Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KALOR DAN ENERGI

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Biofisika yang Dibina Oleh Ibu Novida
Pratiwi, S.Si., M.Sc. dan Ibu Yessi Affriyenni, S.Pd, M.Sc.

Oleh:

Febilia Dwi Anggraini (170351616508)


Jasmine Amanda Putri (170351616544)
M. Andrie Nur Hakim (170351616606)
Rahma Sinta Puspitaning (170351616577)
Offering A / Kelompok 3

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
Agustus 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidang biofisika ilmu biofisika yang mempelajari mengenai kajian
tentang energi dan pertukaran massa antaranya organisme hidup atau abiotik
dengan lingkungannya. Pada umumnya reaksi biofisika pada organisme sangat
bergantung dengan suhu antara organisme dan lingkungan sekitarnya,
distribusi radian kalor laten, kapasitas kalor, dan resistansi (Contterill, 2002).
Dalam biofisika dipelajari mengenai bagaimana penerapan onsep-
konsep fisika pada interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan fisiknya,
sehingga dalam konteks ini dipelajari mengenai kalor dan energi pada struktur
dan fungsi hewan dan manusia (Campbell, 1977).
Makhluk hidup membutuhkan energi untuk melakukan aktivitas
hidupnya. Untuk mendapatkan energi, makhluk hidup memperolehnya dari
sumber energi. Sumber energi dapat diperoleh dari makanan,
dimana melalui makanan makhluk hidup menghasilkan energi berupa panas
yang berperan dalam menghangatkan suhu tubuh. Makhluk hidup juga
memperoleh energi dari cahaya matahari. Cahaya matahari dibutuhkan untuk
menghangatkan tubuh makhluk hidup dan khusus untuk organisme autotrof,
cahaya matahari dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Dengan bantuan energi
dari sinar matahari, organisme autotrof akan mengubah zat-zat anorganik
menjadi senyawa kompleks yang merupakan sumber makananan dan nantinya
akan menjadi sumber energi bagi organisme heterotrof.
Tanpa energi, makhluk hidup tidak dapat melakukan
aktivitas hidupnya karena apabila makhluk hidup tidak memiliki energi, maka
tubuh makhluk hidup tidak akan memiliki tenaga untuk berfungsi menjalankan
kegiatan sehari-hari. Energi digunakan untuk menggerakkan otot yang ada
sehingga makhluk hidup dapat bergerak. Dengan demikian, hal yang dilakukan
sehari-hari seperti berjalan, menulis, duduk, dan lain sebagainya tidak akan
dapat dilakukan tanpa adanya energi yang menggerakkan otot tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kalor dan energi?
2. Bagaimana konsep bioenergetika ?
3. Bagaimana hukum termodinamika ?
4. Bagaimana proses aliran energi pada rantai makanan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kalor dan energi
2. Untuk mengetahui konsep bioenergetika
3. Untuk mengetahui hukum termodinamika
4. Untuk mengetahui proses aliran energi pada rantai makanan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kalor dan Energi

A. Pengertian Kalor
Kalor dapat diartikan sebagai energi panas yang tersimpan di
dalam zat. Kalor terbentuk karena adanya jumlah energi yang
dipindahkan dari suatu benda ke benda lain akibat perubahan suhu
antara keduanya. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang ada
pada suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika
suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar,
begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung
sedikit. Bila dua benda memiliki suhu yang sama maka tak mungkin
terjadi perpindahan energi termal (kalor) diantara kedaanya. Satuan
kalor adalah Joule dan Kalori (Kkal), 1 kal = 4,2 joule. (Hamid A,
2007)

Q = m.c. ∆T, dimana Q: kalor, m: massa, c: kapasitas kalor, T : beda


suhu
Kapasitas kalor adalah jumlah energi kalor yang dibutuhkan
untuk menaikan suhu suatu zat sebanyak 1 C atau 1 K. Kapasitas kalor
menunjukan konduktansi panas sebuah benda yang dipengaruhi oleh
kerapatan molekul penyusun benda tersebut. Sedangkan istilah
Kapasitas kalor spesifik (c) suatu zat adalah kapasitas kalor per
satuan massa.
Kalor dapat berpindah dari benda yang satu ke benda lainnya
dengan cara konduksi, konveksi, dan atau radiasi.
 Konveksi : transfer energi memakai media zat alir (fluida) gas
maupun cair, contoh : darah & udara respirasi. Infeksi tertentu
akan menghasilkan pirogen yang mempengaruhi thermostat di
hipothalamus. Suhu inti tubuh naik dan tubuh berupaya untuk
memindahkan panas keluar melalui aliran darah dan udara
respirasi, sehingga terjadilah demam.
 Konduksi : memakai media padat, harus ada kontak antar
molekul, contoh : transfer melalui kulit dan otot. Tindakan
mengkompress adalah upaya untuk menurunkan demam melalui
konduksi. Bahan yang digunakan untuk mengkompress harus
lebih dingin dari suhu tubuh.
 Radiasi memanfaatkan media gelombang elektromagnetdalam
mentransfer energi termal. Setiap benda di dalam sebuah rungan
memancarkan radiasi, termasuk tubuh manusia. Transfer kalor
melalui radiasi dapat diamati saat bermain api unggun atau siang
hari saat matahari bersinar terang.
 Vaporasi adalah perubahan air menjadi uap, di saat inilah terjadi
pelepasan kalor. Tubuh yang berkeringat tidak mengalami
penurunan suhu sebelum keringat tersebut kering. Evaporasi
sangat bergantung kelembapan udara semakin lembap udara,
semakin tinggi kandungan air maka semakin sulit evaporasi terjadi.
B. Pengertian Energi

Energi adalah kekuatan yang dimiliki suatu benda sehingga


mampu untuk melakukan kerja. Definisi energi muncul dari beberapa
tokoh diantaranya :

1. Robert L. Wolke : energi adalah kemampuan membuat sesuatu


terjadi.
2. Mikrajuddin : energi adalah kemampuan benda untuk melakukan
usaha.
3. Pardiyono : energi adalah suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau
dimiliki oleh suatu benda.
4. Michael J. Moran : energi adalah sebuah konsep dasar
termodinamika dan merupakan salah satu aspek penting dalam
analisis teknik.
Tubuh manusia berinteraksi dengan benda lain di alam ini
dalam gaining and loosing. Posisi dan gerakan tubuh mempengaruhi
keseimbangan energi tubuh. Pada posisi dan gerakan tertentu energi
lebih besar dari kondisi lain.
A. Kondisi : Static Vs Dyanamic
Pada kondisi statis sebuah benda memiliki potensi energi
tersimpan yang bergantung pada besar massa, gaya tarik gravitasi dan
perbedaan ketinggian. Energi yang tersimpan pada sebuah benda diam
disebut dengan energi potensial (Ep). Pada tubuh manusia, Ep bersifat
relative karena pengertian diam dapat dikenakan pada tubuh secara
utuh, sebagian anggota gerak, organ tubuh atau bahkan molekul
penyusun tubuh manusia.
Ep = m.g.h, dimana m: massa; g: gaya gravitasi; h: perbedaan
ketinggian
Pada kondisi tertentu tubuh kehilangan sebagian massanya,
seperti saat berenang, terutama di air asin. Saat berenang tubuh
mendapatkan gaya dorong yang arahnya berlawanan dengan gaya
gravitasi. Selain itu, kerapatan molekul air menentukan massa jenis air
yang jauh lebih besar dari udara.
Manusia yang tegak berdiri memiliki perbedaan Ep pada tiap
organya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan posisi ketinggian dari
dasar, misalnya Ep otak jauh lebihbesar dibandingkan dengan Ep yang
dimiliki patella. Sebaliknya bila manusia tidur terlentang, maka Ep tiap
organ adalah sama karena tidak terdapat perbedaan ketinggian (Ep = 0).
Dengan demikian manusia memiliki potensi yang lebih besar saat
berdiri daripada tidur.
Energi potensial (Ep) juga dimiliki oleh benda yang memiliki
kelenturan (elastisitas). Semakin kaku sebuah benda, semakin besar
potensi energi yang tersimpan dalam benda tersebut. Bila kita mampu
memaksimalkan regangan pada benda yang memiliki kelenturan maka
semkin besar energi potensialnya. Dengan demikian besar Ep pada
benda yang lentur tergantung pada konstanta kelenturan dan perbedaan
panjang akibat regangan.
Ep = ½. k. x2, dimana k: konstanta kelenturan dan x: perbedaan panjang
Tubuh manusia memiliki beberapa jaringan yang memiliki
kelenturan (elastisitas), seperti : otot, kulit, dan tulang rawan. Sifat dari
jaringan tersebut adalah memiliki gaya recoil, yaitu gaya yang memiliki
kecenderungan kembali pada kondisi awal (seperti pegas). Gaya recoil
sangat bergantung pada konstanta kelenturan dan besar regangan
Gerakan yang menyebabkan perubahan posisi menandai kondisi
dinamis. Kondisi dinamis tubuh manusia tidak hanya dipandang dari
perubahan posisi tubuh, namun juga dapat dipandang dari perubahan
posisi anggota gerak, organ tubuh atau bahkan molekul tubuh. Benda
yang bergerak dan berubah posisinya memiliki energy kinetik (Ek). Ek
bergantung pada besar massa dan kecepatan gerak benda berpindah
posisi.
Ek = ½ m v2 , dimana m: massa dan v: kecepatan gerakan.
Bentuk lain dari energi kinetik adalah energi alir darah dan
energi termal tubuh. Ek yang muncul dari energi termal berasal dari
tumbukan molekul gas yang bergerak tak beraturan akibat pemanasan.

B. Proses : Gaining Vs Loosing


Tubuh manusia merupakan media bagi perubahan bentuk
energi. Energi kimia berupa adenosine triphospat (ATP) dirubah
menjadi energi potensial otot saat melepas salah satu ikatan fosfatnya.
Tubuh yang bergerak tidak kehilangan energy potensialnya, justru
besar energinya ditambah oleh energi kinetik yang muncul dari
kecepatan gerakan tersebut.
Tubuh akan selalu memperoleh dan kehilangan energi, karena
tubuh manusia kontak dengan molekul dari benda lain di alam semesta.
Dengan demikian energi di dalam tubuh manusia tidak bersifat absolut,
namun relatif dan bergantung pada kondisi lingkungan sekitar. Selama
proses gaining dan loosing ini seimbang maka tubuh manusia akan
selalu sehat. Keseimbangan tersebut diperlukan untuk menjaga besaran
fisiologis tubuh, seperti suhu 37 derajat celcius.

Hukum Kekekalan Energi


Hukum kekekalan energi tidak mengenal awal dan akhir sebuah
energi, bagaimana diciptakan dan ditiadakan. Hukum ini menjelaskan
bahwa energi akan selalu berubah dalam bentuk dan besaranya. Hal
inilah yang menyebabkan berbagai persamaan energy selalu berakhir
dengan bilangan konstan atau nol (0).
Σ (Ep + Ek) = 0, P.V = C, ΔQ = 0
Perubahan energi dari suatu bentuk menjadi bentuk yang lain
selalu sama besarnya antara awal proses dan akhir proses. Peningkatan
salah satu bentuk atau komponen energi akan selalu disertai dengan
penurunan bentuk atau komponen lain dari energy tersebut. Dengan
demikian ilmu Fisika tak pernah mengenal perubahan besar energi,
karena selalu konstan setiap waktu.
Ukuran Energi Tubuh
Besarnya energi tubuh ditentukan dalam berbagai besaran dan
ukuran variabel. Sebagian besar buku Fisika menyatakan energi dalam
satuan joule, namun ada pula yang menyatakan energi dalam skala
kalori. Kesetaraan antara joule dan kalori ditunjukkan oleh besaran 1
kalori = 4,2 joule.
Beberapa buku fisiologi dan biokimia menyatakan potensi
energi tubuh dalam jumlah adenosine triphosphat (ATP).1 ATP
memiliki 2 ikatan berenergi tinggi yang bila terlepas akan
membebaskan sejumah besar energi yang diubah dalam bentuk apapun.
Jumlah ATP belum dapat diukur, namun gejala kurangnya ATP dapat
diamati sebagai kelainan tubuh, seperti : muscle cramping.
Alat dan metode pengukuran energi tubuh juga belum
terstandarisasi. Hal ini menyulitkan di dalam penentuan potensi energi
seorang manusia. Alat dan metode yang saat ini sering digunakan
adalah kalorimetri melalui metode pemeriksaan

2. Konsep Bioenergetika
Bioenergetika adalah studi tentang proses bagaimana sel
menggunakan, menyimpan dan melepaskan energi. Komponen utama
dalam bioenergetika adalah transformasi energi, atau konversi energi
dari suatu bentuk ke bentuk energi yang lain. Organisme hidup tidak
berada dalam keseimbangan, melainkan membutuhkan masukan energi
secara kontinyu. Jadi seluruh sel selalu mentransformasi energi. Sel
memiliki jutaan reaksi metabolisme yang terjadi dalam tubuh.
Metabolisme merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang berurutan
yang menghasilkan produk tertentu. Senyawa yang bereaksi, yaitu
senyawa intermediet serta produknya disebut dengan metabolit.
Serangkaian reaksi yang terdapat dalam metabolisma dikelompokkan
menjadi 2 , yaitu:
1. Katabolisma, atau reaksi penguraian. Dalam katabolisma senyawa
metabolit kompleks diuraikan menjadi produk yang lebih sederhana dengan
membebaskan energi. Energi yang dibebaskan selama proses ini disimpan
dalam bentuk ATP dari ADP dan fosfat atau digunakan untuk mereduksi
NADP+ menjadi NADPH. Keduanya, ATP dan NADPH merupakan
sumber energi utama untuk digunakan dalam jalur anabolisme.
Karakteristik jalur penguraian adalah mengubah berbagai senyawa
(karbohidrat, lipid, protein) menjadi senyawa intermedier umum.yang akan
dimetabolisma lebih lanjut dalam jalur oksidatif pusat yang mengubahnya
menjadi beberapa produk akhir.

2. Anabolisma, jalur biosintesis. Jalur ini mempunyai proses kebalikannya.


Beberapa macam metabolit, terutama piruvat, asetil CoA dan senyawa
intermedier dalam siklus asam sitrat berfungsi sebagai senyawa awal untuk
biosintesis berbagai produk.

(Styler,1996)

Ada dua sistem penggunaan energi pada makluk hidup yaitu sistem
nonbiologik dan biologik. Sistem nonbiologik dapat menggunakan energi
panas untuk melangsungkan kerjanya. Sedangkan sistem biologik bersifat
isotermik dan menggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga bagi
proses kehidupan.

Kemudian, Bioenergetika atau termodinamika biokimia


memberikan prinsip dasar untuk menjelaskan mengapa sebagian reaksi
dapat terjadi sedangkan sebagian yang lain tidak. Sejumlah sistem non
biologikdapat menggunakan energipanas untuk melaksanakan kerjanya,
namun sistem biologipada hakekatnya bersifat isotermik dan memakai
energi kimia untuk memberikan tenaga bagi proses kehidupan.

Prinsip reaksi oksidasi reduksi yaitu reaksi pengeluaran dan


perolehan elektron berlaku pada berbagai sistem biokimia dan merupakan
konsep penting yang melandasi pemahaman tentang sifat oksidasi
biologi.Ternyata banyak reaksi-reaksi oksidasi dalam sel hidup dapat
berlangsung tanpa peran molekul oksigen. Mitokondria sebagai organella
pernapasan sel,dikatakan demikian karena didalamnya berlangsung
sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari oksidasi
dalam rantai pernapasan sel. Sistem dalam mitokondria yang merangkaikan
respirasi dengan produksi ATP sebagai suatu zat antara berenergi
tinggidikenaldengan fosforilasi oksidatif. Fosforilasioksidatif
memungkinkan organisme aerob menangkap energibebas dengan proporsi
yang lebih besar bila dibandingkandengan organisme anaerob.

(Helvi,2004)

3. Hukum Termodinamika

Energi adalah kapasitas atau kemampuan untuk melaksanakan kerja.


Aktivititas kerja pada materi di dalam sel dapat terjadi karena gesekan atau
karena proses gravitasi. Energi juga merupakan kemampuan untuk mendaur
ulang suatu kumpulan materi (misalkan kotoran ternak menjadi kompos).
Setiap materi yang berpindah atau bergerak memiliki bentuk energi yang
disebut sebagai energi kinetik atau energi gerak(Styer,2000).

Objek atau benda ( materi dalam sel ) bergerak melakukan kerja


dengan cara menggerakan benda lain. Contohnya kontraksi otot pada kaki
akan mendorong pedal sepeda. Cahaya juga merupakan bentuk energy
kinetic yang dapat digunakan untuk melakukan kerja seperti proses
fotosintesis pada tumbuhan hija. Panas atau energy termal merupakan
energy kinetic yang dihasilkan dari proses pergerakan molekul secara acak

Suatu objek yang sedang diam dan tidak bergerak masih tetap
memiliki energy yang merupakan kapasitas untuk melakukan kerja. Energy
yang tersimpan (energy potensial) adalah energy yang dimiliki oleh materi
karena lokasi atau strukturnya, misalnya air dalam bendungan menyimpan
energy karena ketinggiannya. Contoh lainnya adalah energy kimia yang
tersimpan dalam molekul yaitu bentuk energy karena perbedaan struktur
atom – atomnya(Styer,2000).
Pengaturan konversi atau pemindahan energi mengikuti hokum
termodinamika. Termodinamika adalah studi mengenai transformasi energy
yang terjadi pada materi.

1. Hukum I Termodinamika
Perubahan bentuk (transformasi energi) yang terjadi dalam suatu
kumpulan materi disebut termodinamika. Sistem digunakan untuk
menyatakan materi yang sedang dipelajari. Transformasi yang terjadi
diluar sistem, energi dapat ditransfer atau dipindahkan ke sistem
lainnya. Sebaliknya sistem yang terjadi hanya didalam materi disebut
sistem tertutup. Energi dapat ditransfer dan ditransformasikan, akan
tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan disebut dengan hukum
kekekalan energi atau Hukum Termodinamika 1, contoh cara mengubah
cahaya menjadi energy kimia pada tumbuhan hijau (sebagai
pentransformasi energi), bukan sebagai produsen(Gabriel,1996).

2. Hukum II Termodinamika
Setiap transformasi energi dapat membuat jagat raya atau
organel sel menjadi tidak teratur. Ukuran ketidakteraturan atau
terjadinya proses pengacakan di jagat raya atau di dalam sel disebut
dengan entropi. Semakin acak suatu kumpulan materi (di dalam sel)
maka nilai entropinya semakin besar. Hukum Termodinamika 2
berbunyi setiap transfer atau transformasi energi akan meningkatkan
entropi jagat raya. Pada banyak kasus bahwa peningkatan entropi
sangat jelas terlihat pada kerusakan fisik suatu struktur sistem, contoh
pada proses pelapukan materi terjadi peningkatan entropi di jagat raya.
Contoh lain misalnya 25% energi kimia yang tersimpan dalam tangki
bahan bakar mobil digunakan untuk menggerakkan mobil, sisanya 75%
hilang sebagi panas yang tersebar di sekeliling mesin tersebut. Contoh
lainnya adalah energi yang tersimpan dalam pakan atau makanan yang
teserap dalam tubuh hanya sekitar 25% sisanya
25% digunakan dalam sel dan sebagian ikut terbuang (sisa metabolisme)
yang dapat berupa CO2, H2O, dan bahan yang tidak dapat dicerna
Jumlah energi bebas didalam suatu sistem (G), total energy
dalam system itu (H) dan entropiya (S), dan Suhu mutlak (T). Hubungan
energi dalam suatu sistem hidup yang dipengaruhi oleh suhu adalah
sebagi berikut:
G = H – TS
Suhu akan memperbesar entropi karena pemanasan. Hal ini
karena suhu diguakan untuk mengukur intensitas gerak dalam molekul
yang terletak dalam sel. Ketidakteraturan molekul di dalam sel ini akan
menghasilkan panas yang berbeda. Tidak semua energy yang tersimpan
didalam sistem (H) dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja.
Sehingga untuk menghitung kapasitas maksimum sistem dalam
melakukan kerja maka membutuhkan pengurangan energy total akibat
dari ketidakteraturannya didalam sistem. Pada setiap proses yang terjadi
secara spontan maka energi bebas dalam system itu akan berkurang.
Perubahan energi bebas ketika sistem bergerak dari suatu keadaan
tertentu ke sutau keadaan yang berbeda digambarkan dengan
persamaan:.
∆G = Gakhir-Gawal dengan kata lain ∆G = ∆H-T∆S.
Terdapat suatu hubungan penting antara energi bebas dan
kesetimbangan, termasuk kesetimbangan kimia dalam sel. Energi bebas
meningkat ketika suatu reaksi bergerak menjauhi kesetimbangan. Untuk
reaksi yang berada pada kesetimbangan, maka perubahan energi adalah
sama dengan nol karena tidak ada perubahan neto (bersih) dalm system.
Terdapat suatu hubungan penting antara energi bebas dan
kesetimbangan, termasuk kesetimbangan kimia dalam sel. Energi bebas
meningkat ketika suatu reaksi bergerak menjauhi kesetimbangan. Untuk
reaksi yang berada pada kesetimbangan, maka perubahan energi adalah
sama dengan nol karena tidak ada perubahan neto (bersih) dalm system.
Reaksi Eksergonik dan Endergonik dalam metabolisme.
Berdasarkan perubahan energi bebasnya, reaksi kimiawi dapat
dikelompokkan sebagai reaksi eksergonik (yang artinya “mengeluarkan
energi”) atau reaksi endergonik (yang artinya “memasukkan energi”).
Suatu rekasi eksergonik berlangsung dengan mengeluarkan energi
bebas. Karena campuran kimiawi kehilangan energi bebas, ∆G adalah
negatif untuk suatu reaksi eksergonik. Dengan kata lain, reaksi- reaksi
eksergonik adalah yang terjadi secara spontan. Besarnya ∆G untuk suatu
reaksi eksergonik adalah jumlah keja maksimum yang dapat dilakukan
oleh reaksi itu. contoh reaksi kesuluruhan respirasi seluler sebagai
berikut:
C6H12O6 + 6 O2 → 6 CO2 + 6 H2O
∆G = -686 kkal/mol (-2870 kJ/mol)
Untuk setiap mol (180 g) glukosa yang dirombak melalui respirasi,
dihasilkan 686 kilokalori atau (2870 kilojoule) energi yang biasa
digubakan untuk melakukan kerja, Karena energi harus kekal, produk
kimiawi hasil respirasi menyimpan lebih sedikir 686 kkal energi bebas
dibandingkan reaktan., hasilnya adalah sebah proses yang
menghabiskan energi dengan menyerap sebagian besar energi bebas
yang tersimpan dalam molekul gula(Gabriel,1996).

3. Hukum II Termodinamika
Hukum III termodinamika meyatakan bahwa ketika suatu sistem
mencapai temperatur nol absolute, maka semua proses akan berhenti
dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada
temperatur nl absolute bernilai nol (Tipler, 1991).
Hukum III Termodinamika juga berperan dalam metabolime.
Jika tubuh semakin banyak terpapar sinar matahari maka metabolisme
akan semakin tinggi. Sehingga hal ini berakibat pada proses penuaan
dimana proses penuaan akan menjadi lebih cepat terutama pada bagian
atau anggota tubuh yasng lebih sering atau lebih banyak terpapar sinar
matahari seperti kulit dan rambut.
4. Proses Aliran Energi Pada Rantai Makanan

Interaksi antara organisme dengan lingkungan dapat terjadi


karena adanya aliran energi. Aliran energi adalah jalur satu arah dari
perubahan energi pada suatu ekosistem. Proses aliran energi antar
organisme dapat terjadi karena adanya proses makan dan dimakan.
Proses makan dan dimakan terjadi antara satu kelompok organisme
dengan kelompok organisme lainnya (Endah, 2000).

Dalam proses makan dan dimakan terjadi proses perpindahan


ataupun aliran energi. Pada awalnya energi matahari mengalir ke
tumbuhan hijau dan digunakan untuk proses fotosintesis. Hasil
fotosintesis disimpan sebagai cadangan makanan, dan dimakan oleh
konsumen. Energi akan berpindah dari konsumen yang satu dengan
yang lainnya, jika konsumen puncak mati maka akan diuraikan oleh
bakteri dan jamur menjadi unsur-unsur mineral yang diserap oleh
tumbuhan tersebut kembali. Pada proses perpindahan energi dari satu
trofik ketingkat trofik lainnya selalu ada energi yang hilang. Sehingga
dapat dikatakan bahwa aliran energi merupakan rangkaian urutan
pemindahan bentuk energi satu ke bentuk energi yang lain dimulai dari
sinar matahari lalu ke produsen, konsumen, sampai ke pengurai di dalam
tanah. Organisme memerlukan energi untuk mendukung kelangsungan
hidupnya, antara lain untuk proses pertumbuhan dan perkembangan,
reproduksi, bergerak, dan metabolisme yang ada dalam tubuh (Beny,
2001).

Rata-rata sekitar 10 persen dari produksi energi bersih pada satu


tingkat trofik diteruskan ke tingkat berikutnya. Proses yang
pengurangan energi yang ditransfer antara tingkat trofik termasuk
respirasi, pertumbuhan dan reproduksi, buang air besar, dan kematian
nonpredatory (organisme yang mati tetapi tidak dimakan oleh
konsumen). Kualitas gizi bahan yang dikonsumsi juga mempengaruhi
seberapa efisien energi ditransfer, karena konsumen dapat
mengkonversi sumber makanan berkualitas tinggi ke jaringan hidup
baru yang lebih efisien dari pada sumber makanan berkualitas rendah.
Rendahnya transfer energi antara tingkat trofik membuat pengurai
umumnya lebih penting dari pada produsen dalam hal aliran energi.
Dekomposer memproses sejumlah besar bahan organik dan
mengembalikan nutrisi ke ekosistem dalam bentuk anorganik, yang
kemudian diambil lagi oleh produsen primer. Energi tidak didaur ulang
selama proses dekomposisi melainkan dilepaskan, sebagian besar
sebagai panas (ini adalah apa yang membuat tumpukan kompos terasa
hangat). Gambar ini menunjukkan aliran energi (panah gelap) dan
nutrisi (panah terang) melalui ekosistem (Beny,2001).

Pada setiap tingkat trofik, energi yang dilepaskan ke


lingkungan dalam bentuk panas dapat mencapai 90%. Jadi, hanya
10% dari energi itu yang digunakan untuk kegiatan hidupnya.
Karena itu, semakin jauh energi itu dari sumbernya akan semakin
kecil alirannya. Hal ini disebabkan karena adanya energi yang
beralih dalam bentuk panas tubuh seperti diuraikan tadi. Di dalam
ekosistem terjadi pemborosan energi, juga tampak bahwa energi itu
mengalir dari luar (matahari) ke dalam ekosistem dalam satu alur.
Energi tidak dapat berdaur ulang dan tidak dapat kembali lagi ke
matahari. Salah satu sifat yang penting adalah energi dapat berubah
dari satu bentuk ke bentuk lain. Perubahan bentuk energi itu dikenal
sebagai transformasi energi. Makhluk hidup mampu melakukan
transformasi energi. Misalnya, dari energi gula diubah menjadi
lemak dan protein, yang kemudian disimpan di dalam jaringan
tubuh, atau diubah menjadi energi gerak (Soerya, 1994).

Rantai makanan adalah perpindahan materi dan energi dari


suatu mahkluk hidup ke mahkluk hidup lain dalam proses makan
dan dimakan dengan satu arah. Tiap tingkatan dari rantai makanan
disebut taraf trofik/tingkat trofik. Pada setiap tahap pemindahan
energi, 80% – 90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu
langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja.
Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin
besar pula energi yang tersedia (Andhi, 1998).

Setiap kelompok organisme yang memiliki sumber makanan


tertentu disebut dengan tingkat trofik. Macam-macam tingkat trofik
yaitu produsen, konsumen, dan decomposer (Kimball, 1999).

a. Produsen
Seluruh organisme yang dapat mengolah makanan sendiri
melalui proses fotosistesis disebut organisme autotrof. Organisme
yang dapat mengolah sendiri makanannya melalui fotosistesis dalam
suatu ekosistem disebut produsen (Emanuel, 1997).
b. Konsumen
Organisme yang tidak dapat mengolah sendiri
makanannya disebut organisme heterotrof konsumen. Konsumen
dalam ekosistem dapat di golongkan beberapa tingkat : konsumen
tingkat I/primer (kelompok herbivora), konsumen tingkat
II/sekunder, konsumen tingkat III/tersier (Emanuel, 1997).
c. Dekomposer atau Detritivora
Beberapa organisme mendapatkan energinya dengan
cara memakan detritus atau materi organik dari organisme lain.
Detritivora yaitu organisme yang memakan detritus. Organisme
detritivora antara lain yaitu cacing tanah, kutu kayu, kepiting, dan
siput (Kimball, 1999).
Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan
mengubah energi cahaya dari matahari menjadi energi kimia. Energi
kimia ini akan diteruskan pada konsumen tingkat pertama atau primer,
tingkat kedua atau sekunder, dan seterusnya sampai kelompok
organisme pengurai atau dekomposer. Rantai makanan sendiri memiliki
menurut para ilmuan dibagi menjadi tiga rantai pokok, yaitu :
1. Rantai Pemangsa (Rantai Makanan Tipe Perumput)
Landasan utama dari Rantai Pemangsa adalah tumbuhan hijau
sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat
herbivora sebagai konsumen I, dilanjutkan dengan hewan karnivora
yang memangsa herbivora sebagai konsumen ke-2 dan berakhir pada
hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen ke-3.

Contohnya : Padi → Tikus → Ular Sawah → Elang

Padi sebagai produsen ( trofik I ), tikus sebagai konsumen I ( trofik II )


dan ular sawah sebagai konsumen II ( trofik III ).

2. Rantai Parasit (Rantai Makanan Tipe Parasit)


Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang
hidup sebagai parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing,
bakteri, dan benalu. Contohnya : Tanaman Mangga → Benalu → Ulat
→ Burung Pemakan Ulat
3. Rantai Saprofit (Rantai Makanan Tipe Detritus)
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai.
Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri
tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk jaring-
jaring makanan
Contohnya : Seresah → Cacing Tanah → Ayam → Musang
(Emanuel, 1997).

Contoh Rantai Makanan

Berdasarkan rantai makanan tersebut padi berperan sebagai


produsen, tikus berperan sebagai konsumen I, ular berperan sebagai
konsumen II, dan elang berperan sebagai konsumen III. Dari rantai
makanan tersebut dapat kita gambarkan peristiwa yang akan terjadi
jika salah satu komponen dalam rantai makanan tersebut tidak ada
atau hilang. Misalkan pada rantai makanan di atas konsumen I
(tikus) tidak ada atau hilang, maka konsumen II (ular) akan
terganggu keseimbangannya karena tidak mendapatkan makanan.
Sebaliknya produsen (padi) akan melimpah karena tidak ada yang
memakannya. Siklus dalam rantai makanan dapat berjalan seimbang
apabila semua komponen tersedia. Apabila salah satu komponen,
misalnya konsumen I tidak ada, maka akan terjadi ketimpangan
dalam urutan makan dan dimakan dalam rantai makanan tersebut.
Agar rantai makanan dapat berjalan terus menerus maka jumlah
produsen harus lebih banyak dari pada konsumen I. Jumlah
konsumen I harus lebih banyak dari pada jumlah konsumen II dan
seterusnya. Kumpulan dari beberapa rantai makanan akan
membentuk jaring-jaring makanan (Andhi,1998).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Kalor adalah sebagai energi panas yang tersimpan di dalam
zat. Dan energi adalah Energi adalah kekuatan yang dimiliki
suatu benda sehingga mampu untuk melakukan kerja
 Bioenergetika adalah studi tentang proses bagaimana sel
menggunakan, menyimpan dan melepaskan energi

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Andhi, Moch. 1998. Rantai Makanan Ekosistem. Surabaya: Universitas


Airlangga Press.

Beny, D. 2001. Aliran energi dan Daur Biogeokimia I. Jakarta: PT.


Gramedia.

Campbell. 1977. An Introduction to Evironmental Biophysics. New York:


Spingers-Verlag.

Cotterill, R. 2002. Biophysics: An Introduction. New York: John Willey &


Sons Inc.

David Ahmad, A. 2007. Kalor dan Termodinamika. Yogyakarta:


Universitas Negeri Yogyakarta

Emanuel, A.P.,1997. Biologi. Jakarta: PT. Galaxy Puspa Mega.

Endah, Lestari. 2000. Energi dalam Ekosistem. Jakarta: UI Press.

Gabriel,J.F. 1996. Fisika Kedokteran.: Jakarta. EGC.

Helvi, Mardiani,2004, Bioenergetika dan Ioenergetika dan fosforilasi


oksidatifFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Sumatera.

Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Lubert, Styer.2000. Biokomia. Vol I. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran


:Jakarta .EGC.

Soerya. 1994. Piramida Ekologi. Bandung: PT. Gerda Perkasa Bandung.

Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim


Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC

Tipler. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai