Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENGELOLAAN DAN TEKNIK LABORATORIUM IPA

PENGENALAN DAN PENGGUNAAN ALAT UKUR

Disusun oleh:

Kelompok 5

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Oktober, 2019
HALAMAN PENGESAHAN

PRAKTIKUM OBSERVASI KIT IPA

oleh:
Kelompok 5

Yogyakarta, 3 Oktober 2019

Tanda tangan
Anggota:

Nama NIM
Muhammad Arya Sumbogo 18312244023
Akhadiyani Sipta Ulinuha 18312244024
Safinatunnajah 18312244025
Wanda Nur Melia Rahma 18312244026
Rigen Utami 18312244027

Diserahkan pada tanggal………………………………………………..,jam


………………………..

Mengetahui:
Dosen pembimbing/Asisten praktikum

(.......................................................)
A. Judul
Pengenalan dan penggunaan alat ukur
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mengenal alat-alat Jangka sorong, mistar, neraca ​Triple
Beam​ (O’haus 310), Micrometerskrup, dialmeter, dan Spirometer.
2. Paham dan bisa menggunakan dengan benar alat-alat Jangka sorong, mistar,
neraca ​Triple Beam (O’haus 310), Micrometerskrup, dialmeter dan
Spirometer.

C. Dasar Teori
1. Mistar
Penggaris atau mistar selain dapat digunakan untuk mengukur panjang/lebar
suatu benda juga dapat digunakan untuk menggambar suatu garis. Terdapat berbagai
macam tipe dan bentuk penggaris, mulai dari yang bentuknya lurus sampai dengan
yang berbentuk segitiga, baik segitiga sama kaki maupun segitiga siku-siku. Apabila
dilihat dari jenis dan bahannya, penggaris dapat terbuat dari plastik, logammaupun
yang terbuat dari kayu.

Gambar 1. Mistar
Sumber : Monotaro.com
Pembacaan pada alat ukur ini kurang teliti dibandingkan dengan mikrometer
dan jangka sorong. Kelebihannya adalah dapat digunakan untuk mengukur objek yang
jauh lebih panjang. Skala terkecil dari penggaris adalah 1 mm, dengan ketelitian
setengahdari skala terkecilnya,yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm ( Pandianggan, Pakem,
2014: 22).
2. Micrometer sekrup
Gambar 2. Micrometerscrup
Sumber :Alatlab.com
Mikrometer sekrup merupakan salah satu peralatan instrumentasi yang berfungsi
mengukur diameter luar suatu benda. Mikrometer sekrup eksternal merupakan alat ukur
panjang yang ketelitian pengukurannya sangat teliti karena memiliki ketelitian 0,01mm.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam pengukuran, maka alat-alat instrumentasi dalam
hal ini mikrometer sekrup eksternal perlu dikalibrasi secara berkala.

Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan untuk menentukan kebenaran


konvensional nilai penunjukan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan
terhadap standard ukurannya yang mampu telusur ke standard nasional untuk satuan ukuran
maupun internasional.( Kurnia, 2015 :2).
Pengkalibrasian metode 1, jika penyimpangan titik nol dua garis atau kurang.

Gambar 3 Cara kalibrasi


Sumber : www. academiedu.com

Kalibrasi micrometer
Micrometer yang dipakai dalam waktu lama, akan mengalami deviasi pada
pembacaan titik nol nya. Untuk itu harus dilakukan penyetelan titik nol atau perlu kalibrasi.
Kalibrasi sebuah micrometer yaitu adjustment kembali ketitik nol untuk mendapatkan hasil
ukur yang lebih presisi. Ada beberapa metode kalibrasi micrometer, tergantung dari tingkat
simpangan skala micrometer. Metode 1, jika penyimpangan titik nol dua garis atau kurang:
1. Kunci spindle dengan spindle​ lock/ clamp.
2. Masukan adjusting key kedalam lubang di​ sleeve.
3. Putar​ sleeve​ untuk memperbaiki penyimpangan tersebut
4. Periksa kembali titik nol nya.

Metode 2, jika penyimpangan titik nol lebih dari dua garis:


1.

Kunci spindle dengan spindle lock/ clamp. 2.

Masukan kunci pada lubang di rachet sleeve. 3.

Pegang thimble, putar rachet sleeve berlawan jarum jam 4.


A
Dorong thimble kearah luar (menuju rachet stop), dan thimble dapat berputar dengan bebas.
5.

Posisikan thimble pada posisi yang diperlukan untuk mengoreksi titik nol. 6.

Putar rachet sleeve kearah dalam dan kencangkan dengan kunci. 7.

Periksa kembali titik nol, jika masih ada sedikit penyimpangan, koreksi dengan metode 1.
PERHATIAN DALAM MENGGUNAKAN MICROMETER 1.

Pilih micrometer yang sesuai dengan benda yang akan diukur, karena micrometer memiliki
banyak macam batas ukur, seperti range antara 0

25 mm, 25

50 mm, dan seterusnya. 2.

Perubahan temperature ruang sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran, jadi pastikan
kalibrasi tools sebelum melakukan pengukuran. 3.

Bersihkan dari debu dan kotoran, putaran thimble harus smooth, lock berfungsi normal, anvil
dan key masih lengkap. 4.

Lakukan pengukuran dengan tepat sebanyak tiga kali untuk menjamin keakuratan
pengukuran. 5.

Jika micrometer mengalami kerusakan atau kalibrasi tidak dapat dilakukan, beri label
kerusakan pada micrometer tersebut dan singkirkan atau ganti dengan yang baru. Jangan
dipaksakan untuk melakukan pengukuran karena hasil yang didapat akan salah. CONTOH
PEMBACAAN MICROMETER 1.

Lihat skala utama (skala sleeve bagian atas),menunjukkan pada strip ke-7 dan karena
micrometer yang dipergunakan 0 - 25 mm. Jadi hasil pembacaan 7 x 1 mm = 7 mm. 2.
Lihat skala utama bagian bawah dari sleeve disini terlihat ada garis di depan thimble, maka
diperlukan penambahan jumlah 0.5 mm dan apabila tidak terlihat di depan thimble maka
tidak perlu penambahan. 3.

Selanjutnya kita perhatikan skala thimble terlihat garis yang segaris horizontal adalah angka
15, jadi hasilnya = 15 x 0.01mm = 0.15 mm. 4.

Hasil pembacaannya adalah:

Skala utama atas = 7,00 mm

Skala utama bawah = 0,50 mm

Skala thimble = 0,15 mm

Hasil pembacaan = 7,00 + 0,50 + 0,15 = 7,65 mm

Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi adalah mikrometer.
Mikrometer inipun mempunyai bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan
bentuk dari benda ukur. , tipe dari mikrometer ada tiga macam yaitu:1.mikrometer internal2.
mikrometer eksternal3.mikrometer kedalamanMeskipun mikrometer ini terbagi dalam tiga
tipe yang masing-masing tipe mempunyai bermacam-macam bentuk, akan tetapi
komponen-komponen penting dan prinsip baca skalanya pada umumnya sama ( Kurnia, 2015
:
2)https://media.neliti.com/media/publications/201640-kalibrasi-mikrometer-sekrup-eksternal-
de.pdf

3. Jangka sorong
Jangka sorong umumnya digunakan untuk mengukur diameter dalam benda,
misalnya diameter cincin dan diameter luar sebuah benda, misalnya diameter kelereng.
Jangka sorong memiliki skala terkecil 0,1 mm. Selain itu jangka sorong juga memiliki
ketelitian setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,05mm (Kanginan, 2007: 3).
Jangka sorong (​sigmat)​ , digunaka untuk mengukur ketebalan gulungan kawat.
Hampir serupa dengan miktometer sekrup, jangka sorong alat ukur yang memiliki
ketelitian lebih tinggi dibandingkan penggaris biasa. Jangka sorong memiliki LC sebesar
0,05 mm, berati tingkat kesalahan membaca ukurannya adalah setengah LC atau sebesar
0,025 mm ( Sutrisno,2006 : 28).
Jangka sorong terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Jangka
sorong juga terdiri dari dua bagian skala yaitu skala utama yang terdapat pada bagian
diam (rahang diam) dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada bagian bergerak
(rahang geser) (Sutrisno,2006 : 28).
Bagian – bagian jangka sorong.
Jangka sorong mempunyai 2 bagian penting, yaitu:
a. Rahang tetap
b. Rahang geser
Selain rahang jangka sorong juga mempunyai 2 skala, yaitu
a. Skala utama
b. Skala nonius ( Kanginan, 2007: 3)

Gambar 1. Jangka sorong manual


Sumber : (Foster,2004: 28)
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur. Pelaksanaan kalibrasi dilakukan dengan cara
membandingkan alat ukur dan bahan ukur yang akan dikalibrasi terhadap sandar ukurnya
yang mampu telusur (traceable) standar nasional dan atau internasional. Kalibrasi
bertujuan untuk menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu alat
ukur, atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya suatu bahan ukur. Nilai deviasi akan
menunjukkan kualitas alat ukur, semakin kecil nilai deviasinya maka semakin baik pula
kualitas alat ukur tersebut. Setiap pengukuran pasti mengandung kesalahan (error).
Kesalahan tersebut ditimbulkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah operator,
instrumen ukur, kondisi lingkungan, objek ukur, metode pengukuran (Sulaeman dan
Kusnadi. 2011: 2).
Menurut Rochim, Taufiq (2006 : 89), hasil pengukuran harus mencantumkan
suatu perkiraan yang menggambarkan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi,
dalam batas-batas kemungkinan yang wajar. Ketidakpastian pengukuran adalah proses
mengaitkan sesuatu angka secara empirik dan objektif pada sifat-sifat objek atau kejadian
nyata sedemikian rupa sehingga angka tadi dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai objek atau kejadian tersebut. Metode untuk menghitung ketidakpastian
pengukuran telah dibuat oleh berbagai lembaga, namun yang digunakan sebagai acuan
internasional adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Organisasi Standarisasi
Internasional (ISO).
Cara membaca skala jangka sorong

Gambar : cara membaca pada jangka sorong


Sumber : Foster (2004: 29)
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat
pada jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai
keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau
diameternya maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka
sorong. Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama
sampai sepersepuluh cm (0,1cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada
skala nonius sampai seperseribu cm (0,001cm).
Menurut Foster (2004: 29), pengukuran diameter luar untuk mengukur diameter
luar sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Membuka rahang jangka dengan cara mengendorkan sekrup pengunci.


2. Mengkalibrasi alat ukur yaitu:
a. Mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap
b. Jangka sorong telah terkalibrasi dan siap digunakan jika rahang geser berada
pada posisi yang tepat diangka nol, yaitu angka nol skala utama dengan angka
nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus.
3. Menggeser rahang geser ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara
kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap).
4. Meletakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang
5. Menggeser rahang ke kiri sampai benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang.
6. Mengunci sekrup pengunci pada rahang geser.
7. Membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala
yang akan dibaca
8. Menuliskan skala utama.
9. Menuliskan skala nonius.
10. Menuliskan hasil pengukur

Mengukur diameter dalam untuk mengukur diameter dalam sebuah benda dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

1. Membuka rahang geser hingga menyentuh rahang tetap.


2. Mengkalibrasi alat ukur yaitu :
a. Mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap.

b. Jangka sorong telah terkalibrasi dan siap digunakan jika rahang geser benda
pada posisi yang tepat diangka nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan
angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus.
3. Meletakan benda yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong
masuk kedalam cincin tersebut.
4. Mengeser rahang geser kekanan sedemikian rupa sehingga kedua rahang jangka
sorong menyentuh bagian dalam benda yang diukur. Mengunci sekrup pengunci pada
rahang geser.
5. Membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala
yang akan dibaca.
6. Menuliskan skala utama.
7. Menuliskan skala nonius.
8. Menuliskan hasil pengukuran. (Wirasmita, 1989.: 34)

Untuk mengukur kedalaman sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah


seperti berikut :
1. Membuka rahang jangka dengan cara mengendorkan sekrup pengunci.
2. Mengkalibrasi alat ukur
3. Meletakkan benda yang akan diukur dalam posisi berdiri sendiri tegak.
4. Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke
permukaan benda yang akan diukur dalamnya.
5. Menggeser rahang geser ke bawah sehingga ujung batang pada jangka menyentuh
dasar benda.
6. Mengunci sekrup pengunci pada rahang geser.
7. Membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata
8. tegak lurus terhadap skala yang akan dibaca
9. Menuliskan skala utama.
10. M
​ enuliskan skala nonius.
11. Menuliskan hasil pengukuran (Wirassmita, 1989 : 37).

Faktor terjadinya kerusakan alat adalah ketidakstabilan suhu ruang penyimpanan dan
tempat penyimpanan sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau menyusut,
terbentur dan/atau tergores. Oleh karena itu jangka sorong perlu disimpan pada suhu kamar
dan tempat yang khusus biasanya terdapat kotak penyimpanan agar tidak terjadi pemuaian
dan tergores (Wirassmita, 1989 : 37).

Jangka sorong jam ukur (dial calliper) merupakan salah satu peralatan instrumentasi
yang berfungsi mengukur diameter suatu benda dari sisi luar, sisi dalam dan mengukur
kedalaman celah atau lubang pada suatu benda (Zulfedri dan Arief, 2015 : 1).

4. Spherometer
Spherometer merupakan alat ukur untuk mengukur jejari kelengkungan suatu
permukaan spheris atau mengukur tebal benda-benda yang tipis, biasanya digunakan untuk
mengukur kelengkungan lensa, spherometer memliki 4 kaki, dngan 3 kaki yang permanen dan
1 kaki tengah yang dapat diubah-ubah ketinggiannya. Ketelitian spherometer bisa mencapai
0,01 mm. pengkalibrasian pada spherometer yaitu dengan menghimpitkan angka nol pada
skala utama dan angka nol pada piringan spherometer (Mukaromah,2018: 7).

Cara Menggunakan Spherometer


a. Menentukan titik nol alat, yaitu spherometer diletakkan di tempat (alas) yang rata dan
sekrup S diputar sampai uung sekrup U menyentuh alas tersebut.
b. Jika menggunakan alas dari kaca plan paralel, maka pada saat bayangan ujung sekrup
berhimpit dengan ujung sekrup itu menandakan bahwa ujung sekrup sudah tepat
menyinggung/ menyentuh alas jika tidak menggunakan kaca plan paralel. maka pada
saat sekrup S diputar ternyata kaki spherometer K akan ikut berputar berarti uujung
sekrup U sudah menentuh alas.
c. Sekrup S diputar sehingga jarak antara ujung sekrupdengan alas dapat ditempati oleh
benda yang mau diukur tebal atau kelengkungannya.
d. Benda yang akan diiukur tebal atau kelengkungannya diletakkan diantara alas dan
ujung sekrup U.
e. Sekrup S diputar sampai ujung sekrup tepat menyentuh permukaan benda yang diukur
(Mukaromah,2018: 7)

Bagian-Bagian Spherometer
a. Meja berkaki tiga (biasanya terbuat dari logam). Jika dihubungkan dengan garis,
maka ketiga kaki tersebut membentuk segitiga sama sisi.
b. Sekrup yang terletak pada lubang ditengah-tengah meja kecil berkaki tiga.
c. Pangkal sekrup
d. Pemutar sekrup
e. Piringan spherometer yang memiliki 100 skala, berbentuk lingkaran, dan melekat
pada sekrup. Satu putaran piringan menyebabkannya naik atau turun 1 mm.
f. Skala utama (dalam mm) berupa batang yang letaknya sejajar dengan sekrup. Skala
ini sebagai indeks untuk membaca skala pada piringan spherometer dan juga untuk
menandai banyaknya putaran penuh sekrup.Pada spherometer yang baru, skala utama
dimulai dari 0,5 mm dengan skala terkecil 0,005 mm. Namun, pada spherometer yang
lama skala terkecilnya adalah 0,001 mm.
(Mukaromah,2018: 8)
Metode Pemakaian Spherometer

a. Mengkalibrasi alat, yaitu spherometer diletakkan ditempat (alas) yang rata dan
pemutar keping skala datar diputar sampai ujung kaki bergerak menyentuh alas dan
skala nol pada nonius tepat berimpit dengan skala nol pada skala utama. Kemudian
putar pemutar hingga terdengan bunyi klik 1 kali.
b. Jika memakai alas dari kaca plan paralel maka pada saat bayangan ujung kaki
bergerak berimpit dengan ujung kaki itu menandakan bahwa ujung kaki tersebut
sudah tepat menyinggung/menyentuh alas. Jika tidak memakai kaca plan paralel,
maka pada saat pemutar diputar ternyata kaki spherometer akan ikut berputar berarti
ujung kaki bergerak sudah menyentuh alas.
c. Sekrup pemutar diputar sehingga jarak antara ujung pemutar denganalas dapat
ditempati oleh benda yang mau diukur teal atau kelengkungannya.
d. Benda yang akan diukur tebal atau kelengkungannya diletakkan diantara alas dan
ujung pemutar.
e. Sekrup pemutar diputar sampai ujung pemutar tepat menyentuh permukaan benda
yang diukur.
f. Hitung skala yang ditunjukkan oleh skala utama dan skala nonius sehingga
didapatkan:

Untuk menentukan jari-jari kelengkungan lensa (R) dapat memakai rumus:

Keterangan:

Rn = jari-jari kelengkkungan lensa

Hn = jarak pergeseran kaki tengah dari bidang sama dengan kaki yang lainnya.

S = jarak kaki-kaki pinggir yang tidak dapat bergerak sesamanya.


(Mukaromah,2018: 9).

Kalibrasi
Kalibrasi adalah proses dalam membandingkan suatu acuan lokal kepada standar
yang berlaku untuk memastikan ketelitian suatu alat ukur. Pengkalibrasian pada spherometer
yaitu dengan menghimpitkan angka nol pada skala utama dan angka nol pada piringan
spherometer. Berarti, spherometer telah terkalibrasi jika angka nol pada skala utama berimpit
dengan angka nol pada piringan spherometer (Mukaromah,2018: 10)
Ketelitian
Spherometer memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi daripada mistar, jangka
sorong, dan mikrometer. Ketelitian spherometer yaitu 0,01 mm (Mukaromah,2018: 10)

​Prinsip Kerja
Prinsip kerja spherometer hampir sama dengan prinsip kerja mikrometer.
Spherometer memiliki dua jenis skala, yaitu skala utama dan skala pada piringan spherometer
(skala geser). Pembacaan hasil ukur pada sperometer, yaitu dengan melihat skala yang saling
berhimpit (skala utama berhimpit dengan skala pada piringan spherometer). Untuk pegukuran
jari-jari (radius) permukaan suatu lensa, digunakan persamaan (Mukaromah,2018: 11).

Sebelum menggunakan spherometer untuk mengukur jari-jari (radius) permukaan


suatu lensa dan ketebalan suatu lempengan atau pelat tipis, pastikan spherometer dalam
keaadan layak pakai, dan sudah terkalibrasi supaya pengukuran yang dilakukan akurat
(Mukaromah,2018:11).

​Prosedur Pengukuran
a. Pengukuran Jari-jari (Radius) Permukaan Suatu Lensa Untuk mengukur radius
permukaan suatu lensa, spherometer ditempatkan di atas suatu tempat yang tepat
(rata) permukaannya. Setelah itu, lensa yang akan diukur radiusnya dijepit dengan
ketiga kaki spherometer. Selanjutnya, putar sekrup sampai menyentuh permukaan
lensa tersebut. Amati skala utama yang berhimpit dengan skala pada piringan
spherometer (sebagai h), dan mengukur jarak antar kaki spherometer (sebagai a).
Dengan persamaan di bawah ini, radius permukaan suatu lensa dapat diketahui:

b. Pengukuran Ketebalan Suatu Lempengan atau Pelat Tipis untuk mengukur ketebalan
suatu lempengan atau pelat tipis, spherometer ditempatkan di atas suatu tempat yang
tepat (rata) permukaannya. Selanjutnya, putar sekrup sampai menyentuh permukaan
tersebut. Amati skala utama yang berhimpit dengan skala pada piringan spherometer,
kemudian membaca hasil bagi skala utama dengan skala pada piringan spherometer.
Setelah itu, sekrup diputar hingga tidak lagi menyentuh permukaan tersebut.
Selanjutnya, selipkan lempengan atau pelat tipis yang akan diukur ketebalannya,
putar kembali sekrup hingga menyentuh permukaan lempengan atau pelat tipis
tersebut. Amati kembali skala utama yang berhimpit dengan skala pada piringan
spherometer, kemudian membaca hasil bagi skala utama dengan skala pada piringan
spherometer. Perbedaan (dalam hal ini selisih) dari kedua hasil pembacaan tersebut
adalah ketebalan lempengan atau pelat tipis yang diukur.
(Mukaromah,2018: 12)

Cara Membaca dan Menuliskan Hasil Pengukuran


a. Pengukuran Jari-jari (Radius) Permukaan Suatu LensaUntuk cara pembacaan, skala
utama (dalam mm) berhimpit dengan skala pada piringan spherometer (sebagai h).
Skala pada piringan spherometer dikalikan ketelitian spherometer (0,01 mm).
Sedangkan jarak antar kaki spherometer (sebagai a). Setelah hasil pembacaan skala
tersebut dimasukkan ke dalam suatu persamaan R, didapatlah hasil pengukuran
jari-jari (radius) permukaan lensa.

b. Pengukuran Ketebalan Suatu Lempengan atau Pelat TipisUntuk cara pembacaan,


skala utama (dalam mm) berhimpit dengan skala pada piringan spherometer. Skala
pada piringan spherometer dikalikan ketelitian spherometer (0,01 mm). Hasil
pengukuran ketebalan lempengan atau pelat tipis adalah perbedaan (dalam hal ini
selisih) hasil bagi skala utama dan skala pada piringan spherometer sebelum
diselipkan lempengan atau pelat tipis dengan hasil bagi skala utama dan skala pada
piringan spherometer sesudah diselipkan lempengan atau pelat tipis.
(Mukaromah,2018: 13)
Beberapa Bentuk Lain Spherometer
a. Mikro Spherometer
Lensa yang sangat kecil tidak dapat diukur dengan tepat jika menggunakan
spherometer biasa. Untuk itu, digunakan mikro spherometer yang dapat mengukur
lensa yang sangat kecil. Jari-jari (radius) permukaan lensa mungkin bisa sekecil 2
mm. Berikut adalah contoh yang khas:
Sebagai informasi, Gardner dan BK Johnson memodifikasi sebuah mikroskop standar
agar dapat mengukur jari-jari (radius) permukaan lensa yang sangat kecil ke presisi
tinggi.

b. Spherometer Dan Chaffee


Spherometer ini terdiri dari dua bar logam yang bergabung di suatu akhir untuk satu
poros yang sangat singkat dari pergerakan yang diukur pada kebalikan bagian akhir.
Pusat ball adalah tetap untuk satu bar, dua kaki ball ke yang lain, semua dalam satu
baris. Karena pusat ball terletak di sepertiga jarak ke mikrometer, perpindahan
sepertiga sebagai pengukuran pada mikrometer.
Ada tambahan baut ditempatkan di dekat sumbu baut. Pergerakan terhadap lensa 10
kali dari pergerakan linear mikrometer, sehingga kepekaannya besar. Keberhasilan
dari akurasi pengukuran bergantung pada rasa sentuhan ketika kontak dibuat, bersama
lengan dan mikrometer yang diputar sampai pelat akhir.
Lensa ditempatkan 90 deg dari bar dan 45 deg, dari horizontal. Konfigurasi ini
memastikan bahwa lensa dan spherometer ditempatkan dengan gravitasi.Kelebihan
desain ini adalah murah. Kekurangan ialah membutuhkan waktu lebih banyak untuk
menghitung kepekaan faktor amplifikasi.
c. Membuat Spherometer Sederhana
Meja berkaki tiga spherometer dibuat dari logam, dimana mejanya berupa pelat
logam. Diperlukan pengeboran lubang yang harus ditempatkan dengan tepat dalam
suatu pelat logam untuk tempat ketiga kaki spherometer. Lubang tersebut dapat dibor
dengan suatu mesin. Simetri dan akurat tidaknya lubang dapat diketahui dengan
mengukur jarak antara ujung kaki (seperti menggunakan kaliber). Kaliber yang
digunakan adalah dari jenis digital standar, yang mengukur sampai keakuratan
0,01mm.

Pada website Bob May, terdapat petunjuk untuk membuat spherometer sederhana,
murah, tetapi akurat. Yang digunakan adalah sebuah indikator angka (a dial indicator) dengan
ketelitian 0,01 mm dan harga sekitar $ 32. Untuk mengapit indikator angka pada tempatnya
digunakan dua baut, pastikan indikator angka tidak dapat berpindah tempat agar pengukuran
konsisten. Aluminium dengan ketebalan 6 mm, lebar 20 mm, dan panjang sekitar 150 mm
sebagai penopang kaki. Tiga logam (bisa aluminium) silinder dengan ketebalan 6 mm untuk
membuat kaki-kaki spherometer, beberapa logam epoxy untuk melekatkan kaki ke dalam
lubang pada penopang kaki.

Ketiga kaki pada spherometer jika dilihat dari atas relatif dekat satu dengan yang lain.
Untuk lensa yang lebih besar perlu membuat satu kaki spherometer yang jaraknya lebih jauh
agar resolusi lebih baik, seperti gambar berikut:

4. ​Neraca ​Triple Beam​ (O’haus 310)


Neraca ohaus adalah neraca yang diperkenalkan oleh Gustav Ohaus yang
merupakan seorang ilmuwan asal New Jersey, Amerika Serikat. Ilmuwan kelahiran 30
Agustus 1888 ini mempublikasikan Ohaus Harvard Trip Balance pada tahun 1912
yang kemudian dikenal dengan neraca ohaus tersebut. Neraca ini berguna untuk
mengukur massa benda atau logam. Kapasitas beban yang ditimbang dengan
menggunakan neraca ini adalah 311 gram dengan batas ketelitian 0,1 gram. Prinsip
kerja neraca ini adalah dengan membandingkan antara massa bahan yang ditimbang
dengan anak timbangan yang terukur. Neraca ohaus memiliki spesifikasi lagi seperti
neraca ohaus dua lengan dan neraca ohaus tiga lengan. Pada neraca ohaus dua lengan
terdapat dua lengan yang memiliki piringan neraca, pada lengan satu untuk
meletakkan bahan yang akan ditimbang dan lengan lainnya untuk wadah anak
timbangan. Sedangkan neraca ohaus tiga lengan adalah neraca yang hanya memiliki
satu cawan sebagai tempat bahan dan 3 lengan sebagai penunjuk skala (Putra, 2014).
Bagian-bagian Neraca ​Triple Beam ​:

Gambar. Neraca ​Triple Beam


Sumber : rumushitung.com
1. Cawan beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
2. Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca
tidak dapat digunakan untuk mengukur.
3. Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan pada neraca
ini, dengan bagian-bagian lengannya sebagai berikut :
a. Lengan Depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala
0, 1, 2, 3, …, 10 gram. Masing-masing skala bernilai 1 gram.
b. Lengan Tengah, tiap skala dalam lengan ini bernilai 10 gram.
c. Lengan Belakang, sama seperti lengan depan dan tengah tetapi dengan
nilai tiap skalanya 100 gram dari 100 gram hingga 500 gram (setengah
kilo).
4. Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat
digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
5. Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik
kesetimbangan.
(Gian N, 2013)
Cara kerja neraca ​Triple Beam​ adalah sebagai berikut :
1. Timbangan harus berada dalam keadaan berdiri tegak
2. Cek apakah timbangan sudah setara. Bila belum, setarakan dengan penera yang
terdapat di bawah lempengan logam alas penimbangan.
3. Nolkan/kalibrasi timbangan(dengan cara memutar sekrup yang berada disamping
atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar) beserta
kertas/gelas arloji/botol timbang yang dipakai sebagai wadah bahan yang akan
ditimbang dengan mengatur pemberat.
4. Letakkan bahan yang akan ditimbang
5. Gerakkan pemberat (satuan 10 g dan seterusnya) sampai penunjuk sejajar garis nol
6. Beban tambahan digunakan apabila bahan yang akan ditimbang mempunyai berat
lebih dari berat yang tercantum beban geser.
(Gian N,2013)

Gambar ilustrasi menggunakan neraca triple beam


Gambar. Skala 3 lengan neraca​ triple beam
Sumber : rumushitung.com
Kita akan menimbang sebuah gantungan kunci dengan neraca triple beam dan skala
yang terbaca dalam lengan-lengannya seperti gambar diatas.
dari gambar diatas, cara membaca skala neraca ​triple beam​ :
Anting lengan depan = 5,8 gram
Anting lengan tengah = 40,0 gram
Anting lengan belakang = 300 gram
—————————————————– +
Jadi total berat gantungan kunci tersebut = 345,8 gram
(Gian N,2013)
Ketelitian sebuah neraca ditentukan oleh skala terkecil yang ada pada neraca tersebut.
Misalnya pada neraca tiga lengan, skala terkecil adalah 0.1 gram, maka ketelitian neraca
tersebut adalah 0.1 gram. Setiap alat ukur mempunyai nilai ketidakpastian pengukuran. Nilai
ketidakpastian tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Ketidakpastian = ½ x skala terkecil
Sehingga pada neraca tiga lengan yang mempunyai skala terkecil 0.1gram, maka
ketidakpastian tersebut adalah ½ x 0.1 gram (0.05 gram).

5. Dial meter
Dial meter ( Bore Gauge ) atau juga dikenal dengan ​Cylinder Gauge ialah alat ukur
yang dipakai guna mengukur diameter silinder. di bagian atas terdapat dial meter dan di
bagian bawahnya terdapat ​measuring point yang bisa bergerak bebas. Dial meter yang
terletak di bagian atas bisa dilepas caranya yaitu longgarkan ​securing position dial meternya.
Sedangkan ujung batang pengukur (​measuring point​) akan bergerak bila ditekan dan jarum
pada dial gauge antara 0-2 mm akan bergerak dari harga standarnya. di sisi lain terdapat
replacement rod yang panjangnya beragam tergantung pada kebutuhan, yang dilengkapi
dengan replacement securing thread merupakan semacam mur pengikat yang berfungsi untuk
mengunci supaya ​replacement rod​ dan ​washern​ ya tidak lepas ketika dial meter digunakan.
Kegunaan dial meter seperti yang telah kita ketahui adalah untuk mengukur kerataan
permukaan bidang datar mengukur kerataan permukaan serta kebulatan sebuah poros
mengukur kerataan permukaan dinding silinder. Adapun jenis jenis dial meter sendiri ada
berbagai macam sesuai dengan skala yang digunakan, beberapa jenis dial meter antara lain
(Junaidi, 2016 : 41) :
1) Dial gauge dengan nilai skala 0,01 mm jenis ini dapat digunakan untuk mengukur
dengan batas ukuran sampai dengan 10 mm
2) Dial gauge dengan nulai skala 0,01 mm jenis ini mempunyai batas ukur sampai
dengan 1 mm 3. Dial gauge dengan nilai skala 0,0005 mm jenis ini mempunyai batas
ukur sampai 0,025 mm

Gambar. Bagian - bagian dial meter


(Sumber. Junaidi, 2016 : 41)

Cara Menggunakan dial meter (Junaidi, 2016 : 42):


1. Ukur diameter silinder dengan memakai jangka sorong untuk mengetahui
diameter secara kasar guna memilih ​rod end yang tepat untuk dipasangkan
pada dial meter (atau lihat ukuran standarnya pada maintenance standard),
misal diperoleh hasil pengukuran : 75,40 mm.
2. Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran
tersebut misal 76 mm, setelah itu pasang ​replacement rod​ pada dial meter.
3. Ukur panjang ​replacement rod dengan mikrometer luar dan usahakan jarum
dial meter tidak bergerak, misal diperolah hasil pengukuran 76,20.
4. Masukan replacement rod kedalam lubang (silinder), goyangkan tangkai dial
meter ke kanan dan ke kiri hingga diperoleh penyimpangan terbesar (posisi
tegak lurus).
5. Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukan dial gauge, misal diperoleh
0,13 mm.
6. Besarnya diameter cylinder yaitu selisih antara hasil pengukuran panjang
replacement

Cara membaca Skala dan Hasil Pengukuran (Junaidi, 2016 : 42) :


1. Apabila jarum kecil menunjukkan pada angka satu dan jarum besar pada strip yang
ke-22 setelah bergerak dari nol searah jarum jam, jadi hasil pengukuran :
Jarum kecil = 1 pada pengetesan = 75 mm.
Jarum besar = 22 x 0,01 mm = 0,22 mm.
Hasil pembacaan = 75 – 0.22 = 74.78 mm.
2. Jika jarum kecil menunjukkan pada angka satu dan jarum besar pada strip yang ke-25
setelah bergerak dari nol berlawanan jarum jam, jadi hasil pengukuran :
Jarum kecil = 1 pada pengetesan = 75 mm.
Jarum besar = 25 x 0,01 mm = 0,25 mm.
Hasil pembacaan = 75 + 0.25 = 75.25 mm.

Cara Kalibrasi (T. Siagian, dkk., 2018 : 54) :


Caranya yaitu :
1. mula mula mengendorkan pengunci ​outer ring​ pada dial meter
2. kemudian masukkan dial meter ke dalam rahang mikrometer dengan
replacement rod​ terlebih dahulu
3. setelah itu setel angka nol pada dial meter tepat pada jarum panjang dengan
memutar​ outer ring
4. terakhir kunci kembali pengunci outer ring.
5. Dial meter siap dipakai.

Gambar. Kalibrasi dial meter


(Sumber. Junaidi, 2016 : 43)
Cara merawat (S. Hestukoro, 2017 : 78) :
1. Simpan dial meter pada tempatnya setelah digunakan
2. Dial meter sebaiknya disimpan ditempat yang stabil suhu dan kelembabannya.
Suhu tempat untuk menyimpan sekitar 20˚C dengan kelembaban 60-70%.
3. Tempat penyimpanan harus bebas dari getaran-getaran yang kemungkinan
dapat merusak dial meter.

Metodologi percobaan
1. Waktu dan tempat
a. Hari, tanggal : Kamis, 10 Oktober 2019
b. waktu : 13.40-15.20 WIB
c. Tempat : Laboratorium IPA FMIPA UNY
2. Alat dan bahan
a. Mikrometer sekrup
b. Jangka sorong
c. Dial meter
d. Spirometer
e. Mistar
f. Neraca ohaus
g. Neraca triple balm
3. Langkah kerja

Data hasil percobaan

No Nama alat Kalibrasi Ketelitia Jangkaua Kesala


n n han Prosedur
Pengu perawatan
kuran

1. Jangka Mengkalibrasi 0,05 mm 15,4 cm Faktor


sorong terjadinya
alat ukur yaitu
kerusakan alat
mendorong adalah
ketidakstabilan
rahang geser suhu ruang
hingga menyentuh penyimpanan
dan tempat
rahang tetap. penyimpanan
Jangka sorong sehingga
memungkinkan
telah terkalibrasi jangka sorong
dan siap untuk memuai
atau menyusut,
digunakan jika terbentur
rahang geser dan/atau
tergores. Oleh
berada pada posisi karena itu
yang tepat di jangka sorong
perlu disimpan
angka nol, yaitu pada suhu
angka nol skala kamar dan
tempat yang
utama dengan khusus biasanya
angka nol pada terdapat kotak
penyimpanan
skala nonius agar tidak
terjadi
saling berhimpit
pemuaian dan
pada satu garis tergores
lurus.

4. Spherometer Pengkalibrasian pada 0.01mm 1 cm 0.005 Cara merawat


spherometer yaitu untuk mm spherometer
kecekun yaitu:
dengan gan/kece 1.Diletakkan di
menghimpitkan mbungan tempat yang
kering, tidak
angka nol pada skala
lembab dan
utama dan angka nol bebas uap
pada piringan korosit.
2.Sebelum
spherometer. Berarti,
disimpan
spherometer telah spherometer
terkalibrasi jika harus terbebas
dari debu
angka nol pada skala ataupun kotoran
utama berimpit yang melekat.
dengan angka nol 3.Kemudian
diolesi dengan
pada piringan minyak oli atau
spherometer. minyak rem.

Pembahasan

Praktikum yang berjudul Pengenalan dan Penggunaan alat ukur memiliki tujuan
untuk Untuk mengetahui dan mengenal alat-alat Jangka sorong, mistar, neraca Triple Beam
(O’haus 310), Micrometerskrup, dialmeter, dan Spirometer dan agar dapat memahami dan
bisa menggunakan dengan benar alat-alat Jangka sorong, mistar, neraca Triple Beam
(O’haus 310), Micrometerskrup, dialmeter dan Spirometer. Praktikum dilaksanakan pada
hari Kamis, tanggal 10 Oktober 2019 pukul 13.40 sampai dengan 15.20 WIB di Laboratorium
IPA FMIPA UNY. Alat dan bahan yang digunakan praktikan dalam kegiatan praktikum
adalah mikrometer sekrup, jangka sorong, dial meter, spirometer, mistar, neraca ohaus, dan
neraca triple balm.

1. Mikrometer sekrup

2. Jangka sorong
Jangka sorong merupakan alat untuk mengukur panjang yang mempunyai dua
bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Jangka sorong juga terdiri dari dua bagian skala
yaitu skala utama yang terdapat pada bagian diam (rahang diam) dan skala nonius
(vernier) yang terdapat pada bagian bergerak (rahang geser). Jangka sorong (​sigmat​),
digunaka untuk mengukur ketebalan gulungan kawat. Hampir serupa dengan miktometer
sekrup, jangka sorong alat ukur yang memiliki ketelitian lebih tinggi dibandingkan
penggaris biasa. Jangka sorong memiliki LC sebesar 0,05 mm, berati tingkat kesalahan
membaca ukurannya adalah setengah LC atau sebesar 0,025 mm ( Sutrisno,2006 : 28),
sesuai teori tersebut hasil penggunaan jangka sorong memiliki ketelitian 0,05 mmdan
jangkauan 15,4 cm.
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai
penunjukkan alat ukur dan bahan ukur. Pelaksanaan kalibrasi dilakukan dengan cara
membandingkan alat ukur dan bahan ukur yang akan dikalibrasi terhadap sandar ukurnya
yang mampu telusur (traceable) standar nasional dan atau internasional. Mengkalibrasi
alat ukur yaitu mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap. Jangka sorong
telah terkalibrasi dan siap digunakan jika rahang geser berada pada posisi yang tepat
diangka nol, yaitu angka nol skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling
berhimpit pada satu garis lurus.
Prinsip utama menggunakan jangka sorong adalah apabila kunci yang terdapat pada
jangka sorong dilonggarkan, maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan.
Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjangnya atau diameternya
maka objek akan dijepit diantara 2 penjepit (rahang) yang ada pada jangka sorong.
Panjang objek dapat ditentukan secara langsung dengan membaca skala utama sampai
sepersepuluh cm (0,1 cm) kemudian menambahkan dengan hasil pembacaan pada skala
nonius sampai seperseribu cm (0,001cm).
Pengukuran diameter luar untuk mengukur diameter luar sebuah benda dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut, membuka rahang jangka dengan cara
mengendorkan sekrup pengunci, mengkalibrasi alat ukur yaitu mendorong rahang geser
hingga menyentuh rahang tetap, jangka sorong telah terkalibrasi dan siap digunakan jika
rahang geser berada pada posisi yang tepat diangka nol, yaitu angka nol skala utama
dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis lurus. Menggeser
rahang geser ke kanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang
(antara rahang geser dan rahang tetap). Meletakkan benda yang akan diukur diantara
kedua rahang Menggeser rahang ke kiri sampai benda yang diukur terjepit oleh kedua
rahang. Mengunci sekrup pengunci pada rahang geser. Membaca skala utama dan skala
nonius dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala yang akan dibaca. Menuliskan skala
utama. Menuliskan skala nonius. Menuliskan hasil pengukur
Mengukur diameter dalam untuk mengukur diameter dalam sebuah benda dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut , membuka rahang geser hingga menyentuh
rahang tetap. Mengkalibrasi alat ukur yaitu : mendorong rahang geser hingga menyentuh
rahang tetap, jika rahang geser benda pada posisi yang tepat diangka nol, yaitu angka nol
pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius saling berhimpit pada satu garis
lurus. Meletakan benda yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka
sorong masuk ke dalam cincin tersebut. Menggeser rahang geser kekanan sedemikian
rupa sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh bagian dalam benda yang diukur.
Mengunci sekrup pengunci pada rahang geser. Membaca skala utama dan skala nonius
dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala yang akan dibaca. Menuliskan skala utama.
Menuliskan skala nonius. Menuliskan hasil pengukuran.
Untuk mengukur kedalaman sebuah benda dapat dilakukan dengan langkah seperti
berikut, membuka rahang jangka dengan cara mengendorkan sekrup pengunci.
Mengkalibrasi alat ukur Meletakkan benda yang akan diukur dalam posisi berdiri sendiri
tegak. Memutar jangka (posisi tegak) kemudian meletakkan ujung jangka sorong ke
permukaan benda yang akan diukur dalamnya. Menggeser rahang geser ke bawah
sehingga ujung batang pada jangka menyentuh dasar benda. Mengunci sekrup pengunci
pada rahang geser. Membaca skala utama dan skala nonius dengan posisi mata tegak
lurus terhadap skala yang akan dibaca Menuliskan skala utama. Menuliskan skala nonius.
Menuliskan hasil pengukuran (Wirassmita, 1989 : 37).
3. Neraca Triple Bean
4.Spherometer
Sperometer adalah alat ukur panjang yang mempunyai 4 buah kaki, yaitu 3 kaki tetap dan 1
kaki lainnya yang dapat bergerak naik/turun yang terletak ditengah-tengah ketiga kaki tetap.
Alat ini dapat dipergunakan untuk mengukur jari-jari kelengkungan benda yang berbentuk
bidang bola seperti cermin dan lensa cembung atau cekung. Selain itu, alat ini juga dapat
digunakan untuk mengukur ketebalan suatu pelat tipis. Bagian-bagian spherometer yaitu
Skala utama, Skala geser, tiga kaki tetap, pemutar skala geser, satu kaki bergerak. Jenis-jenis
spherometer yaitu Spherometer Manual, Mikro Spherometer, Spherometer dan Chaffee
Prinsip kerja sperometer hampir sama dengan prinsip kerja mikrometer. Pembacaan hasil
ukur pada sperometer, yaitu dengan melihat skala yang saling berhimpit (skala utama
berhimpit dengan skala geser). untuk pengukur jari-jari suatu lensa digunakan rumus .
Pengkalibrasian pada spherometer yaitu dengan menghimpitkan angka nol pada skala
utama dan angka nol pada piringan spherometer. Spherometer memiliki tingkat ketelitian
yang lebih tinggi daripada mistar, jangka sorong, dan mikrometer. Ketelitian spherometer
yaitu 0,01 mm.
Membaca dan menulis hasil pengukuran pada :
a. Pengukuran Jari-jari (Radius) Permukaan Suatu Lensa
Untuk cara pembacaan, skala utama (dalam mm) berhimpit dengan skala pada
piringan spherometer (sebagai h). Skala pada piringan spherometer dikalikan
ketelitian spherometer (0,01 mm). Sedangkan jarak antar kaki spherometer (sebagai
a). Setelah hasil pembacaan skala tersebut dimasukkan ke dalam suatu persamaan R,
didapatlah hasil pengukuran jari-jari (radius) permukaan lensa.
b. Pengukuran Ketebalan Suatu Lempengan atau Pelat Tipis
Untuk cara pembacaan, skala utama (dalam mm) berhimpit dengan skala pada
piringan spherometer. Skala pada piringan spherometer dikalikan ketelitian
spherometer (0,01 mm). Hasil pengukuran ketebalan lempengan atau pelat tipis
adalah perbedaan (dalam hal ini selisih) hasil bagi skala utama dan skala pada
piringan spherometer sebelum diselipkan lempengan atau pelat tipis dengan hasil bagi
skala utama dan skala pada piringan spherometer sesudah diselipkan lempengan atau
pelat tipis.
Untuk merawat Spherometer , sebaiknya:
a. Diletakkan di tempat yang kering, tidak lembab dan bebas uap korosit.
b. Sebelum dismpan spherometer harus terbebas dari debu ataupun kotoran yang
melekat.
c. Kemudian diolesi dengan minyak oli atau minyak rem.
Kesimpulan
2. Jangka sorong
Jangka sorong merupakan alat yang digunakan untuk mengukur panjang yang dapat juga
berupa ketebalan suatu benda.
3. Neraca ​triple beam
4. Spherometer merupakan alat yang di gunakan until mengukur suatu kelengkungan tertentu

Daftar pustaka

Foster, Bob. 2004. ​Fisika Terpadu​. Jakarta : Erlangga.

Gian N.2013.​Neraca Ohaus dua lengan dan tiga lengan. Diunduh dari
rumushitung.com pada Rabu, 16 Oktober 2019 pukul 22.46 WIB.

Mustari, Mukarramah.2018.​Pengukuran Dan Alat-Alat Ukur Fisika.​Bandar Lampung:


CV.AURA.

​ iunduh dari fauzanajiputra.com pada Rabu,16


Putra, F.A..2014​.Alat Ukur Neraca. D
Oktober 2019 pukul 23.03 WIB.

Rochim, Taufiq. 2006. ​Spesifikasi, Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik 2.​
Bandung: ITB.
Sulaeman, Cecep dan Kusnadi. 2011. ​Kalibrasi Temperatur Pada PT100 dan
Termocouple.​ Jurnal Ilmiah Elite Electro Volume 2 Nomor 2 September 2011.

Sutrisno. 2006. ​Merawat dan Memperbaiki Pompa Air​. Yogyakarta : Kanisius.

Wirasasmita, Omang. 1989. ​Pengantar Laboratorium Fisika. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai