Abstrak
Telah dilakukan praktikum yang berjudul” Sistem Kesetimbangan gaya” yang bertujuan
untuk menyelediki kondisi-kondisi kesetimbagan statis pada sistem tuas dua lengan dan menentukan
momen gaya sistem tua dua lengan berdasarkan prinsip kesetimbangan. Kesetimbangan gaya yaitu
suatu keadaan dimana benda dalam keadan seimbang atau ∑ 𝜏 = 0. Terdapat dua syarat benda
dikatakan dalam keadaan kesetimbangan, yaitu benda tersebut berada dalam kesetimbangan
translasi yang berarti bahwa vektor resultan dari semua gaya yang bekerja pada benda harus sama
dengan nol dan kondisi yang lain adalah harus dalam keadaan kesetimbangan rotasinya . Adapun
nilai yang diperoleh dari data pada analisis pertama adalah W1=|3,0 ± 0,3|10-2 Nm, W2=|15,0 ±
0,8|10-2 Nm, gaya pegas=│18,0 ± 0,8│10-2 Nm. Analisis kedua diperoleh nilai momen gaya yang
tidak sama dengan nol. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa percobaan yang
dilakukan tidak sesuai dengan teori karena nilai yang diperoleh pada analisis tidak semua momen
gaya sama dengan nol.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua lengan?
2. Berapa momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip
kesetimbangan?
TUJUAN
1. Menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua lengan.
2. Menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinip
kesetimbangan.
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Jika sebuah benda sedang diam dan tetap diam, benda dikatakan dalam
kesetimbangan statis. Jika benda kembali ke keadaan setimbang statis setelah
dipindahkan dari keadaan tersebut oleh sebuah gaya, maka benda tersebut
dikatakan berada dalam kesetimbangan statis yang stabil (Jewett, 2009.Hal:273).
Jika gaya yang kecil dapat memindahkan benda dan mengakhiri kesetimbangan,
maka benda tersebut berada dalam kesetimbangan statis yang tidak stabil.
(Halliday, 2010.Hal:332)
Ada dua kondisi yang harus dipenuhi oleh sebuah benda untuk dapat
mencapai keadaan kesetimbangan statis. Pertama benda tersebut harus berada
dalam kesetimbangan translasi yang berarti bahwa vektor resultan dari semua gaya
yang bekerja pada benda harus sama dengan nol.
∑𝐹 = 0
∑ 𝜏⃗ = 0
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. Variabel kontrol : berat
2. Variabel manipulasi : jarak
3. Variabel respon : torka
a. Jarak, adalah panjang pada percobaan yang diukur dari titik pusat
kesetimbangan menuju ke titik beban dengan diukur menggunakan mistar
(m).
3. Variabel respon adalah variabel yang dapat berubah disebabkan oleh variabel
manipulasi. Adapun variabel respon dalam kegiatan ini adalah:
a. Torka adalah besarnya gaya yang menyebabkan sistem mengalami
kesetimbangan. Tetapi pada percobaan ini, torka tidak diukur.
Prosedur Kerja
Keterangan:
L1
w1 w2
Fpeg
ANALISIS DATA
Momen gaya oleh beban W1, W2, dan gaya pegas
𝜏1 = 𝑊1 × 𝐿1
𝜏2 = 𝑊2 × 𝐿2
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝐿𝑓
Rambat ralat
𝜏 =𝐹 ×𝑙
𝜏 =𝑊 ×𝑙
𝛿𝜏 𝛿𝜏
𝑑𝜏 = |𝛿𝑊| 𝑑𝑊 + | 𝛿𝑙 | 𝑑𝑙
𝛿(𝑊 ×𝑙 ) 𝛿(𝑊 ×𝑙 )
𝑑𝜏 = | | 𝑑𝑊 + | | 𝑑𝑙
𝛿𝑊 𝛿𝑙
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝛿𝜏 𝛿𝜏
d 𝜏 = │ 𝛿𝐹 │dF + │𝛿𝑙 │dlF
𝐹
∆𝐹 ∆𝐿𝑓
∆𝜏𝑓 = | 𝐹 + | 𝜏𝑓
𝐿𝑓
∆𝑊1 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | + | 𝜏1
𝑊1 𝐿1
∆𝜏1
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏1
0,3249 ×10−2
KR = × 100%
3 × 10−2
KR = 10,83 % 2 AB
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2
∆𝜏2
𝐾𝑅 = × 100%
𝜏2
0,7995×10−2
KR = × 100%
15 × 10−2
KR = 5,33 % 3 AB
3) Gaya pegas
F = |1,20 ± 0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,20 𝑁 × 15,00. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 18 × 10−2 Nm
∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
∆ 𝜏f = │0,0417 + 0,0033│18.10-2 Nm
= 0,045 × 18.10-2 Nm
= 0,81.10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓
0,81 .10−2
= × 100%
18.10−2
= 4,5 % (3AB)
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │18,0 ± 0,8│10-2 Nm
b. Kegiatan 2
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05| N
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 3,00 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 1,5 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,015 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1
0,17505 ×10−2
KR = × 100%
1,5 × 10−2
KR = 11,67 % 2 AB
DK = 100% - 11,67% = 88,33 %
PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = |1,5 ± 0,2| 10-2 Nm
2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 15,00 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 15 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,15 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2
0,7995×10−2
KR = × 100%
15 × 10−2
KR = 5,33 % 3 AB
DK = 100% - 5,33% = 94,67 %
PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |15,0 ± 0,8| 10-2 Nm
3) Gaya pegas
F = |1,30±0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,30 𝑁 × 12,00. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 15,6 × 10−2 Nm
∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
0,05 0,05 . 10−2
= │1,30 + │15,6.10-2 Nm
12 . 10−2
∆ 𝜏f = │0,0385 + 0,0042│15,6.10-2 Nm
= 0,0427 × 15,6.10-2 Nm
= 0,66612.10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓
0,66612 .10−2
= × 100%
15,6.10−2
= 4,27 % (3AB)
DK = 100% - KR = 100% - 4,27% = 95,73%
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │15,6 ± 0,7│10-2 Nm
c. Kegiatan 3
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05| N
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 4,50 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 2,25 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,0225 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1
0,249975 ×10−2
KR = × 100%
2,25 × 10−2
KR = 11,11 % 2 AB
DK = 100% - 11,11% = 88,89 %
PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = |2,2 ± 0,2| 10-2 Nm
2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 12,00 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 12 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,12 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2
0,6504×10−2
KR = × 100%
12 × 10−2
KR = 5,42 % 3 AB
DK = 100% - 5,42% = 94,58 %
PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |12,0 ± 0,6| 10-2 Nm
3) Gaya pegas
F = |1,25±0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,25 𝑁 × 10,5. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 13,125 × 10−2 Nm
∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
0,05 0,05 . 10−2
= │1,25 + 10,5 . │13,125.10-2 Nm
10−2
∆ 𝜏f = │0,04 + 0,0048│13,125.10-2 Nm
= 0,0448 × 13,125.10-2 Nm
= 0,588.10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓
0,588 .10−2
= 13,125.10−2 × 100%
= 4,48 % (3AB)
DK = 100% - KR = 100% - 4,27% = 95,52%
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │13,1 ± 0,6│10-2 Nm
d. Kegiatan 4
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05| N
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 9,00 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 4,5 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,045 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1
0,47475×10−2
KR = × 100%
4,5 × 10−2
KR = 10,55 % 2 AB
DK = 100% - 10,55% = 89,45 %
PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = | 4,5±0,5 | 10-2 Nm
2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 13,50 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 13,5 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,135 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2
0,72495×10−2
KR = × 100%
13,5 × 10−2
KR = 5,37 % 3 AB
DK = 100% - 5,37% = 94,63 %
PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |13,5 ± 0,7| 10-2 Nm
3) Gaya pegas
F = |1,00±0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,00 𝑁 × 16,50. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 16,50 × 10−2 Nm
∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
0,05 0,05 . 10−2
= │1,00 + 16,5 . │16,50.10-2 Nm
10−2
∆ 𝜏f = │0,05 + 0,0030│16,50.10-2 Nm
= 0,0530 ×16,50.10-2 Nm
= 0,8745 .10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓
0,8745.10−2
= × 100%
16,5010−2
= 5,3% (3AB)
DK = 100% - KR = 100% - 5,3% = 94,7%
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │16,5 ± 0,9 │10-2 Nm
e. Kegiatan 5
1) Beban 1
W1 = |0,50±0,05| N
𝜏1 = 𝑊1 × 𝑙1
𝜏1 = 0,50 𝑁 × 7,50 . 10−2 𝑚
𝜏1 = 3,75 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏1 = 0,0375 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿1
∆𝜏1 = | 𝑊 1 + | 𝜏1
1 𝐿1
0,400125×10−2
KR = × 100%
3,75 × 10−2
KR = 10,67% 2 AB
DK = 100% - 10,67% = 89,33 %
PF = |𝜏1 ± ∆𝜏1 | = |3,8 ± 0,4| 10-2 Nm
2) Beban 2
W2 = |1,00±0,05| N
𝜏2 = 𝑊2 × 𝑙2
𝜏2 = 1,00 𝑁 × 12,00 . 10−2 𝑚
𝜏2 = 12 × 10−2 𝑁𝑚
𝜏2 = 0,12 𝑁𝑚
∆𝑊 ∆𝐿2
∆𝜏2 = | 𝑊 2 + | 𝜏2
2 𝐿2
0,05 0,05 .10−2
∆𝜏2 = |1,00 + | 12 . 10−2 𝑁𝑚
12.10−2
0,6504×10−2
KR = × 100%
12 × 10−2
KR = 5,42 % 3 AB
DK = 100% - 5,42% = 94,58 %
PF = |𝜏2 ± ∆𝜏2 | = |12,0 ± 0,6| 10-2 Nm
3) Gaya pegas
F = |1,40±0,05| N
𝜏𝑓 = 𝐹 × 𝑙𝑓
𝜏𝑓 = 1,40 𝑁 × 10,5. 10−2 𝑚
𝜏𝑓 = 14,7 × 10−2 Nm
∆𝑊𝑓 ∆𝑙𝑓
∆ 𝜏f = │ + │ 𝜏f
𝐹 𝑙
0,05 0,05 . 10−2
= │1,40 + 10,5 . │14,7.10-2 Nm
10−2
∆ 𝜏f = │0,0357 + 0,0048│14,7.10-2 Nm
= 0,0405 × 14,7.10-2 Nm
= 0,59535.10-2 Nm
∆𝜏𝑓
KR = × 100%
𝜏𝑓
0,59535 10−2
= × 100%
14,7 .10−2
= 4,05% (3AB)
DK = 100% - KR = 100% - 4,05% = 95,95 %
PF = │ 𝜏f ± ∆ 𝜏f│
= │14,7 ± 0,6│10-2 Nm
2. Momen gaya masing-masing secara teori
Kegiatan 1
∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
3.10-2 Nm + 15. 10-2 Nm -18. 10-2 Nm = 0
0=0
∆𝜏 = 0,3 + 0,8 − 0,8 = 0,3
𝜏 = |0,0 ± 0,3| 𝑁𝑚
Kegiatan 2
∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
1,5. 10-2 Nm + 15.10-2 Nm – 15,6.10-2Nm = 0
0,9 . 10-2 Nm = 0
0,009 Nm = 0
∆𝜏 = 0,8 + 0,8 − 0,2 = 0,12
𝜏 = |0,009 ± 0,120| 𝑁𝑚
Kegiatan 3
∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
2,2. 10-2 Nm + 12.10-2 Nm – 13,1.10-2Nm = 0
1,1 . 10-2 Nm = 0
0,011 Nm = 0
∆𝜏 = 0,2 + 0,6 − 0,6 = 0,2
𝜏 = |0,011 ± 0,200| 𝑁𝑚
Kegiatan 4
∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
4,5. 10-2 Nm + 13,5.10-2 Nm – 16,5.10-2Nm = 0
1,5 . 10-2 Nm = 0
0,015 Nm = 0
∆𝜏 = 0,5 + 0,7 − 0,9 = 0,3
𝜏 = |0,015 ± 0,300| 𝑁𝑚
Kegiatan 5
∑𝜏 = 0
𝜏1 + 𝜏2 − 𝜏𝑓 = 0
3,8. 10-2 Nm + 12.10-2 Nm – 14,7.10-2Nm = 0
1,1 . 10-2 Nm = 0
0,011 Nm = 0
∆𝜏 = 0,4 + 0,6 − 0,6 = 0,4
𝜏 = |0,011 ± 0,400| 𝑁𝑚
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini dilakukan satu kegiatan. Pada kegiatan tersebut kita
melakukan 5 kali pengambilan data dengan memanipulasi jarak pegas atau beban,
atau memanipulasi kedua-duanya untuk menentukan kesetimbangan gaya, dimana
kesetimbangan gaya yaitu suatu keadaan benda dalam keadaan setimbang atau
benda tersebut sudah diam.
Adapun data yang diperoleh dalam praktikum ini sebagaimana telah
dicantumkan di atas. Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan 4 poin analisis,
yaitu menghitung momen gaya (torka) masing-masing oleh beban W1, W2, dan gaya
pegas F; menghitung momen gaya masing-masing secara teori; membuktikan
kesetimbangan gaya berdasarkan hasil perhitungan; dan menghitung
ketidakpaastian hasil pengukuran.
Adapun hasil analisis yang diperoleh pada analisis pertama kegiatan 1, yaitu
W1 = |3,0 ± 0,3| 10-2 Nm, W2 = |15,0 ± 0,8| 10-2 Nm, gaya pegas = │18,0 ± 0,8│10-
2
Nm; kegiatan 2, yaitu W1 = |1,5 ± 0,2| 10-2 Nm, W2 = |15,0 ± 0,8| 10-2 Nm, gaya
pegas = │15,6 ± 0,7│10-2 Nm; kegiatan 3, yaitu W1 = |2,2 ± 0,2| 10-2 Nm, W2 =
|12,0 ± 0,6| 10-2 Nm, gaya pegas = │13,1 ± 0,6│10-2 Nm; kegiatan 4, yaitu W1 = |
4,5±0,5 | 10-2 Nm, W2 = |13,5 ± 0,7| 10-2 Nm, gaya pegas = │16,5 ± 0,9 │10-2 Nm;
kegiatan 5, yaitu W1 = |3,8 ± 0,4| 10-2 Nm, W2 = |12,0 ± 0,6| 10-2 Nm, gaya pegas =
│14,7 ± 0,6│10-2 Nm. Pada analisi kedua diperoleh nilai dari kegiatan 1 samapi
kegiatan 5 berturut-turut, yaitu 0 = 0; 0,009 Nm = 0; 0,011 Nm = 0; 0,015 Nm = 0;
0,011 Nm = 0.
Hasil praktikum membuktikan Hukum kesetimbangan gaya, yaitu pada
kegiatan 1 resultan momen gaya tepat 0. Adapun kegiatan 2 hingga 5 tidak tepat 0
karena dalam percobaan ini terdapat kesalahan kami dalam melakukan pengamatan
maupun dari alat yang digunakan. Meskipun demikian, kesalahan yang diperoleh
tidak jauh berbeda dari teori.
DAFTAR RUJUKAN
Halliday, David, Jearl Walker dan Robert Resnick. 2010. Fisika Dasar Edisi 7 Jilid
1 (Terjemahan). Jakarta:Erlangga
Jewett, Serwey. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta:Salemba
Teknik
Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1 (Terjemahan).
Jakarta:Erlangga