang pada sekrup ujung tetap dan ujung
lain batang menekan lengan alat ukur sebesar ΔL
CATATAN : Gunakan kain, sapu tangan, atau sarung tangan saat
menyentuh batang logam agar tidak meningkatkan suhu batang
tersebut.
3. Putar casing alat ukur untuk mensejajarkan titik nol pada skala dengan
jarum penunjuk panjang. Saat batang memuai, jarum penunjuk akan
bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.

89 | P a g e
4. Nyalakan pemanas listrik. Pilih pengaturan pemanas listrik yang
sesuai dengan kebutuhan, tidak diskala maksimum.
5. Saat uap mulai mengalir, perhatikan alat ukur dan termometer.
Tunggu hingga pembacaaan suhu pada termometer stabil.
6. Catat nilai suhu yang diukur termometer (Tf) dan pemuaian panjang
batang logam (ΔL) yang ditunjukkan oleh perpindahan jarum
penunjuk alat ukur ΔL. (baca cara membaca alat ukur dibagian
“Persiapan Alat”). Ingat bahwa ΔL merupakan selisih antara
pembacaan alat ukur sebelum dan sesudah dialiri uap.
7. Matikan pemanas listrik
8. Ulangi percobaan untuk batang alumunium dan batang gelas kaca
borosilikat.

PERHATIAN : Berhati-hatilah terhadap air kondensasi didalam tabung uap


atau saat melepaskan batang yang masih panas karena dapat menyebabkan
luka bakar.

E. Pertanyaan
1. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses pemuaian zat padat.
Jelaskan!

2. Sebutkan aplikasi proses pemuaian zat padat dalam dunia Teknik (minimal
2)!
3. Sebatang aluminium memiliki Panjang 200 mm pada suhu 253 K. jika
koefisien muai Panjang aluminium 24.10-6/oC maka pertambahan luas
pada suhu 80oC adalah.…m2

4. Sebuah jendela kaca berukuran 40 cm x 50 cm pada suhu 20oC. Koefisien


muai Panjang kaca 0.4.10-5/K. berapakah ukuran jendela kaca jika suhunya
naik menjadi 50oC

5. Buktikan penurunan rumus koefisien muai panjang (Persamaan 11.1) !

90 | P a g e
BLANGKO PERCOBAAN
KOEFISIEN MUAI PANJANG
MAHASISWA NILAI PRAKTIKUM
NAMA TES PENDAHULUAN 25 %
PENGAMBILAN 25 %
NIM / GRUP
DATA
JURUSAN LAPORAN 50 %
REKAN ASISTEN
TGL.
PERCOBAAN

Panjang Batang (L0)


Batang L1 (cm) L2 (cm) L3 (cm) Lrata-rata (cm)

A. PERCOBAAN 1
Batang ………………
Selisih Koefisien
Suhu Suhu Selisih
perubahan Muai
batang batang perubahan suhu Error (%)
panjang Panjang
awal (oC) akhir (oC) batang (oC)
batang (cm) (/oC)

Rata-rata

91 | P a g e
B. PERCOBAAN 2
Batang ………………
Selisih Koefisien
Suhu Suhu Selisih
perubahan Muai
batang batang perubahan suhu Error (%)
panjang Panjang
awal (oC) akhir (oC) batang (oC)
batang (cm) (/oC)

Rata-rata

Suhu ruang awal =.......°C


Suhu ruang akhir =.......°C
Sikap barometer awal = ........mmHg
Sikap barometer akhir = ........mmHg

92 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai