Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Biofisika yang Dibina Oleh Ibu Novida
Pratiwi, S.Si., M.Sc. dan Ibu Yessi Affriyenni, S.Pd, M.Sc.
Oleh:
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kalor dan energi
2. Untuk mengetahui konsep bioenergetika
3. Untuk mengetahui hukum termodinamika
4. Untuk mengetahui proses aliran energi pada rantai makanan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalor
Kalor dapat diartikan sebagai energi panas yang tersimpan di
dalam zat. Kalor terbentuk karena adanya jumlah energi yang
dipindahkan dari suatu benda ke benda lain akibat perubahan suhu
antara keduanya. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang ada
pada suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika
suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar,
begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung
sedikit. Bila dua benda memiliki suhu yang sama maka tak mungkin
terjadi perpindahan energi termal (kalor) diantara kedaanya. Satuan
kalor adalah Joule dan Kalori (Kkal), 1 kal = 4,2 joule. (Hamid A,
2007)
2. Konsep Bioenergetika
Bioenergetika adalah studi tentang proses bagaimana sel
menggunakan, menyimpan dan melepaskan energi. Komponen utama
dalam bioenergetika adalah transformasi energi, atau konversi energi
dari suatu bentuk ke bentuk energi yang lain. Organisme hidup tidak
berada dalam keseimbangan, melainkan membutuhkan masukan energi
secara kontinyu. Jadi seluruh sel selalu mentransformasi energi. Sel
memiliki jutaan reaksi metabolisme yang terjadi dalam tubuh.
Metabolisme merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang berurutan
yang menghasilkan produk tertentu. Senyawa yang bereaksi, yaitu
senyawa intermediet serta produknya disebut dengan metabolit.
Serangkaian reaksi yang terdapat dalam metabolisma dikelompokkan
menjadi 2 , yaitu:
1. Katabolisma, atau reaksi penguraian. Dalam katabolisma senyawa
metabolit kompleks diuraikan menjadi produk yang lebih sederhana dengan
membebaskan energi. Energi yang dibebaskan selama proses ini disimpan
dalam bentuk ATP dari ADP dan fosfat atau digunakan untuk mereduksi
NADP+ menjadi NADPH. Keduanya, ATP dan NADPH merupakan
sumber energi utama untuk digunakan dalam jalur anabolisme.
Karakteristik jalur penguraian adalah mengubah berbagai senyawa
(karbohidrat, lipid, protein) menjadi senyawa intermedier umum.yang akan
dimetabolisma lebih lanjut dalam jalur oksidatif pusat yang mengubahnya
menjadi beberapa produk akhir.
(Styler,1996)
Ada dua sistem penggunaan energi pada makluk hidup yaitu sistem
nonbiologik dan biologik. Sistem nonbiologik dapat menggunakan energi
panas untuk melangsungkan kerjanya. Sedangkan sistem biologik bersifat
isotermik dan menggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga bagi
proses kehidupan.
(Helvi,2004)
3. Hukum Termodinamika
Suatu objek yang sedang diam dan tidak bergerak masih tetap
memiliki energy yang merupakan kapasitas untuk melakukan kerja. Energy
yang tersimpan (energy potensial) adalah energy yang dimiliki oleh materi
karena lokasi atau strukturnya, misalnya air dalam bendungan menyimpan
energy karena ketinggiannya. Contoh lainnya adalah energy kimia yang
tersimpan dalam molekul yaitu bentuk energy karena perbedaan struktur
atom – atomnya(Styer,2000).
Pengaturan konversi atau pemindahan energi mengikuti hokum
termodinamika. Termodinamika adalah studi mengenai transformasi energy
yang terjadi pada materi.
1. Hukum I Termodinamika
Perubahan bentuk (transformasi energi) yang terjadi dalam suatu
kumpulan materi disebut termodinamika. Sistem digunakan untuk
menyatakan materi yang sedang dipelajari. Transformasi yang terjadi
diluar sistem, energi dapat ditransfer atau dipindahkan ke sistem
lainnya. Sebaliknya sistem yang terjadi hanya didalam materi disebut
sistem tertutup. Energi dapat ditransfer dan ditransformasikan, akan
tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan disebut dengan hukum
kekekalan energi atau Hukum Termodinamika 1, contoh cara mengubah
cahaya menjadi energy kimia pada tumbuhan hijau (sebagai
pentransformasi energi), bukan sebagai produsen(Gabriel,1996).
2. Hukum II Termodinamika
Setiap transformasi energi dapat membuat jagat raya atau
organel sel menjadi tidak teratur. Ukuran ketidakteraturan atau
terjadinya proses pengacakan di jagat raya atau di dalam sel disebut
dengan entropi. Semakin acak suatu kumpulan materi (di dalam sel)
maka nilai entropinya semakin besar. Hukum Termodinamika 2
berbunyi setiap transfer atau transformasi energi akan meningkatkan
entropi jagat raya. Pada banyak kasus bahwa peningkatan entropi
sangat jelas terlihat pada kerusakan fisik suatu struktur sistem, contoh
pada proses pelapukan materi terjadi peningkatan entropi di jagat raya.
Contoh lain misalnya 25% energi kimia yang tersimpan dalam tangki
bahan bakar mobil digunakan untuk menggerakkan mobil, sisanya 75%
hilang sebagi panas yang tersebar di sekeliling mesin tersebut. Contoh
lainnya adalah energi yang tersimpan dalam pakan atau makanan yang
teserap dalam tubuh hanya sekitar 25% sisanya
25% digunakan dalam sel dan sebagian ikut terbuang (sisa metabolisme)
yang dapat berupa CO2, H2O, dan bahan yang tidak dapat dicerna
Jumlah energi bebas didalam suatu sistem (G), total energy
dalam system itu (H) dan entropiya (S), dan Suhu mutlak (T). Hubungan
energi dalam suatu sistem hidup yang dipengaruhi oleh suhu adalah
sebagi berikut:
G = H – TS
Suhu akan memperbesar entropi karena pemanasan. Hal ini
karena suhu diguakan untuk mengukur intensitas gerak dalam molekul
yang terletak dalam sel. Ketidakteraturan molekul di dalam sel ini akan
menghasilkan panas yang berbeda. Tidak semua energy yang tersimpan
didalam sistem (H) dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja.
Sehingga untuk menghitung kapasitas maksimum sistem dalam
melakukan kerja maka membutuhkan pengurangan energy total akibat
dari ketidakteraturannya didalam sistem. Pada setiap proses yang terjadi
secara spontan maka energi bebas dalam system itu akan berkurang.
Perubahan energi bebas ketika sistem bergerak dari suatu keadaan
tertentu ke sutau keadaan yang berbeda digambarkan dengan
persamaan:.
∆G = Gakhir-Gawal dengan kata lain ∆G = ∆H-T∆S.
Terdapat suatu hubungan penting antara energi bebas dan
kesetimbangan, termasuk kesetimbangan kimia dalam sel. Energi bebas
meningkat ketika suatu reaksi bergerak menjauhi kesetimbangan. Untuk
reaksi yang berada pada kesetimbangan, maka perubahan energi adalah
sama dengan nol karena tidak ada perubahan neto (bersih) dalm system.
Terdapat suatu hubungan penting antara energi bebas dan
kesetimbangan, termasuk kesetimbangan kimia dalam sel. Energi bebas
meningkat ketika suatu reaksi bergerak menjauhi kesetimbangan. Untuk
reaksi yang berada pada kesetimbangan, maka perubahan energi adalah
sama dengan nol karena tidak ada perubahan neto (bersih) dalm system.
Reaksi Eksergonik dan Endergonik dalam metabolisme.
Berdasarkan perubahan energi bebasnya, reaksi kimiawi dapat
dikelompokkan sebagai reaksi eksergonik (yang artinya “mengeluarkan
energi”) atau reaksi endergonik (yang artinya “memasukkan energi”).
Suatu rekasi eksergonik berlangsung dengan mengeluarkan energi
bebas. Karena campuran kimiawi kehilangan energi bebas, ∆G adalah
negatif untuk suatu reaksi eksergonik. Dengan kata lain, reaksi- reaksi
eksergonik adalah yang terjadi secara spontan. Besarnya ∆G untuk suatu
reaksi eksergonik adalah jumlah keja maksimum yang dapat dilakukan
oleh reaksi itu. contoh reaksi kesuluruhan respirasi seluler sebagai
berikut:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O
∆G = -686 kkal/mol (-2870 kJ/mol)
Untuk setiap mol (180 g) glukosa yang dirombak melalui respirasi,
dihasilkan 686 kilokalori atau (2870 kilojoule) energi yang biasa
digubakan untuk melakukan kerja, Karena energi harus kekal, produk
kimiawi hasil respirasi menyimpan lebih sedikir 686 kkal energi bebas
dibandingkan reaktan., hasilnya adalah sebah proses yang
menghabiskan energi dengan menyerap sebagian besar energi bebas
yang tersimpan dalam molekul gula(Gabriel,1996).
3. Hukum II Termodinamika
Hukum III termodinamika meyatakan bahwa ketika suatu sistem
mencapai temperatur nol absolute, maka semua proses akan berhenti
dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada
temperatur nl absolute bernilai nol (Tipler, 1991).
Hukum III Termodinamika juga berperan dalam metabolime.
Jika tubuh semakin banyak terpapar sinar matahari maka metabolisme
akan semakin tinggi. Sehingga hal ini berakibat pada proses penuaan
dimana proses penuaan akan menjadi lebih cepat terutama pada bagian
atau anggota tubuh yasng lebih sering atau lebih banyak terpapar sinar
matahari seperti kulit dan rambut.
4. Proses Aliran Energi Pada Rantai Makanan
a. Produsen
Seluruh organisme yang dapat mengolah makanan sendiri
melalui proses fotosistesis disebut organisme autotrof. Organisme
yang dapat mengolah sendiri makanannya melalui fotosistesis dalam
suatu ekosistem disebut produsen (Emanuel, 1997).
b. Konsumen
Organisme yang tidak dapat mengolah sendiri
makanannya disebut organisme heterotrof konsumen. Konsumen
dalam ekosistem dapat di golongkan beberapa tingkat : konsumen
tingkat I/primer (kelompok herbivora), konsumen tingkat
II/sekunder, konsumen tingkat III/tersier (Emanuel, 1997).
c. Dekomposer atau Detritivora
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan
cara memakan detritus atau materi organik dari organisme lain.
Detritivora yaitu organisme yang memakan detritus. Organisme
detritivora antara lain yaitu cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan
siput (Kimball, 1999).
Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan
mengubah energi cahaya dari matahari menjadi energi kimia. Energi
kimia ini akan diteruskan pada konsumen tingkat pertama atau primer,
tingkat kedua atau sekunder, dan seterusnya sampai kelompok
organisme pengurai atau dekomposer. Rantai makanan sendiri memiliki
menurut para ilmuan dibagi menjadi tiga rantai pokok, yaitu :
1. Rantai Pemangsa (Rantai Makanan Tipe Perumput)
Landasan utama dari Rantai Pemangsa adalah tumbuhan hijau
sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat
herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora
yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada
hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalor adalah sebagai energi panas yang tersimpan di dalam
zat. Dan energi adalah Energi adalah kekuatan yang dimiliki
suatu benda sehingga mampu untuk melakukan kerja
Bioenergetika adalah studi tentang proses bagaimana sel
menggunakan, menyimpan dan melepaskan energi
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Tipler. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.