Anda di halaman 1dari 20

SISTEM KESETIMBANGAN GAYA

Zam’ah, Dedi Riwanto, Nurfaid, Nurtang

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Abstrak

Telah dilakukan praktikum yang berjudul” Sistem Kesetimbangan gaya” yang bertujuan
untuk menyelediki kondisi-kondisi kesetimbagan statis pada sistem tuas dua lengan dan menentukan
momen gaya sistem tua dua lengan berdasarkan prinsip kesetimbangan. Kesetimbangan gaya yaitu
suatu keadaan dimana benda dalam keadan seimbang atau ∑ 𝜏 = 0. Terdapat dua syarat benda
dikatakan dalam keadaan kesetimbangan, yaitu benda tersebut berada dalam kesetimbangan
translasi yang berarti bahwa vektor resultan dari semua gaya yang bekerja pada benda harus sama
dengan nol dan kondisi yang lain adalah harus dalam keadaan kesetimbangan rotasinya . Adapun
nilai yang diperoleh dari data pada analisis pertama adalah W1=|3,0 ± 0,3|10-2 Nm, W2=|15,0 ±
0,8|10-2 Nm, gaya pegas=│18,0 ± 0,8│10-2 Nm. Analisis kedua diperoleh nilai momen gaya yang
tidak sama dengan nol. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa percobaan yang
dilakukan tidak sesuai dengan teori karena nilai yang diperoleh pada analisis tidak semua momen
gaya sama dengan nol.

Kata kunci: Kesetimbangan gaya, Momen gaya,

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua lengan?
2. Berapa momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip
kesetimbangan?

TUJUAN
1. Menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua lengan.
2. Menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinip
kesetimbangan.

METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Jika sebuah benda sedang diam dan tetap diam, benda dikatakan dalam
kesetimbangan statis. Jika benda kembali ke keadaan setimbang statis setelah
dipindahkan dari keadaan tersebut oleh sebuah gaya, maka benda tersebut
dikatakan berada dalam kesetimbangan statis yang stabil (Jewett, 2009.Hal:273).
Jika gaya yang kecil dapat memindahkan benda dan mengakhiri kesetimbangan,
maka benda tersebut berada dalam kesetimbangan statis yang tidak stabil.
(Halliday, 2010.Hal:332)
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah benda untuk dapat
mencapai keadaan kesetimbangan statis. Pertama benda tersebut harus berada
dalam kesetimbangan translasi yang berarti bahwa vektor resultan dari semua gaya
yang bekerja pada benda harus sama dengan nol.

∑𝐹 = 0

Agar kesetimbangan statik terjadi, jumlah torsi yang cenderung


menghasilkan rotasi searah jarum jam terhadap setiap titik harus sama dengan
jumlah torsi yang cenderung menghasilkan rotasi berlawanan arah jarum jam
terhadap titik tersebut. Dengan kata lain, penjumlahan torsi akibat seluruh gaya luar
yang bekerja pada benda, dengan mengacu pada setiap titik tertentu, haruslah nol.

∑ 𝜏⃗ = 0

Meskipun pemilihan titik acuan adalah sembarang, setelah memilih titik,


harus digunakan titik yang sama untuk menghitung seluruh torsi pada benda
(Young, 2002.Hal:326). Jarak tegak lurus dari pusat putaran terhadap garis gaya
aksi disebut lengan gaya. Torka 𝜏 merupakan besaran vektor yang didefinisikan:
𝜏=R×F [5.1]
C B

Gambar 5.1. sistem dalam keadaan seimbang


Efek rotasi dari sebuah benda terkadang dikaitkan dengan pusat gravitasi
yang didefinisikan sebagai gaya tunggal keatas yang dapat menyeimbangkan
atraksi gravitasi pada semua bagian benda untuk berbagai posisi (Tipler,
1998.Hal:124). Gambar 5.1 menunjukkan sebuah batang yang disetim pada titik B
dengan w1 dan w2 adalah berat beban gantung. Berat batang WB adalah tarikan
gravitasi yang bekerja pada pusat gravitasi C. Kondisi untuk kesetimbangan rotasi
untuk sistem di atas adalah:
w1 (L1) = w2 (L2) + wB (L3) [5.2]
(Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Makassar, 2014. Hal: ?)

Alat dan Bahan


1. Alat
a. Dasar statif 1 buah
b. Kaki statif 1 buah
c. Batang statif pendek 1 buah
d. Batang statif panjang 1 buah
e. Balok pendukung 1 buah
f. Neraca pegas 1,5 N 1 buah
g. Beban 50 gram 2 buah
h. Steker poros 1 buah
i. Tuas 1 buah
2. Bahan
-

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel kontrol : berat
2. Variabel manipulasi : jarak
3. Variabel respon : torka

Definisi Operasional Variabel


Kegiatan 1
1. Variabel kontrol adalah variabel yang tetap atau tidak dapat diubah. Adapun
variabel kontrol dalam kegiatan ini adalah:
a. Berat adalah hasil pengukuran berat benda yang digunakan menggunakan
neraca pegas dengan satuan Newton (N).
2. Variabel manipulasi adalah variabel yang dapat diubah berdasarkan variabel.
Adapun variabel manipulasi dalam kegiatan ini adalah:

a. Jarak, adalah panjang pada percobaan yang diukur dari titik pusat
kesetimbangan menuju ke titik beban dengan diukur menggunakan mistar
(m).
3. Variabel respon adalah variabel yang dapat berubah disebabkan oleh variabel
manipulasi. Adapun variabel respon dalam kegiatan ini adalah:
a. Torka adalah besarnya gaya yang menyebabkan sistem mengalami
kesetimbangan. Tetapi pada percobaan ini, torka tidak diukur.

Prosedur Kerja

Menyusun/merangkai alat-alat tersebut.

Keterangan:

1. Setelah seluruh peralatan dipersiapkan sesuai dengan daftar di atas,rakitlah


seperti gambar.
2. Memasang steker poros pada balok pendukung kemudian memasang balok
pendukung pada ujung atas batang statif.
3. Memasang tuas pada steker poros dan mengatur keseimbangannya agar anak
panah tepat menunjuk vertikal kebawah.
Kegiatan laboratorium
1. Memasang beban m1 pada posisi 4 (6 cm dari pusat tuas) dan beban m2 pada
posisi 10 (15 cm dari pusat tuas) disebelah kanan titik pusat tuas (seperti gambar
dibawah). Mencatat masing-masing panjang lengan beban sebagai panjang L1
dan L2.
2. Memasang neraca pegas pada posisi (15 cm dari pusat tuas) disebelah kanan
titik pusat tuas (seperti gambar dibawah). Mencatat sebagai panjang lengan
gaya Lf.
L2
Lf

L1

w1 w2
Fpeg

3. Menarik neraca pegas hingga terjadi kesetimbangan dan membaca besarnya


gaya (F) pada neraca pegas tersebut.
4. Mengulangi langkah 1 sampai dengan 3 dengan posisi m1, m2, dan neraca pegas
yang berbeda hingga 5 kali.

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA


Hasil Pengamatan

Tabel Hasil Pengamatan


𝑚1 = 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑤1 = 0,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 NST pegas =
0,1
𝑚2 = 100 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑤2 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚
Judul ?
No. Urut 1 2 3 4 5
Kegiatan
Lengan |6,0 ± 0,5| |3,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5|
Beban 1
(𝐿1 ), cm =
× 10−2 𝑚
Lengan |15,0 ± 0,5| |15,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5|
Beban 2
(𝐿2 ), cm =
× 10−2 𝑚
Lengan |15,0 ± 0,5| |12,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5|
Gaya (𝐿𝑓 ),
cm = ×
10−2 𝑚
Gaya |1,2 ± 0,05| |1,30 ± 0,05| |6,0 ± 0,05| |6,0 ± 0,5| |6,0 ± 0,5|
Pegas (F),
N

ANALISIS DATA
Momen gaya oleh beban W1, W2, dan gaya pegas
𝜏1 = 𝑊1 × 𝐿1
𝜏2 = 𝑊2 × 𝐿2
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝐿𝑓

Rambat ralat
𝜏 =𝐹 ×𝑙
𝜏 =𝑊 ×𝑙
𝛿𝜏 𝛿𝜏
𝑑𝜏 = |𝛿𝑊| 𝑑𝑊 + | 𝛿𝑙 | 𝑑𝑙
𝛿(𝑊 ×𝑙 ) 𝛿(𝑊 ×𝑙 )
𝑑𝜏 = | | 𝑑𝑊 + | | 𝑑𝑙
𝛿𝑊 𝛿𝑙

𝑑𝜏 = |𝑙 . 𝑑𝑊| + |𝑊. 𝑑𝑙|


𝑑𝜏 𝑙.𝑑𝑊 𝑤.𝑑𝑙
= | 𝑊.𝑙 | + | 𝑊.𝑙 |
𝜏
∆𝑊 ∆𝐿
∆𝜏 = | 𝑊 + |𝜏
𝐿
∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2

𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝛿𝜏 𝛿𝜏
d 𝜏 = │ 𝛿𝐹 │dF + │𝛿𝑙 │dlF
𝐹

𝛿(𝐹 ×𝑙𝑓 ) 𝛿(𝐹 ×𝑙𝑓 )


d𝜏 =│ 𝛿𝐹
│dF + │ 𝛿𝑙𝐹
│dlF
𝑑𝜏 = |𝑙𝐹. dF| + |𝐹. 𝑑𝑙𝑓 |
𝑑𝜏 𝑙 𝑑𝐹 𝐹.𝑑𝑙
= |𝐹𝑓.×𝑙 | + |𝐹 ×𝑙𝑓 |
𝜏𝑓 𝑓 𝑓

∆𝐹 ∆𝐿𝑓
∆𝜏𝑓 = | 𝐹 + | 𝜏𝑓
𝐿𝑓

1. Berdasarkan hasil pengukuran,menghitung momen gaya (torka) masing-masing


oleh beban w1,w2 dan gaya pegas F
a. Kegiatan 1
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05|
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 6,00 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 3 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,03 𝑁𝑚

∆𝑊1 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | + | 𝜏1
𝑊1 𝐿1

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏1 = |0,50 + | 3 . 10−2 𝑁𝑚
6.10−2

∆𝜏1 = |0,1 + 0,0083| 3 . 10−2 𝑁𝑚

∆𝜏1 = 0,1083 × 3 . 10−2 𝑁𝑚

∆𝜏1 = 0,3249 × 10−2 𝑁𝑚

∆𝜏1
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏1

0,3249 ×10−2
KR = × 100%
3 × 10−2

KR = 10,83 % 2 AB

DK = 100% - 10,83% = 89,17 %

PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = |3,0 ± 0,3| 10-2 Nm


2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 15,00 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 15 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,15 𝑁𝑚

∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏2 = | + | 15 . 10−2 𝑁𝑚
1,00 15.10−2

∆𝜏2 = |0,05 + 0,0033| 15 . 10−2 𝑁𝑚

∆𝜏2 = 0,0533 × 15 . 10−2 𝑁𝑚

∆𝜏2 = 0,7995 × 10−2 𝑁𝑚

∆𝜏2
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏2

0,7995×10−2
KR = × 100%
15 × 10−2

KR = 5,33 % 3 AB

DK = 100% - 5,33% = 94,67 %

PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |15,0 ± 0,8| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
F = |1,20 ± 0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,20 𝑁 × 15,00. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 18 × 10−2 Nm
∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙

0,05 0,05 . 10−2


= │1,20 + │18.10-2 Nm
15 . 10−2

∆ 𝜏f = │0,0417 + 0,0033│18.10-2 Nm

= 0,045 × 18.10-2 Nm

= 0,81.10-2 Nm

∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓

0,81 .10−2
= × 100%
18.10−2

= 4,5 % (3AB)

DK = 100% - KR = 100% - 4,5% = 95,5%

PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│

= │18,0 ± 0,8│10-2 Nm

b. Kegiatan 2
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05| N
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 3,00 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 1,5 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,015 𝑁𝑚

∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏1 = |0,50 + | 1,5 . 10−2 𝑁𝑚
3.10−2

∆𝜏1 = |0,1 + 0,0167| 1,5 . 10−2 𝑁𝑚


∆𝜏1 = 0,1167 × 1,5 . 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏1 = 0,17505 × 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏1
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏1

0,17505 ×10−2
KR = × 100%
1,5 × 10−2

KR = 11,67 % 2 AB
DK = 100% - 11,67% = 88,33 %
PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = |1,5 ± 0,2| 10-2 Nm

2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 15,00 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 15 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,15 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏2 = |1,00 + | 15 . 10−2 𝑁𝑚
15.10−2

∆𝜏2 = |0,05 + 0,0033| 15 . 10−2 𝑁𝑚


∆𝜏2 = 0,0533 × 15 . 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏2 = 0,7995 × 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏2
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏2

0,7995×10−2
KR = × 100%
15 × 10−2

KR = 5,33 % 3 AB
DK = 100% - 5,33% = 94,67 %
PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |15,0 ± 0,8| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
F = |1,30±0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,30 𝑁 × 12,00. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 15,6 × 10−2 Nm
∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
0,05 0,05 . 10−2
= │1,30 + │15,6.10-2 Nm
12 . 10−2

∆ 𝜏f = │0,0385 + 0,0042│15,6.10-2 Nm
= 0,0427 × 15,6.10-2 Nm
= 0,66612.10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓

0,66612 .10−2
= × 100%
15,6.10−2

= 4,27 % (3AB)
DK = 100% - KR = 100% - 4,27% = 95,73%
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │15,6 ± 0,7│10-2 Nm

c. Kegiatan 3
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05| N
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 4,50 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 2,25 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,0225 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏1 = |0,50 + 4,50.10−2
| 2,25 . 10−2 𝑁𝑚

∆𝜏1 = |0,1 + 0,0111| 2,25 . 10−2 𝑁𝑚


∆𝜏1 = 0,1111 × 2,25 . 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏1 = 0,249975 × 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏1
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏1

0,249975 ×10−2
KR = × 100%
2,25 × 10−2

KR = 11,11 % 2 AB
DK = 100% - 11,11% = 88,89 %
PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = |2,2 ± 0,2| 10-2 Nm

2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 12,00 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 12 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,12 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏2 = |1,00 + | 12 . 10−2 𝑁𝑚
12.10−2

∆𝜏2 = |0,05 + 0,0042| 12 . 10−2 𝑁𝑚


∆𝜏2 = 0,0542 × 12 . 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏2 = 0,6504 × 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏2
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏2

0,6504×10−2
KR = × 100%
12 × 10−2

KR = 5,42 % 3 AB
DK = 100% - 5,42% = 94,58 %
PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |12,0 ± 0,6| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
F = |1,25±0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,25 𝑁 × 10,5. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 13,125 × 10−2 Nm

∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
0,05 0,05 . 10−2
= │1,25 + 10,5 . │13,125.10-2 Nm
10−2

∆ 𝜏f = │0,04 + 0,0048│13,125.10-2 Nm
= 0,0448 × 13,125.10-2 Nm
= 0,588.10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓

0,588 .10−2
= 13,125.10−2 × 100%

= 4,48 % (3AB)
DK = 100% - KR = 100% - 4,27% = 95,52%
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │13,1 ± 0,6│10-2 Nm

d. Kegiatan 4
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05| N
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 9,00 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 4,5 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,045 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏1 = |0,50 + | 4,5. 10−2 𝑁𝑚
9,00.10−2

∆𝜏1 = |0,1 + 0,0055| 4,5 . 10−2 𝑁𝑚


∆𝜏1 = 0, 1055 × 4,5 . 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏1 = 0, 47475 × 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏1
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏1

0,47475×10−2
KR = × 100%
4,5 × 10−2

KR = 10,55 % 2 AB
DK = 100% - 10,55% = 89,45 %
PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = | 4,5±0,5 | 10-2 Nm

2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 13,50 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 13,5 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,135 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏2 = |1,00 + 13,50.10−2 | 13,5 . 10−2 𝑁𝑚

∆𝜏2 = |0,05 + 0,0037| 13,5 . 10−2 𝑁𝑚


∆𝜏2 = 0,0537 × 13,5 . 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏2 = 0,72495 × 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏2
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏2

0,72495×10−2
KR = × 100%
13,5 × 10−2

KR = 5,37 % 3 AB
DK = 100% - 5,37% = 94,63 %
PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |13,5 ± 0,7| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
F = |1,00±0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,00 𝑁 × 16,50. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 16,50 × 10−2 Nm

∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
0,05 0,05 . 10−2
= │1,00 + 16,5 . │16,50.10-2 Nm
10−2

∆ 𝜏f = │0,05 + 0,0030│16,50.10-2 Nm
= 0,0530 ×16,50.10-2 Nm
= 0,8745 .10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓

0,8745.10−2
= × 100%
16,5010−2
= 5,3% (3AB)
DK = 100% - KR = 100% - 5,3% = 94,7%
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │16,5 ± 0,9 │10-2 Nm
e. Kegiatan 5
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05| N
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 7,50 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 3,75 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,0375 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1

0,05 0,05 .10−2


∆𝜏1 = |0,50 + | 3,75. 10−2 𝑁𝑚
7,50.10−2

∆𝜏1 = |0,1 + 0,0067| 3,75. 10−2 𝑁𝑚


∆𝜏1 = 0,1067 × 3,75 . 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏1 = 0, 400125 × 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏1
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏1

0,400125×10−2
KR = × 100%
3,75 × 10−2

KR = 10,67% 2 AB
DK = 100% - 10,67% = 89,33 %
PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = |3,8 ± 0,4| 10-2 Nm

2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 12,00 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 12 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,12 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2
0,05 0,05 .10−2
∆𝜏2 = |1,00 + | 12 . 10−2 𝑁𝑚
12.10−2

∆𝜏2 = |0,05 + 0,0042| 12 . 10−2 𝑁𝑚


∆𝜏2 = 0,0542 × 12 . 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏2 = 0,6504 × 10−2 𝑁𝑚
∆𝜏2
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏2

0,6504×10−2
KR = × 100%
12 × 10−2

KR = 5,42 % 3 AB
DK = 100% - 5,42% = 94,58 %
PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |12,0 ± 0,6| 10-2 Nm

3) Gaya pegas
F = |1,40±0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,40 𝑁 × 10,5. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 14,7 × 10−2 Nm

∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
0,05 0,05 . 10−2
= │1,40 + 10,5 . │14,7.10-2 Nm
10−2

∆ 𝜏f = │0,0357 + 0,0048│14,7.10-2 Nm
= 0,0405 × 14,7.10-2 Nm
= 0,59535.10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓

0,59535 10−2
= × 100%
14,7 .10−2

= 4,05% (3AB)
DK = 100% - KR = 100% - 4,05% = 95,95 %
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │14,7 ± 0,6│10-2 Nm
2. Momen gaya masing-masing secara teori

Kegiatan 1

∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
3.10-2 Nm + 15. 10-2 Nm -18. 10-2 Nm = 0
0=0
∆𝜏 = 0,3 + 0,8 − 0,8 = 0,3
𝜏 = |0,0 ± 0,3| 𝑁𝑚

Kegiatan 2

∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
1,5. 10-2 Nm + 15.10-2 Nm – 15,6.10-2Nm = 0
0,9 . 10-2 Nm = 0
0,009 Nm = 0
∆𝜏 = 0,8 + 0,8 − 0,2 = 0,12
𝜏 = |0,009 ± 0,120| 𝑁𝑚

Kegiatan 3
∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
2,2. 10-2 Nm + 12.10-2 Nm – 13,1.10-2Nm = 0
1,1 . 10-2 Nm = 0
0,011 Nm = 0
∆𝜏 = 0,2 + 0,6 − 0,6 = 0,2
𝜏 = |0,011 ± 0,200| 𝑁𝑚

Kegiatan 4
∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
4,5. 10-2 Nm + 13,5.10-2 Nm – 16,5.10-2Nm = 0
1,5 . 10-2 Nm = 0
0,015 Nm = 0
∆𝜏 = 0,5 + 0,7 − 0,9 = 0,3
𝜏 = |0,015 ± 0,300| 𝑁𝑚

Kegiatan 5
∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
3,8. 10-2 Nm + 12.10-2 Nm – 14,7.10-2Nm = 0
1,1 . 10-2 Nm = 0
0,011 Nm = 0
∆𝜏 = 0,4 + 0,6 − 0,6 = 0,4
𝜏 = |0,011 ± 0,400| 𝑁𝑚

Hasil praktikum membuktikan Hukum kesetimbangan gaya, yaitu pada kegiatan 1


resultan momen gaya tepat 0. Adapun kegiatan 2 hingga 5 tidak tepat 0 karena
kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam pengamatan ataupun karena kelelahan
komponen alat.

PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini dilakukan satu kegiatan. Pada kegiatan tersebut kita
melakukan 5 kali pengambilan data dengan memanipulasi jarak pegas atau beban,
atau memanipulasi kedua-duanya untuk menentukan kesetimbangan gaya, dimana
kesetimbangan gaya yaitu suatu keadaan benda dalam keadaan setimbang atau
benda tersebut sudah diam.
Adapun data yang diperoleh dalam praktikum ini sebagaimana telah
dicantumkan di atas. Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan 4 poin analisis,
yaitu menghitung momen gaya (torka) masing-masing oleh beban W1, W2, dan gaya
pegas F; menghitung momen gaya masing-masing secara teori; membuktikan
kesetimbangan gaya berdasarkan hasil perhitungan; dan menghitung
ketidakpaastian hasil pengukuran.
Adapun hasil analisis yang diperoleh pada analisis pertama kegiatan 1, yaitu
W1 = |3,0 ± 0,3| 10-2 Nm, W2 = |15,0 ± 0,8| 10-2 Nm, gaya pegas = │18,0 ± 0,8│10-
2
Nm; kegiatan 2, yaitu W1 = |1,5 ± 0,2| 10-2 Nm, W2 = |15,0 ± 0,8| 10-2 Nm, gaya
pegas = │15,6 ± 0,7│10-2 Nm; kegiatan 3, yaitu W1 = |2,2 ± 0,2| 10-2 Nm, W2 =
|12,0 ± 0,6| 10-2 Nm, gaya pegas = │13,1 ± 0,6│10-2 Nm; kegiatan 4, yaitu W1 = |
4,5±0,5 | 10-2 Nm, W2 = |13,5 ± 0,7| 10-2 Nm, gaya pegas = │16,5 ± 0,9 │10-2 Nm;
kegiatan 5, yaitu W1 = |3,8 ± 0,4| 10-2 Nm, W2 = |12,0 ± 0,6| 10-2 Nm, gaya pegas =
│14,7 ± 0,6│10-2 Nm. Pada analisi kedua diperoleh nilai dari kegiatan 1 samapi
kegiatan 5 berturut-turut, yaitu 0 = 0; 0,009 Nm = 0; 0,011 Nm = 0; 0,015 Nm = 0;
0,011 Nm = 0.
Hasil praktikum membuktikan Hukum kesetimbangan gaya, yaitu pada
kegiatan 1 resultan momen gaya tepat 0. Adapun kegiatan 2 hingga 5 tidak tepat 0
karena dalam percobaan ini terdapat kesalahan kami dalam melakukan pengamatan
maupun dari alat yang digunakan. Meskipun demikian, kesalahan yang diperoleh
tidak jauh berbeda dari teori.

SIMPULAN DAN DISKUSI


Sistem kesetimbangan gaya yaitu suatu keadaan dimana benda dalam keadan
seimbang atau ∑ 𝜏 = 0. Ada dua kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah benda
untuk dapat mencapai keadaan kesetimbangan statis, Pertama benda tersebut harus
berada dalam kesetimbangan translasi yang berarti bahwa vektor resultan dari
semua gaya yang bekerja pada benda harus sama dengan nol. Kondisi yang lain
adalah harus dalam keadaan kesetimbangan rotasinya.
Adapun momen gaya yang diperoleh dalam praktikum ini adalah 𝜏 = |0,0 ±
0,3| 𝑁𝑚; 𝜏 = |0,009 ± 0,120| 𝑁𝑚; 𝜏 = |0,011 ± 0,200| 𝑁𝑚; 𝜏 = |0,015 ±
0,300| 𝑁𝑚; dan 𝜏 = |0,011 ± 0,400| 𝑁𝑚.

DAFTAR RUJUKAN

Halliday, David, Jearl Walker dan Robert Resnick. 2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid
1 (Terjemahan). Jakarta:Erlangga
Jewett, Serwey. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta:Salemba
Teknik

Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 (Terjemahan).
Jakarta:Erlangga

Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitasn Negeri


Makassar. 2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar:Universitas
Negeri Makassar

Young, Hugh D DAN Roger A. Freedman. 2002. Fisika Universitas Edisi


Kesepuluh Jilid 1. Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai