Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Resonansi Bunyi

PERCOBAAN-GB 2

Nama : Anjani Anil Hawa

NIM : 205090801111018

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :5

Tgl.Praktikum : 13 November 2020

Nama Asisten : Dinda Ega Fajarwati

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Resonansi Bunyi

Nama : Anjani Anil Hawa

NIM : 205090801111018

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok :5

Tgl. Praktikum : 13 November 2020

Nama Asisten : Dinda Ega Fajarwati

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah agar dapat dijelaskannya fenomena resonansi
dalam suatu tabung, dapat ditentukannya cepat rambat bunyi di udara, serta dapat
ditentukannya frekuensi dari sebuah garpu tala.
1.2 Dasar Teori
Di alam ada beberapa gelombang, salah satu yang terpenting dalam kehidupan sehari-
hari adalah gelombang longitudinal. Gelombang longitudinal yang yang merambat dalam
sebuah medium, biasanya udara disebut dengan gelombang bunyi. Gelombang bunyi
bergerak ke segala arah dari sumbernya dengan nilai amplitudo yang bergantung pada
jarak dari sumber tersebut.. Selain pengertian diatas, gelombang bunyi juga dapat
diartikan sebagai perubahan tekanan di berbagai titik. Gelombang bunyi bisa mengalami
yang namanya resonansi. Ketika ada dua atau lebih gelombang yang tumpang tindih
maka akan terjadi interferensi. Besarnya amplitudo yang didapatkan tergantung pada
gelombang-gelombang tersebut sefasa atau berlawanan fasa, jika gelombang tersebut
sefasa maka akan terjadi interferensi konstruktif, namun jika gelombang-gelombang
tersebut berlawanan fasa maka akan terjadi interferensi destruktif. Ketika suatu gaya
mengalami perubahan secara periodik lalu diberikan pada suatu sistem dalam mode
normal, maka sistem tersebut akan bergetar dan memiliki frekuensi yang sama dengan
frekuensi gaya tersebut, hal itu dinamakan dengan osilasi paksa. Jika gaya itu sama
dengan ataupun dekat ke salah satu frekuensi mode normal, amplitudo oksilasi paksa
tersebut akan sangat besar, dan fenomena itu dinamakan resonansi (Bueche & Eugene,
2006).
Resonansi merupakan suatu fenomena yang penting dalam kehidupan. Resonansi
penting dalam sebuah kontruksi, meskipun efeknya tidak selalu bisa diramalkan.
Misalnya ketika terdapat sebuah laporan bahwa sebuah jembatan kereta api runtuh karena
adanya luka dalam salah satu roda penyeberangan, maka kereta api akan menyiapkan
osilasi resonan di jembatan. Selain itu resonansi juga berguna dalam alat musik dan
penyetaman radio. Suatu benda terkadang bergetar bukan hanya memiliki satu frekuensi,
namun bisa jadi benda tersebut bergetar karena ada banyak frekuensi resonansi. Dalam
sebuah gitar, untuk menentukan frekuensi resonansinya kita haru memperhatikan panjang
gelombangnya, panjang gelombang tersebut memiliki hubungan dengan panjang senar
gitar. Frekuensi terendah disebut dengan frekuensi fundamental, yang sesuai dengan satu
antinode (Giancolli, 2014).
Resonansi gelombang berdiri dalam seutas tali bisa diatur dengan refleksi gelombang
dari ujung tali. Jika berakhir tetap, maka itu harus menjadi posisi node. Hal itu membatasi
frekuensi gelombang berdiri akan terjadi pada tali tersebut. Setiap kemungkinan adanya
frekuensi adalah frekuensi resonansi, dengan posisi yang sesuai dengan pola gelombang
adalah mode osilasi. Untuk seutas tali dengan panjang L dengan ujung tetap, maka
𝑣 𝑣
frekuensi resonansinya adalah 𝑓 = =n , dengan n = 1, 2 ,3 … osilasi n = 1 disebut
𝜆 2𝐿

harmonik pertama, n = 2 adalah harmonik kedua dan seterusnya (Halliday, 2011)


BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Dalam percobaan kali ini digunakan berbagai macam alat dan bahan antara lain
jangka sorong, pemukul, garputala, selang/pipa, air, wadah air, tabung resonansi dan juga
meteran roll atau mistar.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Ukur diameter dalam tabung resonansi dengan jangka


sorong sebanyak tiga kali di posisi yang yang berbeda

Permukaan air dalam tabung resonansi diatur hingga


mulut tabung, tetapi jangan sampai tumpah dengan cara
menaikkan wadah berisi air.

Garputala frekuensi 512 Hz dipukul dengan pemukul


lalu didekatkan pada mulut tabung

Permukaan air dalam tabung resonansi diturunkan


dengan cara menurunkan secara perlahan wadah air yang
ada hingga terdengar penguatan bunyi.

Ukur panjang lokasi tempat terjadinya penguatan bunyi


(panjang kolom udara), dihitung dari permukaan atas
pipa. Catat hasilnya sebagai L

Ulangi langkah 3-5 beberapa kali agar dapat dipastikan


letak resonansi tersebut
Ulangi langkah 4-6 agar dapat ditentukan titik resonansi
berikutnya sejauh panjang pipa resonansi yang
memungkinkan.

Suhu ruangan dan tekanan udara tempat percobaan


diukur lalu dicatat

Ulangi semua langkah untuk garputala yang belum


diketahui frekuensinya.
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

D = 4.18 cm = 4.18 × 10−2 m


K = 0.6r = 0.6 × 2.09 × 10−2 m = 1.25 × 10−2 m
r = 2.09 cm = 2.09 × 10−2 m
T = 27°C
No. Frekuensi (Hz) L1 (cm) L2 (cm) L3 (cm)
1 512 5 9 17
8 17 23
2 X 8 7.667 17 14.67 22 19.33
7 10 13

3.2 Perhitungan

3.2.1 Garputala frekuensi 512 Hz


2 |𝑣 − 𝑣̅ |2 𝑚2 /𝑠 4
n F (Hz) L (m) 𝜆 (𝑚) |𝜆 − 𝜆̅| 𝑚2 v (m/s)
1 512 0,05 0,083 0,000043 42,667 11,211
2 512 0,09 0,082 0,000062 41,984 16,249
3 512 0,17 0,104 0,000208 53,394 54,454

λ̅ 0,090 v̅ 46,015
δλ 0,009 δv 4,525
Kr λ 9,83 Kr v 9,83
λ 0,090 ± 0,009 v 46,015 ± 4,525
4(Ln + K)
λn = = (m )
2n + 1

4(L1 + K) 4(0,05 + 1,25. 10−2 )


λ1 = = = 0,083 m
2(1) + 1 3

4(L2 + K) 4(0,09 + 1,25. 10−2 )


λ2 = = = 0,082 m
2(2) + 1 5

4(L3 + K) 4(0,17 + 1,25. 10−2 )


λ3 = = = 0,104 m
2(3) + 1 7

Σλ 0,083 + 0,082 + 0,104


λ̅ = = = 0,090 m
N 3
2
√ Σ[ λ − λ̅ ] (0,083 − 0,090)2 + (0,082 − 0,090)2 + (0,104 − 0,090)2
δλ = = √
n−1 2
= 0,009
δƛ 0,009
Kr λ = ̅ × 100% = x 100 = 9,83%
𝛌 0,090
λ = (λ̅ ± δλ) = (0,090 ± 0,009) m

4f(Ln + K)
vn =
2n + 1

4f(L1 + K) 4(512)(0,05 + 1,25. 10−2


v1 = = = 42,667 m/s
2(1) + 1 3
4f(L2 + K) 4(512)(0,09 + 1,25. 10−2 )
v2 = = = 41,984 m/s
2(2) + 1 5
4f(L3 + K) 4(512)(0,17 + 1,25. 10−2 )
v3 = = = 53,394 m/s
2(3) + 1 7
Σv 42,667 + 41,984 + 53,394
v̅ = = = 46,015 m/s
n 3
Σ[ v − v̅ ]𝟐
δv = √
n−1

(42,667 − 46,015)2 + (41,984 − 46,015)2 + (53,394 − 46,015)2


=√
2
= 4,525 m/s
v = v̅ ± δv = (46,015 ± 4,525) m/s

3.2.2 Garputala frekuensi X

v = 340 m/s
2 2
n L (m) 𝜆 (𝑚) |𝜆 − 𝜆̅| 𝑚2 f (m/s) |𝑓 − 𝑓|̅ 𝐻𝑧
1 0,07667 0119 0,0000057 2859,706 2796,926
2 0,01476 0127 0,0000369 2669,598 18829,938
3 0,1933 0,118 0,0000136 2891,156 7112,603

λ̅ 0,121 f̅ 2806,820
δλ 0,004 δf 169,53
Kr λ 3,09 Kr f 6,04
λ 0121 ± 0,004 f 2806,820 ±169,53
4(𝐿𝑛 + 𝐾)
𝜆𝑛 =
2𝑛 + 1

4(𝐿1 + 𝐾) 4(0,07667 + 1,25. 10−2 )


𝜆1 = = = 0,119 𝑚
2(1) + 1 3
4(𝐿2 + 𝐾) 4(0,1467 + 1,25. 10−2 )
𝜆2 = = = 0,127 𝑚
2(2) + 1 5

4(𝐿3 + 𝐾) 4(0,1933 + 1,25. 10−2 )


𝜆3 = = = 0,118 𝑚
2(3) + 1 7

Σλ 0,119 + 0,127 + 0,118


λ̅ = = = 0,121m
N 3
2
√ Σ[ λ − λ̅ ] (0,119 − 0,121)2 + (0,127 − 0,121)2 + (0,118 − 0,121)2
δλ = = √
n−1 2
= 0,004
δƛ 0,004
Kr λ = ̅ × 100% = x 100 = 3,09 %
𝛌 0,121
λ = (λ̅ ± δλ) = (0,121 ± 0,004) m

(2𝑛 + 1)
𝑓𝑛 = 𝑣
4(𝐿𝑛 + 𝑘)

(2(1) + 1) 3
𝑓1 = 𝑣= 340 = 2859,706 𝐻𝑧
4(𝐿1 + 𝑘) 4(0,7667 + 1,25. 10−2 )
(2(2) + 1) 5
𝑓2 = 𝑣= 340 = 2669,598 𝐻𝑧
4(𝐿2 + 𝑘) 4(0,1467 + 1,25. 10−2 )
(2(3) + 1) 7
𝑓3 = 𝑣= 340 = 2891,156 𝐻𝑧
4(𝐿3 + 𝑘) 40,1933 + 1,25. 10−2 )
𝛴𝑓 2859,706 + 2669,598 + 2891,156
𝑓̅ = = = 2806,820 𝐻𝑧
𝑛 3

𝛴[ 𝑓 − 𝑓 ̅ ]𝟐
𝛿𝑓 = √
𝑛−1

(2859,706 − 2806,820)2 + (2669,598 − 2806,820)2 + (2891,156 − 2806,820)2


=√
2
= 169,53
𝛿𝑓 169,53
𝐾𝑟 𝑓 = ̅ 𝑥 100% = = 6,04 %
𝑓 2806,820

𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓) = (2806,820 ± 169,53)𝐻𝑧

3.3 Pembahasan
3.4.1 Analisa Prosedur
3.4.1.1 Fungsi alat
Dalam praktikum resonansi bunyi kali ini digunakan beberapa alat antara lain
garputala, tabung resonansi, selang/pipa, wadah air, roll meter/mistar, pemukul, dan
jangka sorong. Garputala frekuensi 512 Hz dan pemukul berfungsi agar dapat
ditentukannya letak kolom udara ketika terjadi penguatan bunyi oleh praktikan. Roll
meter atau mistar digunakan sebagai alat agar dapat ditentukan nilai dari kolom udara/L
dari ujung atas tabung resonansi hingga terdengarnya penguatan bunyi. Wadah air dan
selang digunakan agar dapat ditentukan volume air didalam tabung resonansi, air didalam
tabung sebagai petunjuk dalam pengukuran kolom udara dalam tabung resonansi oleh
mistar/roll meter. Untuk garputala dengan frekuensi yang belum diketahui berfungsi agar
praktikan dapat menentukan frekuensi dari garputala tersebut ketika sudah diketahui
cepat rambat bunyi di udara. Terakhir jangka sorong digunakan sebagai alat untuk
pengukuran diameter tabung resonansi.

3.4.1.2 Fungsi Perlakuan


Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Tentunya selain fungsi yang berbeda, perlakuan terhadap alat tersebut selama praktikum
juga berbeda beda. Jangka sorong diletakkan pada mulut tabung resonansi dan dilakukan
pengukuran agar didapatkan diameter dari tabung resonansi.Wadah air diangkat hingga
air mendekati mulut tabung dilakukan agar volume air dalam tabung resonansi tidak
tumpah. Selang berfungsi sebagai media penyaluran air dari wadah kedalam tabung.
Garputala dipukul dengan pemukul lalu didekatkan dengan mulut tabung agar terjadi
penguatan bunyi didalam tabung resonansi. Wadah air diturunkan perlahan agar
didapatkan titik dimana terjadinya penguatan bunyi. Selang berisi air berfungsi juga
sebagai media agar kolom udara dalam tabung dapat dilihat dan dihasilkan titik
penguatan bunyi tadi. Mistar/roll meter digunakan untuk pengukuran panjang kolom
udara dari permukaan tabung hingga titik ketika terdengar bunyi yang berfungsi agar
didapatkan nilai L/letak penguatan bunyi terjadi ketika mencapai panjang berapa
sentimeter. Selang berisi air berfungsi juga sebagai media agar kolom udara dalam tabung
dapat dilihat dan dihasilkan titik penguatan bunyi tadi.

3.4.2 Analisa Hasil


Hasil pencarian cepat rambat bunyi di udara sebesar (46,015 ± 4,525) m/s
sedangkan nilai cepat rambut bunyi di udara seharusnya sebesar 340 m/s. Dalam
praktikum percobaan resonansi ada beberapa yang mempengaruhi. Pertama, ketika
dilakukannya percobaan resonansi kita berdekatan dengan banyak orang dari kelompok
lain, bisa terjadi kesalahan pendengaran penguatan bunyi, bisa jadi bunyi yang kita
dengar tersebut adalah bunyi dari lingkungan sekitar dan bukan bunyi dari tabung
resonansi. Kedua, ketika pembacaan nilai panjang kolom udara bisa terjadi kurang
telitinya praktikan karena keterbatasan penglihatan atau cahaya yang kurang jelas hingga
terjadi kekeliruan. Ketiga, kesalahan bisa terjadi ketika penurunan wadah air yang
terburu-buru, hal itu bisa menyebabkan kesalahan yang seharusnya terjadi penguatan
bunyi pada titik X karena penurunannya yang tidak perlahan ketika melewati titik X
tersebut malah tidak terdengar penguatan bunyinya atau terlewat. Keempat, ketika
melakukan praktikum tentunya terdapat benda-benda lainnya yang ada didalam
laboratorium, karena adanya benda tersebut ketika garputala dipukul dengan pemukul,
bisa jadi gelombangya justru dipantulkan ke benda-benda sekitar bukan masuk kedalam
tabung, sehinggal frekuensi yang kita dengar dalam tabung resonansi sangatlah lemah
dan mengakibatkan kesulitan ketika melakukan pendengaran. Kelima, kesalahan bisa
terjadi juga ketika kita salah melakukan pemukulan pada garputala ataupun salah dalam
peletakan ketika mendekatkan dengan mulut tabung.
Bunyi dapat merambat di berbagai medium. Medium perambatan bunyi antara lain
air, udara dan zat padat. Cepat rambat bunyi tidak bergantung dengan tekanan udara,
namun cepat rambat bunyi bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu, maka cepat
rambat bunyi akan semakin besar. Cepat rambat bunyi juga bergantung pada susunan
partikel yang dilalui, semakin rapat susunan partikel maka cepat rambat bunyi akan
semakin cepat. Sehingga bunyi lebih cepat merambat melalui benda padat, lalu benda
cair, dan terakhir adalah gas. Cepat rambat bunyi dalam berbagi medium berbeda-beda
cara penentuannya. Dalam zat padat cepat rambat bunyi ditentukan dengan modulus
young dan juga massa jenis benda tersebut, persamaannya adalah
E
v = √ ρ , dimana E = modulus young (N/m2)

𝜌 = massa jenis benda (kg.m3)


Untuk cepat rambat bunyi dengan medium perambatan zat cair, ditentukan oleh modulus
bulk dan kerapatan atau massa jenis cairan tersebut, persamaannya adalah

B
v = √ ρ , dimana B = Modulus bulk (N/m2

𝜌 = massa jenis zat (kg.m3)


Untuk cepat rambat bunyi di udara tergantung dengan jenis partikel yang membentuk
udara tersebut, persamaannya adalah
𝛾𝑅𝑇
v=√ , dimana 𝛾 = Tetapan laplace
𝑀

R = Konstanta gas umum ( 8,314 J/mol.K)


T = Suhu multak (K)
M = Massa molekul
Pipa organa terbuka adalah pipa yang kedua ujungnya terbuka, ketika ditiup dengan
nada(dasar dan atas) maka pipa organa akan menghasilkan sebuah pola gelombang
tertentu. Contoh pipa organa terbuka adalah seruling. Perbandingan frekuensi nada dasar
dan nada atas pada pipa organa terbuka adalah f0 : f1 : f2 = 1 : 2 :3 , dapat juga dituliskan
𝑛+1 𝐹
dengan persamaan fn = 2𝑙
√𝜇, dengan n = 0, 1, 2, 3. Pipa organa tertutup adalah alat tiup

berbrntuk tabung yang salah satu ujungnya terbuka dan ujung satunya lagi tertutup.
Perbandingan frekuensi nada dasar dan nada atas pada pipa organa tertutup adalah f0 : f1 :
2𝑛+1 𝐹
f2 = 1 : 3 :5 , dapat juga dituliskan dengan persamaan fn = 4𝑙
√𝜇, dengan n = 0, 1, 2, 3.

Perut gelombang adalah titik amplitude maksimum dari sebuah gelombang. Simpul
gelombang adalah titik amplitude minimum dari sebuah gelombang.
Resonansi menurut kimia adalah salah satu dari dua struktur Lewis untuk satu
moelkul yang tidak dapat dinyatakan secara tepat jika hanya menggunakan struktur
Lewis. Masing-masing resonan bisa melambangkan struktur Lewis, hanya dnegan satu
ikatan kovalen antar masing-masing pasangan atom. Beberapa struktur Lewis digunakan
secara bersama untuk menjelaskan struktur molekul.. Namun struktur tersebut tidak tetap,
terapat sebuah osilasi antara ikatan rangkap dengan elektron, saling bolak-balik. Hal itu
yang menyebabkan disebut resonansi. Struktur yang sebenarnya bisa jadi adalah
peralihan dari dua struktur resonan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum kali ini, praktikan dapat menjelaskan fenomena


resonansi bunyi didalam sebuah tabung dengan cara mendengarkan penguatan bunyi
yang terdapat dalam tabung, praktikan dapat menentukan nilai cepat rambat bunyi di
udara meskipun hasilnya berbeda dengan literatur karena pengaruh berbagai faktor, dan
juga praktikan dapat menentukan frekuensi dari sebuah garputala yang belum diketahui
frekuensinya dengan menggunakan nilai cepat rambat bunyi di udara yang sudah
ditentukan.

4.2 Saran

Praktikum dilakukan secara online dengan media zoom meeting, dengan keadaan
tersebut praktikan diharapkan memiliki jaringan internet yang baik agar ketika praktikum
penjelasan yang diberikan bisa diterima secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D. C. 2014. Physics Principles With Applications. Pearson Education, Inc. Jim
Smith. USA.

Halliday, D., R. Resnick,. J. Walker. 2011. Fundamentals of Physics. Ninth Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA

Bueche, F. J., Eugene, H. 2006. FISIKA UNIVERSITAS Edisi Kesepuluh. Penerbit Erlangga.
LAMPIRAN

(Screenshoot Tugas Pendahuluan)

(Foto pretest)
(Giancoli, D. C. 2014. Physics Principles With Applications. Pearson Education, Inc. Jim
Smith. USA)
(Halliday, D., R. Resnick,. J. Walker. 2011. Fundamentals of Physics. Ninth Edition.
John Wiley & Sons, Inc. USA)
(Bueche, F. J., Eugene, H. 2006. FISIKA UNIVERSITAS Edisi Kesepuluh. Penerbit Erlangga)
(Data Hasil Percobaan)
(Perhitungan Excel)

Anda mungkin juga menyukai