Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(RESONANSI BUNYI)

(PERCOBAAN - GB 2)

Nama : Endryana Seftianingtyas

NIM : 205090701111025

Fak/Jurusan : MIPA/Teknik Geofisika

Kelompok :6

Tgl Praktikum : 5 November 2020

Nama Asisten : Niken Indah Purnama Arum

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(PENGUKURAN DAN RALAT)

Nama : Endryana Seftianingtyas

NIM : 205090701111025

Fak/Jurusan : MIPA/Teknik Geofisika

Kelompok :6

Tgl Praktikum : 5 November 2020

Nama Asisten : Niken Indah Purnama Arum

Catatan :

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Setelah diselesaikannya percobaan ini diharapkan fenomena resonansi bunyi di


dalam suatu bidang dapat dijelaskan oleh peserta praktikum fisika dasar. Selain itu,
diharapkan penentuan cepat rambat bunyi di udara dapat dilakukan oleh peserta
praktikum fisika dasar dan frekuensi garputala juga dapat dijelaskan oleh peserta
praktikum fisika dasar.

1.2 Dasar Teori

Resonansi merupakan peristiwa yang terjadi antara dua benda. benda yang
biasa digunakan sebagai instrumen dalam penyeliddikan resonansi bunyi adalah garpu
tala. Contoh sederhana dari peristiwa resonansi apabila telah terjadi getaran yang
relatif kecil dengan frekuensi yang sama antara dua garpu tala maka peristiwa ini
dapat dikatakan sebagai resonansi bunyi. Untuk getaran dari garpu tala lain yang ikut
bergetar saat ada garpu tala bergetar biasa disebut dengan teresonansi, (Lambaga,
2019).

Resonansi merupakan peristiwa yang terjadi ketika ada efek dari peningkatan
amplitudo pada f = fo. Peistiwa ini dapat terjadi ketika ada suatu sistem osilasi yang
digerakkan dengan frekuensi aslinya. Frekuensi asli dapat dituliskan dengan
persamaan,

Frekuensi osilasi asli biasa disebut sebagai frekuensi resonansi. Salah satu
contoh resonansi pernah dibuktikan oleh penyanyi tenor hebat yaitu Enrico Caruso
dengan cara menyanyikan nada dengan frekuensi yang tepat dengan suara penuh
hingga dapat memecahkan piala emas. Pada resonansi, osilasi piala yang dihasilkan
mungkin cukup besar dalam amplitudo sehingga kaca melebihi batas klastik dan
pecah, (Giancoli, 2016).

Pada senar gitar yang direntangkan antara dua damp diberikan sebuah
gelombang sinusoidal ke arah kanan pada frekunsi tertentu maka akan menghasilkan
pantulan gelombang ke arah kiri. Dan dari kiri akan memantul lagi ke arah kana
sehingga akan mengalami yang namanya gelombang tumpang tindih. Pada gelombang
ini akan memberi gangguan terhadapa gelombang lain yang bergerak. Akibat adanya
gangguan ini terbentuklah resonansi yang mengsahilkan sebuah pola gelombang
berdiri dengan node dan antinode yang besar. Sedangkan frekuensi resonansi
merupakan sebuah frekuensi yang dihasilkan ketika sebuah string beresonansi. Pada
peristiwa gelombang berdiri dapat ditunjukkan dengan gambar berikut,

Untuk menentukan frekuensi resonansi dari string maka rentangkan string di


antara dua klem yang dipisahkan oleh jarak tetap. Dalam menemukan ekpresi
frekuensi jugaharus diperhatikan node string karena ini merupakan syarat penting.
Untuk harmonik 1 maka didapatkan panjang gelombang ( ) sebesar 2L, sedangkan
pada harmonik 2 didapatkan panjang gelombang ( ) sebesar L, dan untuk harmonik 3

didapatkan panjang gelombang ( ) sebesar L. Dari hasil yang didapat tersebut maka

akan menghasilkan sebuah persmaan yaitu

, untuk n = 1,2,3,....

(Resnick, 2014).
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum diantaranya


seperangkat tabung resonansi, seperangkat garpu tala, sebuah pemukul, sebuah
mistar/rollmeter, sebuah jangka sorong.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Tabung resonansi diukur diameternya dengan jangka sorong sebanyak 3


kali pada kondisi yang berbeda dan dicatat sebagai D.

Permukaan air pada tabung resonansi diatur hingga mencapai bibir tabung
(air jangan sampai tumpah).

Garpu tala yang sudah diketahui frekuensinya diambil lalu digetarkan


dengan dipukul dengan jarak agak jauh dari tabung, kemudian didekatkan
ke tabung.

Kemudian, permukaan air dalam tabung resonansi diturunkan dengan cara


penampung air digerakkan turun secara perlahan-lahan, hingga ada
penguatan bunyi (dengung keras didengar pertama kali), lalu posisi ini
ditahan.

Pada posisi tersebut panjang kolom udara (antara ujung atas pipa
resonansi dengan tinggi permukaan air) diukur dan dicatat sebagaim L.

Langkah 3-5 diulangi beberapa kali untuk dipastikannya letak resonansi.

Langkah 4-6 diulangi untuk ditentukkannya titik resonansi berikutnya yang


dimungkinkan sejauh panjang pipa resonansi.

Langkah 4-7 diulangi untuk garputala yang lain, baik yang diketahui
frekuensinya maupun yang belum

Suhu kamar dan tekanan udara diukur pada tempat percobaan dilakukan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaaan


D = 4,76 cm = 4,76 10-2 m K = 0,6r = 0,6 2,38 10-2 m = 1,43 10-2 m
r = 2,38 cm = 2,38 10-2 m T = 27
No. Frekuensi L1 (cm) L2 (cm) L3 (cm)
(Hz)
1 512 11 44 80
2 11 9,667 43 43,667 78 78
11 44 78
9 44 78

3.2 Perhitungan
3.2.1 Garputala dengan frekuensi 512 Hz

n f(Hz) L (m) (m) [ ̅ ]2 v (m/s) [v - ̅ ]2


0 512 0,11 0,4972 0,0076722 254,5664 2011,22192
1 512 0,44 0,605733333 0,0004386 310,135467 14,970243
2 512 0,80 0,65144 0,0044421 333,53728 1164,46315

1. n = 0
( )

( )
( )( )
0,4972 m
( )

( )( )( )
( )( )
254,5664 m/s
2. n = 1
( )

( )
( )( )
0,605733333 m
( )

( )( )( )
( )( )
310,135467 m/s

3. n = 2
( )

( )
= ( )( )
= 0,65144 m
( )

( )( )( )
( )( )
333,53728 m/s

0,584791111 m
∑ ̅
5. =√

=√

=√

= 0,079224 m

6. Kr λ = ̅ x 100%

= x 100%

= 2,146553%

7. λ = ( ̅ )

= (0,585 0,079) m

8. ̅

= 299,413049 m/s

∑ ̅
9. √

=√

= 40,56264 m/s

10. Kr v = ̅
x 100%

= x 100%

= 13,5473855 m/s
11. ( ̅ )

= (299,413 ) m/s

3.2.2 Garputala dengan frekuensi X (belum diketahui)

V = 299,413049 m/s

n L(m) λ(m) [ ̅ ]2 f (Hz) [f - ̅ ]2


0 0,09667 0,44388 0,013531376 674,53602 16038,8319
1 0,43667 0,6012933 0,001688297 497,94839 247952,602
2 0,78 0,63544 0,005660389 471,19012 222020,128

1. n = 0
( )

( )
( )( )
0,44388m
( )
 =
( )
(( )( ) )
= x 299,413049
( )
= 674,53602 Hz

2. n = 1
( )

( )
( )( )
0,6012933 m
( )
 =
( )
(( )( ) )
= x 299,413049
( )
= 497,94839 Hz

3. n = 2
( )

( )
( )( )
0,63544 m
( )
 =
( )
(( )( ) )
= x 299,413049
( )
= 471,19012 Hz

4. ̅ =

= 0,5602044 m

∑ ̅
5. =√

=√

=√

= 0,10217647 m

6. Kr λ = ̅ x 100%

= x 100%

= 18,23913946%

7. λ = ( ̅ )

= (0,560 0,102) m


8. ̅ =

= 547,89151 Hz

∑ ̅
9. =√

= √

= 492,956165 Hz

10. Kr f = ̅
x 100%

= x 100%

= 89,9733169%

11. f = ( ̅ )
= (547,892 492,956) Hz

3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

3.3.1.1 Fungsi Alat

Dalam praktikum resonansi bunyi digunakan beberapa


alat antara lain seperangkat tabung resonansi digunakan sebagai alat
dalam pengukuran cepat rambat gelombang bunyi di udara. Kemudian,
seperangkat garpu tala diguanakan sebagai sumber pengahsil bunyi.
kemudian, ada sebuah pemukul yang digunakan untuk menggetarkan
garputala. kemudian, sebuah mistar/rollmeter digunakan sebagai alat
pengukur panjang gelombang yang tebentuk pada tabung resonansi.
Serta, sebuah jangka sorong yang digunakan sebagai alat pengukur
diameter tabung bagian dalam.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan

Sebelum percobaan dilakukan langkah pertama yang


harus dijalankan adalah kalibrasi alat-alat ukur. Kemudian, dilakukan
pengukuran diameter bagian dalam tabung resonansi sebanyak 3 kali
dalam kondisi yang berbeda dan dicatat sebagai D. Setelah itu,
permukaan air pada tabung resonansi diatur hingga air mencapai bibir
tabung (usahakan air jangan sampai tumpah). Kemudian, garputala
yang sudah diketahui frekuensinya diambil lalu digetarkan dengan cara
dipukul dengan jarak agak jauh dari ttabung resonansi kemudian
didekatkan ke tabung. Kemudian, permukaan air dalam tabung
resonansi diturunkan dengan cara penampung air digerakkan turun
secara perlahan-lahan. Kemudian, pada posisi tersebut panjang kolom
udara (antara ujung atas tabung resonansi dengan tinggi permukaan air)
diukur dan dicatat sebagai L. Kemudian, langkah 3-5 diulangi beberapa
kali untuk dipastikannya letak resonansi. Kemudian, langkah 4-6
diulangi untuk ditentukannya titik resonansi berikutnya
yangdimungkinkan sejauh panjang pipa resonansi. Kemudian, langkah
4-7 diulangi untuk garputala yang lain, baik diketahui maupun yang
belum diketahui frekuensinya. Kemudian, langkah terakhir yang harus
dilakukan adalah suhu kamar dan tekanan udara diukur pada tempat
percobaan dialkukan.

3.3.2 Analisia Hasil

Pada percobaan kali ini diperoleh beberapa data antara lain diameter
tabung sebesar 4,76 x 10-2 m, faktor k sebesar 1,43 x 10-2 m, dan frekuensi
garputala 1 sebesar 512. Kemudian, pada percobaan dengan garputala yang
sudah diketahui frekuensinya digunakan panjang kolom udara yang berbeda-
beda panjangnya yaitu sebesar 0,11 m, 0,44 m, dan 0,80 m. Kemudian, pada
percobaan garputala yang belum diketahui frekuensinya digunakan panjang
kolom udara yang berbeda-beda yaitu sebesar 9,667 cm; 43,667 cm; dan 78
cm. Serta, untuk suhu ruang yang didapatkan pada tempat percobaan dilakukan
sebesar 27 .

Dari data percobaan ke-1 dapat dihasilkan perhitungan berupa panjang


gelombang (λ), cepat rambat gelombang (v), deviasi panjang gelombang ( ),
deviasi cepat rambat gelombang ( ). Pada percobaan pertama frekuensi dari
garputala sudah diketahui yaitu sebesar 512 Hz sehingga pada tabung dengan
panjang kolom udara 0,11 m dihasilkan panjang gelombang sebesar 0,4972 m
dan cepat rambat gelombang sebesar 254,5664 m/s. Untuk tabung dengan
panjang kolom udara sebesar 0,44 m dihasilkan panjang gelombang sebesar
0,605733333 m dan cepat rambat gelombang sebesar 310,135467 m/s. Untuk
tabung dengan panjang kolom udara sebesar 0,80 m dihasilkan panjang
gelombang sebesar 0,65144 m dan cepat rambat gelombang sebesar 333,53728
m/s. Dari hasil data tersebut dapat diperoleh deviasi panjang gelombang
sebesar 0,079224 m dan deviasi cepat rambat gelombang sebesar 40,56264
m/s.

Dari data percobaan ke-2 dapat dihasilkan panjang gelombang (λ),


frekuensi garputala (f), deviasi panjang gelombang ( λ), deviasi frekuensi
garputala ( ). Pada percobaan kedua cepat rambat gelombang sudah
diketahui yaitu sebesar 299,413049 m/s sehingga pada tabung dengan panjang
kolom udara sebesar 0,09667 m dihasilkan panjang gelombang sebesar
0,44388 m dan frekuensi garputala sebesar 674,53602 Hz. Untuk tabung
dengan panjang kolom udara sebesar 0,43667 m dihasilkan panjang gelombang
sebesar 0,6012933 m dan frekuensi garputala sebesar 497,94839 Hz. Untuk
tabung dengan panjang kolom udara sebesar 0,78 m dihasilkan panjang
gelombang sebesar 0,63544 m dan frekuensi garputala sebesar 471,19012 m/s.
Dari hasil data tersebut dapat diperoleh deviasi panjang gelombang sebesar
0,10217647 m dan deviasi cepat rambat gelombang sebesar 492,956165 m/s.

Dari hasil perhitungan pada kedua percobaan tersebut dapat terlihat


adanya perbedaan antara frekuensi dengan panjang kolom udara, hal inilah
yang menyebabkan nilai Kr dari masing masing komponen berebeda-beda.
Setiap pengukuran memiliki presentase ralat <10%, data yang diperoleh pada
percobaan kali ini adalah:

Percobaan garputala dengan frekuensi 512 Hz diperoleh ralat λ sebesar


2,14655%

Percobaan garputala dengan frekuensi 512 Hz diperoleh ralat v sebesar


13,5473855

Percobaan garputala dengan cepat rambat gelombang 299,413049 m/s


diperoleh ralat λ sebesar 18,23913946

Percobaan garputala dengan cepat rambat gelombang 299,413049 m/s


diperoleh ralat λ sebesar 89,9733169

Perbedaan nilai presentase setiap percobaan belum dapat diterima


karena masih ada presentase yang >10%, sehingga menyebabkan data tidak
presisi. Ketidak presisian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
ketidakteletian pengamat data atau kerusakan alat.

Dari percobaan kali ini dihasilkan panjang gelombang dengan


( )
menggunakan rumus perhitungan dengan n = 0,1,2 sehingga

didapatkan hasil yang sedemikian rupa. Sedangkan pada referensi yang


perhitungan untuk mendapatkan panjang gelombang menggunakan rumus λ =
, dimana n = 1,2,3. Dari sinilah letak perbedaan panjang gelombang antara

hasil percobaan dengan referensi.


Bunyi merupakan sebuah gelombang mekanis longitudinal yang
merambat. Bunyi yang ada diudara akan dirambatkan udara sehingga bisa
membentuk sebuah gelombang longitudinal. Bunyi sendiri merupakan
gelombang yang hanya bisa merambat melalui medium dan tidak bisa
merambat dalam keadaan vakum. Bentuk dari gelombang bunyi ekuivalen dari
sumber bunyi berbeda-beda sehingga menyebabkan gelombang bunyi memiliki
amplitudo dan frekuensi yang berbeda dan membuat timbre musik menjadi
berlainan (Jati, 2018).
Dalam percobaan resonansi bunyi satu hal yang tidak terlewatkan yaitu
permasalan tentang pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup. Pipa organa
terbuka merupakan sebuah kolom udara yang memiliki dua ujung pipa yang
terbuka. Ciri-ciri yang dapat diamati secara langsung oleh mata telanjang
adalah pipa ini memiliki ujung yang langsung berhubungan dengan udara yang
ada di luar pipa. Sedangkan pipa organa tertutup merupakan sebuah kolom
udara dengan salah satu ujung pipa tertutup dan ujung yang lain tertutup.
Gelombang yang dihasilkam pada pipa organa tertutup akan selalu berbentuk
gelombang stasioner dan ujung yang tertutup selalu menjadi titik simpul.
Dalam dunia musik, resonansi bunyi dapat diaplikasikan berupa
kendang dan seruling. Alat musik ini mewakili resonansi bunyi dengan pipa
organa terbuka dan resonansi pada pipa organa tertutup. Alasan dari konsep
resonansi bunyi diterapkan pada alat musik ini karena, ketika alat musik ini
dibunyikan akan menghasilkan bunyi yang merdu dan tidak sumbang.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa praktikan


dapat menjelaskan fenomena dari resonansi bunyi didalam suatu tabung. Serta dapat
menentukan cepat rambat bunyi di udara dan frekuensi garputala. Serta hasil dan
grafik yang didapatkan tidak jauh dari referensi yang sudah ada. Jadi dapat
disimpulkan bahwa data hasil pengukuran yang dihasilkan memang benar konkrit.

4.2 Saran

Ketika percobaan dilakukan secara daring terdapat suatu kendala masalah


ketidakpahaman praktikan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya keleluasaan dalam
menerima materi yang seharusnya diterima secara penuh. Selain itu, terkadang terjadi
kendala sinyal sehingga dalam penyampaian materi terkadang praktikan tidak
memahami apa yang disampaikan oleh asisten praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D. C. (2016). PhysicsPrinciples With Application. USA: Pearson.

Jati, B. M. (2018). Pengantar Fisika 1. Yogyakarta: UGM Press.

Lambaga, I. A. (2019). Tinjauan Umum Konsep Fisika Dasar. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Resnick, H. &. (2014). Fundamental Of Physics. USA: Wiley.


LAMPIRAN
TUGAS PENDAHULUAN

Nama : Endryana Seftianingtyas

NIM : 205090701111025

Kelas : Fisika B

Absen : 31

1. Apa yang dimaksud dengan resonansi?

Jawaban: resonansi merupakan suatu peristiwa bergeatrnya suatu benda yang disebabkan oleh
benda lain yang bergetar dengan frekuensi yang sama. Resonansi juga merupakan suatu fenomena
dimana sebuah sistem yang bergetar dengan amplitudo yang maksimum akibat adanya impuls gaya
yang berubah-ubah yang bekerja pada impuls tersebut. Kondisi seperti ini dapat terjadi bila frekuensi
gaya yang bekerja tersebut berimpit atau sama dengan frekuensi getar yang tidak diredamkan dari
sistem tersebut.

2. jelaskan syarat terjadinya resonansi suara didalam kolom udara!

Jawaban: syarat terjadinya resonansi dibagi menjadi 4 yaitu

 Adanya sumber bunyi. Sumber bunyi yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber bunyi yang
dihasilkan oleh sebuah benda yang apabila digerakkan bisa maka akan menghasilkan getaran
dan suara.
 Adanya medium perantara. Medium perantara yang digunanakan dapat berupa benda padat
atau udara.
 Adanya penerima atau benda lain. Benda lain yang dimaksud dalam hal ini adalah benda
yang memiliki frekuensi yang sama, karena hanya benda ini yang dapat menghasilkan
getaran dan suara.
 Frekuensi sumber bunyi sama dengan frekuensi alamiah benda. Frkuensi ini sangat
berpengaruh pada resonansi, karena frekuensi yang akan menentukan benda kedua akan
mengasilkan bergetar dan suara atau tidak.
 Adanya kolom udara dengan ketinggian yang sama. Kolom udara yang sama akan
mempengaruhi suatu benda dalam bergetar dan bersuara.

3. Berapakah cepat rambat bunyi di udara berdasarkan literatur ?

Jawaban: cepat rambat bunyi pada keadaan udara dengan suhu 0 dan tekanan sebesar 1 atm
adalah 331 m/s. Sedangkan pada tabel, rata-rata cepat rambat bunyi sebesar 340 m/s

Literatur :
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej/article/view/13725/7508#:~:text=Pada%20udara%20
di%200%C2%B0,dengan%20laju%20331%20m%2Fs.&text=Persamaan%20(1)%20menunjukan%20ba
hwa%20laju,bergantung%20pada%20waktu%20dan%20jarak. Diakses pada 4 November 2020, pukul
16.36 WIB

4. Apa yang dimaksud dengan simpul (node) dan perut (antinode) gelombang yang terjadi pada
kolom udara?

Jawaban:
 Simpul (node) merupakan titik-titik simpangan yang getrannya bernialai nol.
 Perut (antinode) merupakan titik simpangan yang berada amplitudo terbesar dan memiliki
nilai.

5. Jelaskan tentang kaitan antara resonansi dengan frekuensi, lamda dan cepat rambat geombang!

Jawaban :

Hubungan resonansi dengan frekuensi, lamda, dan cepat rambat gelombang dapat dilihat dari
peristiwa terjadinya resonansi. Jadi resonansi dapat diartikan sebagai peristiwa bergetarnya suatu
benda yang disebabkan oleh benda yang lain yang dibunyikan. Dari peristiwa ini maka akan
didapatkan f = fo, dari nilai frekuensi tersebut maka kita bisa menghitung lamda jika cepat
rambatnya diketahui dan sebaliknya.

6. Resum Video praktikum GB2

 Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum GB2 antara lain, pemukul, garpu tala,
jangka sorong, seperangkat alat pemuaian, dan mistar
 Langkah-langkah percobaan
1. diameter tabung bagian dalam diukur dengan jangka sorong, lalu dicatat sebagai nilai D
2. Kemudian, wadah yang berisi air dan terhubung dengan selang pada tabung resonansi
diangkat hingga air masuk ke tabung mencapai bibir permukaan tabung (air tidak boleh
tumpah).
3. kemudian, garpu tala yang sudah diketahui frekuensinya diambil dan digetarkan dengan
pemukul didekat mulut tabung resonansi
4. kemudian, air perlahan-lahan diturunkan untuk diketahui titik terjadinya resonansi
5. kemudian, diamati posisi permukaan air saat bunyi terdengan paling keras, lalu dicatat
sebagai nilai L
6. Kemudian langkah-langkah diatas diulangi dari awal hingga akhir, untuk garpu tala yang
belum diketahui nilai frekuensinya.
PRETEST
DHP
Analisa Hasil

Anda mungkin juga menyukai