Anda di halaman 1dari 172

i

KATA PENGANTAR

Buku ini ditulis untuk memenuhi memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam


Mata Kuliah Fisika Dasar, khusus untuk program studi ilmu komputer. Buku ini
menjelaskan konsep, fenomena dan perhitungan dalam kajian Fisika.
Pengetahuan minimal yang didapatkan dalam buku ini dapat dikembangkan
untuk lebih mendalami mahasiswa khususnya yang mengambil bidang minat
modeling dan analisis.
Penulis menyesuaikan materi yang ada dalam buku ini dengan beberapa
referensi standar yang dipakai di beberapa universitas dan memasukkan materi
tinjauan Matematika agar mahasiswa memiliki bekal untuk lebih memahami
materi Fisika. Diharapkan mahasiswa dapat memperdalam materi yang ada
dalam buku ini melalui buku-buku standar yang dipakai di Perguruan Tinggi
Negeri.
Akhirnya, segala kekurangan yang ada dalam buku ini, penulis sangat
berharap untuk mendapatkan masukan, kritik, maupun saran, demi
sempurnanya buku ini di kemudian hari. Kepada Allah penulis ucapkan syukur,
semoga buku ini bisa bermanfaat bagi para peminat ilmu sains.

Penulis

Teguh Puja Negara

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………. i


Tools Matematika ……………………………………………………… 1
Pemodelan Fisika dan Matematika ……………………………………………………….. 25
Mekanika Gerak ……………………………………………………….. 39
Fluida ……………………………………………………….. 73
Termodinamika ……………………………………………………….. 87
Arus Searah (DC) ……………………………………………………….. 105
Arus Bolak-Balik (AC) ……………………………………………………….. 121
Gelombang ………………………………………………………… 153
Optik ………………………………………………………… 168

iii
1 TOOLS MATEMATIKA
A. SISTEM KOORDINAT KARTESIUS
Istilah Kartesius digunakan untuk mengenang ahli matematika sekaligus
filsuf dari Perancis Descartes, yang perannya besar dalam menggabungkan
aljabar dan geometri (Cartesius adalah latinisasi untuk Descartes). Hasil
kerjanya sangat berpengaruh dalam perkembangan geometri analitik, kalkulus,
dan kartografi.
Dalam sistem koordinat ini sembarang titik pada bidang dapat diukur
terhadap dua garis lurus yang saling tegak lurus yang keduanya beririsan di
satu titik O . kedua garis lurus ini disebut sumbu koordinat. Garis mendatar
disebut sumbu horizontal (sumbu x ) dan setiap titik yang ada padanya
dinotasikan dengan x , dimana semakin kekanan semakin bertambah besar.
Garis tegak disebut garis vertikal (sumbu y ) dan setiap titik yang ada padanya
dinotasikan dengan y , dimana semakin keatas semakin besar. Titik dimana x
dan y keduanya bertemu dinamakan titik asal dan dinotasikan dengan O
Jika P adalah sembarang titik
pada bidang, maka melalui titik P
dapat dibuat garis yang tegak lurus
dengan sumbu koordinat. Misalkan
garis memotong sumbu x di titik a
dan memotong sumbu y di titik b ,
maka pasangan (a, b) disebut
pasangan koordinat. Dalam
penulisan, posisi suatu titik selalu
dinyatakan terhadap sumbu x dan y
secara berturut-turut. Koordinat titik
P dapat pula dijadikan dalam notasi
vektor: P  xi  yj , dimana i dan j Gambar 1. Sistem koordinat
kartesius
adalah vektor satuan
Titik asal membagi sumbu x menjadi sumbu x positif di sisi kanan dan
sumbu x negatif di sisi kiri. Titik tersebut juga membagi sumbu y menjadi
sumbu y positif di sebelah atas dan sumbu y negatif di sebelah bawah.
Sumbu koordinat membagi bidang menjadi 4 bagian yang disebut kuadran yang
arahnya berlawanan dengan arah jarum jam.
Jarak antara suatu koordinat ( x1 , y1 ) dengan koordinat lain ( x2 , y2 ) dapat

 x2  x1    y2  y1 
2 2
ditentukan melalui persamaan: s 
Sistem koordinat Kartesius dapat pula digunakan pada dimensi-dimensi
yang lebih tinggi, dengan menggunakan tiga sumbu x , y , dan z

1
B. SISTEM KOORDINAT POLAR
Sistem koordinat polar (sistem koordinat kutub) dalam matematika adalah
suatu sistem koordinat dua-dimensi di mana setiap titik pada bidang ditentukan
dengan jarak dari suatu titik yang telah ditetapkan dan suatu sudut dari suatu
arah yang telah ditetapkan. Koordinat polar menunjukkan posisi relatif
terhadap titik kutub O dan sumbu polar (ray) yang diberikan dan berpangkal
pada O .
Setiap titik P dalam koordinat polar dapat ditulis P(r , ) , dimana r
menyatakan jarak berarah dari titik O ke titik P dan  menyatakan sudut
berarah dari O ke P . Dalam istilah lain, r disebut sebagai koordinat radial
dan  disebut sebagai koordinat sudut.  diukur berlawanan arah jarum-jam
Dapat pula kordinat polar disajikan dalam bentuk r  a saja atau   0
saja. Pernyataan r  a menyatakan suatu lingkaran dengan jari-jari a ,
sedangkan pernyataan   0 menyatakan suatu garis melalui O yang berarah
 0 dengan panjang dari  sampai 

Gambar 2. Koordinat polar

Hubungan antara koordinat kartesius dengan koordinat polar dapat dilihat


pada gambar 2 dan persamaan yang menghubungkannya.
Jika diketahui titik P( x, y) , maka dapat ditentukan koordinat kartesiusnya
melalui hubungan:
x  r cos , dan y  r sin 
Sedangkan jika diketahui titik P( x, y) , maka dapat ditentukan koordinat
kutubnya melalui hubungan:
y
r  x 2  y 2 , dan tan  
x
Suatu grafik dapat dinyatakan dalam sistem koordinat kutub. Untuk membuat
sketsanya, akan lebih mudah jika menggunakan tabel untuk mencari nilai r
untuk θ dari 0 hingga 2 radian.

2
C. FUNGSI
Fungsi, dalam istilah matematika adalah pemetaan setiap anggota sebuah
himpunan (dinamakan sebagai domain) kepada anggota himpunan yang lain
(dinamakan sebagai kodomain). Istilah ini berbeda pengertiannya dengan kata
yang sama yang dipakai sehari-hari, seperti “alatnya berfungsi dengan baik.”
Konsep fungsi adalah salah satu konsep dasar dari matematika dan setiap ilmu
kuantitatif. Istilah "fungsi", "pemetaan", "peta", "transformasi", dan "operator"
biasanya dipakai secara sinonim. Anggota himpunan yang dipetakan dapat
berupa apa saja (kata, orang, atau objek lain), namun pada umumnya yang
dibahas adalah besaran matematika seperti bilangan riil.
Misalkan A , B Є R. Fungsi f dari A ke B adalah suatu aturan yang
memasangkan setiap elemen x dalam himpunan A dengan tepat satu
elemen y dalam himpunan B . Unsur y yang berkaitan dengan x ini
dilambangkan y  f ( x) . Disini x dinamakan peubah bebas dan y yang
nilainya bergantung pada x dinamakan peubah tak bebas.
.

Gambar 3. Pemetaan fungsi

Dalam kajian matematika, fungsi dapat dikelompokkan menjadi beberapa


bagian:
 Fungsi aljabar
Yang termasuk fungsi aljabar antara lain:
n 1
1. Fungsi polinomial: f ( x)  an x  an1 x  .....  a1 x  a0
n

2. Fungsi pangkat: f ( x)  x n
p ( x)
3. Fungsi rasional: f ( x) 
q ( x)
 Fungsi transenden
Yang termasuk fungsi transenden atara lain:
1. Fungsi trigonometri: f ( x)  sin( x) , f ( x)  cos(x ) , f ( x)  tan( x )
2. Fungsi Eksponensial: f ( x)  a x
3. Fungsi logaritma: f ( x) a log( x)
Dalam bidang sains, fungsi merupakan ekspresi hubungan sebab-akibat
dengan menggunakan beberapa variabel. Misalnya, dalam fisika, fungsi
gelombang berdiri dapat dinyatakan sebagai resultan gelombang yang menjalar
ke kanan dan gelobang yang menjalar ke kiri, dimana besarnya simpangan
gelombang bergantung pada posisi dan waktu:
y( x, t )  A cos t sin kx

3
D. FUNGSI LINIER DAN KUADRAT
Sebuah fungsi dimana variabel-variabel hanya ada dengan pangkat satu
adalah linier. Sebuah fungsi atau persamaan linier yang menghubungkan x
dengan y selalu dapat dituliskan dalam bentuk:
f ( x)  ax  by  c
Dimana a dan b adalah konstanta. Jika a bernilai nol, maka grafiknya akan
sejajar sumbu y , sedangkan jika b bernilai nol, maka grafiknya akan sejajar
sumbu x . Fungsi linier umum tersebut dapat dinyatakan untuk kondisi-kondisi
berikut:
Fungsi garis linier yang melalui titik (m, c) adalah: y  mx  c . Dengan m
dan c adalah konstanta-konstanta yang dapat bernilai positif atau negatif.
Konstanta c disebut dinamakan intersep, yakni nilai y ketika x bernilai nol.
Konstanta m disebut slope atau gradien garis, yang sama dengan rasio
perubahan y terhadap perubahan x . Pada gambar 5, terdapat dua titik pada
garis x1 , y1 , dan x2 , y2 . Perubahan titik pada sumbu x , x  x2  x1 dan
pada sumbu y , y  y2  y1 , maka slope m dapat ditulis:
y
m
x
m dapat bernilai positif atau negatif.
Untuk fungsi naik m bernilai positif,
untuk fungsi turun m bernilai negatif,
Dua buah fungsi linier dapat dilihat
kondisinya melalui nilai m nya.
Misalkan fungsi linier y1 memiliki
gradien m1 dan fungsi linier y2
memiliki gradien m2 , maka jika
m1  m2 , fungsi y1 dan y2 adalah
sejajar. Sedangkan jika m1  m2 , fungsi
y1 dan y2 adalah berpotongan.
Gambar 4. Gradien dari grafik
Khusus jika m1  1/ m2 , maka fungsi persamaan linier
y1 dan y2 adalah berpotongan tegak
lurus.
Fungsi linier menggambarkan tingkat pertumbuhan/peluruhan dengan
tingkat perubahan konstan. Fungsi linier banyak dijumpai dalam berbagai
bidang dan fenomena, seperti pada bidang Fisika: kinematika gerak lurus,
pemuaian suhu, persamaan dinamika Newton, dan pada bidang Ekonomi:
perhitungan surplus konsumen dan produsen
Sebuah fungsi yang mengandung suatu variabel berpangkat dua disebut
fungsi kuadrat. Bentuk umum fungsi kuadrat adalah:

4
f ( x)  ax 2  bx  c
Dengan a , b , dan c adalah konstanta. Terdapat beberapa sifat terkait
persamaan kuadrat, yakni:
 Jika b2  4ac  0 , maka grafik persamaan kuadrat akan memotong sumbu
x di dua titik. Jika b  4ac  0 grafik persamaan kuadrat menyinggung
2

sumbu x , sedangkan iika b2  4ac  0 , maka grafik persamaan kuadrat


tidak akan memotong dan menyinggung sumbu- x , sebagaimana terlihat
pada gambar 6.
 Jika a bernilai positif, maka kurva akan terbuka keatas, sedangkan jika a
negatif kurva terbuka kebawah
 Koordinat titik puncak (maksimum atau minimum) pada grafik dapat
b D
ditentukan dengan: x   dan y   . Nilai y tersebut adalah nilai
a 4a
maksimum atau nilai minimum.
 Akar dari persamaan kuadrat adalah nilai x yang menghasilkan nilai y  0 .
Nilai tersebut bisa didapatkan dengan cara faktorisasi atau menggunakan
b  b 2  4ac
rurmus abc: x12 
2a
 Setiap persamaan kuadrat pasti memiliki akar. Khusus untuk persamaan
kuadrat yang memiliki nilai b2  4ac  0 , maka akar-akarnya bernilai
imajiner.
 Jumlah akar-akar persamaan kuadrat dan perkaliannya dapat ditentukan
b c
melalui rumus: x1  x2   dan x1.x2 
a a

Gambar 5. Grafik Persamaan Kuadrat untuk kasus memotong, menyinggung,


dan tidak memotong atau menyinggung

Contoh penerapan fungsi kuadrat dalam fisika sangat banyak, contohnya:


mencari tahu posisi benda yang dilempar ke atas.
1
s(t )  v0t  at 2
2

5
E. FUNGSI EKSPONENSIAL
Bila laju perubahan suatu besaran sebanding dengan besaran itu sendiri,
maka besaran itu naik atau turun secara eksponensial. Salah satu dari
pengurangan eksponensial adalah peluruhan nuklir. Suatu fungsi ekponensial
dapat dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
y  y0 a  kx
a disebut basis yang berupa bilangan bulat. Jika menggunakan basis khusus e,
maka persamaan eksponensial menjadi:
y  y0e kx
e adalah basis khusus yang dengan pendekatan dapat ditulis: 2.71828.
Besaran e digunakan untuk
menggambarkan pertumbuhan (growth)
atau peluruhan (decay) yang berlangsung
secara kontinu dengan persentase tetap.
Secara umum k dapat berupa bilaangan
riil maupun bilangan kompleks. Grafik
 kx
fungsi y  y0e dapat dilihat pada
gambar 6.
Fungsi eksponensial dapat dibuat
bentuk inversnya menjadi fungsi
logaritma, yakni jika:
y  a x , maka:
x a ln y Gambar 6. Grafik fungsi
eksponensial
Sedangkan untuk basis khusus, e
menjadi:
x  ln y
Beberapa sifat dari fungsi logaritma dengan basis e adalah:
 eln x  x
 ln(ab)  ln a  ln b
a
 ln    ln a  ln b
b
 ln an  n ln a
Persamaan eksponensial dapat dijumpai dalam bidang fisika misalnya pada
peluruhan radioaktif, jumlah inti radioaktif pada suatu saat sebanding dengan ,
jumlah inti radioaktif mula-mula dengan laju pengurangan secara eksponensial,
yakni:
N  N 0 e  t
Dimana N 0 adalah jumlah inti radioaktif mula-mula. Suatu karakteristik
peluruhan eksponensial adalah N berkurang dengan faktor konstan dalam
suatu selang waktu tertentu.

6
F. FUNGSI TRIGONOMETRI
Trigonometri adalah bagian matematika yang diaplikasikan dalam
perhitungan untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
perbandingan-perbandingan pada bangun geometri, khususnya dalam bangun
yang berbentuk segitiga. Pada dasarnya trigonometri merupakan salah satu
ilmu yang berhubungan dengan besar sudut, dimana bermanfaat untuk
menghitung ketinggian suatu tempat tanpa mengukur secara langsung
sehingga bersifat lebih praktis dan efisien. Fungsi trigonometri termasuk dalam
bagian fungsi transenden.
Dalam pengukuran, sudut dapat dinyatakan dalam derajat atau radian.
Satu radian adalah ukuran sudut pusat lingkaran yang panjang busur
didepannya sama dengan panjang jari-jari. Jika s adalah panjang busur dan r
adalah jari-jari lingkaran, sudut  diukur dalam radian adalah:
s

r
Karena sudut yang diukur dalam
radian adalah rasio dari dua panjang,
maka tidak berdimensi. Hubungan
antara radian dan derajat adalah:
3600  2 rad
atau:
Gambar 7. Sudut  dalam radian
0
360
1 rad   57.30
2
Untuk sudut lancip  , enam fungsi trigonometri didefinisikan sebagai hasil
bagi panjang sisi dari segitiga siku-siku, sebagai berikut:

Gambar 8. Segitiga dengan sudut

y x y
sin   cos   tan 
r r x
r x x
co sec   sec  cot 
y r y
Tabel 1. Perbandingan trigonometri

cot , sec , dan cos ec merupakan kebalikan dari berturut-turut tan , cos , dan
sin .

7
Semua fungsi trigonometri mempunyai periode 2 . Ini berarti, bila sebuah
sudut berubah dengan 2 radian, maka fungsinya kembali ke nilainya semula.
Sudut  yang bernilai x , dinamakan arcsin( x) atau sin 1 ( x) , disebut pula
fungsi invers dari sin  . Demikian pula berlaku sama pada fungsi invers
trigonometri yang lain.
Nilai dari fungsi trigonometri fungsi sin , cos , dan tan dapat pula
ditentukan melalui grafik. Untuk fungsi sin dan cos , nilainya akan berulang
secara periodik antara 1 sampai 1 , setelah melewati satu perioda, yaitu 2
atau 3600 .

Gambar 9. Grafik fungsi trigonometri

Dalam berbagai kasus, seperti differensial dan integral, fungsi trigonometri


hanya dapat dipecahkan menggunakan hubungan antar-trigonometri, seperti:
identitas trigonometri, perkalian trigonometri, penjumlahan trigonometri, dll.

8
Jenis rumus Bentuk rumus
sin A  cos A  1
2 2

Rumus identitas
1  tan2 A  sec2 A
Rumus penjumlahan sin( A  B)  sin A cos B  cos A sin B
sudut cos( A  B)  cos A cos B msin A sin B
sin 2 A  2sin A cos A
Rumus sudut cos 2 A  cos2 A  sin 2 A
rangkap 2 2TanA
Tan2 A 
1  Tan2 A
 A B   A B 
sin A  sin B  2sin   cos  
 2   2 
 A B   A B 
sin A  sin B  2cos   sin  
 2   2 
Rumus penjumlahan  A B   A B 
cos A  cos B  2cos   cos  
 2   2 

 A B   A B 
cos A  cos B  2sin   sin  
 2   2 

sin A.cos B 
1
2
sin  A  B   sin  A  B 
cos A.sin B   sin  A  B   sin  A  B  
1
2
cos A.cos B   cos  A  B   cos  A  B  
Rumus perkalian 1
2

sin A.sin B  
1
2
 cos  A  B   cos  A  B 
Tabel 2. Rumus trigonometri

Fungsi trigonometri banyak dijumpai dalam fisika, seperti:


 Persamaan simpangan gelombang: y  sin t
 Persamaan arus atau tegangan pada listrik dinamis bolak-balik (AC):
i  im sin t dan v  vm sin t
 Pesamaan gerak parabola: v0 y  v0 sin t dan v0 x  v0 cos t
 DInamika gerak hukum Newton

9
G. FUNGSI KOMPLEKS
Sistem bilangan kompleks pada dasarnya merupakan perluasan dari sistem
bilangan riil. Sistem bilangan ini diperkenalkan untuk memecahkan sistem-
sistem persamaan aljabar yang tidak mempunyai jawaban dalam sistem
bilangan kompleks. Contohnya nilai x pada persamaan x 2  1 .
Bilangan kompleks didefinisikan
sebagai kombinasi linier antara bilangan
riil dengan bilangan imajiner
z  x  iy
dimana x dan y adalah bilangan riil
dan i adalah 1 . Besaran a disebut
bagian riil sedangkan besaran ib
dinamakan bagian imajiner dari z .
Bilangan kompleks dapat
dinyatakan dalam sebuah bidang
seperti gambar 3, dengan sumbu x
adalah sumbu riil dan sumbu y adalah
sumbu imajiner. Gambar 10. Grafik fungsi kompleks
Kita dapat menggunakan hubungan x  r cos dan y  r sin  sehingga
bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk koordinat polar:
z  (r cos )  (r sin  )i
Dengan   tan 1 ( y / x) dan r  x 2  y 2 dinamakan modulus atau besarnya
dari z . Bentuk persamaan kompleks dalam koordinat polar dapat pula diubah
menjadi bentuk persamaan eksponen, yakni:
z  rei
Bila bilangan kompleks ditambahkan atau dikurangkan, maka bagian riil
dan imajiner ditambahkann atau dikurangkan secara terpisah
z1  z2   a1  b1i    a2  b2i    a1  a2   b1  b2  i
Namun, bila dua bilangan kompleks dikalikan, maka tiap bagian dari satu
bilangan dikalikan dengan tiap bagian dari bilangan lainnya.
z1.z2   a1a2    a1b2i   (a2b1i )  (b1b2 )
  a1a2  b1b2    a1b2  a2b1  i
Mungkin jarang diduga bahwa aplikasi bilangan kompleks ternyata amat
luas. Tentu saja tidak mungkin semua jenis aplikasi dapat disebutkan di sini,
kecuali yang terkait dengan bidang-bidang dasar. Ambil contoh perhitungan
impedansi, tegangan dan arus maksimum, dan fase getar pada listrik AC.
Impedansi pada rangkaian AC dapat ditulis:
Z  R  ( X L  X C )i ,
sedangkan untuk tegangan dapat ditulis:
V  V0ei

10
H. DIFFERENSIAL
Kita telah mengetahui kemiringan dari garis singgung atau slope adalah
manifestasi dari perubahan nilai y ( y ) terhadap perubahan nilai x ( x ).
Jika x dibuat sekecil mungkin, maka garis yang menghubungkan ( x1 , y1 ) dan
( x2 , y2 ) mendekati garis yang tangensial terhadap kurva dititik ( x1 , y1 ) . Slope
tangen ini dinamakan turunan x terhadap t dan ditulis dy / dx .
dy y
 lim
dx x0 x
Jika y adalah fungsi dari u , u
adalah fungsi dari t , dan n adalah
pangkat dari fungsi y , maka turunan
y n terhadap t dapat didefinisikan:
d n 1 du (t )
 y(u(t ))   n  y(u(t )) 
n

dt dt

Turunan memiliki beberapa sifat dan


aturan dalam aljabar, yakni:
Gambar 11. Gradien persamaan garis
 Penjumlahan
Turunan suatu jumlah fungsi sama dengan jumlah turunan fungsi-fungsi itu
d df ( x) dg ( x)
 f ( x)  g ( x)   
dx dx dx
 Pengurangan
Turunan suatu selisih fungsi sama dengan selisih turunan fungsi-fungsi itu
d df ( x) dg ( x)
 f ( x)  g ( x)   
dx dx dx
 Perkalian
Turunan suatu perkalian fungsi memenuhi aruran berikut:
d df ( x) dg ( x)
 f ( x).g ( x)   g ( x)  f ( x)
dx dx dx
 Pembagian
Turunan suatu pembagian fungsi memenuhi aturan berikut:
df ( x) dg ( x)
g ( x)  f ( x)
d  f ( x)  dx dx
 
dx  g ( x)  g ( x) 2
Untuk fungsi transenden (eksponensial, logaritma, dan trigonometri,
memiiki rumus differensial tertentu, yang banyak penerapannya dalam bidang
fisika, seperti: mekanika, listrik, gelombang, dll. Beberapa rumus differensial
untuk fungsi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

11
Rumus turunan fungsi-fungsi tertentu
1. Turunan suatu konstanta adalah nol
d
k   0
dx

2. Turunan fungsi eksponensial


d x
dx
 a   a x ln a
d x
dx
 
e  ex
3. Turunan fungsi logaritma
d a
dx
 log x  
1
x ln a
d 1
 ln x  
dx x
4. Turunan fungsi trigonometri
d
 sin x   cos x
dx
d
 cos x    sin x
dx
d
 tan x   sec2 x
dx
Tabel 3. Rumus differensial trigonometri

Turunan dapat digunakan untuk menghitung maksimum atau minimum dari


luasan tertentu., yakni nilai minimum atau maksimum dicapai ketika
slope/gradien pada grafik fungsi adalah nol ( dy / dx  0 )
Diferensial sangat banyak diterapkan dalam permasalahan fisika, misalnya
pada bidang mekanika, untuk menentukan fungsi kecepatan dari fungsi posisi
atau menentukan fungsi percepatan dari kecepatan.
Selain itu, dalam ekonomi differensial juga banyak digunakan. Misalkan x
menyatakan banyaknya unit (satuan) barang tertentu yang diproduksi, maka:
 Biaya total untuk memproduksi x satuan barang dituliskan sebagai:
y  c( x) . Fungsi c disebut fungsi biaya total
 Biaya rata-rata, yaitu biaya rata-rata untuk memproduksi satu satuan
c( x)
barang yang dituliskan sebagai: Q( x)  .
x
 Biaya Marginal, yaitu biaya untuk memproduksi secara tambahan satu
d
satuan barang yang dituliskan sebagai: f ( x)   c( x) 
dx

12
I. INTEGRAL
Pengintegralan adalah proses penambahan perubahan secara bersama-
sama untuk menghasilkan perubahan secara keseluruhan. Integral merupakan
kebalikan dari differensial. Integral memiliki banyak kegunaan dalam berbagai
bidang, misalnya bidang ekonomi, astronomi, permodelan dalam biologi, ilmu
fisika, dan ilmu kimia. Pada prinsipnya ada dua cara mamandang integral, yaitu
dipandang sebagai antiturunan dan dipandang sebagai jumlah Riemann. Pada
dasarnya integral terbagi atas dua macam, yaitu integral tentu dan integral tak
tentu. Integral tentu adalah suatu integral yang dibatasi oleh suatu nilai tertentu
yang biasa disebut sebagai batas atas dan batas bawah. Integral ini biasanya
digunakan untuk mencari luas suatu area. Bentuk umum dari integral tentu
adalah sebagai berikut.
b

 f ( x)dx   F ( x)
b
a
a
Integral tentu terbagi atas dua macam, yaitu integral tentu sebagai limit
jumlah Riemann dan integral berdasarkan teorema dasar kalkulus.
Sedangkan integral tak tentu adalah merupakan kebalikan langsung dari
turunan/diferensial. Biasanya, integral tak tentu digunakan untuk mencari
fungsi asal dari suatu fungsi hasil turunan. Bentuk umum dari integral tak tentu
adalah sebagai berikut.
 f ( x) dx  F ( x)  C
Dimana C adalah suatu konstanta real dan f ( x) merupakan turunan dari
F ( x)  C
Integral memiliki beberapa aturan dalam aljabar, yakni:
 Penjumlahan
  f ( x)  g ( x)  dx   f ( x) dx   g ( x) dx
 Perkalian
 f ( x) d ( g ( x))  f ( x) g ( x)   g ( x)d ( f ( x))
 Pembagian
f ( x) f ' ( x) g ( x)  g ' ( x) f ( x)
 g ( x)
dx 
 g ( x) 
2

Secara umum, jika g (u ) adalah fungsi yang bergantung terhadap u dan u


adalah fungsi yang bergantung terhadap x , maka intergral dari g (u ) dapat
dinyatakan:
1 1
  g (u)  dx  n  1  g (u) 
n n 1

du / dx
Integral dapat diaplikasikan kedalam banyak hal. Dari yang sederhana,
hingga aplikasi perhitungan yang sangat kompleks. Sebagai contoh, integral
dapat diaplikasikan untuk menghitung luas suatu daerah dan volume suatu
benda serta dalam bidang ekonomi.

13
Rumus integral fungsi-fungsi tertentu
1. Integral suatu konstanta
 k dt  kt  C
2. Integral fungsi eksponensial
eax
 e dx  C
ax

a
3. Integral
1
 x dx  ln x  C
4. Integral trigonometri
 sin x dx   cos x  C
 cos x dx  sin x  C
 tan x dx  ln(sec x)  C
Tabel 4. Integral trigonometri

Dalam menghitung luas daerah menggunakan integral, integral yang


digunakan adalah integral tentu. Misalkan jika suatu kurva y  f ( x) dengan
b
f ( x)  0 dalam selang  a, b , maka integral tentu  f ( x)dx menyatakan luas
a
daerah antara kurva y  f ( x) , sumbu x ( y  0 ), garis vertikal x  a dan
x  b . secara umum pernyataan berikut dapat dinyatakan sebagai berikut:
b
A   f ( x)dx
a
Integral dapat juga untuk menghitung volume suatu benda yang dibentuk
dari garis y  f ( x) yang diputar mengelilingi sumbu x atau sumbu y . Untuk
kurva y  f ( x) dalam selang  a, b  yang diputar terhadap sumbu x , maka
volume benda dapat ditulis:
b
V     f ( x)  dx
2

Untuk kurva y  f ( x) dalam selang  a, b  yang diputar terhadap sumbu y ,


maka volume benda dapat ditulis:
b
V     f (y)  dy
2

14
Gambar 12. Luas daerah dan volume benda futar dari fungsi f(x)

Dalam bidang fisika, penggunaan integral banyak dipakai dibidang


mekanika dan listrik magnet. Sebagai contoh kuat medan magnet di titik P

oleh elemen d L dapat dituliskan dalam bentuk persamaan Biot-Savart:
 
  i d L  r
B 0 
4 r3

Gambar 13. Medan Listrik di P

Selain itu, untuk menentukan fungsi kecepatan setiap saat, dapat dapat
mengintegralkan fungsi percepatan dalam domain waktu
 
v   a dt
Untuk bidang fisika yang lain integral dapat ditemukan pada rangkaian listrik
Selain dalam sains, integral juga dapat digunakan untuk perhitungan dalam
ekonomi dan bisnis. Dalam bidang ekonomi, integral digunakan untuk
menentukan suatu fungsi dari konsep marginal ke total.
 Fungsi biaya total (TC)
Fungsi biaya total (TC) merupakan integral dari fungsi marginal (MC). Secara

matematis dapat dituliskan: TC  MC dQ
 Fungsi permintaaan total (TR)
Fungsi penerimaan total merupakan integral dari fungsi marginal (MR).

Secara matematis dapat dituliskan: TR  MR dQ

15
J. MATRIKS
Matriks adalah sistem bilangan yang disusun dalam bentuk baris dan
kolom. Secara umum, matriks m  n adalah suatu susunan bilangan yang
berbentuk persegi panjang yang terdiri dari m baris dan n kolom. Sebuah
matriks biasanya ditulis dalam bentuk:
 a11 a12 .... a1n 
 
a a22 .... a2 n 
A   21
 .... .... .... .... 
 
 am1 am 2 .... amn 
Setiap bilangan amn pada matriks tersebut disebut elemen atau unsur,
dengan indeks m dan n berturut-turut menunjukkan unsur yang terletak pada
baris ke- m dan kolom ke- n matriks yang bersangkutan. Beberapa sifat aljabar
pada matriks yaitu:
 Penjumlahan
 a11 a12   b11 b12   a11  b11 a12  b12 
   
 a21 a22   b21 b22   a21  b21 a22  b22 
 Pengurangan
 a11 a12   b11 b12   a11  b11 a12  b12 
   
 a21 a22   b21 b22   a21  b21 a22  b22 
 Perkalian
 a11 a12  b11 b12   a11b11  a12b21 a12b12  a12b22 
   
 a21 a22  b21 b22   a21b11  a22b21 a21b12  a22b22 
 Pembagian
Dalam matriks tidak ada aturan pembagian, tetapi matriks yang ingin
diketahui dari operasi perkalian bisa didapatkan melalui metode invers. Jika
A dan B adalah matriks yang diketahui elemennya, sedangkan X adalah
matriks yang tidak diketahui elemennya yang memenuhi hubungan:
AX  B . Maka, matriks X bisa diketahui elemennya melalui metode
invers:
X  A1B
Dimana A-1 adalah matriks invers dari A.
1
A1  CT
det( A)
Dimana det( A) adalah determinan dari matriks A , sedangkan C T
transpos kofaktor dari matriks A
det( A)  (1)m n M mn amn
Dengan M mn adalah minor unsur amn yaitu determinan yang diperoleh dari
det( A) apabila baris nomor m dan kolom nomor n dihilangkan.

16
Jenis-jenis matriks
1. Matriks transpos, yakni matriks yang diganti baris dengan
kolomnya sehingga diperoleh matriks baru
Maka transpos:
a a21 
AT   11 
 a12 a22 
2. Matriks diagonal, yakni matrks yang semua unsur-unsurnya nol,
kecuali yang terlatak pada diagonal utama
 a11 0 0 
 
A  0
T
a22 0 
 0 a33 
 0
3. Matriks identitas, yakni matriks yang semua unsurnya pada
diagonal utama adalah nol
1 0
I  
0 1
4. Matriks simetri, yakni matriks bujursangkar yang memenuhi sifat:
AT  A , jika AT   A maka A disebut matriks non simetri.
Mtriks orthogonal, yakni matriks yang memenuhi hubungan:
AT A  I
Tabel 5. Jenis-jenis matriks

Konsep mengenai matriks digunakan untuk memecahkan permasalahan


fisika. Sebagai contoh, dalam menyelesaikan permasalahan rangkaian listrik
yang memiliki dua loop, terdapat dua sumber tegangan  1 dan  2 , tiga
hambatan listrik, r1 , r2 dan r3 , maka nilai arus listrik yang melewati tiga
cabang bisa didapatkan dengan memecahkan sistem persamaan linier,
diantaranya dengan menggunakan metode matriks:
1  i2 r2  i2 r1 dan  2  i1r2  i3r3

Gambar 14. Rangkaian listrik 2 loop

17
K. VEKTOR
Kata vektor berasal dari bahasa latin yang berarti “pembawa” (carrier), yang
berhubungan dengan “pergeseran” (displacement).vektor biasanya digunakan
untuk menggambarkan perpindahan suatu partikel atau benda yang bergerak,
atau untuk menggambarkan suatu gaya. Vektor digambarkan dengan sebuah
garis dengan anak panah di salah satu ujungnya yang menunjukkan arah
perpindahan atau pergeseran dari partikel tersebut. Dalam fisika, vektor adalah
besaran yang secara geometris ditentukan oleh besar dan arahnya dalam
ruang. Contoh besaran vektor dalam fisika adalah vektor letak suatu titik,
kecepatan, percepatan, gaya, momentum, momentum sudut, torka, kuat
medan listrik, vektor imbas magnet, vektor potensial listrik, vektor pergeseran
listrik dan lain-lain.
Jika sebuah partikel atau benda berubah posisinya, misalnya dari A ke B
maka pergeserannya dapat dinyatakan dengan vektor AB dengan cara yang
sama jika partikel atau benda berubah posisi nya dalam arah kebalikan, yakni
dari B ke A , maka pergeserannya dapat dinyatakan dengan vektor BA.
Secara matematis vector AB dan BA dapat ditulis:
AB   BA
Jika P adalah sebuah titik pada bidang
datar, vektor OP  p disebut vektor posisi
dari titik P. Jika koordinat P adalah
( x1 , y1 ) , maka vector posisi dari P adalah:
x 
p  OP   1  . Hal ini
 y1  Gambar 15. Vektor

Hal ini berarti vektor p mempunyai komponen arah mendatar x1 dan


komponen arah vertikalnya y1 . Persamaan vektor untuk vektor p dapat ditulis
dalam bentuk vektor basis, yakni:
p  x1i  y1 j
Dimana i dan j adalah vektor satuan, vektor yang panjangnya satu satuan.
Jika kita menjumlahkan dua atau lebih vektor, maka kita akan memperoleh
hasilpenjumlahan juga dalam bentuk vektor yang biasa disebut sebagai vektor
resultan.Karena vektor memiliki besar dan arah, maka penjumlahannya tidak
seperti kitamenjumlahkan bilangan skalar biasa. Penjumlahan vektor memiliki
kemiripan denganmenjumlahkan bilangan kompleks. Jika pada penjumlahan
kompleks bagian riildijumlahkan dengan bagian riil demikian juga bagian
imajiner dengan bagian imajiner,maka pada penjumlahan vektor yang
dilakukan adalah dengan menjumlahkan secara aljabar biasa bagian yang
 
searah. Misalkan kita memiliki: A  x1i  y1 j  z1k dan B  x2i  y2 j  z2 k ,
maka penjumlahannya adalah:

18
 
A B  ( x1  x2 )i  ( y1  y2 ) j  ( z1  z2 )k
Secara grafik, kita dapat memindah-
mindahkan posisi dari sebuah vektor pada
sistem koordinat kartesis selama arah dan
panjangnya tidak berubah seperti yang
dicontohkan pada Gambar 16, sehingga
 
penjumlahan A B dapat pula dilakukan

dengan mempertemukan kepala vektor A

dengan ekor vektor B
Penjumlahan vektor dapat pula
menggunakan metode jajaran genjang, yaitu
dengan cara menggambarkan kedua vektor Gambar 16. Resultan vektor
saling berhimpit pangkalnya sebagai dua sisi yang berdekatan dari sebuah
jajaran genjang. Maka jumlah vektor adalah vektor diagonal yang pangkalnya
sama dengan pangkal kedua vektor penyusunnya. Nilai penjumlahannya
diperoleh sebagai berikut:
 2 2  
C  A  B  2 A B cos 

Dalam ruang vektor, selain berlaku


penjumlahan, dapat didefinisikan juga
operasi lain yaitu ”perkalian” atau
product. Perkalian antara dua vektor
diklasifikasikan atas perkalian skalar
(dot product), dan perkalian vektor
(cross product). Perkalian skalar
menghasilkan scalar sedangkan Gambar 17. Resultan vektor
perkalian vektor menghasilkan vektor.
Selain itu ada lagi perkalian lainnya yang dinamakan perkalian langsung
atau direct product. Perkalian skalar akan menghasilkan sebuah skalar, dan
perkalian vektor akan menghasilkan sebuah vektor sedangkan perkalian
langsung akan menghasilkan sebuah tensor.
 
Perkalian skalar antara dua buah vektor, misalnya A dan B , dituliskan
 
sebagai A B dan didefinisikan sama dengan perkalian antara panjang vektor
kedua vekor dan cosinus sudut antara kedua vektor tersebut:
   
A B  A B cos 
 
Dengan  adalah sudut antara vektor A dan vektor B , yang hasilnya
   
merupakan bilangan skalar dan bersifat komutatif: A B  B A . Berdasarkan

19
aturan perkalian skalar didapat sifat perkalian akalar antara vektor satuan,
yakni:
i.i  j. j  k.k  1 dan i. j  i.k  j.k  0
Penggunaan perkalian titik muncul pada konsep kerja (work) dalam mekanika
klasik. Kerja infinitesimal dW yang dilakukan pada sebuah partikel oleh gaya
    
F sepanjang pergeseran infinitesimal d S adalah: dW  F .d s
Jika pada perkalian skalar dihasilkan sebuah bilangan skalar, maka pada
perkalian vektor dihasilkan sebuah vektor pula. Perkalian vektor antara vektor
 
A dan B dituliskan sebagai
   
A B  A B sin 

Berdasarkan aturan perkalian skalar didapat sifat perkalian vektor antara vektor
satuan, yakni:
i  i  j  j  k  k  0 dan i  j  k , j  k  i , k  i  j
Dalam fisika, konsep tentang vektor memainkan peranan yang sangat penting.
Banyak besaran-besaran dalam fisika yang merupakan besaran vektor (selain juga
skalar, tensor dan lain-lain). Sebagai contoh, gaya yang merupakan salah satu fisika
penting dalam mekanika merupakan contoh dari besaran vektor. Dalam
permasalahan magnet, gaya Lorentz yang muncul akibat muatan listrik yang
bergerak dalam suatu medan magnet, dituliskan dalam bentuk perkalian vektor:
  
F  q v B

Gambar 18. Muatan listrik dalam medan magnet

20
SOAL LATIHAN

1. Gambar berikut merepresentasikan suatu grafik fungsi perubahan


temperatur pada suatu ruangan tertentu selama 24 jam.

a. Tentukan domain fungsi dan hasil fungsi


b. Tentukan temperatur ruangan pada jam 14.00

2. Jendela Norman mempunyai bentuk persegi panjang yang diatasnya berupa


setengah lingkaran. Jika keliling jendela adalah 30 kaki nyatakan luas
jendela sebagai fungsi lebar x .

3. Sudut yang terjadi jika kita melihat diameter bulan di suatu titik di bumi
adalah kira-kira 0.5240 (lihat gambar). Gunakan ini dan fakta bahwa jarak
adalah kira-kira 384 Mm untuk menghitung diameter bulan. (sudut  yang
terjadi tersebut kira-kira D / rm , dengan D adalah diameter bulan dan rm
adalah jarak ke bulan).

4. Laju perubahan muatan listrik terhadap waktu dinamakan arus listrik.


1 3
Apabila t  t coulomb suatu muatan mengalir melalui suatu kawat
3
penghantar dalam t detik. Tentukan besarnya arus listrik dalam ampere
selama 3 detik.

21
5. Pagar setinggi h meter berdiri sejajar
sebuah gedung tinggi, sejauh W meter
darinya. Tentukan panjang tangga
terpendek yang dapat dicapai dari tanah di
seberang puncak pagar ke dinding
bangunan.

6. Suatu pabrik bisa membuat dua jenis produk yang berbeda. Untuk 120 jam
kerja selama seminggu ke depan dapat dibuat dua produk tersebut. Karena
kedua produk tersebut dapat menghasilkan keuntungan yang lumayan,
direksi memutuskan menggunakan seluruh jam tersebut untuk membuat
keduanya. Untuk membuat satu unit produk A butuh 3 jam kerja
sedangkan produk B butuh 2.5 jam kerja.
a. Tentukan persamaan yang menunjukkan bahwa total jam kerja yang
digunakan untuk membuat x unit produk A dan y unit produk B adalah
sama dengan 120 jam.
b. Berapa unit produk A yang dapat dibuat jika diproduksi 30 unit produk B
?
c. Jika direksi memutuskan hanya membuat satu produk, berapa jumlah
maksimum produk A yang dibuat ? Berapa maksimum produk B ?

7. Dalam percobaan terhadap suatu jenis bakteri diketahui adanya


perkembangbiakan bakteri secara eksponensial dan kontinyu. Berdasarkan
pengamatan diketahui bahwa pada hari ke- 16 jumlah bakteri adalah 325
dan pada hari ke- 25 sebanyak 800 . Tentukan:
a. Jumlah bakteri pada hari ke- t
b. Jumlah bakteri mula-mula
c. Tingkat pertumbuhan jumlah bakteri perhari

8. Diketahui kawat dengan panjang 10 cm dan rapat massa di setiap titik


sama dengan 3 kali kuadrat jarak titik tsb dari salah satu ujung kawat.
Tentukan massa dan pusat massa kawat tersebut, jika persamaan untuk
b


massa adalah: m   ( x) dx dan persamaan untuk pusat massa adalah
a
b
M   x. ( x) dx
a

9. Biaya marjinal suatu perusahaan ditunjukkan oleh MC  3Q2  6Q  4 .


Carilah persamaan biaya totalnya! Jika diketahui biaya tetapnya Rp.4 ,
tentukanlah besarnya biaya totalnya!

22
10. Sebuah partikel dikenai gaya F  3i  2 j  4k N sepanjang lintasan
r  2i  3 j  4k m . Jika kerja, W didefinisikan sebagai perkalian scalar
antara F dan r , maka tentukan besarnya W

11. Sebuah beban yang dihubungkan ke sebuah pegas bergerak sepanjang


sumbu x sehingga koordinat x pada saat t adalah: x  sin 2t  3 cos 2t .
Tentukan jarak terjauh beban dari titik asal.

12. Pergerakan partikel sepanjang sumbu x sebagai fungsi waktu t dengan


1 2
percepatan konstan diberikan oleh: x  x0  v0t  at . Dengan x0 adalah
2
posisi awal , v0 adalah kecepatan awal dan a adalah percepatan konstan .
Saat t  1 detik, x  47 m ; saat t  2 s , x  68 m ; dan saat t  3 detik,
x  83 m . carilah nilai x0 , v0 , dan a

13. Hukum Newton tentang pendinginan menyatakan bahwa laju mendinginnya


suatu benda sebanding dengan selisih temperatur antara benda dengan
medium / lingkungannya. Sebuah benda bersuhu 800 C diletakkan di
ruangan kamar bersuhu 300 C . Persamaan diferensial yang berlaku adalah
dT
 k (T  30)
dt
dengan k adalah tetapan. Apabila suhu benda tersebut turun menjadi
500 C setelah 1 jam, berapakah suhu benda tersebut setelah 3 jam

14. Jika impedansi rangkaian AC


dituliskan sebagai:
Z  R 2  ( X L  X C )2 hitung
impedansi untai AC berikut.
Tentukan pula beda fase arus
terhadap tegangannya antara titik A
dan B ! nyatakan arusnya dalam
fungsi waktu

15. Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan untuk meluruh hingga tersisa
menjadi separuh dari jumlah semula. Suatu sampel zat radioaktif berisi
komponen A dan B yang masing-masing memiliki umur paruh 2 jam dan 3
jam. Diasumsikan bahwa hasil peluruhan menjadi gas yang lepas ke udara
(maksudnya tidak lagi menyatu dengan zat mula-mula). Setelah 12 jam,
suatu sampel zat tinggal bermassa 56 gram, dan setelah 18 jam tinggal
bermassa 12 gram. Hitunglah massa A dan B mula-mula.

23
16. Suatu zat yang disuntikkan ke dalam tubuh manusia akan dikeluarkan dari
darah melalui ginjal. Setiap 1 jam separuh dari zat itu dikeluarkan oleh
ginjal. Bila 100 mg zat itu disuntikkan ke tubuh manusia, berapa miligram
zat itu yang tersisa dalam darah setelah 3 jam.

17. Serangga berturut-turut bergerak 8cm ke arah timur, 5cm ke arah selatan,
3cm ke arah barat dan 4cm ke arah utara.
a. Berapa jauhkah dalam arah utara dan timur serangga itu telah bergerak
dihitung dari titik awal geraknya.
b. Tentukan vektor perpindahan serangga secara geometris maupun
analitis.

18. Pada gambar grafik di bawah, bila setiap skala pada gambar grafik = 1m / s
maka besarnya komponen kecepatan pada sumbu- x dan sumbu- y adalah

19. Dua buah komponen yang impedansinya masing-masing Z1 dan Z 2 jika


dirangkai seri impedansi totalnya Z s  Z1  Z 2 , sedangkan bila dirangkai
1 1 1
paralel impedansi totalnya   . Tentukan Z s dan Z p jika
Z p Z1 Z 2
diketahui: Z1  2  3i dan Z 2  1  5i

20.
21. Dua buah vektor gaya F1 dan F2 berttitik
tangkap di O seperti gambar di samping
dengan nilai masing-masing gaya 40 N dan
20 N untuk sudut masing-masing vektor
terhadap bidang datar 600 dan 200 .
Berapakah resultan vektor tersebut

24
2 PEMODELAN FISIKA DAN
MATEMATIKA
A. Model dan Kegunaannya
Dalam kehidupan sehari-hari, kata model sering digunakan, dan
mengandung arti sebagai contoh, miniatur, peta, imej sebagai representasi dari
suatu masalah. Misalnya, model pakaian, model rumah. Secara umum istilah
tersebut di atas menggambarkan adanya padanan atau hubungan antara
unsur-unsur dari rumah dengan modelnya. Sebagai contoh, perbandingan
antara panjang dan lebar bangunan rumah dengan modelnya. Tetapi tidaklah
berarti bahwa model rumah dan rumah itu sendiri sama ukuranya dalam setiap
hal. Secara singkat dapat dikatakan bahwa apabila ada suatu benda A (dapat
berupa masalah, fenomena) dan modelnya B, maka terdapat kumpulan unsur-
unsur dam B yang mempunyai padanan dengan A. Demikian pula terdapat
suatu hubungan yang berlaku antara unsur-unsur di B yang sesuai dengan
unsur-unsur sebagai padanannya di A.
Dengan analogi pemikiran seperti itu, dalam matematika pun selalu terkait
pada masalah yang berhubungan dengan besaran atau variabel. Suatu
fenomena atau sebuah unsur tertentu dapat direpresentasikan dengan suatu
variabel. Suatu masalah yang timbul akan lebih mudah dan menjadi tampak
sederhana, apabila masalah itu dinyatakan secara matematik. Misalnya, mutu
lulusan sekolah dasar ( M ) tergantung atas beberapa faktor, seperti kualitas
guru ( x1 ), kualitas masukan ( x2 ), relevansi kurikulum ( x3 ), dan sarana
penunjang pembelajaran ( x4 ). Jika disusun rumusan unsur-unsur ini, dapat
dinyatakan bahwa mutu lulusan adalah fungsi dari faktor-faktor x1 , x2 , x3 , dan
x4 . Dalam bentuk model matematik hubungan ini dapat ditulis dengan
M  f ( x1 , x2 , x3 , x4 ) atau secara singkat ditulis M  f ( x) , dengan
pemahaman bahwa variabel x mewakili variabel x1 , x2 , x3 , dan x4 . Bentuk
penulisan terakhir ini menunjukkan adanya simplikasi (penyederhanaan) cara
penulisan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya.
Perihal mutu lulusan yang dipengaruhi oleh mutu guru, mutu masukan,
relevansi kurikulum dan sarana penunjang lainnya merupakan kondisi obyektif
atau suatu fakta yang secara realitas terjadi di sektor pendidikan. Kondisi nyata
demikian diabstraksikan kemudian ketidaksempurnaan yang terdapat pada
masing-masing unsur dieliminir dan dipandang telah sesuai dengan kondisi
sesungguhnya. Proses ini disebut proses abstraksi dan idealisasi. Dalam proses
ini diterapkan prinsip-prinsip matematika yang relevan sehingga menghasilkan
sebuah model matematika yang diharapkan. Model matematika yang
dihasilkan, baik dalam bentuk persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan
atau lainnya terdiri atas sekumpulan lambing yang disebut variabel atau

25
besaran yang kemudian di dalamnya digunakan operasi matematika seperti
tambah, kali, kurang, atau bagi. Dengan prinsip-prinsip matematika tersebut
dapat dilihat apakah model yang dihasilkan telah sesuai dengan rumusan
sebagaimana formulasi masalah nyata yang dihadapi. Hubungan antara
komponen-komponen dalam suatu masalah yang dirumuskan dalam suatu
persamaan matematik yang memuat komponen-komponen itu sebagai
variabelnya, dinamakan model matematik. Dan proses untuk memperoleh
model dari suatu masalah dikatakan pemodelan matematika. Kegunaan yang
dapat diperoleh dari model matematika ini antara lain:
 Menambah kecepatan, kejelasan, dan kekuatan-kekuatan gagasan dalam
jangka waktu yang singkat
 Deskripsi masalah mejadi pusat perhatian
 Mendapatkan pengertian dan kejelasan dalam mekanisme masalah
 Dapat digunakan untuk memprediksi kejadian yang akan muncul dari suatu
fenomena dan perluasannya
 Sebagai dasar perencanaan dan control dalam pembuatan kebijakan
Gagasan yang dinyatakan dalam bentuk fungsi matematika merupakan
salah satu generalisasi yang besar. Pada umumnya, fungsi matematika itu
menyatakan kepada kita, bagaimana obyek-obyek dalam suatu himpunan
masalah berhubungan satu dengan yang lain, Misalnya, bagaimana hubungan
panjang lintasan ( s ), kecepatan ( v ), dan waktu ( t ) dari suatu benda yang
bergerak. Formulasi dari hal tersebut dalam model matematika adalah
s  f (v, t )  vt
Contoh lain, bagaimana hubungan antara luas (L) bangun segitiga dan
panjang alas ( a ) dan tinggi ( t ) segitiga. Dalam hal ini, kita pahami bahwa luas
bangun segitiga tergantung atas panjang alas dan tingginya. Formulasi yang
menunjukkan hubungan tersebut dinyatakan oleh L  at / 2
Suatu model seringkali dikelompok-kelompokkan antara lain berdasar
upaya memperolehnya, keterkaitan pada waktu atau, sifat keluarannya. Model
yang disamarkan atas upaya memperolehnya misalnya adalah model teoritik,
meknistik, dan empiris. Model teoritik digunakan bagi model yang diperoleh
dengan menggunakan teori-teori yang berlaku. Model mekanistik digunakan
bila model tersebut diperoleh berdasar maknisme pembangkit fenomena.
Model empiric digunakan bagi model yang diperoleh hanya dari pengamatan
tanpa didasarkan pada teori atau pengetahuan yang membangkitkan
fenomena tersebut. Model mekanistik dapat digunakan untuk lebih mengerti
tentang proses pembangkit fenomena, biasanya lebih sedikit parameternya,
serta luas kawasan berlakunya. Bila mekanisme fenomena tersebut sukar
dipahami, maka model empirik akan sangat berguna.
Model yang didasarkan akan keterkaitan pada waktu adalah model statik
dan dinamik. Model statik adalah model yang tidak terkait pada waktu
sedangkan model dinamik tergantung pada waktu. Bila perubahan dalam
model dinamik terjadi atau diamati secara kontinu dalam waktu, maka model
tersebut dikatakan sebagai model diskrit. Bila keluaran suatu model dapat
ditentukan secara pasti, yang tentunya berpadanan dengan hasil dari
fenomenanya, maka model disebut sebagai model deterministik. Jika tidak,

26
berarti ada ketidakpastian dari keluarannya, yang biasanya disebut sebagai
variabel acak, maka model tersebut dikatakan sebagai model stokastik. Jadi,
dalam model stokastik keluarannya tidak sepenuhnya dapat dispesifikasikan
oleh bentuk model dan parameternya, tapi mengandung variabel lain yang tak
dapat ditentukan secara pasti. Umumnya tak ada kepastian sesuainya keluaran
suatu model, tetapi bila ketidakpastian itu dapat diabaikan maka model
deterministik tersebut cukup memadai untuk digunakan.
Pemodelan matematika merupakan proses merepresentasikan masalah
dalam situasi atau dunia nyata ke dalam bahasa matematika untuk
menemukan pemecahan dari suatu masalah. Model matematika dapat
dipandang sebagai penyederhaaan atau abstraksi dari situasi atau dunia nyata
yang kompleks ke dalam bentuk matematika. Pemodelan matematika dimulai
dari masalah pada situasi atau dunia nyata. Penekanan pemodelan
matematika lebih pada penyeselaian masalah daripada menemukan jawaban
yang seharusnya. Kadang-kadang, dalam menyelesaian masalah matematika
kita tidak dapat memecahkannya secara penuh. Model matematik yang biasa
ditemukan dalam buku bacaan merupakan model akhir yang tampak apik dan
teratur. Apakah model itu menyatakan peramalan sesuatu yang akan terjadi
atas dasar apa yang dimiliki, atau apakah model itu merupakan hubungan–
hubungan kenormalan sekelompok data, dll. Dalam kenyataan banyak upaya
atau tahapan yang harus dilalui sebelum sampai pada hasil akhir tersebut. Tiap
tahap memerlukan pengertian yang mendalam, utuh tentang konsep, teknik,
intuisi, pemikiran kritis, kreatifitas, serta pembuatan keputusan. Bahkan faktor
keberuntunganpun dapat saja terjadi.
Kita memulai dengan suatu problem pada dunia real dan diharapkan untuk
mendapatkan solusi pada dunia nyata untuk masalah ini. Tapi cara langsung
terkadang sulit. Langkah pertama dalam pemodelan matematika adalah
menyatakan problem dunia nyata ke dalam pengertian matematika. Langkah
ini meliputi identifikasi variabel-variabel pada problem dan membentuk
beberapa hubungan terhadap variabel-variabel ini, menjabarkan variabel-
variabel dan sistem menjadi model, serta mengkonstruksi kerangka dasar
model. Ini meliputi, membuat asumsi tentang model. Asumsi ini secara esensial
mencerminkan bagaimana kita berfikir sehingga model terus berjalan.
Dengan asumsi dan pemahaman hubungan antara variabel-variabel,
langkah selanjutnya akan melibatkan suatu usaha memformulasikan
persamaan atau sekumpulan persamaan untuk menyatakan hubungan ini. Ini
merupakan langkah yang paling penting dan sulit. Suatu saat kita perlu
melangkah dan menguji kembali asumsi-asumsi agar dapat memformulasi
persamaan yang sesuai sehingga dapat diselesaikan dan realistik.
Ketika model diformulasi, langkah berikutnya adalah menyelesaikan
persamaan. Ini perlu hati-hati dan fleksibilitas dalam proses pemodelan secara
menyeluruh. Persamaan dapat memiliki lebih dari satu solusi dan kita perlu
mengetahui yang mana solusi atau solusi-solusi, jika ada adalah valid.
Interpretasi hasil atau solusi adalah salah satu langkah yang akan
menghubungkan terakhir formulasi matematika kembali ke problem dunia
nyata. Ini dapat dikerjakan dalam berbagai cara. Suaatu grafik solusi dapat

27
digambarkan, table harga dapat diperumum, atau analisa kualitatif variabel tak
bebaas dapat dilakukan berdasarkan solusi yang diperoleh.
Pada kenyataannya setelah membandingkan hasil dengan data yang telah
ada, kita mungkin mendapatkan bahwa model dapat diperbaiki atau hasil dari
model cukup baik dengan data. Jika hasil tidak sesuai dengan data, terdapat
banyak alasan mengapa hasil tidak begitu baik. Alasan pertama, data asli
kemungkinan ada kesalahan, dan itu tidak berarti untuk mengasumsi bahwa
ada harga yang benar bahwa model seharusnya dapat tercapai. Namun
demikian, berdasarkan komparasi seseorang boleh memutuskan untuk
memodifikasi model dalam usaha untuk memperbaikinya salah satu yang
umum adalah menguji kembali asumsi-asumsi dan kemungkinan
perubahannya. Akibatnya, persamaan yang baru yang dibangun dan proses dari
hal ini adalah berkali-kali. Proses ini sering diistilahkan sebagai perbaikan
model dan dijalankan sebagai bagian integral dari pengembangan model
matematika yang cocok dalam aplikasinya di kehidupan nyata.
Berikut ini diberikan suatu metodologi dasar dalam proses penentuan
model matematika atau sering disebut pemodelan matematika
 Tahap 1: Masalah
Adanya masalah nyata yang ingin dicari solusinya merupakan awal kegiatan
penyelidikan. Masalah tersebut harus diidentifikasi secara jelas, diperiksa
dengan teliti menurut kepentingannya. Bila masalahnya bersifat umum
maka diupayakan menjadi masalah khusus atau operasional.
 Tahap 2: Karakterisasi masalah
Masalah yang diteliti diperlukan karakterisasi masalahnya, yaitu pengertian
yang mendasar tentang masalah yang dihadapi, termasuk pemilihan
variabel yang relevan dalam pembuatan model serta keterkaitanya.
 Tahap 3: Formulasi model matematika
Formulasi model merupakan penterjemahan dari masalah kedalam
persamaan matematik yang menghasilkan model matematik. Ini biasanya
merupakan tahap (pekerjaan) yang paling penting dan sukar. Makin paham
akan masalah yang dihadapi dan kokoh penguasaan matematik seseorang,
akan sangat membantu memudahkan dalam mencari modelnya. Dalam
pemodelan ini kita selalu berusaha untuk mencari model yang sesuai tetapi
sederhana. Makin sederhana model yang diperoleh untuk tujuan yang ingin
dicapai makin dianggap baik model itu. Dalam hal ini model yang digunakan
ada-kalanya lebih dari satu persamaan bahkan merupakan suatu sistem,
atau suatu fungsi dengan variabelvariabel dalam bentuk persamaan
parameter. Hal ini tergantung anggapan yang digunakan. Tidak tertutup
kemungkinan pada tahap ini juga dilakukan "coba" , karena model
matematik ini bukanlah merupakan hasil dari proses sekali jadi.
 Tahap 4: Analisis
Analisis matematik kemudian dilakukan dengan pendugaan parameter
serta deduksi sifat-sifat yang diperoleh dari model yang digunakan.
 Tahap 5: Validasi
Model umumnya merupakan abstraksi masalah yang sudah
disederhanakan, sehingga hasilnya mungkin berbeda dengan kenyataan

28
yang diperoleh. Untuk itu model yang diperoleh ini perlu divalidasi, yaitu
sejauh mana model itu dapat dianggap memadai dalam merepreaen-
tasikan masalah yang dihadapi. Proses validasi ini sebe-narnya sudah
dimulai dalam tahap analisis, misalnya dalam hal konsistensi model
terhadap kaedah-kaedah yang berlaku.
 Tahap 6 Perubahan
Apabila model yang dibuat dianggap tidak memadai maka terdapat
kemungkinan bahwa formulasl model yang digunakan atau karakterisasi
masalah masih banyak belum layak (sesuai), sehingga perlu diadakan
perubahan untuk
 Tahap 7: Model memadai
Bila model yang dibuat sudah memadai, maka tahap berikutnya dapat
dilakukan. Model tersebut dapat digunakan untuk mencari solusi masalah
yang diinginkan. Model suatu masalah akan sangat terkait dengan tujuan
yang diinginkan. Masih terdapat kemungkinan bahwa model yang kita
anggap memadai saat ini, dengan makin bertambahnya informasi yang
terkumpul, suatu waktu nantinya mungkin dianggap tidak lagi memadai.
Apalagi pengamatan yang kita lakukan hanyalah merupakan sebagian
informasi yang tersedia. Dalam tahap ini dilakukan interpretasi keluaran
dari model dan dikonsultasikan pada bahasa masalah semula.
Keseluruhan tahapan di atas dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tahapan pemodelan

29
B. PENDEKATAN PADA PEMODELAN MATEMATIKA
Pengertian Pemodelan Matematika merupakan salah satu tahap dari
pemecahan masalah matematika. Model merrupakan simplifikasi fenomena
nyata dalam bentuk matematika. Model matematika yang dihasilkan, dapat
berupa bentuk persamaan,pertidaksamaan, sistem persamaan atau lainnya
terdiri atas sekumpulan lambang yang disebut variabel atau besaran yang
kemudian di dalamnya digunakan operasi aljabar. Dengan prinsip-prinsip
matematika tersebut dapat dilihat apakah model yang dihasilkan telah sesuai
dengan rumusan sebagaimana formulasi masalah nyata yang dihadapi.
Sebelum memperhatikan contoh-contoh model matematika, kita perlu
mengetahui perbedaan pendekatan pemodelan yang dapat digunakan dalam
memformulasikan model matematika. Terdapat beberapa jenis-jenis model
matematika dan ini meliputi: model empiris, model simulasi, model stokastik,
dan model deterministik.
 Model empiris
Pada model empiris, data yang berhubungan dengan problem menentukan
peran yang penting. Dalam pendekatan ini, gagasan yang utama adalah
mengkonstruksi formula atau persamaan matematika yang dapat
menghasilkan grafik terbaik untuk mencocokkan data.
 Model simulasi
Pendekatan yang lain untuk pemodelan matematika adalah konstruksi
model simulasi. Dalam pendekatan ini, program komputer dituliskan
didasarkan pada aturan-aturan. Aturan-aturan ini dipercaya untuk
membentuk bagaimana suatu proses atau fenomena akan berjalan
terhadap waktu dalam kehidupan nyata. Program computer ini dijalankan
terhadap waktu sehingga implikasi interaksi dari berbagai variabel dan
komponen yang dikaji dan diuji.
 Model stokasti dan Model determistik
Model deterministik meliputi penggunaan persamaan atau himpunan
persamaan untuk merepresentasikan hubungan antara berbagai komponen
(variable) suatu sistem atau problem. Suatu contoh adalah persamaan
differensial biasa yang menjelaskan bagaimana suatu kuantitas tertentu
berubah terhadap waktu. Persamaan ini menunjukkan hubungan antara
kuantitas (yang dinyatakan variabel tak bebas dalam persamaan) dan
waktu sebagai variabel bebas. Diberikan syarat awal yang sesuai,
persamaan differensial dapat diselesaikan untuk memprediksi perilaku
sistem model. Dalam model deterministik, variasi random diabaikan.
Dengan kata lain persamaan ini digunakan untuk menyatakan problem
dunia nyata yang diformulasikan berdasar pada hubungan dasar faktor-
faktor yang terlibat dalam problem ini. Pada kenyataannya banyak problem
dunia nyata dihadapkan pada fluktuasi random. Contoh dalam pemodelan
reaksi kimia, sementara itu mungkin menggunakan persamaan untuk
memprediksi perilaku substansi yang bereaksi, sehingga reaksi yang terjadi
hanya jika terdapat kolisi molekul.

30
C. PEMODELAN FISIKA
Fisika merupakan cabang ilmu yang berupaya menjelaskan berbagai
fenomena dan perilaku alam. Dalam mempelajari alam, para fisikawan
melakukan proses dasar yakni pemodelan. Proses tersebut meliputi
pembuatan, analisis dan evaluasi suatu model untuk menjelaskan fenomena
yang dipelajari. Salah satu model yang banyak digunakan para fisikawan adalah
model matematika.
Model matematika yang digunakan dalam fisika diungkapkan
menggunakan bahasa matematika dalam bentuk rumusrumus matematika.
Rumus-rumus matematika yang melukiskan hukumhukum alam pada
hakikatnya adalah cara fisikawan untuk melukiskan fenomena alam
Walaupun matematika adalah alat yang penting dalam fisika, ada
perbedaan antara matematika murni yang dipelajari orang matematika dengan
matematika yang diplelajari orang fisika. Orang fisika dan orang matematika
melabel konstanta dan variabel secara berbeda. Dalam matematika
sebagaimana biasa diajarkan, pemilihan simbol cenderung dibatasi oleh
kategori. Dalam kelas kalkulus, variabel hampir selalu berupa x, y, z atau t .
Konstanta biasanya direpresentasikan sebagai angka-angka khusus. Secara
umum, konstanta konstanta itu berupa a, b, c atau d . Dalam fisika, kita
menggunakan banyak sekali simbol-simbol yang berbeda. Dalam fisika berbasis
kalkulus, persamaan-persamaan ditampilkan dalam tiga sampai enam simbol
atau lebih. Dalam fisika, terdapat banyak jenis konstanta –angka ( 2, e,  ,.... ),
konstanta umum ( e, g , h,..... ), parameter ( m, r ,..... ), dan keadaan awal. Dalam
fisika antara konstanta dan variabel tidak dibedakan secara jelas. Simbol-
simbol digunakan untuk menyatakan ide daripada kuantitas. Perbedaan yang
utama adalah pemberian makna terhadap simbol matematika dalam fisika.
Pemberian makna terhadap simbol memunculkan perbedaan bagaimana
orang fisika dan orang matematika menginterpretasi persamaan. Penulis
pernah mengajukan pertanyaan kepada mahasiswa pada berbagai tingkat
semester, dan juga kepada guru fisika, bagaimana interpretasi terhadap
persamaan Hukum Kedua Newton, F  ma . Kebanyakan mereka menjawab
bahwa untuk memperbesar gaya dapat dilakukan dengan memperbesar massa
dan atau percepatan benda. Jawaban tersebut bisa benar dalam tinjauan
matematika, tetapi salah dalam konsepsi fisika.
Pemberian makna terhadap persamaan matematika dalam fisika
dipengaruhi oleh bagaimana memaknai tanda sama dengan (  ) pada
persamaan itu. Dalam fisika, tanda " " memiliki arti yang berbeda-beda. Tanda
 (sama dengan) dalam fisika memiliki makna lebih dibanding hanya
" "

bermakna “kesetimbangan” seperti pada aljabar. Sebagai contoh, F  ma


bermakna bahwa gaya menghasilkan/menyebabkan percepatan. Karenanya,
secara fisis kita tidak diperkenankan untuk menuliskannya sebagai ma  F ,
walaupun secara matematik benar, karena gaya berperan sebagai “penyebab”
dan menghasilkan “akibat” yang disebut percepatan. Contoh lain yang mirip

31
adalah I  P dan W  E . Pada kasus ini, tanda " " bermakna
“menghasilkan/menimbulkan” atau “menyebabkan”.
Makna berbeda untuk tanda " " pada persamaan gaya gesek  FN  Fg .
Gaya Lorentz, qvB  F , atau dua gaya yang bekerja bersama pada kasus
bidang miring, T  mg  F . Di sini, tanda " " bermakna “memberikan” atau
“menjadi”. Sementara untuk hukum kekekalan, tanda " " menghubungkan
dua keadaan secara berurutan. Contoh hukum kekekalan dalam fisika adala
hukum kekekalan momentum
linier, P1  P2 , hukum kekekalan momentum anguler L1  L2 , dan kekekalan
energi E1  E2 . Ada pula tanda " " yang hanya bermakna definisi dari suatu
1 2
besaran, seperti pada p  mv , I  F t ,   rF , Ek  mv
2
Untuk dapat lebih memahami suatu gejala fisis dan untuk pengembangan
dalam ilmu fisika, perlu dilakukan sesuatu eksperimen. Eksperimen adalah
suatu hal yang mutlak harus dilakukan dalam bidang fisika, karena eksperimen
adalah hakim kebenaran dalam fisika. Eksperimen selalu diperlukan untuk
pengujian teori dan pengembangan teori-teori baru, di samping itu dalam
proses belajar mengajar eksperimen juga dapat membantu untuk lebih
memahami hukum-hukum fisika.
Namun demikian, dalam melakukan suatu eksperimen di lapangan selalu
ditemukan kendala-kendala, antara lain disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
 Gejala fisika yang diteliti prosesnya relatif cepat sehingga sukar diukur dan
diamati visualisasinya.
 Ukuran benda yang akan diteliti relatif kecil (mikro) sehingga sukar diukur.
 Gejala yang diteliti cenderung berbahaya.
 Peralatan yang diperlukan untuk analisis suatu gejala relatif mahal atau
sukar dioperasikan
 Data hasil eksperimen yang diperoleh cukup besar dan tidak linear
sehingga sukar dianalisis.
Kendala-kendala di atas menyebabkan karakteristik suatu gejala fisis tidak
dapat terungkap secara tuntas, hal ini tentunya akan menyebabkan nformasi
dan akan mengganggu perkembangan ilmu fisika itu sendiri
Dalam hal lain pada pembahasan fisika teoretis hukum-hukum fisika
diformulasikan dalam bentuk bahasa matematis. Hubungan suatu besaran fisis
lainnya dalam suatu sistem pada umumnya dapat dinyatakan dalam bentuk
model matematis (Bender, 1980). Model matematis tersebut disusun secara
deduktif berdasarkan hukum-hukum alam yang telah teruji kebenarannya.
Berdasarkan model matematis suatu sistem fisis, dapat diketahui karakteristik
sistem fisis tersebut, dan melalui karakteristik sistem
fisis dapat diramalkan hal-hal yang akan terjadi bila sistem diberi suatu
perlakuan tertentu.

32
Dalam fisika teori, hukum-hukum fisika akan diformulasikan dalam bentuk
model matematis, dengan prinsip analogi, linearisasi, simetri dan pendekatan
sehingga model matematis tersebut dapat dengan mudah diselesaikan secara
analitis. Akan tetapi, dalam banyak hal model matematis yang membangun
suatu sistem fisis bentuknya sangat kompleks dan rumit sehingga tidak dapat
diselesaikan secara analitis. Bila model matematis suatu sistem fisis tidak
dapat diselesaikan secara tuntas berarti karakteristik sistem fisis yang
dinyatakan dalam model matematis tersebut tidak menggambarkan keadaan
yang sesungguhnya dengan kata lain karakteristik gejala fisis tidak dapat
terungkap secara tuntas.
Beberapa bidang fisika dengan berbagai pokok bahasan yang secara umum
mempunyai kendala dalam hal eksperimen dan pemecahan model matematis,
antara lain adalah:
 Pokok bahasan mekanika
 Pokok bahasan termodinamika
 Pokok bahasan listrik-magnet
 Pokok bahasan mekanika kuantum
 Pokok bahasan fisika atom dan inti
Pada pokok bahasan mekanika terdapat kendala dalam hal eksperimen,
seperti: getaran mekanis non-linear, gerak partikel dalam 1, 2, dan 3 dimensi,
gerak partikel dalam 2 dan 3 dimensi terkendala, dan sistem banyak partikel.
Sedangkan dalam hal pemecahan model matematis terdapat kendala-kendala
seperti: getaran mekanis linear N derajat kebebasan, getaran mekanis non-
linear, gerak partikel dalam 2 dan 3 dimensi terkendala, sistem banyak partikel,
analisis benda tegar untuk benda tak homogen dan bentuk sembarang, dan
medan gravitasi oleh benda tak homogan dan bentuk sembarang
Pada pokok bahasan termodinamika terdapat kendala dalam hal
eksperimen seperti: sebaran suhu pada dalam 2 dan 3 dimensi, rambatan kalor
pada benda tak homogen, gejala transport, persamaan Maxwell-Boltzman,
persamaan Bose-Einstein, dan persamaan Fermi-Dirac. Sedangkan dalam hal
pemecahan model matematis terdapat kendala-kendala: sebaran suhu pada
dalam 2 dan 3 dimensi, rambatan kalor pada benda tak homogen, analisis
persamaan keadaan gas sejati, dan gejala transport
Pada pokok bahasan listrik magnet terdapat kendala dalam hal eksperimen
seperti: analisis garis gaya listrik/magnet, medan listrik/magnet sumber tak
homogen. Sedangkan dalam hal pemecahan model matematis terdapat
kendala-kendala, seperti medan listrik/magnet sumber tak homogen dan
rangkaian listrik.
Pada pokok bahasan mekanika kuantum, sebagian besar pokok bahasan
mengalami kendala baik dalam hal eksperimen maupun dalam hal pemecahan
model matematis. Demikian juga pada pokok bahasan fisika atom dan inti,
sebagian besar pokok bahasan mengalami kendala baik dalam hal eksperimen
maupun dalam hal pemecahan model matematis
Model-model matematis yang tidak dapat atau relatif sulit diselesaikan
secara analitis, dapat diselesaikan dengan metode numerik.

33
E. SAINS KOMPUTASI
Fisika komputasi adalah satu bagian integral dari perkembangan masalah
atau gejala-gejala fisika dan berkemampuan untuk mengantisipasinya dengan
menggunakan perangkat komputer. Pembuatan simulasi gejala-gejala fisika ini
dapat dilakukan dengan algoritma dan program komputer. Penerapan
komputer dalam ilmu fisika banyak terlihat pada pemecahan masalah-masalah
analitik yang kompleks dan pekerjaan-pekerjaan numerikal untuk penyelesaian
secara interaktif. Komputer dapat melakukan perhitungan dengan lebih cepat
dibandingkan manusia. Secepat-cepatnya manusia menghitung, komputer akan
selalu lebih cepat. Dengan demikian, para fisikawan dapat lebih berkonsentrasi
pada konsep dan ide yang lebih besar dan menyerahkan perhitungan kepada
komputer. Oleh karena itu, fisika komputasi menawarkan penggabungan tiga
disiplin dan ilmu, yakni ilmu fisika, analisis numerik, dan pemrograman
komputer.
Dalam fisika komputasi data-data eksperimen yang besar dan tidak linear
dapat diolah dengan bantuan perangkat lunak komputer demikian juga kendala
yang lain dapat diatasi dengan eksperimen simulasi dengan komputer, model
matematis yang non-linear dan nonsimetri dapat diselesaikan dengan bantuan
metode numerik dalam bentuk program komputer. Dengan demikian
keberadaan fisika eksperimen, fisika teori, dan fisika komputasi adalah saling
mendukung dalam penelitian dan pengembangan bidang ilmu fisika. Sebagai
tools, komputer dapat memecahkan berbagai permasalahan fisika dan
matematika dengan bantuan metode numerik, sehingga berkembanglah
disiplin ilmu yang merupakan kolaborasi antara sains, matematika terapan, dan
komputer yang disebut sains komputasi.

Gambar 2. Sains komptasi yang merupakan kolaborasi berbagai bidang

Salah satu contoh bagaimana Fisika Komputasi dapat memecahkan suatu


permasalahan fisis yang mendekati kenyataan yang saya ambil di post adalah
kasus gerak parabola. Contoh ini dimuat di blog post Wolfram oleh Jon
McLonne (dengan beberapa perubahan pada konstanta gravitasi agar lebih
mirip seperti diajarkan di sekolah). Kasusnya adalah sebagai berikut:

34
”Senjata perang dunia kedua yang bernama Gustav Gun ditembakan
dengan kecepatan awal 820 m / s dengan sudut sebesar 450 terhadap bidang
horizontal. Berapa jarak yang ditempuh oleh peluru senjata tersebut ? “.
Soal tersebut merupakan soal yang amat sangat biasa yang dikerjakan oleh
siswa SMA pada bab kinematika, yakni gerak parabola. Cara pengerjaannya
sangat mudah, dapat dilihat di bawah ini:
Waktu yang diperlukan untuk mencapai jarak terjauh:
2v0 sin 
t  115.96 s
g
Jarak terjauh:
x  v0 cos t  67.236 m
Lintasan dari hasil di atas dapat dilihat di bawah ini (dengan sumbu- x adalah
sumbu horizontal dan sumbu- y adalah sumbu vertikal):

Gambar 3. lintasan peluru dengan kinematika SMU

Model di atas tidaklah menggambarkan suatu keadaan fisis yang nyata. Apabila
kita lihat data Gustav Gun yang sebenarnya (dapat dilihat pada link wikipedia)
bahwa jarak maksimum (maksimum range) dari senjata ini adalah
38.000  48.000 m . Artinya meleset hampir 29 km dari hasil dengan kinematika
SMU di atas. Maka, model dan perhitungan yang dikerjakan dengan kinematika
SMU sangatlah oversimply (penyederhanaan yang terlalu sederhana) dan sangat
tidak masuk akal.
Kita dapat membuat model di atas mendekati kenyataan dengan
menambahkan efek/pengaruh dari gesekan udara yang diformulasikan :
1 2
Fd   v Cd A
2
dimana  adalah rapat massa udara, v adalah kecepatan objek (dalam hal
ini peluru) relatif terhadap udara, Cd adalah koefisien gesek dan A adalah
luas area objek yang terkena udara. Apabila kita masukan gaya ini ke dalam
persamaan differensial orde dua Newton lalu dihitung dengan menggunakan
komputer (dengan program Mathematica), maka jarak terjauh yang mampu
ditempuh oleh peluru Gustav Gun adalah sekitar 37.000 m . Berikut lintasan
dari model ini dibandingkan dengan model sebelumnya:

35
Gambar 4. Perbandingan lintasan dengan hambatan udara dan kinematika
biasa

Model di atas, masih mengenyampingkan efek dari perubahan rapat massa


udara yang berubah terhadap ketinggian (pada model di atas, rapat massa
udara dianggap bernilai konstan). Di mana rapat massa udara akan turun
secara signifikan seiring dengan bertambah tingginya peluru tersebut.
Perhitungan efek ini melibatkan perhitungan yang sangat sulit apabila
diselesaikan secara analitik, kembali kita gunakan komputer untuk
menghitung. Setelah dihitung (perhitungan detail dapat dilihat pada sumber),
diperoleh hasil 48.000 m . Sesuai dengan data Gustav Gun yang sebenarnya.
Gambar di bawah ini memperlihatkan perbedaan tiga buah model lintasan
peluru:

Gambar 5. Model kinematika biasa, model gesekan udara dan model gesekan
udara disertai perubahan rapat massa udara

Sebetulnya model di atas masih kurang banyak aspek nyata. Misalnya efek
kelembapan udara, suhu udara, efek variasi nilai gravitasi. Aspek-aspek ini
masih harus dipikirkan dalam hal yang lebih konseptual. Hal-hal konseptual
tersebut akan lebih mendapat perhatian lebih karena perhitungan yang rumit
dapat dikerjakan oleh komputer.
Perangkat lunak komputer yang umum dipakai untuk pemecahan model
matematis adalah bahasa tingkat tinggi (high level language). Beberapa bahasa
tingkat tinggi yang dapat dipakai untuk pemrograman penyelesaian model
matematis di antaranya adalah: pascal, FORTRAN, C dan C++, ADA, Visual
Basic, dan lain-lain. Untuk dapat memakai bahasa tingkat tinggi pemrograman
dituntut kemampuan merancang program.

36
F. METODE NUMERIK
Permasalahan dalam model matematika, fisika, kimia, ekonomi, teknik dan
lain-lain dapat diselesaikan dengan dua cara, yakni secara analitik dan secara
numerik. Metode analitik adalah penyelesaian model matematika
menggunakan kaidah-kaidah operasi matrmatika dengan cara formal, yaitu
emnggunakan rumus-rumus yang sudah lazim dan konvensional, sehingga
diperoleh solusi eksak. Solusi eksak adalah solusi dengan galat sama dengan
nol. Sedangkan metode numerik adalah penyelesaian model matematika
dengan menggunakan nilai solusi hampiran dari solusi eksak. Cara ini biasanya
dilakukan jika nilai eksak sukar dicari melalui analitik.
Contoh permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan cara analitik
dan dapat diselesaikan dengan numerik yaitu:
1 
1 120 x  2 x
2

Nilai x pada persamaan: 27e   cos 
 17 x  65 
5x

x  
 Nilai E  x, t  , untuk x  100m dan t  60 s , pada persamaan:
 
E ( x, t )  E ( x, t )  0
x t
Perbedaan antara metode analitik dan metode numerik dapat dilihat pada
tabel berikut:

Metode Analitik Metode Numerik


 Menghasilkan solusi eksak  Menghasilkan solusi
dengan galat nol hampiran dengan galat
 Hanya dapat digunakan untuk tidak nol
kasus-kasus tertentu  Dapat digunakan untuk
 Solusi dalam bentuk fungsi seluruh kasus
matematika  Solusi dalam bentuk angka

37
SOAL LATIHAN

1. Amir mengendarai sepeda dengan kecepatan x km / jam . Budi


mengendarai sepeda dengan kecepatan 5 km / jam lebih cepat dari Amir.
Jika jumlah perjalanan mereka selama 4 jam adalah 220 km , tulislah
persamaan yang menyatakan jumlah perjalanan (lintasan) yang ditempuh
keduanya.

2. Ibu Ani mempunyai uang sebesar Rp.5.000.000 , dan akan ditabung di dua
bank. Bunga bank pertama 5% per tahun, dan pada bank kedua 7% per
tahun. Pada akhir tahun ibu Ani menerima bunga uang dari kedua bank itu
sebesar Rp.310.000 . Tulislah persamaan yang menyatakan jumlah
tabungan pada masing-masing bank.

2
3. Suatu bangun persegi panjang diketahui lebar kali ukuran panjang,
3
sedangkan panjangnya 6a  9 dm . Jika luas bangun tidak lebih dari
160 dm2 , nyatakanlah model matematika yang menyatakan luas tersebut.

4. Populasi komodo di P. Komodo telah berkembang pada suatu tingkat yang


sebanding dengan akar pangkat tiga dari jumlah populasi. Populasi pada
tahun 1970 adalah 1000 ekor, sedangkan 10 tahun kemudian populasi
komodo bertambah menjadi 1700 ekor. Kapan populasi komodo mencapai
4000 ekor?

5. Pakar biologi telah melakukan penelitian bahwa laju mengerik jangkrik


jenis tertentu terkait dengan suhu dan kaitan tersebut mendekati linier.
Seekor jangkrik menhasilkan 113 kerikan tiap menit pada suhu 700 F dan
173 kerikan pada suhu 800 F . jika suhu dinotasikan dengan T dan
kerikan dengan N , tentukan persamaan yang memodelkan suhu sebagai
banyaknya kerokan kemudian tentukan suhu saat jangkrik mengerik
sebanyak 150 kerikan

6. Sebuah bak memuat 100l air. Karena suatu kesalahan 300 pon garam
tertaburkan dalam bak yang mestinya diperlukan 200 pon . Untuk
mengatasi masalah ini, dibuanglah air yang sudah bercampur garam
dengan teratur 3l tiap menit. Dalam waktu yang sama ke dalam bak
dimasukkan juga 3l air murni. Jika dijaga agar kondisi garam dalam bak
merata setiap saat dengan diadakan pengadukan. Tentukan model
matematika yang menghubungkan banyaknya garam terhadap waktu

38
3 MEKANIKA GERAK
A. JARAK DAN PERPINDAHAN
Posisi sebuah benda merupakan letak benda dalam suatu kerangka acuan.
Dalam kondisi riil, tidak ada kerangka acuan yang absolut, sehingga gerak
bersifat relatif. Dalam matematika, digunakan koordinat sebagai representasi
posisi dalam bidang. Ada beberapa macam koordinat seperti: koordinat
kartesian, koordinat silinder, koordinat bola, dan lain-lain. Untuk bidang 2
dimensi, representasi posisi benda dapat dinyatakan dalam notasi vektor.
r  xi  y j
Perubahan posisi sebuah benda disebut perpindahan. Perpindahan benda
dari posisi ( x1 , y1 ) ke posisi ( x2 , y2 ) dapat ditulis:
r  r2  r1  ( x 2  x1 )i  ( y 2  y1 ) j

Gambar 1. Vektor perpindahan benda

Besar perpindahan benda, yaitu panjang perpindahan yaitu:


2 2
r  x   y
Panjang lintasan yang ditempuh benda didefinisikan sebagai jarak. Jarak
merupakan besaran skalar. Untuk gerak lurus tanpa perubahan arah, maka
jarak dan perpindahan adalah sama. Jarak dan perpindahan akan dihubungkan
dengan kelajuan dan kecepatan untuk memahami dinamika gerak.
Posisi benda untuk kasus gerak melingkar atau rotasi di representasikan
melalui variabel sudut awal ( 1 ), sehingga perpindahan benda merupakan
perubahan sudut awal ke sudut yang di tempuh (  )
  2  1

39
B. FORMULASI GERAK MENURUT NEWTON
Analisa mengenai dinamika gerak telah dibangun
oleh banyak ilmuwan pada zaman Yunani kuno sampai
pada zaman modern. Menurut Newton, keadaan
alamiah sebuah benda adalah ketika resultan gaya yang
bekerja sama dengan nol yang menghasilkan benda
tersebut diam atau bergerak lurus beraturan. Hukum
Newton merupakan landasan semua dinamika gerak
yang dapat ditulis dalam bentuk formulasi matematika.
Hukum ini memberikan hubungan antara gerak dan Gambar 2. Newton
penyebab gerak itu sendiri.
Hukum 1 Newton: Jika resultan gaya sama dengan nol, maka benda akan
tetap diam atau bergerak beraturan   F  0
Hukum 2 Newton: Jika resultan gaya tidak sama dengan nol, maka benda
bergerak berubah beraturan   F  ma 
Hukum 3 Newton: Jika dua benda berinteraksi, maka gaya pada benda
pertama akan bekerja pada benda kedua dan gaya pada benda kedua akan
bekerja pada benda pertama yang besarnya sama tetapi berlawanan arah
F 12  F 21 
Pada formulasi Newton tersebut, terdapat tiga variabel yang berperan
penting dalam semua permasalahan tentang gerak, yaitu: gaya ( F ), massa (
m ), dan percepatan ( a ).
Hukum pertama Newton menjelaskan tentang sifat alamiah benda, yakni
sebuah benda diam cenderung diam, benda bergerak terus bergerak dengan
laju konstan sampai ada gaya yang mempengaruhinya. Contoh dalam
kehidupan sehari-har adalah saat mobil yang sedang berjalan kemudian direm
maka mobil tersebut berhenti. Mobil itu berhenti karena ada gaya yang
mempengaruhinya yaitu gaya gesek. Hukum ke- 1 Newton disebut juga hukum
kelembaman atau inersia
Untuk hukum kedua Newton, resultan gaya tidak nol sehingga benda
mengalami perubahan kecepatan yang disebut percepatan. Hukum kedua
Newton mengindikasikan bahwa sistem tidak dalam kondisi setimbang.
Untuk hukum ketiga Newton, hanya menjelaskan pasangan gaya yang ada
pada sedikitnya dua benda yang berinteraksi. Hukum ini mengindikasikan gaya
tunggal yang hanya melibatkan satu benda tidak mungkin ada. Ciontoh yang
paling sederhana dari hukum ke 3 Newton adalah ketika sebuah bola
dilemparkan ke tembok, maka bola tersebut akan memantul dengan besarnya
gaya yang sama.
Berdasarkan kecepatannya, gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu gerak
beraturan dan gerak berubah beraturan, sedangkan berdasarkan lintasannya,
gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu gerak lurus dan gerak melingkar. Untuk
benda yang bergerak terhadap dirinya sendiri disebut gerak rotasi. Pada level
mikroskopik terdapat pula gerak bergetarnya molekul yang disebut vibrasi.

40
1. Gerak beraturan
Gerak disebut beraturan ketika kelajuan atau kecepatan benda tidak
berubah (konstan). Untuk gerak lurus beraturan, pertambahan jarak atau
perpindahan pada arah horizontal atau vertikal untuk tiap satuan waktu selalu
tetap (konstan). Kecepatan merupakan besaran vektor yang dikaitkan dengan
perpindahan sedangkan kelajuan adalah besaran skalar yang dikaitkan dengan
jarak. Kecepatan atau kelajuan antara dua titik dapat disebut sebagai
kecepatan atau kelajuan rata-rata, yang dapat dihitung melalui:
s s
v v
t t
dimana v adalah kecepatan (m / s) , s adalah perpindahan (m) , v adalah
kelajuan (m / s) , s adalah jarak (m) , dan t adalah waktu ( s ) . Untuk gerak
lurus yang tidak berubah arah, maka kecepatan akan sama dengan kelajuan.
Representasi kecepatan sebagai fungsi dari waktu merupakan kecepatan
setiap saat atau kecepatan sesaat. Kecepatan sesaat diperoleh dari kecepatan
rata-rata dengan mengambil selang waktu yang sangat kecil, yaitu mendekati
nol. Dapat pula dikatakan bahwa kecepatan sesaat merupakan kecepatan rata-
rata pada selang waktu yang sangat kecil (mendekati nol). Kecepatan sesaat
menggunakan perumusan differensial yang dapat ditulis:
d s(t )
v(t ) 
dt
Transformasi balik untuk mendapatkan posisi sebagai fungsi dari waktu
dapat menggunakan integral, yang dapat ditulis:
s(t )   v(t ) dt

Gambar 3. Ilustrasi gerak lurus beraturan

Gerak beraturan hanya bisa terjadi pada arah horizontal (sumbu x ), karena
untuk kasus gerak vertikal, pasti kecepatannya berubah dipengaruhi oleh gaya
gravitasi. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ditemui contoh benda yang
bergerak lurus dengan kecepatan tetap. Misalnya, sebuah mobil yang bergerak
dengan kelajuan 80 km / jam , kadang-kadang harus memperlambat
kendaraannya ketika ada kendaraan lain di depannya atau bahkan dipercepat
untuk mendahuluinya. Gerak lurus kereta api dan gerak mobil di jalan tol yang
bergerak secara stabil bisa dianggap sebagai contoh gerak lurus dalam
keseharian.

41
Untuk gerak melingkar beraturan, perpindahan direpresentasikan melalui
perubahan sudut. Besarnya perubahan sudut bervariasi dari 0 sampai 2 .
Kecepatan sudut pada gerak melingkar merupakan perubahan sudut dari 1
sampai  2 selama selang waktu t , sehingga dapat ditulis:


t
Kecepatan sudut setiap saat bisa didapatkan melalui fungsi kecepatan
sudut, yaitu perubahan sudut terhadap waktu untuk selang waktu sangat kecil.
d (t )
 (t ) 
dt
Transformasi balik untuk mendapatkan perubahan sudut sebagai fungsi
dari waktu dapat menggunakan integral, yang dapat ditulis:
 (t )    (t ) dt
Kecepatan sudut behubungan dengan jumlah putaran dalam tiap satuan
waktu yang disebut sebagai frekuensi.
  2 f
Gerak melingkar beraturan dapat terjadi karena adanya gaya sentripetal
yang menjaga benda agar terus dapat bergerak melingkar. Gaya sentripetal ini
menghasilkan percepatan sentripetal. Percepatan tersebut hanya mengubah
arah benda, tanpa mengubah lajunya. Perubahan kecepatan yang demikian
hanya mungkin jika arah percepatan selalu tegak lurus arah kecepatan benda.,
Untuk satelit yang mengelilingi Bumi, percepatan ke pusat dihasilkan oleh gaya
gravitasi.Percepatan sentripetal dapat dirumuskan sebagai:
v2
as  m
R
dimana m adalah massa benda (kg ) , as adalah percepatan sentripetal
(rad / s 2 ) , v adalah kelajuan linier (m / s) , dan R adalah jari-jari lintasan
atau panjang tali (m)
Hubungan besaran gerak melingkar dengan gerak linier adalah:
s R v  R
Berdasarkan gambar 4, dapat simpulkan
beberapa ciri dari gerak melingkar beraturan
 Kecepatan sudut adalah tetap, besar maupun
arahnya
 Besar kecepatan linier adalah tetap
sedangkan arahnya berubah
 Percepatan rata-rata tetap, yang disebut
sebagai percepatan sentripetal Gambar 4. Diagram gerak
melingkar beraturan

42
2. Gerak berubah beraturan
Gerak berubah beraturan
merupakan gerak dengan perubahan
kecepatan untuk tiap satuan waktu
dengan perubahan yang konstan.
Perubahan kecepatan ini dapat disebut
sebagai percepatan atau bisa pula
disebut sebagai perlambatan ( a ).
Kecepatan, percepatan, dan
perpindahan pada gerak lurus berubah Gambar 5. Diagram gerak berubah
beraturan merupakan fungsi dari beraturan
waktu, yang dapat dihitung dengan
persamaan:
d v(t ) v(t )   a(t ) dt s(t )   v(t ) dt
a(t ) 
dt
Gerak lurus berubah beraturan untuk lintasan vertikal dibagi menjadi 3,
yakni: gerak vertikal kebawah, gerak vertikal keatas, dan gerak jatuh bebas.
Perbedaanya adalah, untuk gerak vertikal kebawah percepatan yang bekerja
adalah  g , untuk gerak vertikal keatas percepatan yang bekerja adalah  g ,
dan untuk gerak jatuh bebas percepatan yang bekerja adalah  g dengan
tanpa kecepatan awal.  g adalah percepatan gravitasi yang nilainya 9.8m / s 2
Gerak melingkar berubah beraturan didefinisikan sebagai gerak dengan
lintasan melingkar dengan kecepatan sudut dan kecepatan linier berubah.
Kecepatan sudut yang berubah terhadap waktu disebut sebagai percepatan
sudut, yang dapat ditulis sebagai:


t
Pada gerak ini terdapat dua percepatan yang fungsinya berbeda, yakni
percepatan sentripetal yang merubah arah gerak partikel (arah kecepatan
linier), dan percepatan tangensial yang berperan merubah besar kecepatan
linier benda.
Hubungan percepatan tangensial dengan
percepatan sudut pada gerak melingkar
berubah beraturan adalah:
at   R
Percepatan total pada gerak melingkar
berubah beraturan merupakan penjumlahan
vektor percepatan tangensial dan percepatan
sentripetal.
atotal  (at )2  (ai )2 Gambar 6. Gerak melingkar
berubah beraturan

43
3. Gerak parabola
Gerak lurus dalam bidang dua dimensi dapat dirpresentasikan dalam
kehidupan nyata, yakni gerak parabola. Kasus gerak dalam bidang dua
dimensi, posisi benda, kecepatan benda, dan percepatan benda dinyatakan
dalam notasi vektor
r  xi  y j
v  v xi  v y j
a  a xi  a y j

Gambar 7. Lintasan gerak parabola

Gerak parabola adalah kombinasi gerak lurus beraturan pada arah


horizontal dan gerak lurus berubah beraturan pada arah vertikal. Percepatan
yang bekerja pada gerak parabola adalah percepatan gravitasi, sehingga
persamaan posisi untuk gerak parabola adalah:
r  xi  y j
1
x  v0 xt dan y  v0 y t  gt 2
2
Sedangkan persamaan untuk kecepatan adalah:
v  v xi  v y j
vx  v0 x dan vy  v0 y  gt
Untuk mendapatkan waktu mencapai titik tertinggi, tentukan bahwa v y  0 ,
sehingga didapatkan waktu untuk mencapai titik tertinggi, yaitu:
v0 y
t ym 
g
Karena lintasan parabola bersifat simetris, maka waktu untuk mencapai titik
terjauh adalah dua kali waktu untuk mencapai titik terjauh
2v0 y
t ym 
g
Untuk mendapatkan nilai dari titik tertinggi ( ym ) dan titik terjauh ( xm ) ,
substitusikan waktu untuk mencapai titik tertinggi (t ym ) dan waktu untuk
mencapai titik terjauh (t xm )

44
C. GAYA DAN TORSI
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang diberikan pada sebuah benda.
Untuk melakukan suatu gaya, diperlukan tenaga. Gaya dan tenaga mempunyai
arti yang berbeda, tetapi keduanya saling berhubungan. Besaran gaya dapat
diukur dengan alat disebut dinamomater dan satuaannya dinyatakan dalam SI
adalah Newton (N). Gaya memberikan pengaruh pada benda antara lain:
mengubah bentuk benda, mengubah arah benda, dan mengubah keadaan
benda.
Gaya terkadang didefinisikan
menggunakan hukum kedua Newton,
sebagai perkalian massa dengan
percepatan atau lebih umum, sebagai laju
perubahan momentum. Pendekatan ini
diabaikan oleh sejumlah besar buku teks.
Dengan pertimbangan yang lebih, hukum
kedua Newton dapat diambil sebagai
definisi kuantitatif massa; secara pasti
dengan menuliskan hukum sebagai
persamaan, satuan relatif gaya dan Gambar 8. Gaya dalam kehidupan
massa ditetapkan. sehari-hari
Berdasarkan litasannya, gaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu gaya
konservatif dan gaya non konservatif. Gaya Konservatif terjadi jika usaha yang
dilakukan pada suatu benda yang bergerak antara dua titik, tidak tergantung
pada lintasan yang dilalui benda tersebut. Usaha yang dilakukan oleh gaya
konservatif pada benda yang bergerakdalam lintasan tertutup adalah sama
dengan nol. Contoh gaya konservatif adalah gaya gravitasi dan gaya pegas.
Gaya non konservatif terjadi jika usaha yang dilakukan pada suatu benda yang
bergerak diantara 2 titik, tergantung pada lintasan yang ditempuh benda,
sehingga menyebabkan perubahan energi mekanik. Contoh dari gaya non
konservatif adalah gaya gesek.
Hukum-hukum Fisika di alam semesta didasari “empat gaya fundamental”
yang dikenal fisika modern dewasa ini. Gaya-gaya ini terbentuk bersamaan
dengan pembentukan partikel sub-atomik pertama pada waktu spesifik segera
setelah Big Bang, untuk membentuk seluruh aturan dan sistem alam semesta.
Atom-atom yang menyusun materi alam semesta terwujud dan tersebar merata
di alam semesta berkat interaksi gaya-gaya ini.Gaya-gaya ini adalah gaya tarik
massa atau yang dikenal sebagai gaya gravitasi, gaya elektromagnetik, gaya
nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah. Semua gaya ini memiliki intensitas dan
bidang kerja berbeda. Gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah beroperasi hanya
pada skala subatomik. Dua gaya lainnya – gaya gravitasi dan gaya
elektromagnetik – mengatur kumpulan atom, atau yang disebut “materi”.
Pengaturan tanpa cacat di atas bumi disebabkan proporsi yang sangat rumit
dari gaya-gaya ini. Perbandingan gaya-gaya ini menghasilkan suatu hal yang
menarik. Semua materi yang diciptakan dan diedarkan ke penjuru alam
semesta setelah Big Bang dibentuk oleh efek gaya-gaya yang sangat jauh
berbeda ini.

45
1. Gaya berat
Gaya berat adalah gaya yang diakibatkan oleh pengaruh gravitasi bumi
terhadap massa suatu benda. Setiap benda yang memiliki massa akan menarik
benda lain yang memiliki massa. Massa bumi sangat besar sehingga bumi
memiliki gaya gravitasi yang besar pula. Gaya gravitasi ini berupa gaya tarik,
sehingga gravitasi bumi ini mampu menarik benda-benda kecil yang berada
dipermukaan bumi. Gaya berat ini akan berbeda-beda, tergantung seberapa
besar percepatan gravitasi dimana benda tersebut berada. Hal ini sesuai
dengan peryataan hukum gravitasi Newton:
Hukum gravitasi newton: “Setiap benda menarik benda lain dengan gaya
sebanding dengan perkalian massa-massanya dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak yang memisahkan kedua benda“
Gaya gravitasi merupakan besaran vektor yang arahnya selalu mengarah ke
pusat bumi.
Fw  mg
Dimana m adalah massa benda dan g adalah percepatan gravitasi bumi atau
kuat medan gravitasi. Seperti halnya gaya gravitasi, kuat medan gravitasi
termasuk besaran vektor. Variasi ketinggian tempat-tempat di permukaan bumi
sangat kecil dibandingkan dengan jari-jari bumi, dengan demikian, kuat medan
gravitasi di berbagai tempat di permukaan bumi tidak berbeda jauh. Setiap
benda menghasilkan medan gravitasi pada seluruh ruang di sekitarnya. Tarikan
gravitasi matahari pada bumi dapat dipandang sebagai interaksi antara menda
gravitasi matahari di lokasi bumi dengan massa bumi.

Gambar 9. Diagram gaya berat pada benda

Gaya berat merupakan gaya gravitasi bumi pada benda bermassa m yang
terletak di permukaan bumi, dengan g adalah percepatan gravitasi bumi., yang
dirumuskan:
M
g G
r2
dimana G adalah tetapan gravitasi umum yang nilainya:
11 2
G  6.67 10 Nm kg , M
2
adalah massa bumi yang nilainya
M  6 10 kg , dan r adalah jari-jari bumi yang nilainya r  6400km .
24

46
Arah kuat medan gravitasi juga menuju ke pusat benda dan berbanding
terbalik dengan jarak dari pusat benda. kuat medan gravitasi pada tempat yang
memiliki ketinggian h dari permukaan bumi dapat dirumuskan:
MB
g G
( RB  h)2
Gaya gravitasi berperan mengikat planet-planet sehingga tetap berada
dalam sistem tata-surya meskipun planet-planet tersebut selalu bergerak. Arah
gaya gravitasi sejajar dengan garis hubung kedua benda. Beberapa aplikasi
gaya gravitasi newton antara lain:
 Menghitung massa bumi
Massa bumi dapat dihitung dengan manggunakan nilai G yang telah
diperoleh dari persamaan Cavendish.
g R2
M b
G
Pada persamaan tersebut R adalah jari-jari bumi
 Menghitung massa matahari
Massa matahari dapat dihitung dengan menyamakan gaya matahari dan
gaya sentripetal bumi. Dengan diketahui jari-jari rata-rata orbit bumi,
rb  1.5 1011 m dan periode bumi mengelilingi matahari , Tb  3 107 s
4 2 rb3
Mm 
GTb 2
 Menghitung kecepatan satelit
Kecepatan satelit mengelilingi bumi dapat dihitung dengan menyamakan
gaya sentripetal satelit dan gaya gravitasi bumi. Dengan jarak antara roket
dan bumi adalah r  h
GM
v
Rr
Pada persamaan tersebut M adalah massa planet, R adalah jari-jari
planet, dan r adalah jari-jari orbit satelit
 Menghitung perioda atau jarak planet ke matahari
Berdasarkan hukum Kepler, perbandingan perioda kuadrat terhadap jarak
planet ke matahari pangkat tiga akan selalu konstan
T 2 4 2

R3 GM
 Menghitung jarak orbit satelit bumi
Apabila satelit berada pada jarak r dari pusat bumi, maka kelajuan satelit
saat mengorbit bumi dapat dihitung dengan menyamakan gaya gravitasi
satelit dan gaya sentripetalnya.
g
v  RB
r

47
2. Gaya normal
Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada benda yang bersentuhan
dengan arah tegak lurus bidang sentuh. Gaya normal dan gaya berat bukan
termasuk pasangan gaya aksi-reaksi karena keduanya bekerja pada benda
yang sama. Gaya normal selalu berkaitan dnegan gaya gravitasi. Pada hukum
kedua Newton, jika resultan gaya yang bekerja sama dengan nol, maka benda
tersebut diam. Pada setiap benda terdapat gaya gravitasi yang bekerja pada
benda. Jika resultannya nol, maka harus gaya lain selain gaya gravitasi, yakni
gaya normal.

Gambar 10. Diagram gaya normal pada benda

Besarnya gaya normal bergantung pada keadaan benda. Saat benda


berada pada bidang datar, maka besarnya gaya normal sama dengan gaya
gravitasi. Pada aplikasinya dalam kehidupa sehari-hari, besarnya gaya normal
dapat dilihat pada pembacaan neraca untuk seseorang ketika berada pada lift
yang bergerak keatas, ketika diam, ataupun ketika turun kebawah

Gambar 11. Diagram gaya normal pada kasus lift

Dengan menggunakan hukum kedua Newton, besarnya gaya normal untuk


kasus lift bergerak keatas adalah:
N  mg  ma
Untuk kasus lift diam
N  mg
Untuk kasus lift bergerak kebawah
N  mg  ma

48
3. Gaya gesek
Gaya gesek merupakan gaya sentuh yang muncul ketika permukaan dua
zat padat bersentuhan secata fisik. Arah gaya gesekan sejajar dengan
permukaan bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak
relatif benda satu terhadap benda lainnya. Gaya gesek terbagi menjadi dua,
gaya gesek statik dan gaya gesek kinatek. Gaya gesek statik cenderung untuk
mempertahankan keadaan diam benda ketika sebuah gaya dikerjakan pada
benda yang diam.
f s  s FN
Untuk f s  s FN benda masih dalam
keadaan diam, sedangkan f s  s FN
benda tepat akan bergerak. Gaya gesek
kenergik cenderung untuk
mempertahankan keadaan bergerak dari
benda yang sedang bergerak.
Gambar 12. Diagram gaya gesek
f k  k FN
Konstanta  s dan  k adalah besaran tanpa satuan. Gaya yang diperlukan
untuk mempertahan benda yang bergerak agar tetap bergerak lebih kecil
daripada gaya yang diperlukan untuk memulai gerakan sebuahbenda. Sifat ini
menghasilkan s  k untuk dua permukaan tertentu. Nilai kedua koefisien itu
bergantung pada sifat kedua permukaan gesek
Bahan s k
Baja diatas baja 0.74 0.57
Aluminium diatas baja 0.61 0.47
Tembaga diatas baja 0.53 0.36
Kuningan diatas baja 0.51 0.44
Teflon diatas baja 0.04 0.04
Tembaga diatas gelas 0.68 0.53
Seng diatas besi tuang 0.85 0.21
Gelas diatas besi tuang 0.04 0.40
Tembaga diatas besi tuang 1.05 0.29
Tabel 1. Koefisien gesek

Dalam membahas gerak, sering dijumpai permukaan benda atau bidang


licin. Hal itu dilakukan dalam rangka menyedehanakan permasalahan. Padahal
sebenarnya, permukaan yang benar-benar licin itu tidak ada. Artinya, pada
setiap dua permukaan benda yang bersentuhan selalu timbul gesekan. Secara
umum, gesekan dibedakan menjadi dua macam, yaitu gesekan fluida dan
gesekan kering. Gesekan fluida terjadi pada benda yang bergerak dalam cairan
atau udara. Sedangkan gesekan kering terjadi pada permukaan dua benda
padat bersentuhan.

49
4. Gaya sentripetal
Gaya sentripetal adalah gaya yang membuat benda untuk bergerak
melingkar. Gaya ini bukan merupakan gaya fisis, melainkan hanya suatu
penamaan atau penggolongan jenis-jenis gaya. Bermacam-macam gaya fisis
dapat digunakan sebagai gaya sentripetal, antara lain gaya gravitasi,
elektrostatik, tegangan tali, gesekan dan lainnya. Gaya sentripetal merupakan
gaya yang arahnya tegak lurus terhadap vektor kecepatan menuju ke pusat
lingkaran pada gerak melingkar. Besarnya gaya sentripetal dapat dihitung
dengan persamaan:
Fs  mas
Dimana as adalah percepatan sentripetal (rad / s 2 ) dan m adalah massa
(kg ) . Beberapa contoh kasus gaya sentripetal dapat dilihat pada tabel berikut:

mv 2
T sin  
Gaya sentripetal R
pada ayunan T cos  mg
kerucut

mv 2
Gaya sentripetal N sin  
pada tikungan R
jalan miring N cos  mg

mv2
Gaya sentripetal T  mg cos 
pada gerak R
melingkar vertikal

Tabel 2. Beberapa kasus gaya sentripetal

Reaksi dari gaya sentripetal disebut gaya sentrifugal, yang besarnya sama
tetapi arahnya berlawanan arah. Gaya sentrifugal muncul pada kerangka acuan
non-inersial. Misalnya, satelit geostasioner yang mengitari bumi. Satu-satunya
gaya yang mengimbangi gaya tarik bumi pada satelit adalah gaya sentrifugal.

50
5. Gaya pegas
Sebuah gaya tarik yang bekerja pada
sebuah pegas menjadikan pegas bertambah
panjang dan akan kembali ke panjang
awalnya jika gaya tarik dihilangkan. Jika gaya
yang dikerjakan terus diperbesar akan
diperoleh gaya maksimum yang
memungkinkan pegas tetap elastis. Tetapi,
jika gaya yang diberikan melampaui gaya
maksimum tersebut, pegas kehilangan sifat
elastisitasnya. Elastisitas dapat diartikan
sebagai sifat suatu bahan atau kemampuan
suatu benda untuk kembali kebentuk semula
setelah gaya luar yang diberikan kepada Gambar 13. Gaya pada pegas
benda itu dihilangkan.
Hubungan antara gaya tarik pegas terhadap pertambahan panjangnya
dirumuskan oleh Hooke melalui hukumnya.
Hukum Hooke: jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya tariknya
Dalam bentuk matematis, hukum Hooke dapat dirumuskan:
F  kx
dimana F adalah gaya tarik ( N ) , k adalah konstanta pegas ( N / m) dan l0
adalah pertambahan panjang pegas (m) .pegas itu sendiri memberikan gaya
dengan arah berlawanan yang besarnya:
F  k x
Gaya tersebut disebut gaya pemulih, karena pegas emmberikan gayanya pada
arah yang berlawanan dengan perpindahan dan bekerja untuk mengembalikan
dirinya ke panjang normalnya.
Konstanta pegas berhubungan dengan frekuensi sudut sudut pegas ketika
pegas berosilasi. Secara matematis dapat ditulis:
k
2 
m
dimana  adalah frekuensi sudut pegas (rad / s) dan m adalah massa
benda (kg ) .
Pada prakteknya, pegas dapat disusun seri atau paralel. Susunan seri
bertujuan untuk memperkecil konstanta pegas sehingga pertambahan panjang
yang dialami sistem pegas akan lebih besar, sedangkan susunan paralel
bertujuan untuk memperbesar konstanta pegas sehingga pertambahan
panjang sistem pegas lebih kecil dibandingkan dengan susunan seri.
k paralel  k1  k2  k3  ..... 1

1 1 1
   ....
kseri k1 k2 k3

51
Untuk gaya yang bekeja pada benda yang berotasi dikenal istilah momen
gaya atau torsi. Momen gaya atau torsi adalah ukuran keefektifan sebuah gaya
yang bekerja pada suatu benda yang memutar benda tersebut terhadap suatu
titik poros tertentu. Momen gaya merupakan besaran vektor yang dihasilkan
dari perkalian silang antara vektor r dengan vektor F
  F r
Jika sudut antara r dan F adalah  ,
maka besar momen gaya dapat ditulis:
  rF sin 
Berdasarkan rumus diatas, besarnya
torsi tergantung pada gaya yang
dikeluarkan serta jarak antara sumbu
putaran dan letak gaya (disebut lengan
gaya). Besarnya torsi maksimum
didapat ketika gaya dan lengan gaya
adalah tegak lurus (  900 ) Gambar 14. Momen gaya batang
Momen gaya total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah gaya
atau lebih yang bekerja terhadap suatu poros dapat dirumuskan:
   1   2  .....   N
Arah momen gaya  dinyatakan oleh arah putaran vektor gaya F
terhadap titik poros O . Arah positif momen gaya ditetapkan sembarang, tetapi
pada umumnya ditetapkan momen gaya yang menghasilkan putaran searah
jarum jam adalah positif, dan sebaliknya
Konsep momen gaya atau torsi
dapat dilihat pada saat
melepaskan mur baut dengan
menggunakan kunci pas atau
kunci inggris. Gaya dorong F
diberikan pada kunci dengan
membentuk sudut  terhadap
Gambar 15. Momen gaya pada batang
arah mendatar. Semakin besar F
yang diberikan, semakin cepat baut itu berputar. Semakin besar jarak baut dari
tempat gaya bekerja, maka semakin besar momen gaya sehingga baut tersebut
lebih mudah berputar.
Terkait dengan hukum kedua Newton, jika momen gaya bekerja pada
sebuah benda, maka akan muncul percepatan sudut yang menyebabkan benda
melakukan gerak rotasi
  I 
dimana I adalah momen inersia benda ( kgm2 ) dan  adalah percepatan
2
sudut benda ( rad / s )

52
D. MASSA DAN MOMEN INERSIA
Massa adalah ukuran inersia suatu benda. Makin besar massa yang dimiliki
sebuah benda maka makin sulit merubah keadaan geraknya., yakni
menggerakkannya dari keadaan diam atau memberhentikannya pada waktu
sedang bergerak. Sebuah truk misalnya memiliki inersia yang lebih besar jika
dibandingkan dengan sebuah mobil sedan. Simbol massa adalah m dan
satuannya dalam SI adalah kg . Istilah massa dan berat merupakan dua istilah
yang berbeda. Massa adalah jumlah zat dari suatu benda sedangkan berat
adalah gaya gravitasi yang bekerja pada suatu benda.
Pada gerak rotasi, besaran yang analog dengan massa adalh momen
inersia. Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen
inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar,
dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut,
momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Momen inersia
sebuah partikel bermassa m didefinisikan sebagai:
I  mr 2
Dari persamaan diatas r adalah jarak partikel terhadap sumbu putarnya (m)
Momen inersia dari beberapa
partikel (titik massa) terhadap suatu
poros diperoleh dengan
menjumlahkan secara aljabar biasa
tiap-tiap momen inersia:
I   mi ri 2
i
Sedangkan momen inersia benda
tegar yang massanya terdistribusi
kontinu dihitung dengan Gambar 16. Momen inersia sistem
menggunakan metode integrasi: partikel
I   r 2 dm
Dimana dm adalah elemen massa kecil benda berjarak r dari poros rotasi.
Berdasarkan analisis dimensi saja, momen inersia sebuah objek bukan titik
haruslah mengambil bentuk:
I  k m r2
Dimana m adalah massa, r adalah jari-jari objek dari pusat massa (dalam
beberapa kasus, panjang objek yang digunakan) k adalah konstanta tidak
berdimensi yang dinamakan "konstanta inersia", yang berbeda-beda tergantung
pada objek terkait. Konstanta inersia digunakan untuk memperhitungkan
perbedaan letak massa dari pusat rotasi. Contoh:
 k  1 untuk cincin tipis atau silinder tipis di sekeliling pusat
 k  2 / 5 untuk bola pejal di sekitar pusat
 k  1/ 2 untuk silinder pejal di sekitar pusat

53
E. MOMENTUM LINIER DAN MOMENTUM SUDUT
Momentum adalah ukuran kesukaran untuk menggerakan sebuah benda
yang direpresentasikan dalam bentuk massa dikalikan kecepatan benda
tersebut. Momentum termasuki besaran vektor sehingga dalam perhitungannya
melibatkan aturan vektor:
p  mv
dengan p adalah momentum benda, m adalah massa benda, dan v adalah
kecepatan benda. Sebuah truk yang berat akan mempunyi momentum yang
lebih besar jika dibandingkan dengan mobil yang kecil dengan kecepatan yang
sama. Makin besar momentum yang dimiliki sebuah benda, makin sulit untuk
menghentikannya, dan makin besar efek yang diakibatkannya jika dihentikan.
Sistem yang dikaji untuk momentum tidak terbatas pada satu benda saja.
Justru lebih sering dijumpai sistem yang terdiri dari banyak benda. Jika sistem
yang kita amati terdiri dari sejumlah partikel maka momentum total sistem
merupakan jumlah vektor dari momentum masing-masing partikel.
Penjumlahan harus dilakukan secara vektor karena momentum merupakan
besaran vektor. Misalkan sistem terdiri dari tiga partikel dengan momentum
masing-masing p1 , p 2 , dan p 3 , maka momentum total sistem adalah:
ptotal  p1  p2  p3
Perubahan momentum yang dialami suatu benda disebut sebagai impuls.
Jika suatu banda memiliki momentum awal mv1 dan momentum akhir benda
adalah mv 2 , maka impuls benda tersebut adalah:
I   p  mv 2  mv1
Untuk merubah momentum suatu benda( baik untuk menaikkan ataupun
menghentikan) dibutuhkan sebuah gaya. Berkaitan dengan hukum kedua
Newton mengenai gerak suatu benda, kecepatan perubahan momentum suatu
benda sama dengan gaya total yang diberikan padanya, sehingga Impuls dapat
juga diartikan sebagai gaya yang dialami suatu benda selama selang waktu t
I  Ft
Dalam peristiwa tumbukan, gaya F adalah gaya yang bekerja pada benda
selama tumbukan dan t adalah lama waktu tumbukan.
Peristiwa tumbukan biasanya
berlangsung dalam jangka waktu yang
sangat pendek. Nilai t umumnya
kurang dari 1s . Perubahan momentum
yang kecil sekalipun sanggup
menghasilkan gaya yang luar biasa
besarnya. Ini yang menjadi penyebab
mengapa pada peristiwa tumbukan
bisa terjasi kerusakan hebat. Gambar 17. Kasus impuls

54
Berdasarkan definisi impuls, hukum kedua Newton dapat pula didefinikan
dalam bentuk lain, yakni jika resultan gaya tidak sama dengan nol, maka akan
terjadi perubahan momentum tiap satuan waktu
dp
F  dt
Interaksi yang terjadi pada sebuah sistem (minimal dua benda saling
berinteraksi) akan berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan
energi kinetik.
Hukum kekekalan momentum linier menyatakan bahwa: jika tidak ada gaya
luar yang bekerja pada suatu sistem yang mengalami gerak translasi
( F  0) , maka momentum linier sistem selalu tetap, yakni:p0

Hukum ini menyatakan bahwa jika gaya yang bekerja pada sistem nol maka
 dp 
momentum sistem tidak bergantung pada waktu   0  . Jika pada sistem
 dt 
interaksi bekerja gaya luar (gaya-gaya yang diberikan oleh benda lain diluar
sistem) sehingga resultannya tidak nol, maka momentum total tidak nol.
Contoh, dua bola biliar bertumbukan diatas permukaan kasar sehingga gaya
geseknya cukup signifikan, maka hukum kekekalan momentum sistem tidak
berlaku.
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa: Energi total sistem partikel
sebelum interaksi sama dengan energi total sistem partikel sesudah interaksi
dalam keadaan alamioh EPsebelum  EPsesudah
Pada interaksi (tumbukan) apa saja energi total adalah kekal, tetapi energi
kinetik mungkin tidak kekal. Pada umumnya, beberapa energi kinetik akan
diubah menjadi bentuk lain (misalnya bunyi atau kalor). Tumbukan biasanya
diikuti munculnya panas pada permukaan dua benda yang melakukan kontak.
Panas tersebut berasal dari energi kinetik benda yang mengalami tumbukan.
Akibatnya, setelah tumbukan energi kinetik total lebih kecil dibandingkan energi
kinetik total sebelum tumbukan.
Eliminasi hukum kekekalan momentum dengan hukum kekekalan energi
kinetik akan menghasilkan koefisien restitusi yang menyatakan seberapa
elastisnya tumbukan tersebut.
v1'  v2'
e
v1  v2
Dimana v1 dan v2 adalah kecepatan benda 1 dan benda 2 sebelum
' '
tumbukan, sedangkan v dan v2 adalah kecepatan benda 1 dan benda 2
1
sesudah tumbukan. Berdasarkan nilai koefisien restitusinya terdapat 3 jenis
tumbukkan, yakni: tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian,
dan tumbukan tidak lenting sama sekali
Untuk menganalisa tumbukan, hukum kekekalan momentum dan koefisien
restitusi digunakan untuk menghitung nilai kecepatan benda setelah tumbukan

55
1. Tumbukan lenting sempurna
Jika dipenuhi e  1 , maka tumbukan dikategorikan sebagai tumbukan
lenting sempurna. Kondisi ini hanya dipenuhi jika momentum total dan energi
kinetik total sebelum reaksi sama dengan momentum total dan 56energi
kinetik total sesudah reaksi. Contoh tumbukan lenting sempurna adalah
tumbukan antara dua bola bilyar dan tumbukan antara partikel sub atomik.
Hukum kekekalan momentum untuk kasus ini dapat ditulis:
m1v1  m2v2  m1v1'  m2v2'

Gambar 18. Diagram tumbukan lenting sempurna

2. Tumbukan tidak lenting sama sekali


Jika proses tumbukan memenuhi e  0 , maka tumbukan tersebut
dikategorikan sebagai tumbukan tidak lenting sama sekali. Pada tumbukan ini
energi kinetik total setelah tumbukan lebih kecil dibandingkan energi kinetik
total sebelum tumbukan. Pada kasus ini kecepatan masing-masing benda
setelah tumbukan adalah sama, yaitu kecepatan sistem
m1v1  m2v2  (m1  m2 )v '

Gambar 19. Diagram tumbukan tidak lenting sama sekali

3. Tumbukan tidak lenting sama sekali


Pada tumbukan ini, nilai elastisitas harus memenuhi 0  e  1 . Perhitungan
koefisien elastisitas menjadi lebih mudah jika salah satu benda tidak bergerak
baik sebelum maupun sesuadah tumbukan. Salah satu contoh tumbukan ini
adalah tumbukan benda jatuh dengan lantai.

Gambar 20. Diagram tumbukan lenting sebagian

56
Untuk benda yang bergerak tranlasi, maka benda memiliki momentum
linier, sedangkan untuk benda tegar yang melakukan gerak rotasi maka
momentum yang bekerja adalah momentum sudut. Momentum sudut adalah
perkalian antara momen inersia dengan keepatan sudut
L  I
Analog dengan hukum kekekalan momentum linier, maka terdapat pula
hukum kekekalan momentum sudut untuk gerak rotasi.
Hukum kekekalan momentum sudut menyatakan bahwa: jika tidak ada momen
gaya luar yang bekerja pada suatu sistem yang mengalami gerak rotasi

(  0) , maka momentum sudut sistem selalu tetap, yakni: L0
Seperti halnya gaya yangmemiliki hubungan dengan momen gaya, momentum
sudut juga berhubungan dengan momentum linier Untuk benda titik yang
bergerak dengaan momentum linier p dan berjarak r dari sumbu rotasi, maka
momentum sudut memenuhi
L  r  p  rp sin 

dimana L adalah momentum sudut dari partikel, r adalah posisi dari partikel
yang dinyatakan sebagai vektor perpindahan dari titik pusat, dan p adalah
momentum linear dari partikel itu.

Gambar 21. Momentum sudut partikel

Arah momentum sudut dari suatu benda yang berotasi dapat ditentukan
dengan kaidah putaran sekrup atau dengan aturan tangan kanan. Jika keempat
jari menyatakan arah gerak rotasi, maka ibu jari menyatakan arah momentum
sudut.

Gambar 22. Arah omentum sudut partikel

57
F. TEKANAN DAN ELASTISITAS
Tekanan adalah gaya yang diberikan terhadap luas permukaan benda.
Dalam fisika, istilah tekanan dan tegangan memiliki konsep pengertian yang
sama hanya berbeda dalam arah. Untuk tekanan memberikan gaya tekan
sedangkan tegangan memberikan gaya tarik. Keduanya mempunya formulasi
yang sama
F
P
A
Dimana P adalah tekanan atau tegangan ( N / m) , F adalah gaya tekan atau
gaya tarik ( N ) , dan A adalah luas permukaan (m)

Gambar 23. Ilustrasi tegangan dan tekanan

Benda yang mendapatkan gaya akan mendapatkan pertambahan panjang


sebesar l dari panjang mula-mula l0 . Perbandingan pertambahan panjang
benda terhadap panjang mula-mula disebut regangan.
l

l0
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan pada sejumlah besar bahan
diamati sifat yang menarik, yaitu perbandingan tekanan dan regangan untuk
suatu benda selalu konstan  F /   k  . Pernyataan tersebut memberikan
implikasi terhadap kontanta yang menunjukkan sifat elasitistas bahan:
Fl0

Al
Nilai modulus Young beberapa bahan dapat dilihat pada tabel berikut:
Bahan Modulus Young (  )
Aluminium 70 109
Kuningan 90 109
Besi 100 109
Baja 200 109
Granit 45 109
Nylon 5 109
Tabel 3. Modulus Young bahan

Jika modulus Young bekerja pada panjang, maka terdapat pula sifat
modulus geser dan modulus volume.

58
Modulus geser adalah
perbandingan antara tegangan
geser terhadap regangan geser.
Besarnya pergeseran benda
bergantung pada jenis bahan.
Tekanan geser agak berbeda
dengan tekanan yang mengubah Gambar 24. Ilustrasi modulus geser
panjang benda. Pada perhitungan tekanan geser, arah gaya sejajar dengan
arah permukaan. Persamaan untuk modulus geser dapat ditulis:
Fl0

Al
Dimana G adalah modulus geser benda ( N / m)
Bahan Modulus Geser ( G )
Aluminium 25 109
Kuningan 35 109
Besi 40 109
Baja 80 109
Granit -
Nylon -
Tabel 4. Modulus geser bahan

Modulus bulk adalah perbandingan


volume setelah mendapatkan tekanan
terhadap volume mula-mula sebanding
dengan tekanan yang diberikan.
Formulasi matematika modulus volume
dapat ditulis:
1
V   V0 P Gambar 25. Ilustrasi modulus volume
B
dimana P perubahan tekanan yang diberikan. Konstanta B dikenal dengan
modulus volume dari benda. Tanda negatif menginformasikan bahwa, makin
besar perubahan tekanan yang diberikan maka makin kecil volume akhir benda
Bahan Modulus Bulk (  )
Aluminium 75 109
Kuningan 1109
Besi 90 109
Baja 140 109
Granit 70 109
Nylon 45 109
Tabel 5. Modulus Bulk bahan

59
G. USAHA DAN ENERGI
Ketika kendaraan menempuh perjalanan, maka lama kelamaan bahan
bakar habis. Bahan bakar tersebut diubah menjadi energi, yang kemudian
digunakan oleh mesin kendaraan untuk memindahkan posisi kendaraan. Posisi
kendaraan bisa berpindah karena mesin melakukan gaya. Dari penjelasan
tersebut tampak adanya keterkaitan antara gaya dan usaha. Dan memang
usaha dan gaya dihubungkan oleh persamaan:
W   F  ds
Usaha merupakan gaya yang diperlukan oleh sebuah benda untuk
membuat benda tersebut mengalami perpindahan. Jika F adalah fungsi yang
tidak bergantung pada posisi (konstan), maka usaha dapat ditulis:
W  F s

dimana F adalah gaya ( N ) dan s adalah perpindahan. Berdasarkan


persamaan tersebut dapat diketahui bahwa usaha adalah besaran skalar yang
dibentuk melalui perkalian titik antara dua besaran vektor. Usaha
mensyaratkan bahwa gaya yang diberikan perpindahan yang dihasilkan ,
sehingga dapat ditulis:
W  F cos
dimana W adalah usaha,  adalah sudut antara F dan s . Dalam istilah lain,
usaha dapat disebut sebagai kerja atau tenaga.

Gambar 26. Ilustrasi usaha memindahkan balok

Kerja adalah besaran skalar yang bernilai positif jika F dan s memiliki
tanda yang sama dan bernilai negatif jika memiliki tanda yang berlawanan
Selain pengertian diatas, jika dihubungkan dengan energi, maka usaha
dapat didefiniskan sebagai perubahan energi yang digunakan atau dalam
pengertian terbalik, energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha.jikia
kerja dilakukan oleh suatu sistem pada sistem lain, energi dipindahkan antara
kedua sistem tersebut
W  E
Berdasarkan hukum kekekalan energi, energi tidak dapat hilang hanya berubah
dari satu bentuk ke bentuk lain. Energi justru bermanfaat pada saat terjadi
perubahan bentuk, misalnya ketika energi kimia dalam senter diubah menjadi
energi listrik.

60
1. Energi kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena gerakannya atau
kecepatannya. energi kenergik dinyatakan oleh:
1 2
EK  mv
2
dimana EK adalah energi kinetik ( J ) , m adalah massa benda (kg ) , dan v
adalah kecepatan benda (m / s) .
Usaha oleh energi kinetik dapat dipahami bahwa usaha yang dilakukan oleh
gaya konstan F sama dengan perubahan energi kenergik (EK ) yang
dialami benda tersebut.

2. Energi potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki benda karena posisi atau
ketinggiannya dari benda lain. Energi potensial gravitasi dipermukaan bumi
(medan gravitasi homogen) dinyatakan oleh:
EP  mgh
dimana EP adalah energi potensial ( J ) , m adalah massa benda (kg ) , dan h
adalah ketinggian benda (m) .
Untuk pegas, energi potensial adalah usaha yang dibutuhkan untuk
meregangkan atau memampatkan pegas
1 2
EP  kx
2
dimana k adalah konstanta pegas ( N / m) dan x adalah pertambahan
panjang pegas (m) .
Usaha oleh energi potensial dapat dipahami bahwa usaha yang dilakukan
oleh gaya konstan F sama dengan perubahan energi potensial (EP) yang
dialami benda tersebut.

3. Energi Mekanik
Energi mekanik adalah energi total yang dimiliki suatu sistem. Jika hanya
gaya-gaya konservatif yang melakukan kerja, energi mekanik total tetap selama
pergerakan partikel. Ini dikenal sebagai hukum kekealan energy mekanik dan
merupakan asal mula pernyataan “gaya konservatif”
EM  EK  EP
Jika gaya konservatif dan non-konservatif melakukan kerja, energi mekanik
total sistem tidak akan konstan.
EM  EK  EP  EF
dimana EF adalah kerja oleh gaya non-konservatif. Bila energi yang “hilang”
dalam gesekan berubah menjadi energi internal, yaitu naiknya temperatur
bahan, hanya gaya konservatif dan gaya gesek yang bekerja pada sistem, tidak
ada perubahan energi mekanik dan tenaga internal sistem.

61
H. CONTOH APLIKASI PROGRAM
clear all
clc
% Gerak Peluru Pada Bidang Datar
teta=input('Sudut awal peluru ditembakkan (dalam derajat) =
');
Vo=input('Kecepatan awal peluru ditembakkan (dalam m/s) = ');
sudut=(teta*pi())/180;
g=9.78 %m/s^2
Voy=Vo*sin(sudut);
Vox=Vo*cos(sudut);
t_akhir=(2*Voy)/g;
t=0:0.01:t_akhir
Y=Voy*t-(0.5*g*t.^2);
X=+(Vox*t);
subplot(3,1,1)
plot(X,Y,'b')
grid on
title('Grafik Y
terhadap X')
xlabel('Jarak (m)')
ylabel('Ketinggian
(m) ')
subplot(3,1,2)
plot(t,Y,'r')
grid on
title('Grafik Y
terhadap t')
xlabel('Waktu
(sekon)')
ylabel('Ketinggian
(m)')
subplot(3,1,3)
plot(t,X,'g')
grid on
title('Grafik X
terhadap t')
xlabel('Waktu
(sekon)')
ylabel('Jarak (m)')
disp(['Selamat
Bekerja'])

62
SOAL LATIHAN

1. Posisi partikel terhadap waktu diberikan oleh:


t (s) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
x(m ) 0 5 15 45 65 70 60 30 50 50
a. Petakanlah x terhadap t dalam bentuk grafik
b. Tentukan kecepatan partikel

2. Posisi dari mobil balap ketika bergarak dari keadaan diam pada lintasan
garis lurus merupakan fungsi bergantung waktu yang data nya dapat dilihat
pada tabel berikut:
t (s) 0 0.25 0.50 0.75 1.00 1.50 2.00 2.50
x(m ) 0 0.11 0.46 1.06 1.94 4.62 8.55 13.79
Tentukan kecepatan dan percepatan sebagai fungsi waktu

3. Sebuah mobil polisi mengejar seorang pengebut yang bergerak dengan


kelajuan 125 km / jam . Kelajuan maksimum mobil polisi adalah
190 km / jam . Mobil polisi bergerak dari keadaan diam dengan percepatan
8 km / jam2 hingga pada posisi tertentu mobil polisi berhasil berpapasan
dengan pengebut. Gambarlah fungsi x(t ) dan v(t ) polisi dan pengebut
untuk menentukan waktu dan jarak polisisi berhasil menangkap pengebut

4. Mobil 1 bergerak dengan kelajuan


4 m / s dan mobil 2 bergerak dengan
kelajuan 7 m/ s . Buatlah grafik
perpindahan posisi masing mobil untuk
setiap saat untuk menentukan saat
terjadinya tabrakan dan mobil mana
yang menabrak

5. Sebuah sepeda motor bergerak dari keadaan diam dipercepat selama 50 s


sampai mencapai kecepatan 20 m / s . Sepeda motor bertahan dengan
kecepatan ini selama 200 s dan dengan menginjak rem, motor diperlambat
secara beraturan dan berhenti setelah 50 s . Buktikan bahwa jarak yang
ditempuh oleh sepeda motor tersebut sama dengan luas daerah dibawah
grafik jarak terhadap waktu dan buatlah grafiknya.

63
6. Sebuah mobil bergerak lurus dengan
kelajuan seperti ditunjukkan oleh grafik
berikut ini.
a. Tentukan kecepatan mobil pada detik
ke-12
b. Tentukan jarak yang ditempuh mobil
selama sepuluh detik pertama
c. Tentukan percepatan mobil pada detik
ke-10

7. Seseorang melempar bola keatas udara dengan posisi dan kecepatan bola
diudara dapat dilihat pada grafik berikut:
a. Kecepatan awal mobil
b. Fungsi posisi dan kecepatan bola
c. Tentukan waktu saat bola mencapai ketinggian 8m
d. Waktu saat mencapai ketinggian maksimum

8. Perhatikan gambar berikut:


a. Berikan penjelasan singkat tentang
gerak kedua benda tersebut
b. Benda mana yang bergerak lebih
cepat
c. Hitung kecepatan dan percepatan
masing-masing benda
d. Dapatkah kedua benda bertemu?
Jika ya, pada saat berapa dan pada
jarak berapa?

9. Bola A dilempar vertikal ke atas dari tanah dengan kecepatan 25 m / s dan


bola B dilempar vertikal ke bawah 1s kemudian dengan kecepatan 15 m / s
dari atap yang tingginya 80 m . Gambarkan dengan grafik, gerak
masing=masing bola untuk menentukan posisi dan waktu kedua bola
bertemu

64
10. Perhatikan grafik dua kendaraan yang
bergerak lurus berikut ini! kendaran A
bergerak dipercepat (garis merah) dan
kendaraan B bergerak dengan kelajuan
konstan (garis biru). Pada waktu dan
jarak terterntu kedua mobil bertemu.
Tentukan:
a. Persamaan jarak sebagai fungsi
waktu untuk masing-masing
kendaraan
b. Jarak dan waktu kedua kendaraan
tersebut bertemu

11. Sebuah benda bergerak pada lintasan


lurus dengan grafik kecepatan terhadap
waktu ditunjukkan pada gambar
dibawah ini. Grafik tersebut dibagi
menjadi 5 bagian:
a. Tentukan percepatan pada tiap-tiap
bagian
b. Pada selang manakah benda
memiliki percepatan positif terbesar
c. Tentukan percepatan rata-rata
seluruh perjalanan benda.

12. Grafik berikut menggambarkan posisi


suatu benda sebagai fungsi waktu. Jika
grafik tersebut dibagi atas lima bagian,
tentukan:
a. Perpindahan pada setiap bagian
grafik
b. Kecepatan pada setiap bagian grafik
c. Perpindahan pada seluruh
perjalanan
d. Kecepatan rata-rata pada seluruh
perjalanan

13. Seseorang melempar bola keatas udara dengan kecepatan awal 15 m/s
a. Buatlah grafik t vs v dan t vs y
b. Hitunglah tinggi maksimum yang dicapai bola
c. Berapa lama bola diudara sebelum kembali ke tangan (abaikan gesekan
udara)
d. Pada waktu berapa sekon bola berada pada ketinggian 8 m diatas
tangan orang tersebut
e. Berapa kecepatan bola sesaat kembali ke tangan

65
14. Gerak suatu benda sepanjang sumbu- x
dalam selang 0  t  30 sekon dirincikan
seperti gambar berikut:
a. Berapakah percepatan benda pada
t 10 s
b. Berapa lamakah benda itu
mengalami percepatan dan
perlambatan
c. Berapakah perpindahan yang
ditempuh benda tersebut selama
12 s pertama

15. Perhatikan grafik dua kendaraan


berikut.
a. Kapan mobil B (garis biru) menyusul
mobil A (garis hijau)?
b. Tentukan jarak maisng-masing
kendaraan saat kecepatannya sama.
c. Pada waktu berapa kecepatan
kendaraan B mulai konstan
d. Buatlah grafik hubungan posis
terhadap waktu untuk dua kendaraan
tersebut

16. Suatu benda mulai bergerak dengan


kecepatan awal 5 m / s dan mengalami
kecepatan yang berubah terhadap
waktu, seperti ditunjukkan pada kurva
disamping ini. Tentukan:
a. Kecepatan benda pada 10s
b. Jarak total yang ditempuh sampai
10s
c. Buat grafik v  t untuk 10s dari
grafik tersebut
d. Buat grafik s  t untuk 10s dari
grafik tersebut

17. Tuti melakukan suatu perjalanan dan memutuskan untuk menentukan


persamaan geraknya. Tuti menemukan bahwa kecepatannya dapat didekati
dengan persamaan: v(t)  0.01(t 2  50t  625) , dimana t dalam s dan v
dalam m / s . Tentukan persamaan posisi untuk Tuti, sehingga kita dapat
mengetahui posisi Tuti untuk setiap saat dan gambarkan grafiknya.

66
18. Sebuah mesin jet bergerak pada
lintasan percobaan (kita sebut sumbu-
x ) sebagaimana ditunjukkan gambar.
Kita bisa memperlakukan mesin
sebagai partikel. Posisi mesin jet
sebagai fungsi waktu diberikan oleh:
x  At 2  B , dengan A  2.10 m / s2 ,
B  2.80 m . Tentukan besarnya
kecepatan pada saat t  5s

19. Sebuah bola dilempar vertikal keatas


dan hubungan antara ketinggian
terhadap waktunya ditunjukkan oleh
gambar berikut.
a. Tentukan persamaan posisi bola
sebagai fungsi waktu dan buat
grafiknya
b. Tentukan ketinggian maksimum yang
dicapai bola
c. Tentukan kecepatan bola saat 3s

20. Gerak suatu benda memiliki persamaan posisi sebagai berikut:


r(t)  (8t  4)i  (3t 2  6t) j. Semua besaran menggunakan satuan dasar.
a. Tentukan kecepatan dan percepatan saat t  2s
b. Buatlah grafik r (t ) , v(t ) , dan a(t )

21. Perhatikan code program untuk gerak parabola berikut:


% Gerak Peluru Pada Bidang Datar
disp(['PERSAMAAN GERAK PELURU']
teta=60;
Vo=4;
sudut=(teta*pi())/180;
g=10 %m/s^2
Voy=Vo*sin(sudut);
Vox=Vo*cos(sudut);
t_akhir=(2*Voy)/g;
t=0:0.01:t_akhir
Y=Voy*t-(0.5*g*t.^2);
X=+(Vox*t);
%plot untuk ketinggian terhadap jarak
plot(X,Y,'b')
Gambarkan grafik lintasan parabola berdasarkan code diatas

67
22. Sebuah bola bermassa 500 g ditendang dengan sudut awal 0 dan
kelajuan v0 . Jika jarak gawang terhadap tempat ditendangnya bola adalah
11m , plot nilai kelajuan awal yang sesuai dengan variasi sudut untuk
mendapatkan kombinasi nilai yang sesuai untuk bola bisa masuk ke
gawang.

23. Titik A terletak pada benda yang


berotasi dengan percepatan angular
2 rad / s 2 dan kecepatan sudut
awal 4 rad / s . Jika titik A berjarak
10cm dari sumbu rotasi, maka
buatlah hubungan antara panjang
lintasan yang ditempuh oleh titik A
tiap sekon dalam bentuk grafik

24. Benda dari keadaan diam bergerak melingkar dipercepat beraturan


kemudian mempertahankan kelajuan sudut secara konstan
kemudian bergerak melingkar diperlambat beraturan hingga akhirnya
berhenti. Buatlah grafik hubungan antara waktu tempuh (t ) terhadap
kecepatan sudut ( ) benda yang mendeskripsikan kondisi tersebut

25. Balok bermassa 6 kg ditarik dengan


gaya F diatas sebuah bidang kasar
dengan koefisien gesek   0.2
sehingga balok bergerak dengan
percepatan 4 m / s2 . Plot hubungan gaya
tarik yang diberikan terhadap sudut
tarikan terhadap bidang datar untuk
mendapatkan gaya minimal.

26. Sebuah benda terletak diatas bidang datar yang kasar mengalami gaya F
pada arah horizontal. Jika  s dan  k masing-masing menunjukkan
koefisien gesek statis dan kinetikbenda dengan bidang, sedangkan f s dan
f k menunjukkan gaya gesek statik dan kinetik, tentukan grafik hubungan
antara gaya F dan gaya gesekan f jika gaya normal sama dengan N .

68
27. Sebuah balok bermassa berada
pada bidang miring kasar sehingga
meluncur kebawah pada waktu t .
Jika kekasaran bidang divariasikan,
maka waktu tang dibutuhkan balok
sampai didasar juga berbeda. Plot
hubungan antara koefisien gesek
balok diatas bidang dengan waktu
yang dibutuhkan balok sampai
didasar untuk melihat apakah
hubungannya linier

28. Gambar disamping memerlihatkan


sebuah katrol yang dapat dianggap
sebagai cakram pejal dengan jari-
jari R dan massa M . Katrol
tersebut dililiti dengan tali yang
dianggap tak bermassa. Ujung tali
menanggung beban sebesar. Jika
massa beban m diubah-ubah,
buatlah grafik hubungan antara
massa beban dengan percepatan
sudut katrol

29. Diketahui sebuah batang homogen bermassa 0.6 kg dan panjang 60 cm .


Jika gumpalan lumpur bermassa 20 g dilempar dan menempel dari ujung
sampai tengah batang, tentukan perubahan momen inersia sistem
terhadap perubahan jarak lumpur dengan sumbu putar pada tengah
batang

30. Kawat kuningan sepanjang 2 m disambungkan dengan kawat baja


sepanjang 3m . Diameter kawat kuningan adalah 2 mm dan diameter
kawat baja adalah 1.5mm . Kawat yang disambung tersebut digunakan
untuk menggantung beban m kg . Untuk variasi massa, plot hubungan
antara m dengan pertambahan panjang masing-masing kawat?

31. Dua pegas disusun seri masing-masing memiliki konstanta 200 N / m dan
600 N / m , dan diberi beban bervariasi yaitu: 10 kg ,15 kg , 20 kg ,
25 kg ,30 kg ,35 kg , dan 40 kg . Buatlah grafik hubungan pertambahan
panjang pegas tersebut terhadap variasi massa beban

69
32. Percepatan a versus panjang pegas L yang diamati ketika massa 0.5kg
ditarik sepanjang meja yang licin oleh pegas tunggal ditunjukkan dalam
tabel berikut ini:
L ( cm ) 4 5 6 7 8 9 10 11
2
a ( m / s ) 0.0 2.0 3.8 5.6 7.4 9.2 11.2 12.8
a. Buatlah grafik gaya yang dikerjakan oleh pegas terhadap panjang L
b. Jika pegas diperpanjang sampai 12.5cm , berapa gaya yang diberikannya

33. Sebuah peluru bermassa 10 gram di


tembakkan ke dalam suatu ayunan
balistik yang bermassa 1490 gram
dan peluru diam di dalam balok. Pada
saat ayunan mencapai tinggi
maksimum, ternyata balok dan peluru
naik setinggi h meter , Buatlah grafik
kecepatan peluru sebelum mengenai
balok terhadap h tersebut

34. Sebuah gaya bekerja pada benda


bermassa 5 kg yang awalnya diam.
Grafik gaya terhadap waktu dari benda
digambarkan pada gambar disamping.
a. Tentukanlah perubahan momentum
benda antara 0 15 s
b. Tentukan fungsi p(t )
c. Gambarkan grafik p  t dari benda
tersebut

35. Dari hasil percobaan yang dilakukan


di laboratorium pada sebuah pegas
yang diberi beban diperoleh
hubungan antara beban yang
digantungkan pada pegas terhadap
pertambahan panjang pegas
tersebut seperti gambar grafik di
bawah ini, maka besarnya konstanta
pegas adalah........

70
36. Sebuah truk yang sedang berhenti, ditabrak oleh sebuah sedan yang
bergerak dan setelah tabrakan, kedua kendaraan itu berpadu satu sama
lain. Apabila massa truk 1400 kg dan massa sedan 600 kg , buatlah tabel
yang menunjukkan hubungan kecepatan sedan dengan kecepatan kedua
kendaraan setelah tabrakan

37. Seorang mahasiswa mencoba membuat sintax program dengan Matlab


untuk menggambarkan kasus tumbukan lenting sempurna dua buah benda
Input:
m1 =1500 %dalam kg
m2 =2000 %dalam kg
v1 =4 %dalam m/s
v2 = -3 m/s
e =1

proses:
P =[ m1 m2;-1 1]
Q =[ m1 m2;e -e]
R =[ v1; v2]
S =…..

output:
S(v1’ , v2’)

a. Lengkapilah proses pada sintax program diatas


' '
b. Tentukan nilai kecepatan setelah tumbukan ( v1 , v2 )
c. Deskripsiran gerakan kedua benda tersebut sebelum dan sesudah
tumbukan
' '
d. Tentukan nilai kecepatan setelah tumbukan ( v1 , v2 ) jika tumbukan
berubah menjadi tidak lenting sama sekali.

38. Jika sebuah benda berada pada ketinggian h dari permukaan bumi, plot
hubungan antara h dengan kuat medan gravitasi g , untuk melihat
apakah kuat medan gravitasi makin bertambah atau mekin berkurang

71
39. Sebuah benda massanya 0.5 kg
digantung dengan benang (massa
benang diabaikan) dan diayunkan
hingga ketinggian 20 cm dari posisi
awal A (lihat gambar). Bila
g  10 m / s 2 , maka buatlah tabel
perubahan energi kinetik untuk
setiap ketinggian sampai benda
tersebut berhenti

40. Sebuah benda yang massanya 500 gram dilemparkan vertikal ke atas.
Jika g  10 m / s 2 , buatlah grafik yang menunjukkan besarnya perubahan
energi potensial dan energi kinetik sampai benda tersebut menyentuh
tanah....

72
4 FLUIDA
A. MASSA JENIS FLUIDA
Salah satu besaran fisis fluida yang penting adalah massa jenis. Massa
jenis adalah massa fluida per satuan volum. Massa jenis rata-rata fluida
memenuhi
m

V
dimana  adalah massa jenis fluida (kg / m3 ) , m adalah massa total fluida
(kg ) , dan V adalah volume total (m3 ) . Tetapi jika massa jenis pada berbagai
tempat berbeda-beda, yaitu merupakan fungsi posisi maka massa jenis fluida
pada sembarang titik memenuhi:
dm
 (r ) 
dV
Contoh massa jenis rata-rata yang merupakan fungsi posisi adalah massa jenis
gas di atmosfer. Makin jauh dari permukaan bumi maka massa jenis gas di
atmosfer makin kecil. Air laut juga sedikit mengalami perubahan massa jenis
ketika kita makin jauh ke dasar laut. Penyebabnya adalah makin dalam suatu
lokasi maka tekanan pada air laut makin besar sehingga air laut sedkit
mengalami kompresi. Massa jenis gas-gas pembentuk bindtang juga
merupakan fungsi jarak dari pusat bintang. Ketika orang membuat sebuah
material, kadang massa jenis material yang dibuat berbeda-beda pada posisi
yang berbeda.

Fluida Massa Jenis (kg / m3 )


Air pada suhu 40 C 1.00 103
Air laut 1.025 103
Air raksa 13.6 103
Alkohol 0.79 103
Bensin 0.68 103
Udara ( 00 C,1 atm ) 1.29
Tabel 1 . Massa Jenis fluia

Jika beberapa fluida yang memiliki massa jenis berbeda dicampur, maka
massa jenis campuran fluida merupakan harga rata-rata massa jenis fluida
yang dicampur tersebut, yakni:
m1  m2  m3  .....

V1  V2  V3  .....

73
B. TEKANAN HIDROSTATIK
Fluida dapat memberikan tekanan sesuai dengan posisi pada kedalaman
fluida. Tekanan tersebut disebut tekanan hidrostatik. Tekanan Hidrostatik
diberikan oleh cairan pada kesetimbangan karena pengaruh gaya gravitasi. Hal
ini berarti setiap benda yang berada pada zat cair yang diam, tekanannya
tergantung dari besarnya gravitasi.
Hubungan antara tekanan hidrostatik terhadap
kedalaman lokasi dalam fluida dapat ditulis:
P   gh
dimana P adalah tekanan hidrostatik ( Pa) , 
adalah massa jenis fluida, g adalah percepatan
gravitasi bumi ( 9.8m / s 2 ) , dan h adalah
kedalaman lokasi dalam fluida (m) . Dari
Penjelasan penurunan rumus tekanan
hidrostatik di atas diperoleh kesimpulan bahwa
volume benda tidak mempengaruhi besarnya Gambar 1. Tekakan
tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik hidrostatik pada fluida
memeiliki sifat-sifat antara lain:
1. Besarnya tekanan hidrostatik hanya bergantung pada kedalaman fluida dan
tidak bergantung pada bentuk wadah.
2. Pada bidang sentuh antara fluida dengan benda, gaya yang dihasilkan
tekanan hidrostatik selalu tegak lurus permukaan bidang batas tersebut.
3. Untuk fluida terbuka pada udara luar, maka tekanan total pada kedalaman
h dari permukaan fluida adalah:
PT  P0   gh
dimana P0 adalah tekanan atmosfer dipermukaan fluida.
Tekanan hidrostatik dapat digunakan
untuk menentukan massa jenis suau fluida
dengan menggunakan bejana berhubungan.
Bejana berhubungan adalah suatu wadah
atau bejana yang tidak memiliki sekat atau
saling berhubungan. Jika bejana ini diisi zat
cair yang sejenis, maka permukaan zat cair
ini akan sama tinggi. Namun, jika zat cair
yang diisikan berbeda jenis, maka
permukaannya tidak akan sama tinggi. Pada Gambar 2. Bejana berhubungan
bejana berhubungan, titik yang lokasinya
berada pada satu garis horizontal memiliki tekanan yang sama. Persamaan
yang berlaku untuk bejana berhubungan adalah:
P0  1 gh1  P0  2 gh2
1h1  2 h2
Untuk lebih dari dua cairan, dapat dikembangkan dari rumus tersebut

74
C. HUKIM PASCAL
Hukum Pascal menjelaskan sifat fluida yang mampu mentransfer tekanan
dari satu titik ke titik lain dalam fluida. Hukum Pascal adalah sebuah teori
berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan Blaise Pascal. Hasil eksperimen
tersebut disimpulkan dalam sebuah teori hukumnya.
Hukum Pascal: Jika satu bagian fluida dalam wadah tertutup diberi
penambahan tekanan maka seluruh bagian lain fluida tersebut mendapat
penambahan tekanan yang sama besarnya.
Salah satu penerapan hukum Pascal adalah dongkrak hidrolik. Cara kerja
dongkrak ini menggunakan hukum Pascal. Konfigurasi dongkrak sangat mirip
dengan pipa U, tetapi penampang salah satu pipa jauh lebih besar daripada
penampang lainnya. Pipa yang berpenampang besar dilengkapi dengan system
pengangkat benda, sedangkan pipa yang berpenampang kecil dilengkapi
dengan sistem putaran tangan.

Gambar 3. Dongkrak hidrolik

Bila gaya F1 diberikan kepada penghisap yang lebih kecil, tekanan dalam
cairan bertambah sebesar F1 / A1 . Gaya keatas yang diberikan oleh cairan
fluida penghisap yang lebih besar adalah penambahan tekanan ini dikalikan
luas penampang A2
F1 F2

A1 A2
Contoh alat yang prisip kerjanya berdasarkan hukum Pascal adalah
dongkrak hidrolik, pompa hidrolik, mesin hidrolik pengangkat mobil, alat
pengepres hidrolik, dan rem pada motor/mobil. Sistem hidrolik merupakan
suatu bentuk perubahan atau pemindahan daya dengan menggunakan media
penghantar berupa fluida cair untuk memperoleh daya yang lebih besar dari
daya awal yang dikeluarkan. Dimana fluida penghantar ini dinaikan tekanannya
oleh pompa pembangkit tekanan yang kemudian diteruskan ke silinder kerja
melalui pipa-pipa saluran dan katup katup. Gerakan translasi batang piston dari
silinder kerja yang diakibatkan oleh tekanan fluida pada ruang silinder
dimanfaatkan untuk gerak maju dan mundur. Prinsip dasar sistem hidrolik
berasal dari hukum pascal, dimana tekanan dalam fluida statis harus
mempunyai sifat tekanan bekerja tegak lurus pada permukaan bidang.dan
merambat secara seragam ke bagian lain fluida.

75
D. GAYA ANGKAT ARCHIMEDES
Gaya dapat diukur dengan alat disebut dinamomater dan satuaannya
dinyatakan dalam SI adalah Newton (N). gaya memberikan pengaruh pada
benda antara lain: mengubah bentuk benda, mengubah arah benda, dan
mengubah keadaan benda.
Sifat tekanan hidrostatik dalam fluida yang
bergantung pada kedalaman menimbulkan
fenomena yang menarik, yaitu adanya gaya angkat.
Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam fluida, maka
bagian dasar benda mendapatkan tekanan yang
lebih besar dibandingkan bagian puncaknya.
Akibatnya, gaya yang dialami bagian dasar benda
(arah ke atas) lebih besar daripada gaya yang
dialami bagian puncak benda (arah ke bawah).
Hasilnya adalah benda mendapat gaya netto ke atas Gambar 4.Archimedes
dari fluida. Prinsip ini berlaku umum sesuai dengan
hukum Archimedes.
Hukum Archimedes: benda yang tecelup sebagian atau seluruhnya ke dalam
fluida mengalami gaya ke atas sebesar berat fluida yang dipindahkan oleh
benda yang tercelup tersebut.
Dalam bentuk formulasi matematis, hukum Archimedes dapat di tulis:
FA  m f g
FA   f Vbf g
dimana  f adalah massa jenis fluida (kg / m3 ) , Vbf adalah volume benda
yang tercelup dalam fluida (m3 ) , dan g adalah percepatan gravitasi bumi
( 9.8m / s 2 ) .
Gaya keatas yang dialami benda dalam fluida berharga maksimum jika
seluruh bagian benda tercelup kedalam fluida. Ketika benda ditempatkan
kedalam fluida akan terjadi salah satu dari tiga kemungkinan, yaitu: terapung,
tenggelam, atau melayang. Benda akan tenggelam jika gaya ke atas maksimum
yang dialami benda lebih kecil daripada berat benda. Jadi, syarat benda
tenggelam adalah: W  FAmaksimum . Benda dikatakan melayang jika saat benda
ditempatkan di suatu titik dalam fluida, benda tidak bergerak naik ataupun
turun. Syarat benda melayang adalah: W  FAmaksimum .Benda terapung di
permukaan fluida jika ada bagian benda yang menyembul diatas permulaan
fluida. Syarat benda terapung adalah: W  FAmaksimum
Implikasi dari gaya Archimedes adalah berat semu yang dialami benda
ketika benda berada dalam air. Selisih berat benda di udara dikurangi dengan
berat benda dalam air akan menghasilkan nilai gaya ke atas atau gaya
Archimedes.
Beberapa contoh penerapan hukum Archimedes antara lain: kapal selam,
hydrometer, bejana berhubungan, kapal laut, balon udara, dll

76
E. TEGANGAN PERMUKAAN
Tegangan permukaan zat cair adalah
kecenderungan zat cair untuk meregang
sehingga permukaannya seperti ditutupi
oleh suatu lapisan elastis. Karena
permukaan fluida mirip dengan membran
yang direntangkan, permukaan fluida
menarik benda pada tepinya dengan gaya
yang sejajar permukaan.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa
besarnya gaya tarik oleh permukaan fluida Gambar 5. Contoh tegangan
pada tempat kontak dengan zat padat permukaan
adalah :
F L
dimana F adalah gaya pada permukaan fluida ( N ) , L adalah panjang garis
kontak antara permukaan fluida dengan zat padat (m) , dan  kontanta yang
dikenal dengan tegangan permukaan ( N / m)
Beberapa contoh tegangan permukaan antara lain:
 Pisau silat dan jarum dapat mengapung di air walaupun massa jenisnya
lebih besar dibandingkan massa jenis air
 Nyamuk dapat hinggap di atas permukaan air
 Tetes air yang jatuh pada permukaan kaca berbentuk bulatan (bola)
Fluida Tegangan permukaan ( N / m)
Air 00 C 0.076
Air 200 C 0.072
Air 1000 C 0.059
Alkohol 200 C 0.023
Air raksa 200 C 0.44
Benzen 200 C 0.029
Oksigen cair 1930 C 0.016
Tabel 1 . Tegangan permukaan fluida

Dari sudut pandang molekuler, molekul-molekul zat cair memberikan gaya


tarik satu sama lain. Molekul dalam zat cair berada dalam kesetimbangan
karena gaya-gaya molekul lain yang bekerja ke semua arah. Molekul di
permukaan normalnya juga dalam kesetimbangan. Dengan demikian, ada gaya
tarik total kebawah yang cenderung menekan lapisan permukaan sedikit
sampai batas dimana gaya kebawah ini diimbangi oleh gaya tolak keatas yang
disebabkan oleh kontak yang dekat atau tumbukan dengan molekul-molekul
dibawahnya. Penekanan permukaan menyebabkan zat cair meminimalkan
permukaannya

77
F. VISKOSITAS
Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar
kecilnya gesekan internal fluida. Viskositas fluida berhubungan dengan gaya
gesek antar lapisan fluida ketika satu lapisan bergerak melewati lapisan yang
lain. Pada zat cair, viskositas disebabkan terutama oleh gaya kohesi antar
molekul, sedangkan pada gas, viskositas muncul karena tumbukan antar-
molekul.
Fluida yang berbeda memiliki besar viskositas yang berbeda, seperti
misalnya. sirup lebih kental (lebih viskos dari air). Viskositas fluida yang
berbeda dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh koefisien viskositas,  . Untuk
fluida yang berbeda, makin kental fluida tersebut, maka makin besar gaya yang
dibutuhkan untuk menggerakan lapisan atas fluida yang bergerak. Nilai
konstanta pembanding  dapat dihitung melalui persamaan:
v
F  A
l
dimana A adalah luas lapisan fluida yang bersentuhan dengan lapisan fluida
yang bergerak maupun yang diam, v / l merupakan gradien kecepatan.
Hukum Stokes bisa pula digunakan untuk
menentukan koefisien viskositas fluida. Benda yang
bergerak dalam fluida mendapat gaya gesekan yang
arahnya berlawanan dengan arah gerak benda.
Besarnya gaya gesekan bergantung pada kecepatan
relatif benda terhadap fluida serta bentuk benda. Untuk
benda yang berbentuk bola, besarnya gaya gesekan
memenuhi hukum Stokes
Ff  6 rv
dimana  adalah koefisien viskositas ( Pa.s) , Ff
Gambar 6.
adalah gaya gesek benda pada fluida, r adalah jari-jari
Viskositas
bola, dan v adalah kelajuan bola relatif terhdap fluida.
Jika benda berbentuk bola dijatuhkan dalam fluida maka mula-mula benda
bergerak turun dengan kecepatan yang makin besar akibat adanya percepatan
gravitasi. Pada suatu saat kecepatan benda tidak berubah lagi. Kecepatan ini
dinamakan kecepatan terminal.
Fluida Viskositas (mPa.s)
Air 00 C 1.8
Air 200 C 1
Air 100 C0 0.3
Darah 370 C 4.0
udara 200 C 0.018
Gliserin 00 C 10
Tabel 3 . Viskositas fluida

78
G. AZAS KONTINUITAS
Salah satu besaran yang penting dalam mempelajari fluida bergerak adalah
laju aliran fluida. Laju aliran mengukur jarak yang ditempuh satu elemen dalam
fluida per satuan waktu. Ketika sebuah elemen fluida berpindah sejauh x
dalam selang waktu t , maka laju aliran fluida memenuhi:
x
v
t
Laju aliran fluida yang melewati luasan A disebut debit. Debit aliran dapat
juga didefinisikan sebagai jumlah volume fluida yang mengalir per satuan waktu.
V
Q  Av 
t
Jika pipa yang dialiri fluida tidak bocor sehingga tidak ada fluida yang
meninggalkan pipa atau fluida dari luar yang masuk ke dalam pipa sepanjang
pipa maka berlaku hukum kekekalan massa. Jumlah massa fluida yang
mengalir per satuan waktu pada berbagai penampang pipa selalu sama.
Implikasi dari hukum kekekalan massa adalah debit air yang masuk akan sama
dengan debit air yang keluar.
Dalam bentuk persamaan
matematika, azas kontinuitas
dapat ditulis:
Q1  Q2
A1v1  A2v2
Berdasarkan persamaan di atas
kita akan dapatkan bahwa pada
bagian pipa yang sempit, fluida Gambar 7. Ilustrasi debit fluida
bergerak dengan kecepatan lebih
cepat.
Pada daerah penyempitan sungai aliran air lebih kencang daripada pada
daerah yang lebar. Air yang keluar dari keran (tidak menyembur)
memperlihatkan perubahan luas penampang yang makin kecil pada posisi yang
makin ke bawah. Akibat gravitasi, makin ke bawah, laju air makin besar. Agar
terpenuhi persamaan kontinuitas, maka makin ke bawah, luas penampang air
harus makin kecil.
Persamaan kontinuitas berlaku dengan batasan berikut:
 Hukum ketetapan massa
Hukum ketetapan massa menyatakan bahwa massa didalam suatu sistem
dm
aliran akan tetap menurut waktu, yaitu:  0 , dimana m adalah jumlah
dt
massa di dalam suatu sistem
 Aliran tetap (Steady)
Suatu aliran fluida disebut steady jika tidak ada perubahan kecepatan
terhadap waktu pada semua titik dalam aliran tersebut. Contoh alairan
tetap adalah air yang mengalir dengan tenang (kelajuan aliran rendah)

79
H. HUKUM BERNOULLI
Salah satu hukum dasar dalam menyelesaikan persoalan fluida bergerak
adalah hukum Bernoulli. Hukum Bernoulli sebenarnya adalah hukum tentang
energi mekanik ang diterapkan pada fluida bergerak sehingga keluar
persamaan yang bentuknya khas.
Hukum Bernoulli: “Pada pipa mendatar (horizontal), tekanan fluida paling
besar adalah pada bagian yang kelajuan alirannya paling kecil, dan tekanan
paling kecil adalah pada bagian yang kelajuan alirannya paling besar”
Hukum Bernoulli merupakan persamaan pokok hidrodinamika untuk fluida
mengalir dengan arus streamline. Pada hukum ini berlaku hubungan antara
tekanan, kecepatan alir, dan tinggi tempat dalam satu garis lurus. Hukum
Bernoulli sebenarnya adalah hukum tentang energi mekanik yang diterapkan
pada fluida bergerak sehingga keluar persamaan yang bentuknya khas.
1 1
p1   gh1   v12  p2   gh2   v2 2
2 2
dimana p1 dan p2 adalah tekanan yang dialami fluida, v1 dan v2 adalah
kecepatan alir fluida, h1 dan h2 adalh tinggi tempat dalam satu garis lurus,
dan g adalah percepatan gravitasi bumi.
Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik
dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain
pada jalur aliran yang sama. Persamaan Bernoullki berlaku untuk aliran tak-
termampatkan, yakni tidak berubahnya densitas pada aliran tesebut serta tidak
adanya gesekan

Gambar 8. Penampang pipa pada azas Bernoull

Terdapat beberapa Asumsi Hukum Bernoulli diantaranya:


1. Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible) dan nonviscous.
2. Tidak ada kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dan dinding pipa.
3. Tidak ada energi panas yang ditransfer melintasi batas-batas pipa untuk
cairan baik sebagai keuntungan atau kerugian panas.
4. Tidak ada pompa di bagian pipa
5. Aliran fluida laminar (bersifat tetap)

80
Hukum Bernoulli bermanfaat bagi kehidupan manusia, beberapa aplikasi
penerapan hukum bernoulli adalah sebagai berikut:
1. Azas Toricelli
Teorema toricelli menyatakan bahwa jika
suatu wadah yang ujung atasnya terbuka ke
atmosfer, diisi cairan dan terdapat lubang kecil
pada kedalaman h dibawah permukaan fluida
dalam wadah, maka kelajuan semburan fluida
melalui lubang sama dengan kelajuan yang
diperoleh suatu benda yang jatuh bebas dari
ketinggian h .
2 g  h1  h2 
v1 
 A2 2  Gambar 8. Penerapan
1  2  Toricelli
 A1 

2. Tabung Pipot
Tabung pitot digunakan untuk mengukur laju
aliran udara. Tabung ini memiliki dua ujung pipa.
Satu ujung pipa (ujung 1) memiliki lubang yang
menghadap aliran udara dan ujung yang lain
(ujung 2) memiliki lubang yang menyinggung
aliran udara. Udara yang masuk pada ujung 1
pada akhirnya diam di dalam pipa sedangkan
udara pada ujung 2 memiliki laju yang sama
dengan laju udara luar. Laju aliran udara dapat
ditentukan menjadi:
2P Gambar 9. Tabung Pipot
v

3. Venturimeter
Venturimeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur laju aliran fluida dalam pipa
tertutup. Contohnya mengukur laju aliran minyak
pada pipa-pipa penyelur minyak dari tempat
pengilangan ke kapal tangker di pelabuhan.
Karena h1  h2 , maka diperoleh:
2  P1  P2 
Gambar 10. Venturimeter
v 
2

 A12 
1

 2
 1
 A2 

81
I. CONTOH PROGRAM APLIKASI

clear all
clc

% Menentukan massa
jenis benda dengan
hukum Archimedes
mf=input('massa benda
dalam fluida (dalam
g) = ');
m=input('massa benda
di udara g) = ');
pf=1:0.01:10
g=9.8;
wf=mf*g;
w=m*g;
p=pf*(w/(w-wf));
plot(pf,p,'b')
grid on
title('Grafik p
terhadap pf')
xlabel('massa jenis
fluida (g/cm3)')
ylabel('massa jenis
benda (g/cm3)')

82
SOAL LATIHAN

1. Tentukan tekanan hidrostatik pada dasar sungai yang memiliki kedalaman


sesuai tabel berikut! Plot tekanan hidrostatik terhadap kedalaman
h(m) 5 10 15 20 25 30 35 40 45

2. Sebuah dongkrak hidrolik memiliki pipa yang berjari-jari r1 dan r2


digunakan untuk mengangkat benda yang massanya 800kg . Jika jari-jari
penampang besar r2  21cm , maka diperlukan gaya F untuk mengangkat
beban tersebut.
a. Untuk jari-jari r1 diubah-ubah agar mendapatkan gaya yang lebih kecil,
tentukan nilai F sesuai dengan tabel berikut
r1(cm) 21 14 10 7 1 0.5 0.25 0.01
F (N )
b. Plot hubungan r1 terhadap c

3. Buatlah code hubungan antara massa jenis benda dalam zat cair dengan
massa jenis benda `11untuk melihat kasus tenggelam, melayang, atau
terapung

4. Bagaimanakah hubungan antara kerapatan fluida (  ) dengan laju aliran


udara yang mengalir melalui tabung pipot dengan cara membuat grafiknya.

5. Sebuah bak air dengan volume 216000 m3 , diisi air melalui pipa yang luas
penampangnya bervariasi, yakni: 10 m2,15 m2, 20 m2, 25 m2,30 m2, dan

83
35m2 . Jika kecepatan air 2 m / s2 , maka buatlah tabel hasil waktu yang
diperlukan untuk memenuhi bak tersebut terhadap variasi luas penampang

6. Sebuah benda memiliki massa jenis 2500 kg / m3 berada dalam zat cair
dalam kondisi terapung dengan. Jika zat cair divariasikan dari 800 kg / m3
(minyak) sampai 1360 kg / m3 (raksa), tentukan variasi ketinggian benda
dalam zat cair tersebut. Buat hubungannya

7. Seorang mahasiswa mencoba membuat sintax program dengan Matlab


untuk menentukan massa jenis benda

Input:
mf =2 %massa benda dalam fluida
m =9 %massa benda di udara
pf =1000 %massa jenis fluida
g = 9.8 %percepatan gravitasi

proses:
wf = mf*g;
w = m*g;
p = pf*(w/(w-wf));

output:
p
Jika massa jenis emas adalah 19.3103 kg / m3 tentukan apakah emas
tersebut asli?

8. Sebuah bendungan menampung air dengan ketinggian 5 m . Jika panjang


dinding bendungan adalah 40 m , jika gaya tahan yang dibutuhkan dinding
untuk menahan air tiap sekon adalah F , maka plot hubungan antara F
dengan waktu yang dibutuhkan dinding bendungan untuk menahan air
sampai jebol.

9. Ketika benda bergerak pada zat cair, tentukan besarnya koefisien


viskositas berdasarkan hubungan antara t dan 1/ r 2 (petunjuk: ketika
benda bergerak pada zat cair terdapat gaya berat, gaya keatas, dan gaya
gesek fluida

84
10. Sebuah tangki di isi dengan air dan
memiliki lubang dengan diameter
4cm . jika jarak antara permukaan
air terhadap lubang adalah 30cm
dan kecepatan keluarnya air melalui
lubang adalah 12 m / s . Buatlah
hubungan antara waktu keluarnya
air melalui lubang terhadap
perubahan volume air, sehingga bisa
ditentukan kapan berhenti mengalir
melalui lubang

11. Sebuah tangki air pada bagian


bawahnya terdapat lubang hingga
air memancar keluar membentuk
sudut  seperti terlihat pada
gambar di bawah ini. Jika jarak
pancarnya 80cm , maka untuk
g  10 m / s 2 buatlah hubungan
tinggi ( h ) air dalam tangki terhadap
 dalam bentuk grafik

12. Pada gambar di bawah, air mengalir melewati pipa venturimeter. Jika luas
A1
penampang A1 dan A2 memiliki perbandingan  k , dan perbedaan
A2
ketinggian air h  45 cm maka buatlah hubungan antara k dan kecepatan
air yang memasuki pipa venturimeter

13. Untuk menentukan massa jenis zat zair dirangkai alat seperti gambar.
Penghisap P adalah bergerak bebas dengan luas penampang 1cm2 . Jika
konstanta pegas adalah 100 N / m dan pegas tertekan sejauh x , maka
tentukan besarnya sensitivitas alat tersebut berdasarkan besarnya nilai x

85
14. Sebuah pipa kapiler berdiameter mm dimasukkan tegak lurus ke dalam
bejana yang berisi raksa (massa jenisnya = 13.26 g / m3 . Sudut kontak
antara antara raksa dengan pipa ialah  . Bila tegangan permukaan zat cair
adalah 0.40 N / m , maka turunnya raksa dalam pipa kapiler dihitung dari
permukaan zat cair dalam bejana adalah...

15. Berat sebuah benda ketika ditimbang di udara adalah 6 N , tetapi ketika
ditimbang di dalam suatu cairan adalah x N . Jika massa jenis benda
adalah 3000 kg / m3 , tentukan hubungan massa jenis fluida terhadap x
dengan membuat grafiknya

86
5 TERMODINAMIKA
A. SUHU
Suhu menyatakan derajat panas dan dinginnya suatu benda. Jika ditinjau
dari sudut pandang energi kinetik, suhu didefinisikan sebagai ukuran energi
kinetic rata-rata partikel dalam suatu benda. Ukuran temperatur berfungsi
untuk mengindikasikan adanya energi panas pada suatu benda padat, cair,
atau gas. Metodenya biasanya menggunakan perubahan salah satu sifat suatu
material karena panas, seperti pemuaian, dan sifat listrik.
Dalam sistem SI satuan temperatur adalah Kelvin ( K ) tanpa derajad. Skala
dari ukuran temperatur dalam derajad Celcius adalah sama dengan skala
ukuran Kelvin, tetapi titik nol 0 C sama dengan 273.15K . Titik nol 0 C adalah
kondisi es mencair pada keadaan standard atmosfir, sedang kondisi K adalah
kondisi nol mutlak dimana semua gerakan yang menghasilkan energi pada
semua materi berhenti.
Ada beberapa skala temperatur dengan menggunakan titik tetap yang
sama, yaitu: titik didih air dan titik lebur es pada tekanan udara luar satu
atmosfer sebagaimana pada gambar berikut:

Gambar 1. Skala temperatur

Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin
atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara
kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu
dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau
alkohol. Empat macam thermometer dibedakan berdasarkan perbedaan titik
tidih dan titik bekunya, yaitu: Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Konversi
antar-termometer tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan titik didih
dan titik bekunya.
Celcius: Kelvin 273 : Reamur : Fahrenheit 32 = 5: 5: 4 : 9
Alat untuk mengukur suhu disebut termometer. Dalam kehidupan sehari-
hari dikenal dua jenis termometer, yakni termometer raksa dan alkohol

87
B. KALOR
Kalor adalah energi dalam yang dipindahkan dari benda bersuhu tinggi ke
benda bersuhu rendah ketika kedua benda bersentuhan. Secara umum untuk
mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan
mengukur suhu benda tersebuit. Secara matematis, besarnya kalor yang
dibutuhkan dapat ditulis sebagai:
Q  cmT
dimana Q adalah kalor yang dibutuhkan atau dilepas ( J ) , c adalah kalor
jenis ( J / kg 0C ) , m adalah massa zat (kg ) , dan T adalah perubahan suhu
(0 C ) . Berdasarkan diagram fase, kalor dibutuhkan untuk proses melebur dan
menguap, sedangkan dilepas untuk proses mengembun dan membeku.

Gambar 2. Diagram fase kalor

Pengalaman Count Rumford dan Sir James Prescott Joule dalam


pengeboran laras meriam dan percobaan-percobaannya dapat disimpulkan,
bahwa energi mekanik terus menerus berubah wujudnya menjadi kalor. Ini
berarti ada kesetaraan antara energi mekanik dengan kalor. Dalam
percobaannya Joule menemukan, bahwa 4.186J setara dengan 1kalori . Jadi
1kal  4.186 J
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk
kebentuk yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik
dapat berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat
berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas
tentang hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan
mengubah energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas
listrik, dll.
Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor
yang dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan:
Q  Pt
dimana P adalah daya listrik dan t adalah waktu pemansan

88
C. KALOR JENIS
Kalor jenis adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1kg suatu
zat sebesar 1K (atau 10 C ). Jika perubahan suhu tidak terlalu besar maka kalor
jenis dapat dianggap tetap. Kalor jenis suatu benda menyatakan kemampuan
suatu benda untuk menyerap atau melepaskan kalor. Semakin besar kalor
jenis suatu benda, semakin kecil kemampuan benda tersebut menyerap atau
melepaskan kalor.
Kalor jenis suatu benda tidak bergantung dari massa benda, tetapi
tergantung pada sifat dan jenis benda tersebut. Setiap zat mempunyai kalor
jenis yang berbeda. Bandingkan air, besi, dan raksa. Jika air, besi, dan raksa
mempunyai massa dan suhu awal yang sama, kemudian diberi kalor hingga
mengalami kenaikan suhu yang sama juga, setiap zat akan menyerap jumlah
kalor yang berbeda, bergantung pada jenis zat. Untuk setiap kenaikan suhu air
10 C dari air bermassa 1g diperlukan kalor sebesar 1 kalor jenis air, yaitu
1kal / g 0C .
Kalor jenis
Bahan
kkal / kg 0 C J / kg 0 C
Air 1.00 4.19 103
Raksa 0.033 1.4 103
Alkohol 0.59 2.43 103
Aluminium 0.22 9.2 103
Besi 0.11 4.6 103
Emas 0.03 1.3 103
Es 0.5 2.09 103
Perak 0.056 2.3 103
Tembaga 0.093 3.9 103
Timah 0.03 1.3 103
Tabel 1. Kalor jenis bahan

Alat pengukur kalor jenis adalah


kalorimeter. Salah satu bentuknya adalah
kalori meter campuran. Kalori meter ini
terdiri dari sebuah bejana logam yang
kalor jenisnya diketahui. Bejana ini
ditempatkan didalam bejana lain yang
agak lebih besar. Kedua bejana
dipisahkan oleh bahan penyekat
misalkan gabus atau wol. Kegunaan
bejana luar adalah sebagai isolator agar
perukaran kalor dengan sekitar kalori
meter dapat dikurangi. Gambar 3. Kalorimeter

89
D. KALOR LATEN
Umumnya, ketika kalor diberikan pada suatu zat, maka zat itu mengalami
kenaikan suhu. Akan tetapi, jika kalor yang diterima oleh suatu zat digunakan
untuk mengubah wujud, misalnya dari es (wujud padat) menjadi air (wujud cair),
maka suhu zat adalah tetap. Kalor yang digunakan oleh zat untuk mengubah
wujud disebut kalor laten.
Kalor laten adalah banyaknya energi kalor yang diterima atau dilepas tiap
satuan massa oleh suatu zat untuk berubah wujud. Secara matematis dapat
ditulis:
Q
QL 
m
dimana QL adalah kalor laten ( J / kg ) , Q adalah kalor yang diterima atau
dilepas ( J ) , dan m adalah massa zat (kg ) .

Bahan Kalor lebur ( J / kg ) Kalor uap ( J / kg )


Oksigen 0.14 105 2.5 105
Nitrogen 0.25 105 2.0 105
Alkohol 1.04 105 8.5 105
Amonia 0.33 105 1.37 105
Air 3.36 105 22.6 105
Timbal 0.25 105 8.7 105
Perak 0.88 105 23 105
Besi 2.89 105 63.4 105
Tabel 2. Kalor laten bahan

Berdasakan proses perubahan wujud benda, maka kalor laten dibagi


menjadi beberapa bagian:
1. Kalor uap didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg
zat untuk merubah wujud dari cair menjadi gas.
2. Kalor embun didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang dilepaskan oleh 1
kg zat untuk merubah wujud dari gas menjadi cair.
3. Kalor lebur didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg
zat untuk merubah wujud dari padat menjadi cair.
4. Kalor beku didefinisikan sebagai banyaknya kalor yang dilepaskan oleh 1 kg
zat untuk merubah wujud dari cair menjadi padat
Besar kecilnya kalor laten sebuah benda selain dipengaruhi oleh massa
benda juga dipengaruhi oleh titik didih dan titik beku benda tersebut. Faktor
lainnya yang mempengaruhi perubahan wujud zat antara lain: tekanan dan
ketidakmurnian. Pengaruh tersebut adalah: kenaikan tekanan dapat
menurunkan titik lebur dan kenaikan tekanan pada permukaan air akan
menaikkan titik didihnya. Sedangkan ketidakmurnian zat juga dapat
menurunkan titik lebur nya.

90
E. PEMUAIAN
Umumnya, zat padat akan memuai jika dipanaskan. Pemuaian pada zat
padat dapat menimbulkan masalah, tetapi juga dapat dimanfaatkan. Masalah-
masalah yang ditimbulkan pemuaian antara lain: rel kereta api dan jembatan
beton melengkung, kaca jendela rumah atau mobil retak, pipa minyak
membengkok, kawat telepon sengaja dibiarkan kendor agar tidak putus.
Manfaat pemuaian antara lain: pengelingan plat logam pada pembuatan badan
kapal, keeping bimetal dimanfaatkan pada saklar termal, dll.
Zat padat yang dapat mengalami pemuaian panjang, pemuaian luas, dan
pemuaian volume. Jika suatu benda dipanaskan hingga mengalami kenaikan
suhu T , maka pertambahan panjangnya akan sebanding dengan panjang
mula-mula.
L   L0 T
dimana  adalah koefisien muai panjang (/ 0 C ) , L0 adalah panjang mula-mula
(m) , L adalah pertambahan panjang (m) , T adalah perubahan suhu
(0 C ) .
Untuk zat padat yang memiliki ukuran dua dimensi, misalnya kaca jendela,
akan mengalami pemuaian luas jika dipanaskan yang pertambahan luasnya
akan sebanding dengan luas mula-mula
A   L0 A
dimana  adalah koefisien muai luas (/ 0 C ) , yang nilainya adalah dua kali
koefisien muai panjang (   2 )
Untuk zat padat yang memiliki ukuran tiga dimensi, misalnya kaca jendela,
akan mengalami pemuaian volume jika dipanaskan yang pertambahan
volumenya akan sebanding dengan volume mula-mula
V   L0 V
dimana  adalah koefisien muai volume (/ 0 C ) , yang nilainya adalah tiga kali
koefisien muai volume (  3 )
Pada zat cair, pemuaian terjadi pada saat zat cair tersebut dipanaskan.
Pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi hanya
dikenal muai ruang atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan
pada zat cair itu maka semakin besar muai volumenya.
Pemuaian pada zat cair menyangkut dimensi volume. Besarnya nilai
pemuaian pada beberapa jenis zat cair berbeda-beda. Pemuaian pada alkohol
lebih besar daripada pemuaian gliserin. Pemuaian pada minyak parafin lebih
besar daripada pemuaian gliserin. Pemuaian pada gliserin lebih besar daripada
pemuaian pada raksa. Pemuaian pada alkohol lebih besar dari pemuaian air.
Pemuaian pada air lebih besar daripada pemuaian minyak kelapa. Dengan
demikian, pemuaian pada zat cair dipengaruhi oleh jenis zat cairnya. Untuk
dapat membedakan pemuaian antara satu jenis zat cair dengan zat cair

91
lainnya, berikut ini tercantum nilai koefisien muai volume pada beberapa jenis
zat cair.

Jenis Zat Cair Koefisien Muai Volume


Alkohor (Methil) 0.0012
Alkohol (Etil) 0.0011
Minyak Parafin 0.0009
Gliserin 0.0005
Tabel 3. Koefisien Muai Volume pada Beberapa Jenis Zat Cair

Sifat pemuaian zat cair, yang lebih besar dibandingkan dengan pemuaian
zat padat menjadi dasar dari cara bekerjanya termometer raksa dan
termometer alkohol. Pemuaian pada air akan mengalami keanehan. Apabila
kita mengamati perubahan air pada saat dipanaskan sampai suhu 40 C akan
menampakkan keanehan. Pada kondisi tersebut, permukaan air menurun yang
berarti volumenya mengecil, sedangkan massa jenisnya terbesar. Peristiwa
keanehan air pada suhu tersebut disebut anomali air.
Khusus untuk air, pada kenaikan
suhu dari 00 C sampai 40 C
volumenya tidak bertambah, akan
tetapi justru menyusut. Pengecualian
ini disebut dengan anomali air. Oleh
karena itu, pada suhu 40 C air
mempunyai volume terendah.
Hubungan volume dengan suhu pada
air dapat digambarkan pada grafik
berikut. Pada suhu 40 C , air
menempati posisi terkecil sehingga Gambar 4. Grafik Hubungan antara
pada suhu itu air memiliki massa Volume dengan Suhu air
jenis terbesar. Jadi air bila suhunya
dinaikkan dari 00 C  40 C akan menyusut, dan bila suhunya dinaikkan dari
40 C ke atas akan memuai. Hubungan antara suhu dan volume air dapat
digambarkan pada gambar diatas. Biasanya pada setiap benda bila suhunya
bertambah pasti mengalami pemuaian. Peristiwa yang terjadi pada air itu
disebut anomali air. Hal yang sama juga terjadi pada bismuth dengan suhu
yang berbeda. Kecepatan pemuaian pada berbagai macam zat berbeda-beda,
begitu juga pemuaian zat cair.
Gas mengalami pemuaian ketika suhunya bertambah dan mengalami
penyusutan jika suhunya turun. Pada gas tidak dikenal muai panjang dan muai
luas, yang ada hanyalah muai volume gas. Dari penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa koefisien muai volume semua gas sama yaitu:
0.00367 / K . Terdapat beberapa hukum-hukum terkait pemuaian gas untuk
kondisi konstan, seperti: tekanan konstan, volume konstan, atau suhu kunstan.
Penjelasannya dapat dilihat pada sub-bab berikutnya

92
F. PROSES PERPINDAHAN KALOR
Kalor dapat mengalir (berpindah) dari benda yang suhunya tinggi ke benda
yang suhunya rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor berdasarkan zat dan
sifat perambatannya, yakni: konduksi, konveksi, dan radiasi.
Konduksi adalah perpindahan kalor pada zat padat. Ada dua macam proses
konduksi, yaitu konduksi non-logam dan konduksi logam. Dalam konduksi non-
logam, partikel-partikel yang dipanaskan bergetar lebih cepat hingga energi
kinetik partikel-partikel tersebut makin besar. Partikel-partikel ini kemudian
memberikan energi kinetiknya ke partikel-partikel terdekatnya melalui
tumbukan. Demikian seterusnya, hingga kalor mencapai bagian ujung benda
yang dingin. ketika terjadi perubahan suhu, partikel di dalam benda tersebut
tidak mengalami perubahan bentuk, tapi hanya mengalami pergeseran saja.
Yaitu energi panas yang diterima oleh benda menjadi menyebar rata ke seluruh
permukaan yang ada di benda tersebut. Umumnya, proses perpindahan kalor
konduksi terjadi pada permukaan benda padat. Tapi, perpindahan kalor
tercepat terjadi pada benda padat yang terbuat dari logam. Itu sebabnya logam
disebut sebagai penghantar panas yang paling baik. Penghantar panas ini
disebut dengan konduktor. Untuk konduksi logam, kalor dipindahkan melalui
elektron-elektron bebas yang terdapat dalam struktur atom logam. Laju
perpindahan kalor secara konduksi dapat dihitung dengan persamaan:
Q kAT

T d
dimana h adalah koefien konduksi (W / mK )
Konveksi adalah perpindahan kalor pada zat yang mengalir, yakni fluida.
Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alami dan konveksi paksa. Pada
konveksi alami, pergerakan fluida terjadi akibat perbedaan massa jenis,
sedangkan konveksi paksa terjadi karena fluida yang telah dipanaskan
langsung diarahkan ke tujuannya. Laju perpindahan kalor secara konveksi
adalah:
Q
 hAT
T
dimana h adalah koefien konveksi (W / m2 K )
Radiasi adalah parpindahan kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik, sehingga radiasi kalor tidak memerlukan medium. Sebagai
contoh, radiasi kalor dari Matahari melalui ruang hampa hingga sampai ke
Bumi. Makin baik suatu benda menyerap radiasi kalor, makin baik pula benda
itu memancarkan radiasi kalor. Penyerap radiasi sempurna disebut benda
hitam. Permukaan yang hitam kusam adalah penyerap dan pemancar radiasi
kalor yang sangat baik, sedangkan permukaan putih mengkilat adalah
penyerap dan pemancar kalor yang sangat buruk. Laju radiasi kalor yaitu:
Q
 e AT 4
T
dimana  adalah kontanta Boltzman  5.67 108W / m2 K

93
G. HUKUM KE NOL TERMODINAMIKA
Dua benda berada dalam keseimbangan panas jika tidak ada pertukaran
kalor antara dua benda tersebut saat keduanya disentuhkan. Kondisi ini hanya
dapat dicapai jika suhu kedua benda sama. Sebab perpindahan kalor terjadi
karena adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan keseimbangan panas, kita
memiliki hukum ke nol termodinamika.
“Jika benda A berada dalam keseimbangan panas dengan benda B dan
benda B berada dalam keseimbangan panas dengan benda C , maka benda
A berada dalam keseimbangan panas dengan benda C”.
Hukum ke-nol termodinamika menjelaskan prinsip kerja termometer, alat
pengukur suhu. Tinjau sebuah termometer raksa atau termometer alkohol.
Alkohol atau raksa bersentuhan dengan kaca dan kaca bersentuhan dengan
benda yang akan diukur suhunya, misalnya udara, air, atau tubuh manusia.
Walaupun raksa tidak bersentuhan dengan udara (air/tubuh manusia), tetapi
karena raksa bersentuhan dengan kaca maka ketika kaca dan udara (air/tubuh
manusia) berada dalam kesetimbangan termal, maka raksa dan udara
(air/tubuh manusia) juga berada dalam kesetimbangan termal.
Dapat disimpulkan bahwa hukum ke-
nol termodinamika menggambarkan
sistem dalam kesetimbangan
termodinamis. Keadaan sistem yang
setimbang termodinamis minimal ada
dua, yaitu: sistem yang tertutup dan
sistem yang terbuka. Suatu sistem
dinyatakan tertutup, jika massa dan
jumlah partikel sistem tetap. Ini berati,
jumlah mol sistem yang tertutup tetap
Sebaliknya, sistem dinyatakan terbukan
jika massa dan jumlah partikel sistem Gambar 5. Ilustrasi hukum ke-nol
berubah-ubah harganya. Ini berarti, termodinamika
jumlah mol sistem yang terbuka selalu
berubah-ubah.
Dalam kehidupan sehari hari hukum ke nol ini banyak ditemukan,
contohnya ketika memasukkan es batu kedalam air hangat, yang terjadi yaitu
es batu akan mencair (suhu es meningkat) dan suhu air hangat menjadi turun,
kemudian lama kelamaan es nya mencair semua dan tinggalah air dingin. Air
dingin ini menunjukkan campuran antara es batu dan air hangat yang bersuhu
sama atau kata lainnya sudah masuk dalam keadaan kesetimbangan termal.
Aplikasi lainnya yaitu pengukuran termperatur. Pengukuran temperatur ini
berdasarkan prinsip hukum termodinamika ke nol. Jika kita ingin mengetahui
apakah dua benda memiliki temperatur yang sama, maka kedua benda
tersebut tidak perlu disentuhakan dan diamati perubahan sifatnya. Yang perlu
dilakukan adalah mengamati apakah kedua benda tersebut mengalami
kesetimbangan termal dengan benda ketiga. Benda ketiga tersebut adalah
termometer.

94
H. HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA
Hukum pertama termodinamika adalah perluasan bentuk dari hukum
kekekalan energi dalam mekanika, hukum ini menyatakan bahwa:
“Jumlah kalor yang diberikan ke sistem atau dikeluarkan dari sistem sama
besarnya dengan kerja yang dilakukan oleh sistem atau diberikan ke sistem
ditambah pertambahan atau pengurangan energi dalam”.
Dengan demikian, meskipun energi kalor sistem telah berubah menjadi energi
mekanik (usaha) dan energi dalam, jumlah seluruh energi tersebut selalu tetap.
Secara matematis, rumus hukum
pertama termodinamika dapat
ditulis:
Q  U  W
dimana Q adalah kalor yang
diterima () atau kalor yang dilepas
() , U adalah perubahan energi
dalam, jika bertambah () dan jika
Gambar 6. Diagram hukum ke-satu
berkurang () , W adalah kerja, jika termodinamika
melakukan kerja () dan jika
dilakukan kerja () .
Hukum pertama termodinamika merupakan hukum kekekalan energi.
Menurut hukum tersebut setelah mengalami proses tertentu, sistem berubah
dari keadaan 1 ke keadaan 2 , maka energi dalamnya berubah dari U1 ke U 2 .
Selama proses itu berlangsung , sistem menerima kalor sebanyak Q dan
melakukan usaha sebesar W
Hukum termodinamika ke satu ini berlaku untuk sistem tertutup (Sistem
tertutup merupakan sistem yang hanya memungkinkan pertukaran energi
antara sistem dengan lingkungan). Untuk sistem tertutup yang terisolasi, tidak
ada energi yang masuk atau keluar dari sistem, karenanya, perubahan energi
dalam  0 . Persamaan ini juga berlaku untuk sistem terbuka jika kita
memperhitungkan perubahan energi dalam sistem akibat adanya penambahan
dan pengurangan jumlah zat.
Dalam termodinamika dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem adalah
kumpulan dari benda-benda atau apa saja yang diteliti atau diamati yang
menjadi pusat perhatian. Sedangkan lingkungan adalah benda-benda yang
berada diluar dari sistem tersebut. Dan sistem bersama dengan lingkungannya
dinamakan dengan semesta atau universal. Batas adalah perantara dari sistem
dan lingkungan. Contohnya : saat mengamati sebuah bejana yang berisi gas,
yang dimaksud dengan sistem dari peninjauan itu adalah gas tersebut,
sedangkan lingkungannya adalah bejana itu sendiri. Ada tiga jenis sistem
berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungan, yaitu :
 Sistem terbuka
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja)
dan benda (materi) dengan lingkungannya. Sebuah pembatas

95
memperbolehkan pertukaran benda disebut permeabel. Contohnya : saat
merebus air.
 Sistem tertutup
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja)
tetapi tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Air pada gelas
tertutup
 Sistem terisolasi
Sistem yang tidak mengakibatkan terjadinya pertukaran panas, zat atau
kerja dengan lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam termos.

1. Kerja
Perhatikan suatu sistem berupa gas yang ada dalam suatu silinder yang
dilengkapi tutup sebuah piston yang bebas bergerak seperti gambar. Usaha
yang dilakukan oleh sistem sehubungan dengan perubahan volume gas dapat
dirumuskan sebagai berikut .

Gambar 7. Kerja pada piston

Piston yang mempunyai luas penampang A dan tekanan gas P menghasilkan


gaya yang mendorong piston sebesar F  PA . Usaha yang dilakukan oleh gas
adalah
dW  Fdx  PAdx  PdV
Untuk proses dari V1 ke V2 , kerja (usaha) yang dilakukan oleh gas adalah:
V2

W   PdV
V1

Untuk menghitung integral ini kita perlu mengetahui bagaimana variasi tekanan
selama proses berlangsung. Secara umum, tekanan tidak konstan sehingga
penyelesaian integral tidak terlalu sederhana. Namun, jika kurva P terhadap
V diketahui, kerja yang dilakuan leh gas sama dengan luas area di bawah
kurva pada diagram PV . Khusus untuk proses yang tekanannya konstan,
Persamaan diatas dapat ditulis menjadi :

2. Energi dalam
Energi dalam merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis
sistem. Besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam)

96
tidak bisa diketahui secara langsung. Yang kita analisis dalam persamaan
Hukum Pertama Termodinamika hanya perubahan energi dalam saja.
Perubahan energi dalam bisa diketahui akibat adanya energi yang ditambahkan
pada sistem dan energi yang dilepaskan sistem dalam bentuk kalor dan kerja.
Jika besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam)
tidak bisa diketahui secara langsung, maka besaran yang menyatakan keadaan
makroskopis bisa diketahui secara langsung. Besaran yang menyatakan
keadaan makroskopis adalah suhu ( T ), tekanan ( P ), volume ( V ) dan massa (
m ) atau jumlah mol ( n ). Setiap zat terdiri atas atom-atom atau molekul-
mol;ekul yang bergerak terus-menerus. Dari gerakan ini, zat memiliki energi
kinetik. Antara molekul-molekul zat juga hadir gaya intermolekuler. Karena gaya
intermolekuler ini, molekul-molekul memiliki energi potensial. Energi dalam
menyatakan total energi, yaitu jumlah energi kinetik dan jumlah energi
potensial yang dimiliki oleh seluruh molekul yang terdapat dalam benda. Energi
dalam berhubungan dengan aspek mikroskopik zat.
Dari sudut pandang termodinamika, energi dalam adalah sifat keadaan zat
dan memiliki nilai tertentu untuk keadaan termodinamik tertentu. Ketika zat
mengubah keadaannya, energi dalam juga berubah. Perubahan energi dalam
dapat dihitung berdasarkan jenis zat
u  CnRT u  CNk T
dimana n adalah jumlah mol (mol ) , N adalah jumlah molekul,
R  8.31J / mol.K , k  1.38 1023 J / K , T adalah perubahan suhu ( K )

3. Kalor
Kalor adalah energi yang ditransfer dari satu benda ke benda lainnya atau
dapat juga berpindah di dalam benda yang sama karena adanya perbedaan
temperatur. Pada mulanya kalor dianggap wujud gerak molekuler, kemudian
melalui penelitian tentang proses perpindahan kalor diketahui bahwa kalor
lebih menyerupai zat materi yang kekal yaitu suatu fluida yang tidak kelihatan
yang dinamakan “caloric” yang tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan tetapi
hanya mengalir keluar dari satu benda ke benda lain karena adanya perbedaan
temperatur. Melalui banyak eksperimen yang dilakukan oleh James joule (1818
– 1889) diketahui bahwa munculnya atau hilangnya kalor tertentu selalu diikuti
dengan munculnya atau hilangnya energi mekanik yang besarnya ekivalen.
Eksperimen Joule menunjukan bahwa energi panas dan energi mekanik
tidaklah kekal secara bebas, tetapi bahwa energi mekanik yang hilang selalu
sama dengan energi termal yang dihasilkan. Yang kekal adalah jumlah total
energi mekanik dan energi kalor. Hal ini yang menjadi dasar dari hukum
pertama termodinamika.
Jumlah kalor yang diserap atau diberikan oleh sistem gas dapat ditentukan
oleh:
Q  nCT
Dimana n adalah jumlah mol, C adalah kapasitas kalor, dan T adalah
perubahan suhu

97
I. PROSES TERMODINAMIKA
Suatu sistem termodinamis terdiri atas N partikel gas. Dalam
Termodinamika besaran makroskopis yang menggambarkan sistem ini adalah
tekanan gas ( P) , volume gas (V ) , dan temperatur gas (T ) . Ketiga besaran ini
dapat diamati dan diukur secara langsung. Misalnya, tekanan gas diukur
dengan menggunakan barometer atau manometer. Volume gas diukur dengan
menggunakan piknometer, dan temperatur gas dapat diukur dengan
termometer.

1. Isobarik
Proses yang berlangsung pada tekanan tetap dinamakan proses isobarik.
Bila volume gas bertambah, berarti gas melakukan usaha atau usaha gas
positif (proses ekspansi). Jika volume gas berkurang, berarti pada gas
dilakukan usaha atau usaha gas negatif (proses kompresi).. Proses ini
mengikuti hukum Charles, yaitu perbandingan volume dengan suhu adalah
konstan (V / T  K ) . Usaha yang dilakukan oleh gas adalah sesuai dengan
persamaan berikut:
W  PV

Gambar 8. Skema percobaan Charles dan grafiknya

Proses isobarik ini dapat dijumpai pada kasus pemanasan air di dalam
ketel mesin uap sampai ke titik didihnya dan diuapkan sampai air menjadi uap,
kemudian uap tersebut disuperpanaskan (superheated), dengan semua proses
berlangsung pada suatu tekanan konstan. Sistem tersebut adalah H 2 O di
dalam sebuah wadah yang berbentuk selinder. Sebuah pengisap kedap udara
yang tak mempunyai gesekan dibebani dengan pasir untuk menghasilkan
tekanan yang didinginkan pada H 2 O dan untuk mempertahankan tekanan
tersebut secara otomatis. Kalor dapat dipindahkan dari lingkungan ke sistem
dengan menggunakan sebuah pembakar bunsen.

2. Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses perubahan keadaan sistem pada volume
tetap (lihat gambar). Proses ini mengikuti hukum Gay Lussac, yaitu
perbandingan tekanan dengan suhu adalah konstan ( P / T  K ) . Karena gas

98
tidak mengalami perubahan volume, maka usaha yang dilakukan oleh gas
sama nol. Dalam matematis dapat ditulis:
W 0

Gambar 9. Skema percobaan Gay Lussac dan grafiknya

Terjadi pada sebuah kipas dan baterai dalam sebuah wadah tertutup. Kipas
bisa berputar menggunakan energi yang disumbangkan baterai. Untuk kasus
ini, kipas, baterai dan udara yang berada di dalam wadah dianggap sebagai
sistem. Ketika kipas berputar, kipas melakukan kerja terhadap udara yang ada
dalam wadah. Pada saat yang sama, energi kinetik kipas berubah menjadi
energi dalam udara. Energi listrik pada baterai tentu saja berkurang karena
sudah berubah bentuk menjadi energi dalam udara.

3. Isotermik
Proses isotermal adalah proses perubahan keadaan sistem pada suhu
tetap (lihat gambar). Proses ini mengikuti hukum Boyle, yaitu hasil kali tekanan
dengan volume adalah konstan ( PV  K ) . Untuk menghitung usaha yang
dilakukan oleh sistem, kita tentukan dahulu persamaan tekanan sebagai
fungsi volume berdasarkan persamaan keadaan gas ideal, yaitu: P  nRT / V
Dengan menggunakan rumus umum usaha yang dilakukan oleh gas diperoleh:
V2
W  nRT ln
V1

Gambar 10. Skema percobaan Boyle dan grafiknya

99
Penerapan Isotermal ini terjadi pada AC. AC alias Air Conditioner alias
Pengkondision Udara merupakan seperangkat alat yang mampu
mengkondisikan ruangan yang kita inginkan, terutama mengkondisikan
ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu lingkungan sekitarnya.

4. Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem tanpa adanya
kalor yang masuk ke atau keluar dari sistem (gas), yaitu: Q  0 . Proses ini bisa
terjadi jika sistem terisolasi dengan baik, atau proses terjadi dengan sangat
cepat sehingga kalor mengalir sangat lambat, tidak memiliki waktu mengalir
kedalam atau keluar. Pemuaian gas yang sangat cepat pada mesin
pembakaran dalam merupakan salah satu contoh proses yang hamper
adiabatic.
Kurva adiabatik lebih curam dibanding kurva isotermal. Perbedaan
kecuraman ini menunjukkan bahwa untuk kenaikan volume yang sama,
tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik dibandingkan
dengan proses isotermal. Tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses
adiabatik karena ketika terjadi pemuaian adiabatik, suhu sistem juga
berkurang. Suhu berbanding lurus dengan tekanan, karenanya apabila suhu
sistem berkurang, maka tekanan sistem juga berkurang. Sebaliknya pada
proses isotermal, suhu sistem selalu konstan. Dengan demikian pada proses
isotermal suhu tidak ikut mempengaruhi penurunan tekanan
Grafik berikut menunjukkan
bahwa pada proses adiabatik terjadi
perubahan suhu, tekanan, dan
volume. Proses ini mengikuti rumus
Poisson sebagai berikut:
3
W  nR(T2  T1 )
2
dimana R adalah konstanta
 8.341J / mol.K Gambar 11. Kurva adiabatik
Proses adiabatik mengikuti persamaan hukum gas ideal, yaitu persamaan
Boyle-Guy Lussac
PV  nRT
Penerapan Adiabatik terjadi pada Prinsip Kerja Mesin Diesel. Motor diesel
dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam (internal
combustion engine) (simplenya biasanya disebut “mobor bakar” saja). Prosip
kerja motor diesel adalah merubah energi kimia menjadi energi mekanis. Energi
kimia di dapatkan melalui proses reakasi kimia (pembakaran) dari bahan bakar
(solar) dan oksidiser (udara) di dalam silinder (ruang bakar). Pada motor diesel
ruang bakarnya bisa terdiri dari satu atau lebih tergantung pada
penggunaannya dan dalam satu silinder dapat terdiri dari satu atau dua torak.
Pada umumnya dalam satu silinder motor diesel hanya memiliki satu torak.

100
J. HUKUM KE-DUA TERMODINAMIKA
Hukum II termodinamika membatasi perubahan energi mana yang
dapat berlangsung dan perubahan energi mana yang tidak dapat
berlangsung. Pembatasan ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara, yaitu:
Clausius: “Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke
benda bersuhu rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah
kebalikannya”.
Konsekuensi pernyataan ini adalah arah aliran kalor secara alamiah
Kelvin-Planck: “Tidak mungkin mebuat mesin yang menyerap kalor dari
reservoir panas dan mengubah seluruhnya menjadi kerja”.
Konsekuensi pernyataan ini ini adalah tidak mungkin membuat mesin kalor
yang memiliki efisiensi 100%.
Clausius: “Tidak mungkin membuat mesin pendingin yang menyerap kalor
dari reservoir bersuhu rendah dan membuang ke reservoir bersuhu tinggi
tanpa bantuan kerja dari luar”.
Pernyataan ini memiliki konsekuensi bahwa tidak mungkin merancang mesin
pendingin sempurna dengan koefisien unjuk kerja ∞.

1. Mesin Kalor
Jika gas melakukan proses satu siklus maka kerja total yang dihasilkan
dapat berharga negatif. Kerja yang berharga negatif menunjukkan bahwa gas
melakukan kerja pada lingkungan. Jika siklus proses dapat dilakukan berulang-
ulang maka gas akan melakukan kerja terus-menerus pada lingkungan. Untuk
memanfaatkan kerja yang dilakukan oleh gas tersebut dirancang mesin yang
dikenal dengan mesin kalor. Dalam mesin ini gas diatur untuk melakukan siklus
proses secara terus menerus. Kerja yang dihasilkan gas digunakan untuk
memutar mesin, yang kemudian dapat diubah ke energi bentuk lain seperti
energi roda kendaraan, dan lain-lain. Contoh mesin kalor adalah mesin
kendaraan bermotor, turbin, mesin jet, dan sebagainya.
Agar gas dalam mesin kalor dapat melakukan proses siklus terus menerus,
maka gas tersebut perlu menyerap kalor. Sebagian kalor digunakan untuk
melakukan kerja (menggerakkan mesin) dan sisanya dibuang. Contohnya,
dalam mesin kendaraan, kalor diserap dari proses pembakaran bahan bakar
dan sisa kalor dibuang ke lingkungan udara luar. Dengan demikian, secara
skematik, mesin kalor dapat digambarkan sebagai berikut.
Mesin kalor bekerja antara dua buah
reservoir (sumber panas), yaitu reservoir
panas yang bersuhu T1 dan reservoir
dingin yang bersuhu T2 . Kalor mngalir
dari reservoir panas menuju reservoir
dingin melewati mesin. Sebagian kalor
dari reservoir panas digunakan untuk
menghasilkan kerja dan sisanya dibuang
ke reservoir dingin. Dengan hukum Gambar 12. Skema mesin kaor
kekekalan energi diperoleh:

101
Q1  Q2  W
dengan Q1 jumlah kalor yang diserap dari reservoir panas, Q2 jumlah kalor yang
dibuang ke reservoir dingin, dan W kerja yang dilakukan.
Efisiensi mengukur kemampuan suatu mesin mengubah kalor yang diserap
dari reservoir panas menjadi kerja. Untuk Q1 yang sama, mesin yang bisa
menghasilkan kerja lebih besar dikatakan memiliki efisiensi lebih tinggi. Oleh
karena itu, efisiensi didefinisikan sebagai
W
 100%
Q1
dimana  adalah efisiensi mesin, dan W adalah kerja yang dilakukan ( J )

2. Mesin Pendingin
Mesin pendingin memiliki arah aliran kalor yang berbeda dengan mesin
kalor. Pada mesin pendingin, kalor mengalir dari reservoir bersuhu rendah
menuju reservoir bersuhu tinggi. Proses ini hanya dapat berlangsung jika
diberikan kerja dari luar, karena kalor tidak dapat mengalir secara spontan dari
tempat bersuhu rendah ke tempat bersuhu tinggi. Dengan sistem aliran kalor
semacam ini maka suhu reservoir dingin akan semakin dingin. Contoh mesin
pendingin yang kalian kenal adalah kulkas dan AC. Kerja luar yang diberikan
pada mesin ini adalah energi listrik PLN.
Berdasarkan gambar QR adalah
kalor yang disedot dari reservoir
dingin, QT kalor yang dibuang ke
reservoit panas dan W kerja luar
yang diberikan. Dengan hukum
kekekalan energi maka berlaku:
W  QT  QR
Mesin pendingin yang baik adalah
yang dapat menarik panas sebanyak- Gambar 13. Skema mesin pendingan
banyaknya dari reservoir dingin untuk jumlah kerja tertentu. Untuk itu
didefinisikan koefisien unjuk kerja (COP), yaitu:
QT
COP  100%
W

Makin besar koefisien unjuk kerja maka makin baik mesin tersebut, karena
dengan kerja tertentu yang diberikan dapat menurunkan suhu lebih rendah.
Untuk mesin pendingin ideal (yang bekerja pada siklus Carnot) kita dapat
mengungkapkan koefisien unjuk kerja sebagai berikut:
T1  T2
COP  100%
T1

102
K. CONTOH APLIKASI PROGRAM
clear all
clc
%Proses termodinamika
P=20;
V=[1:0.1:10];
dV=[10:0.1:100];
T=300;
dT=[100:0.1:500];
n=2;
R=8.314;
W1=P*V;
%isobarik
W2=n*R*T*log(dV);
%isotermik
W3=3*n*R*dT/2
%adiabatik;
subplot(3,1,1)
plot(V,W1,'b')
grid on
title('Grafik V
terhadap W')
xlabel('Volume (m3)')
ylabel('Kerja (Joule)
')
subplot(3,1,2)
plot(dV,W2,'r')
grid on
title('Grafik V2/V1
terhadap W')
xlabel('V2/V1 (m3)')
ylabel('Kerja
(Joule)')
subplot(3,1,3)
plot(dT,W3,'g')
grid on
title('Grafik dT
terhadap W3')
xlabel('dT (K)')
ylabel('Kerja
(Joule)')
disp(['Selamat
Bekerja'])

103
SOAL LATIHAN

1. Dari pemanasan batang besi yang panjangnya 1m , didapatkan data seperti


dalam tabel berikut. Buatlah grafik yang menunjukkan hubungan antara
panjang besi ( Lt ) dengan temperaturnya (T )
No. T Lt
1 1000 C 1.0010 m
2 2000 C 1.0025m
3 3000 C 1.0030 m
4 4000 C 1.0030 m
5 5000 C 1.0050 m

2. Buatlah grafik pencampuran dua zat , 5 kg es bersuhu 100 C dengan


12 ml air bersuhu 5 kg dan tentukan suhu campurannya.

3. Sebuah pompa panas digunakan untuk mempertahankan suhu ruangan


tetap 220 C Berapa banyak kerja yang diperlukan untuk memberikan kalor
sebesar 2800J ke dalam ruangan jika suhu di luar rungan divariasikan
sebagaimana tabel berikut:
T (0 C ) 10 7 5 3 1 0 5 10
Plot hubungan antara kerja terhadap suhu diluar ruangan

4. Buatlah hubungan selisih suhu yang diambil dari reservoir suhu tinggi (T1 )
dengan suhu yang dikeluarkan pada reservoir suhu rendah (T2 ) dengan
efisiensi yang dihasilkan pada mesin kalor ( ) dengan cara membuat
grafiknya

5. Sebuah sistem berisi 5 mol gas


mengalami proses isotermik pada
suhu 800 C sebagaimana grafik
berikut. Tentukan kerja yang telah
dilakukan sistem tersebut

104
6 ARUS SEARAH (DC)
A. TEORI ARUS SEARAH
Arus searah adalah arus yang mengalir dalam satu arah, yakni dari kutub
positif menuju kutub negatif sumber tegangan. Pada rangkaian arus searah
(DC) melibatkan arus dan tegangan searah yang tidak berubah terhadap waktu.
Pengamatan-pengamatan yang lebih baru menemukan bahwa sebenarnya arus
searah merupakan arus negatif (elektron) yang mengalir dari kutub negatif ke
kutub positif. Aliran elektron ini menyebabkan terjadinya lubang-lubang
bermuatan positif, yang “tampak” mengalir dari kutub positif ke kutub negatif.
Contoh dari penggunaan listrik arus searah yaitu penyaluran tenaga listrik
komersil yang pertama (dibuat oleh Thomas Alfa Edison di akhir abad ke 19)
menggunakan listrik arus searah. Generator komersiel yang pertama di dunia
juga menggunakan listrik arus searah. Karena listrik arus bolak-balik lebih
mudah digunakan dibandingkan dengan listrik arus searah untuk transmisi
(penyaluran) dan pembagian tenaga listrik, di zaman sekarang hampir semua
transmisi tenaga listrik menggunakan listrik arus bolak-bali
Terdapat beberapa elemen penting pada rangkaian arus searah yang
banyak dipakai dalam beberapa pelatan elektronika, seperti: baterai, resistor,
dan kawat penghantar. Baterai menghasilkan e.m.f untuk menggerakkan
elektron yang akhirnya menghasilkan aliran listrik. Sebutan “rangkaian” sangat
cocok digunakan karena dalam hal ini harus terjadi suatu lintasan elektron
secara lengkap: meninggalkan kutub negatif dan kembali ke kutub positif.
Hambatan kawat penghantar sedemikian kecilnya sehingga dalam prakteknya
harganya dapat diabaikan. Bentuk hambatan (resistor) di pasaran sangat
bervariasi, berharga mulai 0.1W sampai 10MW atau lebih besar lagi. Resistor
standar untuk toleransi 10% , biasanya memiliki nilai resistansi kelipatan 10
atau 0.1 .
Dengan perkembangan teknologi elektronika saat ini, listrik arus searah
(DC) dapat dihasilkan dengan cara merubah Arus bolak-balik (AC) menjadi Arus
Searah (DC) dengan menggunakan suatu alat yang disebut Power Supply atau
Adaptor. Sebagai dasar dari rangkaian Power Supply adalah sebuah komponen
diode yang dapat berfungsi sebagai penyearah, artinya adalah dapat merubah
dan menyearahkan arus bolak-balik (AC) menjadi Arus Searah (DC).
Semua sumber listrik yang dapat menimbulkan arus listrik tetap terhadap
waktu dan arah tertentu disebut sumber-sumber listrik arus searah. Sumber
listrik arus searah dibagi menjadi empat macam.
 Elemen elektrokimia, seperti elemen volta dan accumulator
 Generator arus searah
 Termoelemen, yaitu sumber arus listrik searah dari proses yang terjadi
karena adanya perbedaan suhu
 Sel surya, yaitu alat semikonduktor yang terdiri dari sebuah wilayah-besar
dioda p-n junction, di mana, dalam hadirnya cahaya matahari mampu
menciptakan energi listrik yang berguna

105
B. HUKUM OHM
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Satu cara untuk menghasilkan beda potensial ialah dengan baterai.
Georg Simon Ohm (1787 – 1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus
pada kawat logam sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke
ujung-ujungnya:
I: V
Sebagai contoh, jika kita menghubungkannya kawat ke baterai 6V , aliran arus
akan dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan ke baterai 3V
Akan sangat membantu jika kita bandingkan arus listrik dengan aliran air di
sungai atau pipa yang dipengaruhi oleh gravitasi. Jika pipa atau sungai hamper
rata, kecepatan air akan kecil. Tetapi jika satu ujung lebih tinggi dari yang
lainnya, kecepatan aliran atau arus akan lebih besar. Makin besar perbedaan
ketinggian makin besar arus. Sama seperti halnya penambahan ketinggian
menyebabkan aliran air yang lebih besar, demikian pula beda potensial listrik
yang lebih besar akan menyebabkan aliran arus listrik menjadi besar.
Tepatnya berapa besar aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung
pada beda potensial atau tegangan, tetapi juga terhadap hambatan yang
diberikan kawat terhadap aliran elektron. Dinding-dinding pipa atau tepian
sungai dan batu-batu ditengahnya memberikan hambatan terhadap aliran arus.
Debgan cara yang sama, elektron-elektron diperlambat karena adanya interaksi
dengan atom-atom kawat. Makin tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuk
suatu tegangan V .

Gambar 1. Grafik arus aatau tegangan untuk (a) konduktor logam yang
mengikuti hukum Ohm (b) alat non ohmik, dalam hal ini dioda
semikonduktor

Hubungan arus listrik, tegangan, dan hambatan dapat digabungkan dalam


suatu persamaan:
V
I
R
Banyak fisikawan yang mengatakan bahwa ini bukan merupakan hukum,
tetapi lebih merupakan definisi hambatan, karena untuk kasus konduktor

106
logam arus listrik hanya bergantung pada tegangan tetapi tidak bergantung
terhadap hambatan. Demikian pula hubungan persamaan hukum Ohm tidak
berlaku untuk bahan dan alat lain seperti dioda, tabung hampa udara,
transistor, dan sebagainya. Dengan demikian “hukum Ohm” bukan merupakan
hukum dasar, tetapi lebih berupa deskripsi mengenai kelas bahan (konduktor
logam) tertentu. Bahan atau alat yang tidak mengikuti hukum Ohm disebut
nonohmik.
Definisi hambatan R  V / I dapat juga diterapkan pada kasus non ohmik,
tetapi dalam hal ini, R tidak akan konstan dan bergantung pada tegangan yang
diberikan.
Semua alat listrik, dari pemanas sampai bola lampu hingga amplifier stereo,
memberikan hambatan terhadap aliran arus. Elemen bola lampu dan pemanas
listrik merupakan jenis kawat khusus yang hambatannya mengakibatkan kawat
itu menjadi sangat panas. Umumnya, kawat penghubung memiliki hambatan
yang sangat kecil dibandingkan dengan hambatan filamen atau kumparan
kawat. Kebanyakan rangkaian, terutama pada alat-alat elektronik, resistor
digunakan untuk mengendalikan besar arus. Resistor memiliki hambatan mulai
kurang dari satu ohm sampai jutaan ohm.
Pada resistor gulungan kawat, nilai resistansi nya dapat ditentukan dari
komposisi warna gelang atau pita yang melingkar sebagaimana tertera pada
tabel 1.

Warna Angka Faktor Toleransi (%)


pengali
Hitam 0 1
Coklat 1 101
Merah 2 102
Jingga 3 103
Kuning 4 104
Hijau 5 105
Biru 6 106
Ungu 7 107
Abu-abu 8 108
Putih 9 109
Emas 101 5
Perak 102 10
Tidak 20
berwarna
Tabel 1. Nilai gelang atau pita pada resistor gulungan kawat

107
Nilai yang dimiliki tahanan tersebut tidak tertera pada komponen. Nilai
tahanan dinyatakan dalam kode-kode warna yang melingkar pada komponen.
Jumlah kode umumnya 3 buah. Tetapi untuk tahanan yang lebih teliti, jumlah
kode adalah 4 buah. . Kode warna keempat disebut toleransi yang menentukan
ketelitian nilai tahanan.
Nilai resistansi dari resistor bergantung pada perubahan temperatur. Variasi
hambatan listrik terhadap temperature dapat digunakan untuk mengukur
temperatur dengan tepat. Platina biasanya digunakan karena relative bebas
dari efek korosif dan mempunyai titik leleh yang tinggi. Untuk lebih spesifik,
misalkan pada suhu 200 C hambatan platina adalah 164.2 . bila suhunya
berubah atau platina diletakan pada lingkungan yang bersuhu 560 C maka
suhu platina menjadi 187.4 . Secara matematik, kebergantungan tahanan
pada suhu diberikan oleh:
R  R0 1   (T  T0 ) 
dengan T adalah suhu, T0 adalah suhu acuan, R adalah nilai hambatan pada
suhu T , R0 adalah nilai hambatan pada suhu acuan T0 , dan  adalah
koefisien suhu dari tahanan 0 C 1 .
Semua material memiliki tahanan listrik. Besi, kayu, batu, karet, air, udara,
dan lain-laim memiliki tahanan listrik. Namun, tahanan listrik yang dimiliki batu,
kayu kering, karet, dan lain-lain sangat besar sehingga begitu diberi beda
potensial antar dua ujungnya, hampir tidak ada benda yang tidak dapat dialiri
arus listrik dinamakan isolator. Sebaliknya logam memiliki tahanan yang
sangat kecil. Dengan meneri beda potensial yang kecil saja antar dua ujungnya,
arus yang mengalir cukup besar. Material yang mudah dialiri arus listrik
dinamakan konduktor.
Tahanan listrik yang dimiliki bahan memiliki sifat-sifat makin besar jika
bahan makin panjang dan makin kecil jika ukuran penampang bahan makin
besar. Hubungan antara tahanan listrik yang dimiliki bahan dengan ukuran
bahan memenuhi:
l
R
A
dengan R adalah tahanan yang dimiliki bahan, l adalah panjang bahan, A
adalah luas penampang bahan, dan  adalah tahanan
Beda potensial yang diberikan pada suatu rangkaian listrik berhubungan
dengan energi potensial listrik yang didapatkan dari sumber energi listrik.
Perubahan energi potensial menunjukkan kerja yang dilakukan untuk
memindahkan partikel bermuatan dalam rangkaian. Besarnya kerja yang telah
dilakukan sebesar:
W V it
Tenaga diberikan oleh perpindahan muatan tersebut seluruhnya diubah
menjadi panas. Sehingga panas yang timbul dalam hambatan R persatuan
waktu adalah i 2 R .

108
C. PENGUKURAN RANGKAIAN SERI
Dua atau lebih resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga
muatan yang sama harus mengalir melalui keduanya dikatakan bahwa resistor
itu terhubungkan secara seri. Resistor R1 dan R2 pada Gambar 1 merupakan
contoh resistor yang dihubungkan seri. Karena muatan tidak terkumpul pada
satu titik dalam kawat yang dialiri arus konstan, jika suatu muatan Q
mengalir ke R1 selama interval waktu tertentu, sejumlah muatan Q harus
mengalir keluar R2 selama interval waktu yang sama. Kedua resitor haruslah
membawa arus i yang sama.
i  i1  i2
Kita sering menyederhanakan analisa rangkaian dari resistor yang tersusun
secara seri dengan menggantikan resitor tersebut dengan resistor tunggal
ekivalen Req yang memberikan tegangan jatuh V yang sama ketika membawa
arus i yang sama. Tegangan jatuh pada R1 adalah iR1 dan yang jatuh pada R2
adalah iR2 .Tegangan jatuh pada kedua resistor adalah sama jumlah tegangan
jatuh pada masing-masing resistor:
V  V1  V2  iR1  iR2
Karena
V  iReq
Maka
Req  R1  R2

Gambar 2. (a) rangkaian seri untuk dua resistor (b) rangkaian ekivalen

Rangkaian seri disebut juga sebagai rangkaian pembagi tegangan, karena


nilai tegangan pada tiap hambatan dapat dihitung dari tegangan sumber
R1 R
V1  V dan V2  2 V
Req Req
Contoh dari penggunaan listrik arus searah yaitu penyaluran tenaga listrik
komersil yang pertama (dibuat oleh Thomas Alfa Edison di akhir abad ke 19)
menggunakan listrik arus searah. Generator komersiel yang pertama di dunia
juga menggunakan listrik arus searah.

109
D. PENGUKURAN RANGKAIAN PARALEL
Dua resistor yang dihubungkan seperti dalam Gambar 3.a sedemikian rupa
sehingga memiliki beda potensial yang sama antara keduanya yang dikatakan
bahwa mereka dihubungkan secara paralel. Catat bahwa resistor-resistor
dihubungkan pada kedua ujungnya dengan sebuah kawat. Misalkan i adalah
arus dari titik a ke b. Pada titik a arus terpecah menjadi dua bagian, i1 dalam
resistor R1 dan i2 dalam resistor R2 . Arus total adalah jumlah arus-arus
i  i1  i2
Karena pada rangkaian hambatan paralel nilai tegangan pada tiap-tiap
hambatan adalah sama dengan tegangan sumber ( V1  V2  V ), maka:
V V V
 
Req R1 R2
1 1 1
 
Req R1 R2

Gambar 3. (a) rangkaian paralel untuk dua resistor (b) rangkaian ekivalen

Rangkaian paralel disebut juga rangkaian pembagi arus karena nilai arus
pada masing-masing hambatan dapat dihitung dari arus total yang keluar dari
baterai
R2 R1
i1  i dan i2  i
R1  R2 R1  R2
Kelebihan menggunakan rangkaian paralel adalah apabila saklar
dimatikan, maka tidak semua komponen mati kecuali komponen yang
dihubungkan dengan saklar yang dimatikan, misalnya lampu. Selain itu, Jika
ada salah satu cabang atau komponen listrik yang putus atau rusak, maka
komponen yang lain tetap berfungsi. Sebab masih ada cabang lain yang dapat
dialiri arus listrik dan komponen yang tidak rusak itu masih mempunyai
hubungan dengan kedua kutub sumber tegangan. Sedangkan, kelemahan
rangkaian paralel adalah dibutuhkan lebih banyak kabel atau penghantar listrik
untuk menyusun seluruh rangkaian.

110
E. JEMBATAN WHEATSTONE
Rangkaian jembatan wheatstone adalah salah satu rangkaian jembatan
dari beberapa rangkaian jembatan listrik. Rangkaian jembatan listrik digunakan
untuk mengukur nilai hambatan, kapasitansi, atau induktansi. Rangkaian
jembatan Wheatstone mempunyai empat lengan resistif beserta sebuah
sumber ggl (baterai) dan sebuah detektor nol yang biasanya adalah
galvanometer atau alat ukur sensitif selainnya sebagaimana diagram pada
gambar 4.

Gambar 4. Diagram untuk jembatan Wheatstone

Arus melalui galvanometer bergantung pada beda potensial antara titik c


dan d. Jembatan disebut setimbang bila beda potensial pada galvanometer
adalah nol, artinya tidak ada arus yang melalui galvanometer. Kondisi ini terjadi
bila tegangan dari titik c ke a sama dengan tegangan dari titik d ke a, atau
dengan mendasarkan ke terminal lainnya, jika tegangan dari titik c ke b sama
dengan tegangan dari d ke b. Jadi jembatan setimbang jika:
i1R1  i2 R2
Jika arus galvanometer nol kondisi-kondisi ini juga dipenuhi:
E
i1  i3 
R1  R3
E
i2  i4 
R2  R4
Jika kedua persamaan digabungkan didapatkan:
R1R4  R2 R3
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan kesetimbangan.
Pada prakteknya, untuk mengukur resistansi suatu resistor yang tidak
diketahui, kita mengganti dua buah resistor dengan sebuah kawat.
l
Berdasarkan perumusan hambat jenis, yaitu: R , maka untuk
A
menentukan hambatan yang ingin diketahui dapat ditulis:
l2
Rx  R1
l1

111
F. GGL DAN TEGANGAN TERMINAL
Komponen seperti baterai atau generator listrik yang merubah satu jenis
energi (kimia, mekanik, cahaya, dan sebagainya) menjadi energi listrik disebut
tempat atau sumber gaya gerak listrik (ggl). Beda potensial antara terminal
sumber, bila tidak ada arus yang mengalir ke rangkaian luar, disebut ggl dari
sumber. Gaya gerak listrik merupakan energi yang diberikan pada setiap
muatan listrik untuk bergerak antara dua kutub baterai atau generator. Sebuah
electron-elektron bermuatan q yang bergerak dari kutub negative ke kutub
positif melalui konduktor di luar baterai dengan gaya gerak listrik sebesar V ,
akan mendapat energy sebesar qV joule.
Pada dasarnya sumber GGL itu segala jenis alat yang muatan positif ama
negatifnya terpisah. Kedua ujung dari alat tersebut di sebut terminal. Muatan
positif terkumpul di terminal positif, sementara muatan negatif, terkumpul di
terminal negatif. Terminal positif disebut anoda. Terminal negatif disebut
katoda. Karena kedua jenis muatan ini misah, akibatnya ada medan listrik.
Medannya mengarah dari anoda ke katoda. Medan ini, kemudian,
memaksakan sebuah gaya pada muatan positif. Medan ini memaksa,
mendorong muatan positif dalam alat ini menuju katoda. Sementara itu, gaya
ini juga memaksa muatan negatif ke anoda. Supaya muatan positif tetap di
terminal positif dan muatan negatif tetep di terminal negatif, alat ini
menghasilkan gaya non listrik yang melawan gaya listrik dan terus mendorong
muatan positif ke anoda dan muatan negatif ke katoda.
Ketika arus ditarik dari baterai, tegangan antara terminal-terminalnya akan
turun dibawah ggl nya. Sebagai contoh, jika menghidupkan mobil dengan lampu
depan menyala akan terlihat bahwa lampu tersebut meredup. Hal ini terjadi
karena starter menarik arus yang besar, dan tegangan baterai turun sebagai
akibatnya. Tagangan turun terjadi karena reaksi kimia pada baterai tidak dapat
mamasok muatan dengan cukup cepat untuk mempertahankan ggl penuh.
Disatu sisi, muatan harus mengalir (di dalam elektrolit) antara elektroda-
elektroda baterai, dan selalu ada halangan untuk aliran yang bebas. Berarti,
baterai itu sendiri memiliki hambatan yang disebut hambatan dalam r . Karena
hambatan r ini berada di dalam baterai, kita tidak akan bisa memisahkannya
dari baterai.

Gambar 5. Diagram untuk sel listrik atau baterai

112
Kedua titik a dan b pada gambar menunjukkan dua terminal baterai. Yang
akan diukur adalah tegangan terminal Vab . Ketika tidak ada arus yang ditarik
dari baterai, tegangan terminal sama dengan ggl yang ditentukan oleh reaksi
kimia pada baterai.
Bagaimanapun, bila arus i mengalir dari baterai, ada penurunan internal
pada tegangan yang sama dengan ir . Dengan demikian tegangan terminal
adalah
Vab    ir
Sebagai contoh, jika baterai 12V mempunyai hambatan dalam 0.1 , maka
ketika 10A mengalir dari baterai, tegangan terminalnya adalah 11V .
hambatan dalam baterai biasanya kecil. Misalnya sebua baterai senter biasa
ketika baru memiliki hambatan dalam sekitar 0.05 .
Pada Gambar 6 memberikan satu contoh dari rangkaian. Kedua resistor R1
dan R2 pada rangkaian ini terlihat seperti dihubungkan secara paralel, padahal
tidak demikian. Tegangan jatuh pada kedua resistor tersebut tidaklah sama,
karena adanya ggl (gaya gerak listrik)  2 yang diserikan dengan R2 . Juga
karena arus yang mengalir pada R1 dan R2 tidaklah sama, maka R1 dan R2
juga tidak dapat dikatakan dirangkai secara seri.

Gambar 6. Rangkaian loop dengan dua sumber tegangan (ggl)

Ketika suatu rangkaian tidak dapat dibentuk menjadi rangkaian sederhana


dengan kombinasi seri atau paralel untuk menentukan arus yang mengalir
dalam rangkaian, maka dapat digunakan hukum-hukum yang dikemukakan
oleh G.R. Kirchhoff (1824–1887). Hukum Kirchhoff merupakan aplikasi
sederhana dari hukum kekekalan momentum dan energi. Ada dua hukum yang
berlaku bagi rangkaian yang memiliki arus tetap (tunak) kedua hukum ini yaitu:
1. Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensialnya harus
sama dengan nol
2. Pada setiap titik percabangan jumlah arus yang masuk melalui titik tersebut
sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut.
Hukum pertama Kirchhoff juga bisa disebut hukum simpal, karena pada
kenyataannya beda potensial di antara dua titik dalam satu rangkaian pada
keadaan tunak selalu konstan. Hukum ini didasarkan pada kekekalan

113
energi.Hukum kedua Kirchhoff, dikenal dengan hukum percabangan, karena
hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini sangat diperlukan untuk
rangkaian multisimpal yang mengandung titik-titik percabangan ketika arus
mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik pada
setiap titik dalam rangkaian, dengan demikian jumlah muatan yang masuk di
dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dalam jumlah yang sama.
Gambar 7 menunjukkan suatu titik percabangan dari 3 buah kawat yang dialiri
arus i1 , i2 , dan i3 . Dalam rentang waktu Δt, muatan i1Δt mengalir melalui titik
percabangan dari arah kiri. Dalam rentang waktu Δt juga, muatan i2 t dan
i3t bergerak kearah kanan meninggalkan titik percabangan karenamuatan
tersebut bukan berasal dari titik percabangand dan tidak juga menumpuk pada
titik tersebut dalam keadaan tunak, dengan demikian muatan akan terkonversi
dititik percabangan tersebut yaitu:
i1  i2  i3

Gambar 7.Diagram arus pada titik cabang

Gambar 8 memperlihatkan suatu rangkaian yang terdiri dari 2 buah baterai


dengan hambatan dalam r1 dan r2 beserta 3 buah resistor luar. Kita
mengharapkan dapat menentukan arus yang mengalir dalam rangkaian
tersebut sebagi fungsi dari ggl dan hambatan, yang kita anggap nilainya telah
diketahui. Kita tidak dapat memperkirakan arah arusnya kecuali kita telah
mengetahui baterai mana yang memiliki nilai ggl terbesar, namun sebenarnya
kita tidak perlu mengetahui arah arus dalam rangkaian untuk menganalisisnya.
Kita dapat menganggap arus mengalir ke arah mana saja, dan memecahkan
persoalan tersebut berdasarkan suatu asumsi. Jika asumsi kita salah, kita akan
memperoleh nilai arus yang negatif, yang menandakan bahwa arah arus
sebenarnya berlawanan arah dengan asumsi semula.

114
Gambar 8. Hukum Kirchoff dalam rangkaian

Dengan menganggap bahwa arus i mengalir searah jarum jam, seperti


yang terlihat pada gambar, maka dengan menggunakan hukum pertama
Kirchhoff saat kita melintas simpal dengan arah yang telah diasumsikan
semula berawal dari titik a. Tinggi rendahnya potensial pada sisi resistor untuk
arah yang dipilih ditandai dengan tanda plus dan minus pada gambar. Turun
naiknya potensial dipelihatkan pada Tabel 2. Perhatikan bahwa potensial turun
saat kita melintasi sumber ggl pada titik c dan d dan potensial naik saat kita
melintasi sumber ggl antara f dan g. Mulai dari titik a dengan menerapkan
hukum Kirchhoff 1, kita peroleh:
iR1  iR2   2  ir2  iR3  1  ir1  0
dengan demikian untuk arus I kita peroleh:
1   2
i
R1  R2  R3  r1  r2
Ingat bahwa jika  2 lebih besar daripada  1 , kita peroleh nilai negatif untuk
arus i , yang menunjukkan bahwa kita telah mengasumsikan arah i yang
salah. Yaitu, jika  2 lebih besar daripada  1 , arus akan berlawanan dengan
arah jarum jam.

a b Berkurang IR1
bc Berkurang IR2
cd Berkurang  2
d e Berkurang Ir2
e f Berkurang IR3
f g Bertambah  1
g h Bertambah Ir1
Tabel 2. Bertambah dan berkurangnya tegangan pada rangkaian gambar 8

115
G. Ammeter DC
Ammeter digunakan untuk mengukur arus. Bagian penting dari ammeter
atau voltmeter analog, dimana pembacaan ditunjukkan dengan jarum penunjuk
pada suatu skala yang disebut galvanometer.

Gambar 9. Amperemeter DC

Penyimpangan jarum galvanometer sebanding dengan arus yang


melewatinya. Sensitivitas arus skala penuh, im , dari sebuah galvanometer
merupakan arus yang dibutuhkan agar jarum menyimpang dengan skala
penuh. Jika sensitivitas im  50 A , arus sebesar 50 A akan menyebakan
jarum bergerak keujung skala. Arus sebesar 25 A akan menyebabkannya
menyimpang setengah skala penuh. Jika tidak ada arus, jarum seharusnya
berada di angka nol

Gambar 10. Skema Amperemeter DC

Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur arus dc yang


kecil. Sebagai contoh galvanometer dengan sensitivitas im  50 A dapat
mengukur arus dari sekitar 1 A sampai 50 A . Untuk mengukur arus yang
lebih besar, sebuah resistor dipasang paralel dengan galvanometer. Dengan
demikian, ammeter terdiri dari galvanometer yang paralel dengan resistor yang
disebut “resistor shunt”.
Karena tahanan shunt paralel terhadap alat ukur (ammeter), penurunan
tegangan pada tahanan shunt dan alat ukur harus sama dan dituliskan:
iR R  iG r
iG RG
Karena is  i  iR , maka Rs 
i  iG

116
H. Voltmeter DC
Sebuah voltmeter arus searah mengukur beda potensial antara dua titik
dalam sebuah rangkaian arus searah dan dengan demikian dihubungkan
paralel terhadap sebuah sumber tegangan atau komponen rangkaian.
Sebagaimana ammeter, voltmeter juga terdiri dari galvanometer dan
resistor. Tetapi. Resistor R dihubungkan seri. Nilai tegangan rangkaian
voltmeter dapat ditentukan:
V  (iG )( Rs  R)
Perbandingan antara tahanan total RT terhadap tahanan total disebut
sensitivitas voltmeter atau nilai  /V . Sensitivitas voltmeter aus searah
merupakan faktor penting dalam pemilihan sebuah alat ukur untuk pengukuran
tegangan tertentu.

Gambar 11. Voltemeter DC

Sebuah voltmeter sensitivitas rendah dapat memberikan pembacaan yang


tepat sewaktu mengukur tegangan dalam rangkaian-rangkaian tahanan
rendah, tetapi jelas menghasilkan pembacaan yang tidak tepat dalam
rangkaian-rangkaian tahanan tinggi. Dapat ditunjukkan bahwa sensitivitas S
adalah kebalikan dari arus defleksi skala penuh
1 
S
idp V
Dimana S adalah sensitivitas voltmeter dengan satuan  /V dan idp adalah
arus defleksi penuh.

Gambar 12. Skema Voltmeter DC

117
SOAL LATIHAN

1. Perhatikan rangkaian berikut:

Tentukan hubungan tegangan pada masing-masing hambatan terhadap


hambatan dalam RL

2. Perhatikan rangkaian berikut:

Tentukan tegangan terhadap arus yang melalui masing-masing hambatan (


R1  400 , R2  500 R3  700 )

3. Resistor R1 dan R2 masing-masing 15k dihubung seri dengan baterai


8V (hambatan dalam diabaikan). Sebuah voltmeter yang mempunyai
kepekaan 10.0000 /V dipakai pada skala 5V . berapa bacaan alat ukur
tersebut jika dihubungkan dengan resistor R1 dan berapa kesalahan yang
disebabkan oleh tahanan alat.

118
4. Tentukan Req dan hubungan ggl sumber terhadap arus yang melalui
hambatan pada rangkaian berikut jika nilai hambatan adalah sbb:
R1  100 , R2  R3  50 , R4  75

5. Tentukan arus yang keluar dari baterai pada rangkaian berikut.

6. Sebuah galvanometer mempunyai sensitivitas 35k  / V dan hambatan


dalam 20 . Bagaimana anda bisa menggunakan galvanometer ini untuk
membuat (a) ammeter yang membaca 2A skala penuh, atau (b) voltmeter
yang membaca 1A skala penuh.

7. Perhatikan gambar ohmmeter berikut

Pada rangkaian diatas:   9V , Rm  6V , I m  8 . Diinginkan untuk


mengubah rangkaian dengan menambahkan sebuah tahanan Rsh yang
sesuai dengan gerakan sehingga instrumen menunjukkan 0.5 pada

119
pertengahan skala. Tentukan: (a) nilai tahanan shunt Rsh (b) nilai tahanan
batas R1

8. Perhatikan rangkaian galvanometer berikut:


R3
IT

IG

ε = 1.5 V
R1 = 1 Ω
RG

R2 = 2500 Ω

Galvanometer uji dirancang seperti pada gambar dibawah ini. Jika


R3  250 , defleksi galvanometer 75mm dan Jika R3  650 , defleksi
galvanometer 150mm . Tentukan sensitivitas galvanometer

9. Galvanometer memberikan defleksi skala penuh ketika tegangan yang


melintasinya 10mV dan arus yang melewatinya 50 A . Desain sebuah
voltmeter yang memberikan skala penuh untuk beda potensial 50mV
dengan menggunakan galvanometer ini.

10. Sebuah ammeter yang hambatan dalamnya 60 membaca 5.25mA


ketika dihubungkan dengan rangkaian yang berisi baterai dan dua resistor
seri yang nilainya 700 dan 400 . Berapa perbandingan arus
sebenarnya jika ada dan tidak ada ammeter.

120
7 ARUS Bolak-Balik (AC)
A. TEORI ARUS AC
Listrik Arus bolak-balik (Alternating Current) adalah arus listrik dimana
besarnya dan arahnya arus berubah-ubah secara bolak-balik. Berbeda dengan
listrik arus searah dimana arah arus yang mengalir tidak berubah-ubah dengan
waktu. Bentuk gelombang dari listrik arus bolak-balik biasanya berbentuk
gelombang sinusoida, karena ini yang memungkinkan pengaliran energi yang
paling efisien. Namun dalam aplikasi-aplikasi spesifik yang lain, bentuk
gelombang lain pun dapat digunakan, misalnya bentuk gelombang segitiga
(triangular wave) atau bentuk gelombang segi empat (square wave).
Secara umum, listrik bolak-balik berarti penyaluran listrik dari sumbernya
(misalnya PLN) ke kantor-kantor atau rumah-rumah penduduk. Namun ada
pula contoh lain seperti sinyal-sinyal radio atau audio yang disalurkan melalui
kabel, yang juga merupakan listrik arus bolak-balik. Di dalam aplikasi-aplikasi
ini, tujuan utama yang paling penting adalah pengambilan informasi yang
termodulasi atau terkode di dalam sinyal arus bolak-balik tersebut.
Arus bolak-balik (AC) adalah merupakan arus yang mempunyai arah bolak-
balik karena sumber arus listrik menghasilkan voltase bolak-balik karena
sumber arus listrik menghasilkan tegangan bolak-balik (voltage alternating).
Sistem kelistrikan pada kendaraan bermotor menggunakan arus searah,
listriknya berasal dari arus bolak-balik dengan menggunakan ”inverter”. Pada
kendaraan bermotor yang memakai generator AC (alternator) memerlukan
perubahan arus bolak-balik itu jika alternator sesuai digunakan pada
kendaraan bermotor tersebut.
Arus bolak-balik memiliki keunggulan utama dalam hal energi listrik yang
dapat disalurkan dalam jarak jauh pada tegangan yang tinggi dan arus yang
rendah untuk menghindari kerugian energi dalam bentuk kalor Joule. Arus
tegangan yang tinggi ini kemudian dapat diubah, hampir tanpa kehilangan
energi, ke tegangan yang lebih rendah atau lebih aman dan bersesuaian
dengan ini ke arus yang lebih tinggi untuk penggunaan sehari-hari.
Lebih dari 99 persen energi listrik yang digunakan sekarang dihasilkan oleh
generator listrik dalam bentuk arus bolak-balik. Piranti seperti radio, pesawat
televisi, dan panggangan gelombang mikro mendeteksi atau membangkitkan
arus bolak-balik dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi. Arus bolak-balik
dengan mudah dapat dihasilkan dengan induksi magnetik dalam generator AC.
Walaupun generator di desain untuk membangkitkan ggl sinusoidal, arus
dalam inductor, kapasitor, dan tahanan juga sinusoidal, meskipun tidak sefase
dengan ggl generator.
Dalam rangkaian sederhana bolak-balik umumnya terdapat komponen
resistor, inductor dan kapasitor. Pada masing-masing komponen tersebut bila
dialiri arus listrik AC akan timbul impedansi, tegangan dan arus.

121
B. PERSAMAAN TEGANGAN AC
Untuk menyatakan nilai tegangan AC, ada beberapa jenis tegangan yang
digunakan, yakni:
 Tegangan sesaat
Tegangan sesaat merupakan tegangan untuk setiap kondisi t , yang nilainya
berubah-ubah (fluktuatif) untuk tiap kondisi. Tegangan sesaat dapat
dinyatakan dalam persamaan: V  Vm sin(2 ft )
 Tegangan maksimum
Tegangan maksimum merupakan nilai tegangan terbesar pada setiap t
tertentu. Dalam arus bolak-balik terdapat dua nilai maksimum, yaitu
maksimum positif dan maksimum negatif. Bila dua nilai maksimum
tersebut dijumlahkan disebut nilai tegangan puncak ke puncak. Pada
persamaan umum tegangan, tegangan maksimum dinyatakan dengan Vm
 Tegangan puncak ke puncak (peak to peak)
Pada grafik tegangan AC terdapat nilai maksimum dan minimum dari
tegangan. Selisih nilai tegangan maksimum dengan tegangan minimum
disebut tegangan puncak ke puncak, V pp . Nilai dari V pp dapat ditentukan,
yakni : Vpp  2Vm
 Tegangan rata-rata
Tegangan rata-rata dalam suatu periode merupakan tegangan konstan
sehingga menghasilkan arus rata-rata yang dalam periode ini dapat
memindahkan muatan Q yang sama. Persamaan untuk tegangan rata-rata
T
1
adalah: Vav   V (t )dt
T 0
 Tegangan efektif (rms)
Tegangan efektif merupakan nilai tegangan yang dapat diamati langsung
dalam skala alat ukurnya. Tegangan ini dapat menghasilkan panas yang
sama besar dengan panas yang dihasilkan pada tegangan DC. Nilai dari
Vm
tegangan rms adalah: Veff 
2

Gambar 1. Sinyal tegangan arus bolak-balik (AC)

122
C. ANALISIS BENTUK GELOMBANG
Keluaran rangkaian AC merupakan sinyal periodik yang membedakannya
dengan keluaran dari rangkaian DC. Bentuk sinyal periodik dapat berbentuk
sinusoidal, kotak, dan segitiga. Reperesentasi matematis dari sinyal sinusoidal
adalah sinus dan kosinus. Dalam keadaan nyata, suatu sinyal analog
merupakan gabungan dari beberapa gelombang sinus yang disebut sebagai
sebagai sinyal komposit. Dengan teknik yang ditemukan oleh seorang ilmuwan
Perancis bernama Jean-Baptiste Fourier sinyal komposit dapat didekomposisi
ke dalam beberapa gelombang sinus untuk kepentingan analisis yang disebut
analisis Fourier.
Gelombang sinus beberapa karakteristik yang dapat menjelaskan banyak
fenomena khususnya dalam kajian elektromagnetik. Diantara karateristik
gelombang sinus yang terpenting adalah:
 Amplitudo
Amplitudo merupakan suatu nilai yang merujuk pada ketinggian gelombang
pada suatu waktu tertentu. Amplitude dapat bernilai positif dan dapat
bernilai negatif. Amplitudo ini berkaitan dengan jumlah energi yang dibawa
oleh gelombang tersebut.
 Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh satu gelombang. Satu
gelombang dapat disebut juga sebagai satu siklus yang merupakan jarak
antara satu puncak dengan satu lembah (dalam sinus) atau jarak antara
puncak yang berturutan.
 Frekuensi
Frekuensi menyatakan jumlah satu gelombang satu siklus dalam waktu
satu detik. Frekuensi dapat juga dinyatakan sebagai jumlah perubahan
persatuan waktu. Apabila suatu sinyal memiliki perubahan banyak sekali
maka dikatakan sinyal tersebut memiliki frekuensi tinggi. Apabila suatu
sinyal memiliki perubahan sedikit sekali maka dikatakan sinyal tersebut
memiliki frekuensi rendah. Apabila suatu sinyal berubah secara tiba-tiba
maka sinyal tersebut memiliki frekuensi tak berhingga. Suatu sinyal tidak
berubah sama sekali maka sinyal tersebut memiliki frekuensi nol.
 Perioda
Perioda adalah waktu yang dibutuhkan untuk menempuh satu siklus
gelombang. Frekuensi dan perioda saling terkait dalam rumusan
matematika dapat dinyatakan sebagai beikut:
1
T
f
 Fasa
Fasa dapat dinyatakan dalam derajat atau radian yang merupakan jarak
pergeseran sinyal relative terhadap titik nol. Apabila fasa bernilai positif,
maka sinyal beregser ke kiri. Sebaliknya, apabila fasa bernilai negative,
maka sinyal bergeser ke kanan relative terhadap titik nol. Relasi antara
ukuran derajat dan radian adalah: 1 radian = 1800 . Perubahan fasa terjadi
antara sinyal tegangan dan arus listrik pada rangkaian yang terdapat

123
induktor maupun rangkaian yang terdapat kapasitor apabila menggunakan
sumber tegangan bolak-balik.

Gambar 2. Sinyal periodik gelombang sinus

Untuk gelombang kotak, panjang vertikal (tinggi) menyatakan besarnya


tegangan sedangkan panjang horizontal menyatakan periode. Besarnya
tegangan dari puncak ke puncak ( V pp ) adalah hasil perkalian antara skala pada
knob “ Volt / Div ” dengan tinggi puncak ke puncak gelombang. Demikian pula
besarnya periode adalah perkalian skala pada knob “Time/Div” dengan
panjang gelombang. Sebagai contoh pada gambar berikut. Hasil tegangan yang
terukur pada grafik berikut adalah ( 11Volt / Div  1Vpp ) sedangkan perioda (
9  0.5Volt / Div  4.5ms )

Gambar 3. Sinyal periodik gelombang kotak

124
D. RANGKAIAN R
Hambatan yang dihasilkan oleh resistor disebut resistansi. Rangkaian
hambatan atau resistor dalam arus bolak balik (AC) berfungsi sebagai
pembatas arus listrik yang masuk atau menurunkan potensial listrik dalam
rangkaian sehingga antara arus dan tegangan pada sumber tidak mengalami
perubahan fase. Bila hambatan murni sebesar R berada dalam rangkaian arus
bolak-balik, besar tegangan pada hambatan berubah-ubah secara sinusoidal,
demikian juga kuat arusnya. Antara kuat arus dan tegangan tidak ada
perbedaan fase, artinya pada saat tegangan maksimum, kuat arusnya
mencapai harga maksimum pula.
V  Vm sin(t )

VR Vm sin t
IR    I m sin t
R R

Gambar 4. Rangkaian R

125
E. RANGKAIAN L
Bila hambatan murni sebesar R berada dalam rangkaian arus bolak-balik,
besar tegangan pada hambatan berubah-ubah secara sinusoidal, demikian juga
kuat arusnya. Antara kuat arus dan tegangan tidak ada perbedaan fase
Kumparan induktor biasanya memiliki tahanan yang kecil sehingga tidak
begitu berpengaruh pada arus searah. Tetapi, apabila arusnya berubah pada
induktor, ggl induksi akan dibangkitkan yang sebanding dengan laju perubahan
arusnya. Untuk induktor yang memiliki hambatan sebesar X L pada rangkaian
arus bolak-balik, ggl induksi yang dihasilkan kumparan memiliki perbedaan
dengan arus sebesar  / 2 . Yakni, tegangan mendahului arus sebesar  / 2 .
VL  Vm sin(t )

 
Vm sin  t  
V  2  
IL  L   I m sin  t  
L R  2

Gambar 5. Rangkaian L

126
F. RANGKAIAN C
Perilaku arus bolak-balik dalam kapasitor sangat berbeda dengan arus
searah. Apabila kapasitor dihubung seri dengan rangkaian DC, arus akan
berhenti mengalir apabila arus terisi penuh. Tetapi apabila arusnya bolak-balik
muatan akan terus mengalir kedalam dan keluar plat kapasitornya. Jika
frekuensia arus bolak-balik tinggi, kapasitor sulit menghambat arus. Pada
rangkaian arus bolak-balik yang terdapat kapasitor dengan hambatan sebesar
X C , tegangan dan arus yang berubah secara sinusoidal memiliki perbedaan
fase sebesar  / 2 . Yakni, arus mendahului tegangan sebesar  / 2 .
Persamaan untuk ggl dan arus dapat ditulis:
VC  Vm sin(t )

   
IC  VCC  Vm sin  t   C  I m sin  t  
 2  2

Gambar 6. Rangkaian C

127
G. RANGKAIAN RLC SERI
Rangkaian RLC seri yaitu rangkaian yang terdiri atas resistor, konduktor,
dan kapasitor yang dihubungkan secara seri.

Gambar 7. Rangkaian RLC Seri

Besarnya tegangan jepit pada masing-masing komponen dalam rangkaian


seri RLC adalah:
V  VR 2  VL  VC 
2

dengan nilai VR ,VL ,VC sebagaimana telah dituliskan, yaitu:


VR  I maks R sin(t )

VL  I maks X L sin(t  900 )

VC  I maks X C sin(t  900 )

Hambatan total dari masing-masing hambatan disebut dengan impedansi,


yang dapat dituliskan:
Z  R2   X L  X C 
2

Pada rangkaian seri RLC dapat mempunyai 3 kemungkinan, yaitu:


 Jika nilai X L  X C , maka rangkaian akan bersifat seperti inductor, yaitu
tegangan mendahului arus dengan sudut fase 
 Jika nilai X L  X C , maka rangkaian akan bersifat seperti kapasitor, yaitu
arus mendahului tegangan dengan sudut fase 
 Jika nilai X L  X C , maka pada rangkaian ini impedansi rangkaian sama
dengan nilai hambatannya. Pada kondisi ini terjadi resonansi dengan
frekuensi sebesar:
1 1
f 
2 LC
128
H. RANGKAIAN RLC PARALEL
Rangkaian RLC paralel yaitu rangkaian yang terdiri atas resistor, konduktor,
dan kapasitor yang dihubungkan secara paralel dengan generator AC. Arus
total I dari generator terbagi menjadi arus I R , arus dalam tahanan I C , arus
dalam kapasitor, dan arus I L dalam induktor. Tegangan sesaat V sama untuk
semua elemen ini. Arus dalam tahanan sefase dengan tegangan dan memiliki
amplitude V / R . Untuk arus pada inductor I L , terlambat terhadap arus
sebesar 900 dan memiliki amplitude V / X L , sedangkan arus pada kapasitor
mendahului tegangan sebesar 900 dan memiliki amplitude V / X C . Tegangan
total (impedansi) dan arus arus maksimum dapat ditentukan, yaitu:
Penyelesaian rangkaian RLC paralel berbeda dengan rangkaian RLC seri,
yakni menggunakan fasor dan terdapat admitansi sebagai pengganti dari
imdeansi dari masing-masing cabang
2
1  1 1 
Z 2
  
R  X L XC 

1
Y
z

Vm
I
Z

Pada saat resonansi, frekuensi generator  sama denagn frekuensi


generator 0 , dan reaktansi induktif sama dengan reaktansi kapasitif. Maka
dari persamaan diatas dapat terlihat bahwa pada kondisi resonansi nilai 1/ Z
menjadi minimum dan impedansi menjadi maksimum serta arus arus total
menjadi minimum. Dapat dipahami bahwa saat resonansi arus dalam induktor
sama dengan arus dalam kapasitor tetapi berbeda fase sebesar 1800 ,
sehingga arus total persis sama dengan arus dalam tahanan.

Gambar 8. Rangkaian RLC Paralel

129
I. RANGKAIAN RLC PARALEL
Pada arus dan tegangan bolak-balik, ammeter dan voltmeter disesain untuk
mengukur nilai akar rata-rata kuadrat (rms) arus dan tegangan, bukan nilai
maksimum atau puncaknya. Oleh karena nilai rms arus didefinisikan oleh:
irms  (i 2 )rat

maka daya pada arus atau tegangan ac dapat didefinisikan:


Prat  irms 2 R

Untuk rangkaian sederhana, yakni rangkaian resistif, daya rata-rata yang


diberikan generator sama dengan daya rata-rata yang didipasikan oleh
tahanan.
Prat   rms irms

Arus rms berhubungan dengan ggl rms dengan cara yang sama seperti
arus maksimum dihubungkan dengan ggl maksimum.
Daya AC yang disediakan oleh perusahaan listrik ada yang memiliki
frekuensi 60Hz dan tegangan rms 120V . Disejumlah negara untuk sejumlah
perabot berdaya tinggi, seperti pengering pakaian atau panggangan listrik,
sering diberikan daya pada 240V dengan jaringan terpisah. Untuk kebutuhan
daya yang sama, arus yang dibutuhkan pada tegangan 240V hanya setengah
dari arus pada tegangan 120V , tetapi tegangan 240V lebih berbahaya
dibandingkan dengan tegangan 120V . Kebanyakan pengawatan rumah tangga
arusnya dibatasi pada 15A hingga 20A . Arus yang lebih besar dari nilai ini
akan memanaskan kawat dan menimbulkan bahaya kebakaran.

130
SOAL LATIHAN

1. Tegangan listrik PLN di Indonesia memiliki frekuensi 50Hz . Tegangan yang


dialirkan ke rumah tangga besarnya 220V . Nyatakan tegangan tersebut
sebagai fungsi waktu.

2. Hambatan 30k dihubungkan secara seri dengan induktor 0.5H pada


suatu rangkaian ac. Tentukan hubungan impedansi rangkaian terhadap
frekuensi sumber arus dan plot grafiknya

3. Rangkaian seri RC mengandung hambatan 100 dan kapasitansi 1 F .


Jika tegangan antara dua ujung kapasitor adalah 10cos(t   / 2)Volt
tentukan hubungan antara frekuensi terhadap:
a. Arus yang mengalir
b. Tegangan antara kedua ujung resistor
c. Tegangan total antara ujung resoitor dan ujung kapasitor

4. Kapasitor 5 F diisi dengan 30V dan kemudian dihubungkan dengan


induktor 10mH . Tentukan:
a. Frekuensi osilasi rangkaian ini
b. Arus maksimum pada rangkaian ini

5. Rangkaian RLC seri dengan L  10mH , C  2 F , dan R  5


digerakkan dengan pembangkit yang yang ggl maksimumnya 100V dan
frekuensi sudut  berubah. Tentukan:
a. Frekuensi resonansi
b. irms saat resonansi apabila   800rad / s
c. X C dan X L

6. Pembangkit ac dengan ggl maksimum 20V dihubungkan secara seri


dengan kapasitor 20 F dan tahanan 80 Tidak ada induktor dalam
rangkaian ini. Tentukan hubungan tegangan maksimum terhadap arus
efektif pada rangkaian dan plot grafiknya

7. Tegangan pada suatu resistor 1200 berubah terhadap waktu sebagai


VR  240sin 400t . Tentukan arus yang melalui resistor dan daya yang
diserapnya.

8. Perhatikan rangkaian berikut

131
Jika kuat arus yang melalui rangkaian 2.2A , maka kapasitas kapasitor C
besarnya ...

9. Rangkaian RLC paralel mengandung hambatan 100 , inductor 0.05H ,


dan kapasitor 5 F . Tegangan antara dua ujung kapasitor adalah
8cos(1000t   / 3) . Tentukan fungsi arus yang mengalir dan arus total
pada rangkaian

10. Sebuah alat ukur mempunyai tahanan dalam sebesar 50 dan
memerlukan arus searah 2mA untuk defleksi penuh. Tahanan shunt
sebesar 120 dihubungkan paralel dengan alat ukur. Dioda D1 dan D2
masing-masing mempunyai tahanan maju rata-rata sebesar 200 dan
dianggap mempunyai tahanan balik tak berhingga. Pada tahanan total 15V
Tentukan:
a. Nilai tahanan pengali Rs
b. Sensitivitas voltmeter pada 10Vac tersebut

132
8 GELOMBANG
A. GETARAN DAN GELOMBANG
Osilasi adalah variasi periodik terhadap waktu dari suatu fenomena atau
hasil pengukuran. Osilasi sering disebut pula sebagai getaran. Beberapa contoh
getaran yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari -hari antara lain: senar
gitar yang dipetik, pegas yang diberi beban, ayunan anak-anak, dll. Ketika
sebuah obk\jek bergetar atau berosilasi maju-mundur , pada jalur yang sama,
tiap osilasi yang memakan jumlah waktu yang sama maka gerakan tersebut
bersifat periodis. Osilasi tidak hanya terjadi pada sistem fisik, tetapi juga pada
sistem biologi. Osilasi terdiri atas dua bagian:
 Osilasi harmonic sedrhana, yakni gerak bolak balik yang terjadi di sekitar
titik kesetimbangan tertentu dengan banyaknya getaran benda dalam
setiap sekon selalu konstan, contoh bandul yang diayunkan
 Osilasi harmonic teredam, yakni osilasi yang siring berjalannya waktu akan
berhenti karena adanya redaman, seperti gaya gesek udara.

Gambar 1. Ilustrasi gelombang dan getaran

Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun


tanpa medium. Jadi di setiap titik yang dilalui gelombang terjadi osilasi, dan
osilasi tersebut berubah fasenya sehingga tampak sebagai getaran yang
merambat. Menurut konsep fisika, cerminan gelombang merupakan rambatan
usikan, sedangkan mediumnya tetap. Jadi, gelombang merupakan rambatan
pemindahan energi tanpa diikuti pemindahan massa medium.
Terkait dengan arah getar dan arah rambatnya, gelombang dibagi menjadi
dua kelompok, gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang
transversal arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarannya, contohnya:
gelombang tali. Gelombang longitudinal arah rambatnya searah dengan arah
getarannya, contohnya: gelombang bunyi. Berdasarkan medium
perambatannya gelombang juga dibagi menjadi dua kelompok, yakni
gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik
adalah gelombang yang membutuhkan medium dalam perambatannya,
contohnya: gelombang tali dan bunyi. Gelombang elektromagnetik adalah
gelombang yang tidak membutuhkan medium perantara dalam

133
perambatannya, contohnya: gelombang cahaya. Perpaduan gelombang
transversal dan gelombang longitudinal menghasilkan gelombang air

Gambar 2. Ilustrasi gelombang air

Apabila diamati, gelombang seperti penyebaran pola riak air ketika di


permukaannya dijatuhkan batu, maka akan ada dua fenomena yang diamati:
adanya osilasi atau getaran, seperti titik di permukaan air yang bergerak naik
dan turun dan adanya perambatan pola. Dua fenomena ini pasti diamati pada
gelombang apa saja. Ketika salah satu ujung tali digetarkan maka akan terlihat
pola simpangan pada tali bergerak ke
ujung tali yang lain. Namun dapat diamati
pula bahwa bagian-bagian tali itu sendiri
tidak bergerak bersama pola gelombang.
Titik-titik pada medium tempat
perambatan hanya berosilasi di sekitar
titik seimbangnya. Berdasarkan
pengamatan tersebut dapat membuat
definisi umum gelombang. Jadi,
gelombang adalah osilasi yang merambat
pada suatu medium tanpa diikuti
perambatan bagian-bagian medium itu
sendiri. Gambar 3. Pola gelombang
Kasus untuki gelombang tali, pola yang terbentuk merambat sepanjang tali
sedangkan gerakan komponen tali (simpangan) terjadi dalam arah tegak lurus
tali. Gelombang dengan arah osilasi tegak lurus arah rambat dinamakan
gelombang transversal. Kasus yang sama seperti gelombang tali adalah
gelombang air yang merupakan contoh gelombang transversal.
Untuk gelombang bunyi yang dihasilkan akibat pemberian tekanan, arah
osilasi yang terjadi searah dengan perambatan gelombang. Contohnya,
gelombang bunyi di udara. Gelombang ini dihasilkan dengan memberikan
tekanan secara periodik pada salah satu bagian udara sehingga molekul-
molekul udara di sekitar daerah tersebut ikut bergetar. Molekul yang bergetar
menumbuk molekul di sekitarnya yang diam, sehingga molekul yang mula-mula
diam ikut bergetar dalam arah yang sama. Begitu seterusnya sehingga molekul
yang makin jauh ikut bergetar. Ini adalah fenomena perambatan gelombang.
Arah getaran persis sama dengan arah rambat gelombang. Gelombang dengan
arah osilasi sama dengan arah rambat gelombang dinamakan gelombang
longitudinal.

134
B. BESARAN FISIS GELOMBANG
Gelombang selalu digambarkan melalui fungsi sinus, hal ini dikarenakan
sesuai dengan prinsip fourier bahwa seluruh bentuk gelombang pada dasarnya
terdiri dari gelombang-gelombang yang sederhana yaitu gelombang dengan
bentuk sinusoidal yang bergerak merambat.
.
1. Muka gelombang
Untuk gelombang merambat di
permukaan air akibat dijatuhkan
sebutir batu, dapat diamati pola
yang bergerak secara radial keluar.
Bentuk pola tersebut berbentuk
lingkaran yang disebut muka
gelombang. Secara formal muka
gelombang dapat didefinisikan
sebagai kumpulan titik-titik pada
medium yang memiliki fase
simpangan ( ) yang sama
Gambar 4. Muka gelombang
2. Simpangan ( y )
Simpangan adalah jarak
perpindahan titik dalam medium
diukur dari posisi kesetimbangan.
Selama gelombang merambat,
simpangan suatu titik pada medium
selalu berubah-ubah. Nilai maksimum
dan minimum dicapai secara periodik.
Representasi simpangan tiap saat
dapat ditunjukkan melalui fungsi
sinusoidal. Fungsi tersebut merambat
secara periodik dengan satu siklus Gambar 5. Simpangan gelombang
sebesar 2 rad . Dalam bentuk persamaan matematika simpangan gelombang
dapat ditulis dalam bentuk: y  A sin t atau y  A cos t

3. Amplitudo ( A)
Amplitudo adalah simpangan
terjauh sebuah titik dari posisi
setimbangnya. Besarnya amplitude
dapat dihitung dengan menetapkan
bahwa nilai sin atau cos mencapai
maksimum, yakni bernilai satu.
Amplitude gelombang dapat
menunjukkan besarnya energi yang
Gambar 6. Amplitudo gelombang
dibawa oleh gelombang tersebut.

135
4. Panjang gelombang ( )
Satu panjang gelombang
didefinisikan sebagai panjang satu
gelombang yang terbentuk dari satu
bukit dan satu lembah gelombang atau
jarak antara dua bukit (atau dua lembah)
yang berturutan. Panjang gelombang
berbanding terbalik dengan frekuensi. Ini
berarti jika dua gelombang berjalan
dengan kecepatan yang sama,
gelombang dengan frekuensi yang lebih
tinggi akan memiliki panjang gelombang Gambar 7. Panjang gelombang
yang lebih pendek

5. Perioda (T )
Perioda adalah waktu yang
diperlukan gelombang untuk menempuh
satu panjang gelombang. Satuan perioda
dinyatakan dalam sekon. Seperti halnya
pada gerak harmonik, perioda
menunjukkan lambatnya sebuah
gelombang berjalan. berosilasi. Perioda
dapat dihitung melalui hubungan:
1
T
f
Gambar 8. Cepat rambat gelombang
dimana f adalah frekuensi ( Hz )

6. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya getaran tiap satuan waktu. Untuk menghitung
frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian
peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Pada Sistem
Satuan Internasional, hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz
( Hz ) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan
fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1Hz menyatakan peristiwa yang
terjadi satu kali per detik. Frekuensi bisa di hitung melalui perioda hubungan:
1
f 
T
dimana T adalah frekuensi ( Hz ) . Dalam gerak periodik frekuensi sering pula
dinyatakan dalam satuan rotasi per-menit ( rpm ).
Untuk gelombang cahaya frekuensi menentukan jenis spectrum
elektromagnetik yang bergerak dengan kecepatan konstan

136
7. Bilangan gelombang
Bilangan gelombang (juga bilangan gelombang) adalah frekuensi spasial
gelombang, baik dalam siklus per satuan jarak atau radian per satuan jarak.
Hal ini dapat digambarkan sebagai jumlah gelombang yang melalui jarak
tertentu (analog dengan frekuensi menjadi jumlah siklus atau radian per satuan
waktu). Dalam sistem multidimensi, bilangan gelombang adalah besarnya
vektor gelombang dikalikan dengan konstanta Planck, yang menghasilkan
besaran yang disebut momentum gelombang,. Momentum gelombang
digunakan dalam semua gelombang mekanik, termasuk mekanika kuantum,
elektrodinamika, dll. Bilangan gelombang juga dapat digunakan sebagai satuan
energi; 1/ cm energi adalah jumlah energi dalam foton tunggal dengan panjang
gelombang 1cm . Konversi yang dilakukan dengan menggunakan hubungan
Planck. Misalnya, 1/ cm menunjukkan 1.23984 104 eV dan 8065.54 / cm
menunjukkan 1eV . [1]

8. Fase, sudut fase, dan beda fase


Fase gelombang adalah perbandingan antara waktu bergetar dengan
periode atau perbadingan sudut fase dengan sudut 1 putaran ). Dua gelombang
dikatakan sefase, bila keduanya berfrekuensi sama dan titik-titik yang
bersesuaian berada pada tempat yang sama selama osilasi (misalnya,
keduanya berada pada puncak) pada saat yang sama. Jika yang terjadi
sebaliknya, keduanya tidak sefase. Dan dua gelombang berlawanan fase jika
perpindahan keduanya tepat berlawanan arah (misalnya, puncak dan lembah).
t x
 
T 
Sudut fase ( ) adalah hasil kali antara sudut 1 putaran dengan fase
gelombang
 t x
  t  kx  2  2   
T  
Beda fase antara dua titik yang dilalui gelombang adalah selisih fase kedua titik
tersebut. Beda fase antara dua gelombang menyatakan ukuran seberapa jauh,
diukur dalam sudut, sebuah titik pada salah satu gelombang berada di depan
atau di belakang titik yang bersesuaian dari gelombang lainnya. Untuk
gelombang-gelombang yang berlawanan fase, beda fasenya adalah 180o;
untuk yang sefase, besarnya 0o.
x
  

Tanda negatif menunjukkan bahwa gelombang merambat ke sumbu- x
positif dan partikel yang terletak di depan mengalami keterlambatan fase
terhadap partikel di belakangnya.

137
Gambar 9. Fase gelombang

9. Cepat rambat
Ada dua jenis kecepatan gelombang : pertama, kecepatan osilasi, yaitu
kecepatan gelombang bolak-balik di sekitar titik setimbangnya, dan kedua
kecepatangelombang untuk menjalar, yang di sebut dengan kecepatan rambat
gelombang. Cepat rambat gelombang adalah jarak yang di tempuh satu
panjang gelombang tiap waktu yang diperlukannya (perioda) :
vf
Untuk gelombang tali, kecepatan rambat sangat bergantung pada jenis tali.
Pada gelombang elastik, seperti gelombang seismik, kecepatan rambat
gelombang dipengaruhi oleh sifat medium dalam hal ini modulus elastiknya.
Namun khusus untuk gelombang elektromagnetik, misalnya seperti cahaya,
perambatannya tidak memerlukan medium. Dalam vakum dan udara
kecepatan rambatnya sama dengan c yang mendekati nilai 3 108 m / s ,
namun melambat dalam medium dengan indeks bias lebih besar dari udara.
Secara umum, pengaruh sifat medium pada kecepatan rambat dari beberapa
jenis gelombang dapat di lihat pada tabel berikut :

Medium Cepat rambat (v) Keterangan


gelombang
F F  tegangan tali dan  
Tali v massa persatuan panjang tali

K K  modulus bulk dan  
Udara (fluida) v massa jenis udara

E E  modulus bulk dan  
Elastik (padat) v massa jenis zat padat

1  0  8.85 1012 C 2 / Nm2 dan
Cahaya v
 0 0 0  4 107Wb / Am
Tabel 1. Cepat rambat berbagai medium gelombang

138
C. GEJALA GELOMBANG
Ada berberapa gejala (tanda) gelombang berlaku umum, baik untuk
gelombang mekanik maupun elektromagnetik Gejala tersebut adalah:

1. Pemantulan gelombang
Pemantulan adalah pembelokan arah rambat gelombang karena mengenai
bidang batas medium yang berbeda. Gelombang pantul adalah gelombang yang
berada pada medium yang sama dengan gelombang datang.

Gambar 10. Pemantulan gelombang cahaya dan gelombang air

Pada gelombang tali, pemantulan terjadi pada ujung tali, baik ujung
tersebut diikatkan pada penyangga yang tetap atau dibiarkan bebas. Medium
yang berada di seberang ujung tali adalah medium yang berbeda (penyangga
atau udara). Ketika gelombang sampai ke ujung tali gelombang tersebut
mengalami pemantulan dan merambat dalam arah berlawanan.
Gelombang air yang sedang merambat mengalami pemantulan ketika
mengenai dinding penghalang. Gelombang cahaya yang datang dari udara dan
mengenai permukaan kaca, sebagian akan masuk ke dalam kaca dan sebagian
mengalami pemantulan. Gelombang cahaya yang jatuh pada cermin hampir
semuanya mengalami pemantulan.
Berdasarkan hukum Snelius
tentang pemantulan terdapat
hubungan antara arah gelombang
datar dan gelombang pantul, yakni
sudut datang sama dengan sudut
pantul
 Arah normal, yaitu adalah arah
yang tegak lurus bidang pantul.
 Sudut datang adalah sudut
yang dibentuk oleh arah sinar
datang dan arah normal
 Sudut pantul adalah sudut
yang dibentuk oleh arah sinar
pantul dan arah normal
Gambar 11. Pemantulan gelombang
d   p

139
2. Pembiasan gelombang
Pembiasan terjadi karena gelombang memasuki medium yang berbeda dan
kecepatan gelombang pada medium awal dan medium yang dimasuki berbeda.
Jika arah datang gelombang tidak sejajar dengan garis normal maka
pembiasan menyebabkan pembelokan arah rambat gelombang. Gelombang air
yang melalui daerah yang lebih dangkal mengalami perubahan kecepatan,
sehingga terjadi pembiasan. Cahaya yang bergerak dari udara ke air mengalami
pembiasan arena perbedaan kecepatan cahaya di udara dan di air. Dalam
optok geometris, pembiasan didefinisikan sebagai perubahan arah rambat
partikel cahaya akibat terjadinya percepatan.

Gambar 12. Pembiasan gelombang cahaya dan gelombang air

Sifat pembiasan gelombang


mengikuti hukum Snelius
tentang pembiasan, yakni:
 Sinar datang, sinar bias dan
garis normal terletak pada
satu bidang datar
 Jika gelombang datang dari
medium renggang ke
medium rapat dibiaskan
mendekati garis normal, dan
jika sinar datang dari
medium rapat ke medium
renggang dibiaskan
menjauhi garis normal Gambar 13. Pembiasan gelombang
 Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan
suatu tetapan yang besarnya merupan indeks bias relatif kedua medium
n1 sin d  n2 sin b
dimana n1 dan n2 adalah indeks bias medium pertama dan medium kedua
karena tiap medium memiliki indeks bias yang berbeda-beda, maka
kecepatan cahaya ketika melewati dua medium yang berbeda menjadi
berubah. Karena kecepatan cahaya berkatan dengan panjang gelombang,
maka panjang gelombang juga ikut berubah
n1v1  n2v2 n11  n22
3. Superposis
140
i gelombang
Ketika gelombang meambat maka titik-titik dalam medium menyimpang
dari posisi seimbang. Besarnya penyimpangan berubah-ubah antara  A
sampai  A dengan A adalah amplitudo gelombang. Jika ada dua gelombang
yang merambat bersamaan dalam medium tersebut, maka gelombang pertama
akan menyimpangkan titik-titik dalam medium antara  A sampai  A .
Gelombang kedua juga akan menyimpangkan titik-titik dalam medium antara
 A sampai  A . Sehingga simpangan total titik-titik dalam medium ketika dua
gelombang merambat bersamaan merupakan jumlah dari simpangan yang
dihasilkan oleh masing-masing gelombang. Fenomena ini dikenal dengan
superposisi gelombang.
Secara formal, superposisi gelombang dapat dirumuskan secara
matematika berikut ini. Jika ada dua gelombang dengan simpangan y1 ( x, t )
dan y2 ( x, t ) merambat bersamaan dalam medium yang sama maka
simpangan total titik-titik dalam medium memenuhi:
y( x, t )  y1 ( x, t )  y2 ( x, t )
Untuk kasus dua gelombang sinusoidal yang sangat sederhana, yakni
dengan amplitudo yang sama: y1 ( x, t )  A sin(1t  kx1 ) dan
y2 ( x, t )  A sin(2t  kx2 ) , maka superposisi dua gelombang tersebut
1  1 
menghasilkan: y1 ( x, t )  2 A sin  (2  1 )  t.cos  (k2  k1 )  x
2  2 
Pada superposisi dua gelombang atau lebih akan menghasilkan sebuah
gelombang berdiri. Simpangan yang dihasilkan bisa saling menguatkan atau
saling melemahkan, tergantung pada beda fase gelombang-gelombang
tersebut. Jika beda fase antara gelombang-gelombang yang mengalami
superposisi adalah 1/ 2 , maka hasilnya saling melemahkan. Apabila panjang
gelombang dan amplitude gelombang-gelombang tersebut sama, maka
simpangan hasil superposisinya nol. Tetapi, apabila gelombanggelombang yang
mengalami superposisi berfase sama, maka simpangan hasil superposisi itu
saling menguatkan. Jika panjang gelombang dan amplitudo gelombang-
gelombang itu sama, maka simpangan resultan adalah sebuah gelombang
berdiri dengan amplitudo kedua gelombang.

Gambar 14. Superposisi dua gelombang sefase dan berlawanan fase

141
4. Difraksi gelombang
Difraksi adalah pelenturan /
penyebaran arah gelombang
karena gelomaang melewati
celah sempit. Pada difraksi
gelombang, arah gelombang
meanyebar, tetapi frekunsi dan
panjang gelombangnya tetap.
Peristiwa difraksi adalah
konsekuensi dari prinsip
Huygens. Ketika gelombang
masuk kecelah sempit, maka Gambar 15. Difraksi
maka tiap titik pada celah berperan sebagai sumber gelombang baru dengan
arah rambat radial.Gelombang yang melewati celah merupakan hasil
superposisi gelombang-gelombang baru pada celah. Jika ukuran celah cukup
kecil, maka muka gelombang yang melewati pelat mendekati bentuk bola atau
lingkaran. Makin lebar ukuran celah maka makin kecil efek penyebaran muka
gelombang yang melewati celah. Celah bertindak sebagai sumber gelombang
berupa titik, dan muka gelombang yang melalui celah dipancarkan berbentuk
lingkaran-lingkaran dengan celah tersebut sebagai pusatnya
Seperti halnya gelombang permukaan air (dua dimensi), gelombang bunyi
(tiga dimensi) juga mengalami difraksi, yaitu melenturnya gelombang disekitar
celah atau rintangan. Sebagai contoh, gelombang bunyi yang dihasilkan oleh
sebuah sistem stereo, melentur di sekitar tepi pintu yang terbuka. Jika
pelenturan (difraksi) gelombang bunyi tidak dapat didengar di luar ruangan
hanya pada lokasi tepat di depan pintu.
Difraksi juga dapat berlangsung pada radiasi elektromagnetik, seperti
cahaya, sinar-X, dan sinar gamma; dan dengan partikel bergerak sangat kecil
seperti atom, neutron, dan elektron, yang menunjukkan sifat seperti
gelombang. Salah satu konsekuensi dari difraksi adalah bahwa bayangan yang
tajam tidak akan diproduksi. Fenomena ini merupakan hasil dari gangguan
(yaitu, ketika gelombang yang disuperposisikan, mereka dapat memperkuat
atau melemahkan satu sama lain) dan yang paling menonjol ketika panjang
gelombang radiasi sebanding dengan dimensi linear dari hambatan.
Augustin Jean Fresnel pada tahun 1815 dan tahun 1818, dan
menghasilkan perhitungan matematis yang membenarkan teori gelombang
cahaya yang dikemukakan sebelumnya oleh Christiaan Huygens pada tahun
1690 hingga teori partikel Newton mendapatkan banyak sanggahan. Fresnel
mendefinisikan difraksi dari eksperimen celah ganda Young sebagai
interferensi gelombang dengan persamaan:
m  d sin 
dimana m adalah jarak antara dua sumber muka gelombang,  adalah sudut
yang dibentuk antara fraksi muka gelombang urutan ke- m dengan sumbu
normal muka gelombang fraksi mula-mula yang mempunyai urutan maksimum
m  0.

142
5. Polarisari gelombang
Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang
ketika melewati polarisator. Polarisasi merupakan proses pembatasan getaran
vektor yang membentuk suatu gelombang transversal sehingga menjadi satu
arah. Polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal saja dan tidak dapat
terjadi pada gelombang longitudinal. Suatu gelombang transversal mempunyai
arah rambat yang tegak lurus dengan bidang rambatnya. Sebuah gelombang
tali mengalami polarisasi setelah dilewatkan pada celah yang sempit. Arah
bidang getar gelombang tali terpolarisasi adalah searah dengan celah.

Gambar 16. Polarisasi gelombang

Ketika gelombang merambat maka titik-titik pada medium mengalami


penyimpangan. Untuk gelombang transversal arah penyimpangan titik-titik
tersebut tegak lurus arah rambat gelombang. Jika selama gelombang
merambat arah penyimpangan selalu sama, misalnya selalu berarah dari atas
ke bawah, maka kita katakana gelombang tersebut mengalami polarisasi linier.
Sebaliknya, jika selama gelombang merambat, arah penyimpangan titik-titik
pada medium selalu berubah-ubah secara acak maka kita katakana gelombang
tersebut tidak terpolarisasi. Sinar alami seperti sinar Matahari pada umumnya
adalah sinar yang tak terpolarisasi. Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan
berbagai cara, antara lain karena peristiwa pemantulan, pembiasan, bias
kembar, absorbsi selektif, dan hamburan.
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika
menunjukkan bahwa polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat
terjadi apabila cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling
tegak lurus atau membentuk sudut 900 Di mana cahaya yang dipantulkan
merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar bias
merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang sinar yang dapat
menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan
merupakan sinar terpolarisasi. Sudut datang untuk kasus ini disebut sudut
Brewster, yang dicapai ketika: d   p  900
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu
bahan yang mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada
Kristal kalsit. Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum
Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan
disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi hukum Snellius dan cahaya
ini adalah cahaya yang terpolarisasi.

143
D. PERSAMAAN GELOMBANG
Fungsi umum gelombang y( x, t ) merupakan penyelesaian persamaan
differensial yang disebut persamaan gelombang. Persamaan gelombang dapat
diturunkan secara langsung dari hukum-hukum Newton. Persamaan yang dapat
menggambarkan karakteristik gelombang dapat ditulis sebagai:
2 y 1 2 y

x 2 v 2 t 2
Bentuk umum penyelesaian persamaan di atas adalah semua fungsi yang
berbentuk y( x, t )  y( x  vt ) . Persamaan tersebut merupakan bentuk umum
persamaan gelombang satu dimensi. Setiap gelombang satu dimensi
memenuhi fungsi diatas. Untuk gelombang yang merambat dalam ruang yang
lebih dari satu dimensi maka persamaannya dapat diperluas dari persamaan
tersebut. Misalkan y( x, y, z, t ) adalah simpangan gelombang yang merambat
dalam ruang tiga dimensi , maka persamaan yang dipenuhi simpangan tersebut
adalah:
2 y 1 2 y

r 2 v 2 t 2
Besaran v merupakan cepat rambat gelombang yang dapat dilihat pada
tabel. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mudah untuk bentuk yang cukup
sederhana penggambaran gelombang sinusoidal adalah penyelesaian yang
berbentuk:
y( x, t )  A sin(kx  t )
Tanda  atau  menunjukan gelombang merambat ke kanan atau ke kiri.
Persamaan ini adalah persamaan sinusoidal dengan jarak dari satu fase ke
fase berikutnya, dimana k adalah bilangan gelombang, dengan:
2
k

dan  adalah frekuensi sudut yang nilainya dapat dihitung melalui:
  2 f
Untuk suatu fase tertentu dari gelombang, pola gelombang tersebut akan
tetap selama nilai kx  t tetap. Sehingga dengan berjalannya waktu, nilai kx
juga harus bertambah. Ini berarti pola gelombang akan merambat ke kanan
dengan kecepatan yang diberikan oleh:
kdx

dt
Persamaan simpangan gelombang merupakan fungsi dengan dua variabel,
yakni: x dan t . Kecepatan gelombang untuk setiap waktu t dapat dinyatakan
sebagai turunan simpangan terhadap waktu.
dy
v   A cos(kx  t )
dt

144
E. ENERGI GELOMBANG
Gelombang memindahkan pola simpangan dari sumber ke lokasi lain di
medium. Bagian medium yang semula diam, akhirnya bergerak dengan
adanya gelombang yang menjalar. Karena getaran memiliki energi, maka
bagian medium yang semula tidak memiliki energi (diam) menjadi memiliki
energi (bergetar) dengan
adanya gelombang yang menjalar. Ini
hanya mungkin terjadi jika gelombang
berperan memindahkan energi dari
sumber ke tempat yang dilaluinya.
Untuk gelombang sinusoidal dimana
simpangannya berubah menurut fungsi
harmonik (sinus atau kosinus), partikel-
partikel medium memiliki energi rata-rata
yang berbanding lurus dengan amplitude
gelombang, yaitu: Gambar 17. Energi gelombang
1
E  kA2
2
Daya yang dibawa gelombang menjadi:
1
P  v 2 SA2
2
dimana S adalah luas penampang dan  adalah rapat massa persatuan
volume. Intensitas gelombang menjadi:
1
I  v 2 A2
2
dimana A adalah amplitude. Pada proses perambatan gelombang, energi yang
dipindahkan berasal dari sumber. Karena energi kekal, maka ketika melewati
suatu permukaan yang berbeda-beda maka daya yang dimiliki gelombang
selalu tetap. Karena daya selalu tetap sedangkan luas permukaan bisa
berubah-ubah maka intensitas bisa berubah-ubah selama gelombang menjalar.
Untuk gelombang bola yang berasal dari
sebuah sumber titik yang merambat ke segala
arah. Permukaan yang dilewati gelombang
adalah permukaan bola. Jika jarak tempat
pengamatan ke sumber gelombang r , maka
A2 r1
berlaku:  Sedangkan untuk gelombang
A1 r2
gelombang permukaan air, setelah menjatuhkan
sebuah batu, luas permukaan yang dilewati Gambar 18. Gelombang bola
gelombang sebanding dengan keliling lingkaran
di sekitar sumber, sehingga menghasilkan
A2 r1
konsekuensi: 
A1 r2

145
F. GELOMBANG TALI
Jika ujung seutas tali digetarkan harmonik, maka gataran ini akan
merambat sepanjang tali. Jika ditinjau dari simpangan maksimum (amplitudo),
terdapat dua jenis gelombang tali, yakni gelombang berjalan dan gelombang
stasioner. Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap,
sedangkan gelombang stasioner adalah gelombang yang amplitudonya
berubah.

Gambar 19. Gelombang tali

Gambar menunjukkan bahwa saat sejumlah pulsa bergerak kekanan


dengan kecepatan konstan, beberapa titik pada tali bergerak dengan
perubahan kecepatan yang teratur pada arah vertikal dan menunjukkan
kecepatan dari titik berbeda dari pulsa. Hubungan qualitatif mengindikasikan
bagaimana perpindahan menghasilkan gaya yang menjaga elemen tali tetap
bergerak.Teori matematik menujukkan secar umum gelombang dalam berbagai
bentuk akan menyebar dengan bentuk yang sama. Secara partikular dapat
ditunjukkan bahwa kecepatan v dari gelombang pada tali dengan massa m
dan panjang L adalah:
F
v
m/ L
Pada gelombang mekanik (termasuk gelombang tali) terdapat dua macam
kecepatan, yaitu kecepatan fase dan kecepatan grup. Kecepatan fase adalah
cepat rambat gelombang merambat pada suatu medium. Karena v   f dan
  2 f , maka kecepatan fase dapat dihitung:

vp 
k
Untuk sederetan gelombang yang kontinu dan panjang, gelombang ini
mempunyai satu panjang gelombang dan satu frekuensi. Sinyal atau pulsa
yang keluar terjadi pada suatu selang waktu tertentu dan pulsa ini merambat
dengan kecepatan vg disebut sebagai kecepatan grup.
d
vg 
dk
dimana  adalah kecepatan sudut.

146
1. Gelombang stasiaoner ujung bebas
Gelombang satasioner ujung bebas terbentuk ketika seutas tali diikatkan
kendur salah satu ujungnya pada satu tiang sementara ujung lainnya dibiarkan
bebas. Bila ujung bebasnya digetarkan maka gelombang akan merambat,
hingga terbentuk gelobang datang dan gelombang pantul.
Gelombang datang ( yd ) ,
berinterferensi dengan
gelombang pantul ( y p ) , di
S yang berjarak x dari
ujung bebas. Karena titik
ujung bebas, maka kedua Gambar 20. Gelombang stasioner ujung bebas
gelombang harus berinterferensi secara konstruktif di titik tersebut sehingga
akan memberikan pergeseran di titik tersebut. Maka, gelombang yang
direfleksikan selalu sefase dengan gelombang masuk di batas yang tetap. 1800
Hasil superposisi gelombang datang ( yd ) dan gelombang pantul ( y p ) , pada
ujung bebas S adalah :
ys  2 A cos kx sin t

2. Gelombang stasioner ujung terikat


Gelombang satasioner ujung terikat terbentuk ketika seutas tali diikatkan
kuat salah satu ujungnya pada satu tiang sementara ujung lainnya dibiarkan
bebas. Bila ujung bebasnya digetarkan maka gelombang akan merambat,
hingga terbentuk gelobang dating dan gelombang pantul.
Gelombang datang ( yd ) ,
berinterferensi dengan
gelombang pantul ( y p ) , di
S yang berjarak x dari
ujung tetap. Karena titik
ujung tetap, maka kedua Gambar 21. Gelombang stasioner ujung terikat
gelombang harus berinterferensi secara destruktif di titik tersebut sehingga
akan memberikan pergeseran sebesar nol di titik tersebut. Maka, gelombang
yang direfleksikan selalu memiliki beda fase dengan gelombang masuk di
batas yang tetap. Dapat disimpulkan, bahwa ketika terjadi refleksi di sebuah
ujung tetap, maka sebuah gelombang mengalami perubahan fase sebesar 1800
Hasil superposisi gelombang datang ( yd ) dan gelombang pantul ( y p ) , pada
ujung tetap S adalah :
ys  2 A sin kx cos t

147
G. GELOMBANG BUNYI
Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal. Gelombang
bunyi dihasilkan oleh perubahan mekanik dari gas, cair atau padat akibat
tumbukan antar molekul-molekulnya. Gelombang bunyi tersebut di jalarkan di
dalam benda padat, benda cair, dan gas. Partikel-partikel bahan yang
ditransmisisikan gelombang seperti berosilasi di penjalaran gelombang itu
sendiri. Dalam ruang hampa bunyi tidak dapat merambat. Di dara bunyi
merambat akibat getaran molekul-molekul udara. Di dalam zat padat bumi
merambat akibat getaran atom-atom zat padat. Di dalam zat cair bunyi
merambat akibat getaran atom-atom atau molekul-molekul penyusun zat cair.
Laju rambat bunyi berbeda dalam material yang berbeda. Dalam zat padat laju
rambat bunyi lebih besar daripada dalam zat cair. Dan dalam zat cair laju
rambat bunyi lebih besar daripada dalam gas. Untuk menghitung laju rambat
bunyi dalam medium dapat dilihat pada tabel. Laju rambat bunyi juga
dipengaruhi oleh suhu. Kebergantungan laju rambat bunyi di udara dapat
didekati dengan persamaan:
v  (331  0.6T )
dengan T dalam derajat celcius

Gambar 22. Gelombang bunyi

Dua aspek bunyi yang dirasakan telinga adalah kekuatan bunyi (loudness)
dan ketinggian bunyi (pitch). Kekuatan bunyi merepresentasikan energi yang
dibawa oleh gelombang bunyi. Ketinggian bunyi merepresentasikan apakah
bunyi tersebut tinggi seperti bunyi biola atau rendah seperti bunyi bass gitar.
Tinggi rendah bunyi berkaitan dengan frekuensi pembawa bunyi tersebut. Bunyi
tinggi memiliki frekuensi tinggi dan bunyi rendah memiliki frekuensi rendah.
Ada suatu jangkauan frekuensi yang besar di dalam mana dapat dihasilkan
gelombang mekanis longitudinal, dan gelombang bunyi dibatasi pada
jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak manusia kepada
sensasi pendengaran. Jangkauan ini adalah kira-kira 20siklus / s (atau 20Hz )
sampai kira-kira 20.000Hz , dan dinamakan jangkauan yang kedengaran
(audible range). Gelombang mekanis longitudinal yang frekuensinya berada di
bawah jangkauan yang pendengaran tersebut dinamakan sebuah gelombang
infrasonik (infrasonic wave), dan gelombang yang frekuensinya berada di atas
jangkauan pendengaran dinamakan sebuah gelombang ultrasonik (ultrasonik
wave).

148
Walaupun tidak dapat didengar telinga, gelombang ultrasonik banyak
dinamfaatkan manusia. Pemanfaatan yang paling banyak saat ini dijumpai
dalam bidang kedokteran. Ketika gelombang ultrasonik berpindah dari satu
medium ke medium lainnya di mana pada dua medium tersebut kecepatan
gelombang berbeda maka yang terjadi adalah: Sebagian gelombang
dipantulkan, sebagian gelombang dibiaskan (diteruskan) ke medium
berikutnya. Sifat ini dimanfaatkan untuk menyelidiki keadaan dalam tubuh
menggunakan gelombang ultrasonik. Aplikasi lain dari gelombang ultrasonik
dalam kedokteran adalah untuk mengukur laju aliran daeah dalam nadi.
Frekuensi gelombang ultrasonik yang digunakan dalam aplikasi ini biasanya
5 10MHz . Sel-sel darah merah yang mengalir dalam tubuh berfungsi sebagai
pemantul gelombang ultrasonic. Karena sel darah merah bergerak, maka
berdasarkan efek dopler, frekuensi gelombang yang dipantulkan berbeda
dengan frekuensi gelombang datang. Dengan menghitung selisih frekuensi
tersebut maka laju aliran darah dapat dihitung.. perubahan frekuensi
gelombang ultrasonic yang dideteksi dapat dinyatakan dengan rumus
2 fv cos 
f 
c
dengan f perubahan frekuensi gelombang, f frekuensi gelombang
ultrasonic yang digunakan, c laju perambatan gelombang ultrasonic dalam
tubuh, v laju aliran sel darah merah,  sudut yang dibentuk oleh arah
gelombang ultrasonic dengan arah aliran sel darah merah.

Gambar 23. Skema pengukuran laju aliran darah dalam nadi menggunakan
gelombang ultrasonik

1. Intensitas gelombang bunyi


Kekuatan bunyi mengungkapkan energi yang dibawa gelombang bunyi.
Untuk meudahkan dilakukan pengukuran kekuatan bunyi maka didefinisikan
besaran yang namanya intensitas bunti. Intensitas bunyi adalah energi yang
dipindahkan per satuan luas per satuan waktu atau daya per satuan luas yang
tegak lurus pada arah cepat rambat gelombang
P
I
4 r 2
dimana daya gelombang bunyi (Watt ) dan r adalah jarak sumber bunyi (m)

149
Intensitas ambang pendengaran I 0 adalah intensitas bunyi terendah yang
masih dapat didengar manusia sebesar 1012W / m2 . Intensitas ambang
perasaan adalah intensitas bunyi tertinggi yang masih dapat didengar manusia
tanpa sakit sebesar 1W / m2 .Taraf Intensitas bunyi ( TI ) didefinisikan logaritma
perbandingan antara sumber bunyi dengan intensitas ambang
I
TI  10 log
I0
Untuk melihat perbedaan taraf intensitas bunyi untuk sumber bunyi yang
berbeda dapat dilihat pada tabel berikut:

Sumber Bunyi Taraf Intensitas Bunyi (dB)


Percakapan jarak 50cm 65
Sirine jarak 30cm 100
Lalu lintas sibuk 70
Pesawat jet jarak 30cm 100
suara konser rok 120
Tabel 2. Level intensitas beberapa sumber bunyi

2. Efek doppler
Adakalanya frekuensi yang didengar oleh pengamat mengalami perubahan
sacara tiba-tiba manakala sumber bunyi (misal klakson mobil) bergerak
mendekati atau menjauhi menurut pengamat yang diam. Fenomena ini dikenal
sebagai Efek Doppler, yaitu perbedaan frekuensi yang diterima oleh pendengar
dengan frekuensi asli sumber getarnya relatif antara pendengar dan sumber
bunyi. Bila kedudukan antara pengamat dan sumber saling mendekat, maka
pengamat mendengar frekuensi yang lebih tinggi, dan bila kedudukannya saling
menjauh maka pengamat mendengar frekuensi yang lebih rendah. Dan
fenomena ini berhasil dijelaskan oleh fisikawan Christian Johann Doppler
(1803-1855) pada tahun 1842.
fp v  vp

fs v  vs
dimana f p adalah frekuensi yang diterima pendengar ( Hz ) , f s frekuensi
yang dikeluarkan sumber bunyi ( Hz ) , v adalah cepat rambat bunyi di udara
(m / s) , v p adalah kecepatan pengamat pendengar (m / s) , dan vs adalah
kecepatan sumber bunyi (m / s) . Jika kecepatan angin (va ) diperhitungkan
pada peristiwa ini, maka persamaan menjadi:
fp v  v p  va

fs v  vs  va

150
H. GELOMBANG CAHAYA
Cahaya merupakan salah satu spektrum gelombang elektromagnetik, yaitu
gelombang yang merambat tanpa memerlukan medium. Terdapat beberapa
teori tentang gelombang cahaya, yaitu:
 Teori partikel
Sir Isaac Newton (1642-1727) merupakan
ilmuwan berkebangsaan Inggris yang
mengemukakan pendapat bahwa dari sumber
cahaya dipancarkan partikel-partikel yang sangat
kecil dan ringan ke segala arah dengan
kecepatan yang sangat besar. Bila partikel-
partikel ini mengenai mata, maka manusia akan
mendapat kesan melihat benda tersebut. Teori
Newton kemudian dikembangkan menjadi kuantum Gambar 25. Newton
 Teori gelombang
Menurut Christian Huygens (1629-1695)
seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda, bahwa
cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi, yaitu
berupa gelombang, perbedaannya hanya terletak
pada frekuensinya. Pada teori ini Huygens
menganggap bahwa setiap titik pada sebuah
muka gelombang dapat dianggap sebagai sebuah
sumber gelombang yang baru dan arah muka
gelombang ini selalu tegak lurus tehadap muka
gelombang yang bersangkutan. Gambar 26. Huygens
 Teori listrik-magnet
Percobaan James Clerk Maxwell (1831 –
1879) seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris
(Scotlandia) menyatakan bahwa cepat rambat
gelombang elektromagnetik sama dengan cepat
rambat cahaya yaitu 3 108 m / s , oleh karena itu
Maxwell berkesimpulan bahwa cahaya merupakan
gelombang elektromagnetik. Maxwell berhasil
memadukan fenomena listrik dan magnet menjadi
satu kesatuan dalam empat persamaan Maxwell
Gambar 27. Maxwell
 Teori kuantum
Teori kuantum pertama kali dicetuskan pada tahun
1900 oleh seorang ilmuwan berkebangsaan
Jerman yang bernama Max Karl Ernst Ludwig
Planck (1858 – 1947). Dalam percobaannya Max
Planck mengamati tentang sifat-sifat
termodinamika radiasi benda-benda hitam hingga
ia berkesimpulan bahwa energi cahaya
terkumpul dalam paket-paket energi yang disebut
kuanta atau foton. Gambar 28. Planck

151
Gambar 29. Cahaya sebagai gelombang EM

Gelombang elektromagnetik dapat digambarkan sebagai dua buah


gelombang yang merambat secara transversal pada dua buah bidang tegak
lurus yaitu medan magnetik dan medan listrik. Merambatnya gelombang
magnet akan mendorong gelombang listrik, dan sebaliknya, saat merambat,
gelombang listrik akan mendorong gelombang magnet. Diagram di atas
menunjukkan gelombang cahaya yang merambat dari kiri ke kanan dengan
medan listrik pada bidang vertikal dan medan magnet pada bidang horizontal.
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat
mata dengan panjang gelombang sekitar 380  750 nm . Pada bidang fisika,
cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat
mata maupun yang tidak. Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.
Kedua definisi tersebut adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara
bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang
disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera
penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan
optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern.
Cahaya memiliki sifat-sifat-sifat sebagai berikut:
 Dapat dilihat langsung oleh mata.
 Memiliki arah rambat yang tegak lurus arah getar (transversal).
 Merambat menurut garis lurus.
 Memiliki energi.
 Dipancarkan dalam bentuk radiasi atau pancaran yang dihasilkan dari
partikel-partikel bermuatan listrik yang bergerak
 Dapat mengalami pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi (lenturan),
dan polarisasi (terserap sebagian arah getarnya).
Cahaya tampak merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata normal manusia dengan rentang panjang
gelombang 4000 A  7000 A . Dalam rentang panjang gelombang tersebut,
cahaya tampak dibagi menjadi beberapa warna dan dipancarkan dalam bentuk
spektrum. Adapun jenis-jenis spektrumnya antara lain:
 Spektrum emisi
Spektrum emisi merupakan cahaya yang dipancarkan oleh benda-benda
(padat, cair, gas) dalam keadaan menyala.
 Spektrum absorbsi
Spektrum absorbsi terjadi ketika cahaya putih masuk melalui zat dan
terjadi penyerapan beberapa warnanya

152
I. CONTOH APLIKASI PROGRAM
clear all
clc
% Superposisi dua gelombang
f1=input('frequensi (dalam hz) = ');
f2=input('frequensi (dalam hz) = ');
A=input('amplitudo (dalam m) = ');
t=1:0.001:3
w1=2*pi*f1;
w2=2*pi*f2;
y1=A*sin(w1*t);
y2=A*sin(w2*t);
yr=y1+y2;
subplot(3,1,1)
plot(t,y1,'b')
grid on
title('Grafik Y1
terhadap t')
xlabel('waktu (s)')
ylabel('simpangan (m)
')
subplot(3,1,2)
plot(t,y2,'r')
grid on
title('Grafik Y2
terhadap t')
xlabel('waktu (s)')
ylabel('simpangan (m)
')
subplot(3,1,3)
plot(t,yr,'g')
grid on
title('Grafik Yr
terhadap t')
xlabel('waktu (s)')
ylabel('simpangan (m)
')

153
SOAL LATIHAN

1. Seutas tali merambat sebagaimana gambar berikut dalam waktu 4s ( x


dalam m dan x dalam 0 )

Tentukan: perioda dan frekuensi gelombang tali tersebut

2. Tentukan persamaan gelombang berjalan pada gambar berikut:

3. Buatlah code efek Doppler untuk melihat hubungan frekuensi yang diterima
pendengar dengan kecepatan relatif sumber dan pendengar.

4. Perhatikan variasi intensitas berikut


i(1012W / m2 ) 10 7 5 3 1 0.5 0.25 0.1
Tentukan taraf intensitas dari tabel tersebut dan plot grafiknya

5. Tentukan besar kecepatan cahaya yang merambat dari udara ke medium


dengan indeks bias berikut dan plot grafiknya
n 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5

154
7 OPTIK
A. OPTIK KLASIK
Bidang yang terkait dengan analisis perilaku cahaya dikenal dengan
sebutan optik. Sebenarnya bidang optik ini melingkupi fenomena yang sangat
lebar spektrumnya. Jika yang dipelajari adalah perilaku cahaya kasat mata
seperti lintasan cahaya di lensa kacamata dan teleskop, maka bidang optik ini
disebut optik geometri. Jika lensa, lubang, atau objek yang harus silalui cahaya
menjadi sangat kecil sehingga ukurannya mendekati panjang gelombang dari
cahaya tesebut dan muncul fenomena seperti difraksi, maka bidang optik ini
disebut optik gelombang. Bila cahaya yang dipakai begitu redup sehingga
jumlah partikel cahaya yang melaluinya sangat sedikit dan muncul sifat partikel
cahaya, maka bidang optik ini disebut optik kuantum.
Pada optik geometri dipelajari sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat-
alat yang ukurannya relatif lebih besar dibandingkan dengan panjang
gelombang cahaya. Sedangkan pada optik fisik cahaya dipelajari dengan
menggunakan alat-alat yang ukurannya relatif sama atau lebih kecil dibanding
panjang gelombang cahaya sendiri. Optika geometris menjelaskan sifat cahaya
dengan pendekatan paraksial atau hampiran sudut kecil dengan penjabaran
matematis yang linear, sehingga komponen optik dan sistem kerja cahaya
seperti ukuran, posisi, pembesaran subyek yang dijelaskan menjadi lebih
sederhana, diantaranya dengan teknik optik Gaussian dan penelusuran sinar
paraksial. Cahaya didefinisikan sebagai partikel yang merambat, yang disebut
sinar. Sinar adalah sebuah abstraksi atau "instrumen" yang digunakan untuk
menentukan arah perambatan cahaya. Sinar sebuah cahaya akan tegak lurus
dengan muka gelombang cahaya tersebut dan ko-linier terhadap vektor
gelombang.
Bahasan dalam Optika Geometris meliputi: cermin, lensa, dan prisma.
Cermin adalah sebuah benda dengan permukaan yang dapat memantulkan
cahaya yang datang padanya dan cukup halus untuk membentuk sebuah
bayangan. Macam-macam cermin antara lain: Cermin datar, cermin cekung,
dan cermin cembung. Lensa adalah sebuah divais optik dengan simteri axial
sempurna yang dapat mentransmisikan dan membiaskan cahaya,
mengumpulkan dan menyebarkan berkas sinar. Lensa biasanya terbuat dari
gelas atau plastik transparan. Prisma adalah elemen optik transparan dengan
permukaan rata yang diupam yang dapat membiaskan cahaya. Prisma biasanya
terbuat dari gelas, tetapi dapat juga terbuat dari bahan yang memiliki sifat
transparan. Prisma dapat digunakan untuk menguraikan cahaya ke dalam
spektrum warna (warna pelangi).
Optika fisis atau optika gelombang dibangun atas dasar prinsip Huygen
dan model-model perambatan muka gelombang yang kompleks melalui sistem
optik, yang meliputi amplitudo dan fase gelombang. Prinsip dan model tersebut
biasanya diaplikasikan secara numerik pada pemrograman komputer, sehingga
dapat menghitung difraksi, interferensi, polarisasi.

155
1. Cermin
Cermin memantulkan hampir semua sinar yang datang kepadanya. Di masa
lalu cermin dibuat dari kaca yang dilapisi perak. Cermin yang dibuat paling
awal adalah kepingan batu mengkilap seperti obsidian, sebuah kaca volkanik
yang terbentuk secara alami. Untuk menghasilkan bayangan pada cermin datar,
gunakan hukum pemantulan Snellius.
Cermin datar adalah kaca yang
salah satu permukaannya dilapisi
amalgam perak. Cermin datar dapat
memantulkan seluruh berkas cahaya
yang jatuh kepadanya. Sifat-sifat
bayangan yang dibentuk oleh cermin
datar yaitu : maya, tegak, sama besar,
dan menghadap terbalik dengan
bendanya Gambar 1. Cermin datar
Cermin cekung terbuat dari irisan
bola yang permukaan dalamnya
mengkilap atau bagian yang
memantulkan cahaya. Apabila berkas
sinar sejajar dijatuhkan pada
permukaan cermin cekung, maka
sinar-sinar pantulnya akan
berpotongan pada satu titik yang
disebut titik fokus. Cermin cekung Gambar 2. Cermin cekung
disebut juga cermin konvergen (pengumpil sinar). Sifat bayangan pada cermin
cekung, berubah-ubah sesuai dengan posisi benda didepan cermin tersebut.
 Jika benda terletak lebih besar dari R , maka sifat bayangan: nyata ,
terbalik, diperkecil
 Jika benda terletak di R , maka sifat bayangan: nyata , terbalik, sama besar
 Jika benda terletak diantara R dan f , maka sifat bayangan: nyata,
terbalik, diperbesar
 Jika benda terletak di f , maka sifat bayangan: nyata , terbalik, diperbesar,
ditakterhingga
 Jika benda terletak lebih kecil dari f , maka sifat bayangan: maya , tegak,
diperbesar
Sama halnya dengan cermin
cekung, pada cermin cembung juga
mempunyai tiga macam sinar
istimewa dan untuk melukis
bayangan pada cermin cembung,
maka diperlukan minimal dua sinar
istimewa. Sifat bayangan pada cermin
cembung adalah: maya, tegak,
diperbesar
Gambar 3. Cermin cembung

156
2. Lensa
Lensa adalah benda bening yang dibatasi dua bidang lengkung. Dua bidang
lengkung yang membentuk lensa dapat berbentuk silindris atau bola. Lensa
silindris memusatkan cahaya dari sumber yang jauh pada suatu garis, sedang
permukaan bola yang melengkung ke segala arah memusatkan cahaya dari
sumber yang jauh pada suatu titik. Dalam pembahasan ini hanya dibahas pada
lensa bola (lensa sferik) yang tipis. Lensa tipis adalah lensa dengan ketebalan
dapt diabaikan terhadap diameter lengkung lensa, sehingga sinar-sinar sejajar
sumbu utama hampir tepat difokuskan ke suatu titik, yaitu titik fokus.
Lensa cembung (konveks /
convex) memiliki bagian tengah lebih
tebal daripada bagian tepinya. Sinar-
sinar bias pada lensa ini bersifat
mengumpul (konvergen). Oleh karena
itu, lensa cembung bersebut lensa
konvergen. Sifat bayangan yang
terbentuk oleh lensa cekung, sama
seperti cermin cembung, yakni: maya,
tegak, diperkecil. Gambar 4. Lensa cekung
Lensa cekung (konkaf / concave)
memiliki bagian tengah yang lebih
tipis daripada bagian tepinya. Sinar-
sinar bias pada lensa ini bersifat
memencar (divergen). Oleh karena itu,
lensa cekung disebut lensa divergen.
). Sifat bayangan pada cermin cekung,
berubah-ubah sesuai dengan posisi
benda didepan cermin tersebut, yakni
sama seperti cermin cekung Gambar 5. Lensa cembung
Walaupun titik fokus merupakan titik terpenting pada lensa, ukuran lensa
tidak dinyatakan dalam jarak fokus f , melainkan oleh suatu besaran lain.
Besaran yang menyatakan ukuran lensa dinamakan kuat lensa (diberi lambang
P ) yang didefinisikan sebagai kebalikan dari fokus f . Secara matematis
dapat ditulis sebagai
1
P
f
P adalah kuat lensa yang memiliki satuan dioptri ( D) . Jarak fokus lensa
cembung bernilai positif () , sehingga kuat lensa cembung bernilai positif () .
Sebaliknya, jarak fokus lensa cekung bernilai negatif () , maka kuat lensa
cekung bernilai negatif () . Jadi, kuat lensa menggambarkan kemampuan
lensa untuk membelokkan sinar. Untuk lensa cembung, makin kuat lensanya,
makin kuat lensa itu mengumpulkan sinar. Sebaliknya, untuk lensa cekung,
makin kuat lensanya, makin kuat lensa itu menyebarkan sinar

157
3. Lup
Lup adalah sebuah lensa
cembung yang dipergunakan
untuk melihat benda-benda
kecil agar Nampak lebih besar
dan jelas. Agar terbentuk
bayangan maya, tegak, dan
diperbesar, maka benda benda
harus diletakan di ruang
pertama di depan lup.
Perbesaran yang dihasilkan
oleh lup adalah perbesaran
anguler atau perbesaran sudut
Gambar 6. Mikroskop
yang besarnya secara umum di
tuliskan dalam persamaan
 1 1 d 
M  sn  '   ' 
 s  d f s  d 
dimana d adalah jarak mata ke lup.
Mata tak berakomodasi yaitu cara memandang obyek pada titik jauhnya
(yaitu otot siliar tidak bekerja/rileks dan lensa mata berbentuk sepipih-
pipihnya). Ketika menggunakan lup dengan mata tidak berakomodasi,
bayangan yang terbentuk jatuh di titik tak terhingga. Untuk menghasilkan
bayangan yang seperti ini, benda harus terltak di titik fokus lup (atau kurang
sedikit). Oleh karena mata tidak berakomodasi, lensa meregang sehingga mata
tidak cepat lelah. Pembesaran yang dihasilkan dalam keadaan mata tidak
berakomodasi adalah :
sn
M 1
f
Mata berakomodasi maksimum yaitu cara memandang obyek pada titik
dekatnya (otot siliar bekerja maksimum untuk menekan lensa agar berbentuk
secembung-cembungnya). Ketika menggunakan lup dengan mata
berakomodasi maksimum, bayangan yang terbentuk harus jatuh di titik dekat
mata ( 25cm ). Untuk mengahasilkan bayangan yang seperti ini, benda harus
terletak dia antara titik fokus lup ( f ) dan lensa (antara titik f dan O ). Olah
karena mata berakomodasi maksimum, lensa mata dalam keadaan menebal
sekuat-kuatnya dan otot-otot mata meregang sehingga mata cepat lelah. Akan
tetapi, dalam kondisi ini akan dihasilkan perbesaran yang maksimum.
Pembesaran yang dihasilkan dalam keadaan mata berakomodasi maksimum
adalah.
sn
M
f

158
4. Mikroskop
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan
laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil
(mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang
organisme yang berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu
diketahui komponen mikroskop, macam mikroskop, penggunaan dan
pemeliharaannya.

Gambar 7. Mikroskop

Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan obyek yang


diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan cmikroskop tiga
dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya,
mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali, mikroskop
stereo mempunyai perbesaran 7 hingga 30 kali, sedangkan mikroskop
elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali,
Prinsip kerja mikroskop adalah obyek ditempatkan di ruang dua lensa
obyektif sehingga terbentuk bayangan nyata terbalik dan diperbesar. Lensa
okuler mempunyai peran seperti lup, sehingga pengamat dapat melakukan dua
jenis pengamatan yaitu dengan mata tak berakomodasi atau dengan mata
berakomodasi maksimum. Pilihan jenis pengamatan ini dapat dilakukan
dengan cara menggeser jarak benda terhadap lensa obyektif yang dilakukan

159
dengan tombol soft adjustment (tombol halus yang digunakan untuk
menemukan fokus).

Gambar 8. Pembentukan bayangan pada mata berakomodasi maksimum

Pada kasus mata berakomodasi maksimum, pengamatan ini menempatkan


bayangan akhir (bayangan lensa okuler) maya pada titik dekat pengamat (PP).
Perbesaran mikroskop pada pengamatan ini adalah:
M  M ob  M ok
S 'ob PP
dimana: M  dan M  1
Sok f ok

Gambar 9. Pembentukan bayangan pada mata tanpa berakomodasi

Pada kasus mata tidak berakomodasi, pengamatan ini menempatkan


bayangan akhir (bayangan lensa okuler) maya pada titik jauh pengamat ( PR ).
Perbesaran mikroskop pada pengamatan ini adalah:
M  M ob  M ok
S 'ob PP
dimana: M ob  dan M ok  1
Sok f ok

160
5. Kamera
Kamera merupakan alat optik yang dapat memindahkan/mengambil
gambar dan menyimpannya dalam bentuk file, film maupun print-out. Kamera
menggunakan lensa positif dalam membentuk bayangan. Sifat bayangan yang
dibentuk kamera adalah nyata, terbalik, dan diperkecil. Pemfokusan dilakukan
dengan mengatur jarak lensa dengan film. Perubahan jarak benda
mengakibatkan perubahan jarak bayangan pada film oleh karena itu lensa
kamera perlu digeser agar bayangan tetap jatuh pada film. Hal ini terjadi karena
jarak fokus lensa kamera tetap. Dari rumus umum optik, jika jarak fokus tetap,
maka perubahan jarak benda ( s0 ) akan diikuti oleh perubahan jarak bayangan (
s ).
Semua benda yang teramati
terletak di ruang III yaitu berjarak
lebih besar dari 2 f . Sifat-sifat
bayangan akhir kamera pada film.
Sifat-sifat bayangan akhir kamera
pada film: nyata, terbalik,
diperbesar, diruang II. Pada kamera
berlaku rumus
1 1 1
 
s s0 f
Gambar 10. Pembentukan bayangan pada mata tanpa berakomodasi

Bagian-bagian dari kamera secara sederhana terdiri dari: Lensa cembung, film,
diafragma, dan aperture Proses pembentukan bayangan pada kamera dapat
dijelaskan sebagai berikut. Lensa positif, membiaskan cahaya dan membentuk
bayangan nyata, terbalik dan diperkecil. Diafragma mengatur jumlah cahaya
yang masuk ke dalam kamera dengan mengubah ukuran aperturenya. Film
merupakan media yang menangkap bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa.
Agar bayangan selalu jatuh pada film karena letak benda yang berubah, maka
dapat diatur dengan menggeser jarak lensa terhadap filmnya.

Gambar 11. Pembentukan bayangan pada mata tan

161
6. Teropong
Teropong adalah sebuah alat optik yang berfungsi untuk mengamati benda
dari kejauhan, itu definisi secara mudahnya. Teropong pada umumnya terdiri
dari dua buah lenbsa positif. Satu lensa yang mengarah ke obyek dan disebut
lensa obyektif dan satu lensa mengarah ke mata yang disebut lensa okuler.
Teropong terbagi menjadi 3 macam, yakni : teropong Bintang, teropong Bumi,
teropong Panggung.
Prinsip utama pada teropong
adalah: lensa obyektif membentuk
bayangan nyata dari sebuah obyek
jauh dan lensa okuler berfungsi
sebagai lup. Dengan demikian cara
mengamati obyek apakah mau
dengan cara berakomodasi maupun
tidak berakomodasi tergantung dari
posisi lensa okulernya. Oleh karena itu
jarak antara obyektif dan okuler dapat
diubah-ubah. Panjang teropong adalah
jarak antara lensa obyektif dan lensa
okulernya. Gambar 12. Teropong
Teropong bintang terdiri dari sebuah lensa cembung sebagai lensa obyektif
yang diameter dan jarak fokusnya besar, sedangkan lensa okuler adalah lensa
cembung dengan jarak fokus yang pendek. Pernbentukan bayangan pada
teropong bintaang melibatkan akomodasi mata. Untuk mata tak berakomodasi,
perbesaran dan panjang teropong dapat dhitung melalui:
f ob
M d  fob  fok
f ok
Sedangkan untuk mata berakomodasi maksimum, maka:
f ob
M d  fob  ssok
sok

Gambar 13. Pembentukan bayangan pada teropong bintang

162
Teropong bumi memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan teropong
bintang, hanya saja obyek yang dilihat hanya di permukaan bumi saja, tidak
sampai ke luar abgkasa. Akan tetapi bayangan yang dihasilkan nampak lebih
jelas, dekat dan tidak terbalik. Teropong bumi terdiri dari tiga lensa positif dan
salah satunya berfungsi sebagai pembalik bayangan.

Gambar 14. Pembentukan bayangan pada teropong bumi

Untuk mata tak berakomodasi, perbesaran dan panjang teropong dapat


dihitung melalui:
f ob
M d  fob  4 f p  fok
f ok
Sedangkan untuk mata berakomodasi maksimum, maka:
f ob
M d  fob  4 f p  ssok
sok
Teropong panggung adalah teropong yang mengkombinasikan antara lensa
positif dan lensa negatif. Lensa negatif digunakan sebagai pembalik dan
sekaligus sebagai okuler. Sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, tegak,
dan diperkecil. Prinsip kerja teropong panggung adalah sinar sejajar yang
masuk ke lensa obyektif membentuk bayangan nyata tepat di titik fokus
obyektif. Bayangan ini akan berfungsi sebagai benda maya bagi lensa okuler.
Dan oleh lensa okuler akan dibentuk bayangan yang dapat dilihat oleh mata.

Gambar 15. Pembentukan bayangan pada teropong panggung

163
B. OPTIK MODERN
Optika Modern meliputi wilayah optical science dan optical engineering
yang biasanya berhubungan dengan sifat-sifat elektromagnetik atau kuantum.
Kajian utama dalam optik modern adalah interaksi cahaya dengan materi.
Karakteritik cahaya sebagai gelombang electromagnet sekaligus sebagai paket
kuantum dapat diaplikasikan dalam membuat instrumentasi optic.
Pada dasarnya ada tiga macam bentuk interaksi yang terjadi antara cahaya
dengan materi, yaitu absorpsi, emisi spontan dan emisi terstimulasi. Pandang
dua buah tingkatan energi E1 dan E2 , dimana E2  E1 , seperti ditunjukkan
pada gambar berikut

Gambar 16. Absorpsi, emisi spontan, dan emisi terstimulasi

 Absorpsi adalah proses tereksitasinya elektron dari tingkatan energi E1 ke


E2 akibat penyerapan foton dengan energi hv  E2  E1 , dimana h adalah
34
konstanta Planck 6.626 10 J .s
 Emisi spontan adalah proses meluruhnya elektron yang tereksitasi di
tingkatan energi E2 ke tingkatan energi E1 . Karena E2  E1 , maka proses
peluruhan akan melepaskan energi yang berupa : Emisi radiatif
(memancarkan foton dengan energi = E2  E1 ) dan Emisi non-radiatif (
tidak memancarkan foton)
 Emisi terstimulasi adalah proses yang melibatkan elektron-elektron yang
sudah berada di E2 distimulasi/dirangsang oleh foton yang datang untuk
meluruh ke E1 , sehingga akan memperkuat energi cahaya yang datang
(amplification by stimulated emission of radiation)
Instrumentasi optik merupakan salah satu bagian dari cabang
instrumentasi di fisika. Komponen-komponen dasar dalam instrumentasi optik
antara lain lensa, prisma, cermin, pembagi berkas, filter. Sedangkan elemen-
elemen instrumentasi optik terdiri atas sumber cahaya, photodetektor, media
transmisi, dan piranti display. Beberapa contoh instrumentasi optik antara lain
mata makhluk hidup, sistem kamera, mikroskop, teleskop, OHP.
Pengintegrasian instumentasi optik dengan sistem elektronik banyak dijumpai
dilingkungan kita, dan sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari, seperti
automatic light meter dan automatic focus control pada kamera yang
digunakan untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk serta untuk
mengatur kontras/ketajaman citra, sistem bar code yang banyak digunakan
dibidang bisnis untuk membaca kode-kode garis pada produk industri

164
1. Laser
Laser adalah sebuah perangkat yang mengeluarkan cahaya melalui satu
proses disebut emisi terangsang. Laser adalah kepanjangan dari LASER (Light
Amplification by Stimulated Emission of Radiation - Pembesaran Cahaya oleh
Pancaran Radiasi yang Terangsang). Laser merupakan perangkat yang
menggunakan efek mekanik kuantum, diinduksi atau merangsang emisi, untuk
menghasilkan sinar cahaya koheren. Cahaya laser adalah gelombang
elektromagnetik nampak yang berada di dalam kisaran tertentu.
Laser merupakan sumber optik yang memancarkan foton dalam sinar
koheren. Cahaya laser biasanya monokromatik, misalnya, memiliki panjang
gelombang tunggal atau warna, dan dipancarkan dalam pancaran halus. Ini
berbeda dengan sumber cahaya biasa, seperti mentol, yang memancarkan
photon yang dapat dilihat semua arah, biasanya mencangkupi panjang
gelombang spektrum elektromagnetik yang luas. Laser dapat dipahami melalui
penggunaan teori mekanika kuantum dan termodinamika.
Ketika ditemukan pada tahun 1960, laser dinilai sebagai "solusi
memecahkan masalah". Sejak itu, laser dapat ditemukan dimanapun, sekarang
dapat ditemukan di ribuan aplikasi dalam berbagai bidang seperti elektronik,
teknologi informasi, penelitian ilmiah, kedokteran, industri dan militer.
Dalam banyak aplikasi, manfaat laser adalah karena sifat fisik mereka
seperti konsistensi, monochromaticity dan kemampuan untuk memperoleh
kekuatan yang sangat tinggi. Dengan contoh, sinar laser yang sangat koheren
dapat difokuskan di bawah batas difraksi pada panjang gelombang terlihat,
yang hanya beberapa nanometer. Ketika memfokuskan sinar laser yang kuat
pada suatu titik, ia akan menerima kepadatan tinggi. Penggunaan laser untuk
merekam gigabyte informasi dalam rongga mikroskopis dari CD, DVD atau Blu-
ray. Hal ini juga memungkinkan media laser memiliki intensitas rendah dalam
mencapai daya yang sangat tinggi dan menggunakannya untuk memotong,
membakar atau sublimasi materi / objek / benda.
Laser dihasilkan dari proses relaksasi elektron. Pada saat proses ini maka
sejumlah foton akan di lepaskan berbeda sengan cahaya senter emisi pada
laser terjadi dengan teratur sedangkan pada lampu senter emisi terjadi secara
acak. Pada laser emisi akan menghasilkan cahaya yang memiliki panjang
gelombang tertentu. berbeda dengan lampu senter emisi akan mengasilkan
cahaya dengan banyak panjang gelombang. proses yang terjadi adalah elektron
pada keadaan ground state (pada pita valensi) mendapat energi kemudian
statusnya naik menuju pita konduksi (keadaan eksitasi) kemudian elektron
tersebut kembali ke keadaan awal (ground state) diikuti dengan beberapa foton
yang terlepas. Kemudian agar energi yang dibawa cukup besar maka
dibutuhkan sebuah resonator resonator ini dapat berupa lensa atau cermin
yang sering digunakan adalah lensa dan cermin. ketika di dalam resonator
maka foton-foton tersebut akan saling memantul terhadap dinding resonator
sehingga cukup kuat untuk meninggalkan resonator tersebut. laser cukup kuat
digunakan sebagai alat pemotong misalnya adalah laser CO2 . Laser yang kuat
adalah tingkat pelebaranya rendah dan energi fotonya tinggi.

165
2. Serat Optik
Serat optik merupakan media transmisi atau pandu gelombang cahaya
berbentuk silinder yang dikembangkan diakhir tahun 1960-an sebagai jawaban
atas perkembangan sistem komunikasi yang semakin lama membutuhkan
bandwidh yang besar dengan laju transmisi yang tinggi. Serat optik terbuat dari
bahan dielektrik berbentuk seperti kaca. Di dalam serat inilah energi cahaya
yang dibangkitkan oleh sumber cahaya disalurkan sehingga dapat diterima di
ujung unit penerima (receiver).
Serat optik terdiri dari dua jenis yaitu serat optik kabel dan serat optic
plastik. Serat optik kabel banyak digunakan untuk transmisi jarak jauh
sementara untuk serat optik plastik hanya digunakan untuk komunikasi jarak
pendek. Serat optik banyak dibuat dari kaca atau bahan silika ( SiO2 ), yang
biasanya diberi doping untuk menaikkan indeks biasnya. Serat optik plastik
tidak jauh berbeda dengan serat optik kabel, hanya saja untuk serat optik kabel
dilengkapi dengan kevlar untuk penguat serat optik.
Serat optik plastik adalah jenis serat optik yang terbuat dari jenis plastik
tertentu dengan indeks bias tertentu. Serat optik plastik kurang banyak
digunakan sebagai media transmisi jarak jauh karena memiliki atenuasi yang
besar. Serat optik plastik banyak dikembangkan sebagai sensor karena mudah
diubah-ubah dan diberi perlakuan, sedangkan serat optik kaca terlalu rapuh
dan ukurannya yang kecil sehingga sulit untuk diberi perlakuan. Serat optik
plastik terdiri dari teras (core), selongsong (cladding), dan jaket pelindung.
Teras dan selongsong dibuat berbeda indeks bias, agar bisa terjadi pemantulan
internal total. Pemantulan internal total inilah yang menyebabkan cahaya tetap
berada dalam serat optik. Sementara jaket digunakan untuk melindungi serat
optik dari kondisi lingkungan yang merusak.

Gambar 17. Pandu gelombang dielektrik silinder atau fiber

Ketika cahaya yang menjalar di dalam bahan transparan yang memiliki


perbedaan indeks bias, sehingga menemui permukaan bahan transparan
lainnya, maka dua hal akan terjadi, yaitu: Sebagian cahaya dipantulkan, dan
Sebagian cahaya diteruskan ke dalam bahan transparan kedua. Cahaya yang
diteruskan biasanya berubah arah ketika memasuki bahan kedua, yaitu jika
cahaya masuk dengan sebuah sudut terhadap garis normal permukaan bahan.
Pembelokan cahaya ini timbul karena pembiasan yang bergantung pada
kecepatan cahaya di dalam suatu bahan, dan kecepatannya berbeda di dalam
bahan dengan indeks bias berbeda.

166
Apabila sinar datang dengan sudut i1 yang melewati bidang batas dua
0
medium dengan dibiaskan dengan sudut 90 , maka sudut datang inilah yang
disebut dengan sudut kritis (c ) . Berdasarkan persamaan Snellius, sudut kritis
dapat ditulis:
 n 
c  arc  sin 2 
 n1 
Sinar cahaya yang masuk ke dalam inti serat optik membentuk sudut
datang tertentu terhadap poros serat optik. Sudut yang menuju ke arah
permukaan serat optik, tidak semua akan diteruskan. Tetapi ada syarat tertentu
agar sinar yang datang tersebut dapat diteruskan. Sudut  max yang merupakan
batas agar sinar dapat melewati serat optik. Sudut ini disebut Numerical
Aperture.
Sinar tidak dapat melewati serat optik jika datang dengan sudut lebih besar
dari  max . Sinar ini bisa masuk ke serat optik tetapi tidak dapat melewati serat
optik karena sinar telah diserap oleh cladding. Sedangkan semua sinar dengan
sudut datang kurang dari  max dapat masuk dan melewati serat optik, sinar ini
akan mengalami pematulan internal total yang menyebabkan sinar tetap
berada dalam serat optik.
Besarnya nilai numerical aperture (NA) ditentukan dengan persamaan
berikut:
c  n sin max  n
1
2
 n2 2 
Dengan n adalah indeks bias udara = 1 , n1 adalah indeks bias inti, n2
adalah indeks bias selubung. Nilai numerical aperture adalah suatu ukuran
kemampuan serat optik untuk menangkap sinar yang berasal dari sumber
optik.
Pada prinsipnya, transmisi cahaya dalam fiber sama dengan pada pandu
gelombang dielektrik planar, kecuali bentuk geometrinya. Dalam kedua jenis
pandu gelombang, cahaya merambat dalam bentuk modus-modus. Masing-
masing modus menjalar sepanjang sumbu pandu gelombang dengan suatu
konstanta perambatan dan kecepatan group, dengan mempertahankan
distribusi ruang transversalnya dan polarisasinya. Bila diameter core-nya kecil,
maka hanya satu modus yang diperbolehkan dan fiber disebut dengan single-
mode fiber. Fiber dengan diameter core yang besar disebut multimode fiber.
Salah satu masalah yang berkaitan dengan perambatan cahaya dalam fiber
multimode adalah ditimbulkan dari perbedaan kecepatan group dari masing-
masing modus. Akibatnya pulsa akan melebar sepanjang fiber. Efek ini dikenal
sebagai dispersi modus, yaitu batas kecepatan dimana pulsa-pulsa dapat
dikirim tanpa saling tumpang tindih. Modal dispersion dapat dikurangi dengan
gradien indeks bias dari core, yang mempunyai nilai maksimum pada pusatnya
dan nilai minimum pada batas core/cladding.

167
SOAL LATIHAN

1. Dua cermin yang masing-masing panjangnya 1.6 m disusun berhadapan


seperti pada gambar. Jarak antara cermin 20cm . suatu berkas sinar jatuh
tepat pada ujung salah satu cermin dengan sudut datang  . Buatlah data
dalam bentuk tabel untuk melihat hubungan antara  dengan banyaknya
pantulan dari sinar yang keluar dari pasangan cermin itu ...

2. Jika sebuah cermin cekung memiliki titik fokus 12cm , plot hubungan jarak
benda dengan jarak bayangan

3. Percobaan pada sebuah cermin


cembung dihasilkan grafik
1 1
hubungan antara dan
s s'
seperti pada gambar di bawah (
s = jarak benda , s ' = jarak
bayangan). Dari grafik tersebut,
agar lensa dapat menghasilkan
bayangan nyata pada jarak
10cm , obyek harus diletakkan di
muka lensa pada jarak …

4. Sebuah lensa benda ditempatkan 30cm di depan lensa cembung yang


memiliki fokus 25cm . Jika benda digeser tiap 2cm maka tentukan
perubahan jarak bayangannya dengan membuat grafiknya

5. Jelaskan prinsip kerja Laser

168
DAFTAR PUSTAKA

P. Tipler. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga

Giancoli, D. C. 2001. Fisika Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga

Sears Zemansky, Fisika untuk Universitas Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga

E. Endarko, G. Yudoyono. 2007. Draft Modul Fisika. Departemen Pendidikan


Nasional Biro Perencanaan dan kerjasama Luar Negeri. Jakarta.

169

Anda mungkin juga menyukai