Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

RESONANSI BUNYI

PERCOBAAN-GB2

Nama : Christopher Muhamad Zildan Holliday

NIM : 215090107111029

Fak/Jurusan : MIPA / Biologi

Kelompok : 06

Tgl.Praktikum : 25 Oktober 2021

Nama Asisten : Fajar Hastuti Ernawati

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

RESONANSI BUNYI

Nama : Christopher Muhamad Zildan Holliday

NIM : 215090107111029

Fak/Jurusan : MIPA / Biologi

Kelompok : 06

Tgl. Praktikum : 25 Oktober 2021

Nama Asisten : Fajar Hastuti Ernawati

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Setelah dilakukannya praktikum fisika dasar tentang “Resonansi Bunyi” maka


diharapkan pemahaman tentang suatu fenomena resonansi bunyi pada suatu tabung dapat
dijelaskan. Kemudian, diharapkan juga bagi seorang praktikan dalam penentuan cepat rambat
bunyi di udara dan frekuensi garputala dapat dilakukan.

1.2 Dasar Teori

Dalam sebuah bunyi, terdapat laju bunyi (speed of sound) yang pada berbagai material
berbeda nilainya. Saat di udara dengan temperatur 0°𝐶 dan 1 atm maka laju bunyinya akan dalam
kecepatan 331 m/s. Maka dari itu, nilai dari suatu laju bunyi cukup bergantung pada temperatur
atau suhu, khususnya pada gas. Terdapat dua sudut pandang terhadap bunyi yang mampu
didengar oleh manusia. Pertama, kenyaringan (loudness), yang terdapat suatu hubungan dengan
intensitas gelombang bunyi. Kedua, titinada (pitch), suatu penetuan tinggi rendahnya suatu
bunyi. Terdapat suatu kuantitas fisik yang dapat tentukan tinggi rendahnya titinada yaitu
frekuensi. Jika frekuensi berubah lebih rendah maka titinada akan lebih rendah juga dan jika
frekuensi berubah jadi lebih tinggi maka titinada akan lebih tinggi juga. Pada suatu bunyi terdapat
gelombang bunyi yang selalu bergerak atau berpindah. Gelombang bunyi dapat juga diartikan
sebagai gelombang tekanan dengan variasi tekanan yang terkadang lebih mudah diukur
dibandingkan dengan suatu perpindahan (Giancoli, 2014).

Suatu resonansi terjadi ketika terdapat beragam gaya dengan frekuensi f digunakan ke
dalam sistem berosilasi. Maka, amplitude osilasi berubah samgat besar dengan syarat frekuensi
dari gaya terapan dekat dengan frekuensi alami atau disebut dengan resonan yang berasal dari
osilator itu. Apabila frekuensi penggerak eksternal f berhadapan dengan frekuensi alami
(𝑓 ≈ 𝑓0 ) maka suatu amplitudo dapat terjadi perubahan yang besar. Hal itu dapat terjadi hanya
jika redaman dari suatu benda itu ringan. Resonansi dapat disebut juga sebagai hasil peningkatan
amplitude 𝑓 = 𝑓0 . Kemudian, dalam suatu resonansi terdapat frekuensi resonansi. Frekuensi
resonansi disebut juga dengan frekuensi osilasi alami 𝑓0 pada suatu sistem. Umumnya, materi
bersifat elastis sehingga peran resonansi itu penting dalam berbagai fenomena walaupun efeknya
tidak dapat dipastikan. Contoh suatu fenomena tersebut adalah terjadinya resonansi osilasi yang
diakibatkan oleh sebuah keruntuhan jembatan kereta api sehingga adanya retakan pada salah satu
roda kereta (Giancoli, 2014).

Pada sebuah osilasi terdapat unsur terpenting yaitu frekuensi atau dapat diartikan
sebagai total osilasi yang telah selesai pada tiap detik. Frekuensi disimbolkan sebagai f dengan
Satuan Internasional nya (SI) adalah hertz yang dapat disingkat Hz. Dalam jumlah 1 Hz akan
sama dengan 1 osilasi per detik dan juga akan sama dengan 1 𝑠 −1 . Terdapat hubungan antara
frekuensi dengan periode (T) oleh gerak. Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut

1
𝑇=
𝑓

Pada suatu gerakan, besar perpindahan x dalam sebuah partikel diberikan suatu peran waktu yang
dirumuskan sebagai berikut

𝑥(𝑡) = 𝑥𝑚 cos(𝜔𝑡 + ∅)

Keterangan :

• x(t) = perpindahan dalam waktu (t)


• 𝑥𝑚 = amplitude (A)
• 𝜔 = frekuensi angular
• 𝑡 = waktu (s)
• ∅ = fase konstan atau sudut fase
• (𝜔𝑡 + ∅) = fase

(Walker dkk, 2011).


BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Pada praktikum tentang “Resonansi Bunyi”, terdapat beberapa alat dan bahan yang
digunakan agar dihasilkan nilai yang detail dalam percobaan tersebut. Macam-macam bahan
yang digunakan yaitu air. Kemudian, alat yang digunakan, yaitu pemukul garputala, garputala,
jangka sorong, seperangkat tabung resonansi, pipa, dan mistar.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Diameter tabung resonansi diukur dengan alat jangka sorong

Setelah diukur, akan ditemukan nilai d yang akan dicatat

Air diangkat sampai yang ada dalam pipa tercapai ke permukaan dan jangan sampai
tumpah

Diambil sebuah garputala yang diketahui frekuensinya. Kemudian, digetarkan


(dipukul) didekat tabung resonansi.

Lalu, air dalam tabung resonansi diturunkan secara perlahan untuk diketahui titik
terjadinya resonansi
Diamati posisi permukaan air pada saat bunyi terdengar paling keras dan dicatat
sebagai nilai L

Kemudian, Langkah-langkah tersebut diulangi hingga akhir untuk garputala yang


belum diketahui frekuensinya.
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

𝐷 = 4,76 𝑐𝑚 = 4,76 × 10−2 𝑚 𝐾 = 0,6𝑟 = 0,6 × 2,38 × 10−2 𝑚 = 1,43 × 10−2 𝑚


𝑟 = 2,38 𝑐𝑚 = 3,38 × 10−2 𝑚 𝑇 = 27°𝐶

No. Frekuensi (Hz) L1 (cm) L2 (cm) L3 (cm)


1 512 7 18 26,3
2,2 3,7 4,2
2 X 2,8 2,67 4 4,067 4,6 4,6
3 4,5 5

3.2 Perhitungan

3.2.1 Garputala dengan frekuensi 512 Hz


𝟐
n f (Hz) L (m) 𝝀 (m) |𝝀 − 𝝀̅| v (m/s) ̅ |𝟐
|𝒗 − 𝒗
0 512 7 × 10−2 1 0,249267204 1 65343,90204
1 512 18 × 10−2 1,3886 0,012247111 199,9632 3210,506695
2 512 263 × 10−2 2,1092 0,372018671 568,9104 97522,46252
4(𝐿𝑛 +𝑘)
𝜆𝑛 = = (𝑚)
2𝑛+1

4(7×10−2 +1,43×10−2 )
𝜆0 = = 1 (𝑚)
2×0+1

4(18×10−2 +1,43×10−2 )
𝜆1 = = 1,3886 (𝑚)
2×1+1

4(263 × 10−2 +1,43×10−2 )


𝜆2 = = 2,1092 (𝑚)
2×2+1

𝛴𝜆 1+1,3886+2,1092
𝜆̅ = = = 1,499266667 (𝑚)
𝑁 3

𝛴[ 𝜆− 𝜆 ] ̅ 2
0,249267204 + 0,012247111 + 0,372018671
𝛿𝜆 = √ 𝑛−1 = √ = 0,562820125 (𝑚)
3−1

𝛿ƛ 0,562820125
𝐾𝑟 𝜆 = × 100% = × 100% = 37,53969442 (%)
𝝀̅ 1,499266667

𝜆 = (𝜆̅ ± 𝛿𝜆) (𝑚) = (1,499266667 ± 0,562820125 ) (𝑚)


4𝑓(𝐿𝑛 +𝑘)
𝑣𝑛 = 2𝑛+ 1

4×512(7×10−2 +1,43×10−2 ) 𝑚
𝑣0 = = 1 (𝑠)
2×0+ 1

4×512(18×10−2 +1,43×10−2 ) 𝑚
𝑣1 = = 199,9632 ( 𝑠 )
2×1+ 1

4×512(263 × 10−2 +1,43×10−2 )


𝑣2 = = 568,9104 (𝑚/𝑠)
2×2+ 1

𝛴𝑣 1 + 199,9632 + 568,9104
𝑣̅ = = = 256,624533 (𝑚⁄𝑠)
𝑁 3

𝛴[ 𝑣− 𝑣 ] ̅ 𝟐
65343,90204 + 3210,506695 + 97522,46252
𝛿𝑣 = √ =√ = 288,1639041(𝑚)
𝑛−1 3−1

𝛥𝑣 288,1639041
𝐾𝑟 𝑣 = 𝑥 100% = × 100% = 1,12290084 (%)
𝑣̅ 256,624533

𝑚
𝑣 = (𝑣̅ ± 𝛿𝑣) ( 𝑠 ) = (256,624533 ± 288,1639041) (𝑚/𝑠)

3.2.2 Garputala dengan frekuensi X (Belum diketahui)

v = 256,624533 m/s

n L (m) 𝝀 (m) 𝟐 f (Hz) 𝟐


|𝝀 − 𝝀̅| |𝒇 − 𝒇̅|
0 0,02666667 1 0,013699402 2,628263142 67,60070813
1 0,04066667 1,10993334 5,056784277 × 10−5 10,57934703 0,073376568
2 0,046 1,2412 0,015414601 19,3430742 72,12843446
4(𝐿𝑛 +𝑘)
𝜆𝑛 = = (𝑚)
2𝑛+1

4(0,02666667+1,43×10−2 )
𝜆0 = = 1(𝑚)
2×0+1

4(0,04066667+1,43×10−2 )
𝜆1 = = 1,10993334 (𝑚)
2×1+1

4(0,046+1,43×10−2 )
𝜆2 = = 1,2412 (𝑚)
2×2+1

𝛴𝜆 1+1,10993334+1,2412
𝜆̅ = = = 1,117044447 (𝑚)
𝑁 3

𝛴[ 𝜆− 𝜆 ] ̅ 2
0,013699402 + 5,056784277 × 10 −5 + 0,015414601
𝛿𝜆 = √ 𝑛−1 = √ = 0,120757136 (𝑚)
3−1

𝛿ƛ 0,120757136
𝐾𝑟 𝜆 = × 100% = 1,117044447 × 100% = 10,8104146 (%)
𝝀̅

𝜆 = (𝜆̅ ± 𝛿𝜆) (𝑚) = (1,117044447 ± 0,120757136 ) (𝑚)


(2𝑛+1)
𝑓𝑛 = 𝑣 = (𝐻𝑧)
4(𝐿𝑛 + 𝑘)

(2×0+1)
𝑓0 = × 256,624533 = 2,628263142 (𝐻𝑧)
4(0,02666667+ 1,43×10−2 )

(2×1+1)
𝑓1 = × 256,624533 = 10,57934703 (𝐻𝑧)
4(0,04066667+ 1,43×10−2 )

(2×2+1)
𝑓2 = × 256,624533 = 19,3430742 (𝐻𝑧)
4(0,046+1,43×10−2 )

𝛴𝑓 2,628263142 + 10,57934703 + 19,3430742


𝑓̅ = = = 10,85022812 (𝐻𝑧)
𝑁 3

𝛴[ 𝑓− 𝑓 ] ̅ 𝟐
67,60070813 + 0,073376568 + 72,12843446
𝛿𝑓 = √ =√ = 8,360697314 (𝐻𝑧)
𝑛−1 3−1

𝛿𝑓 8,360697314
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 10,85022812 × 100% = 77,055498 (%)
𝑓̅

𝑓 = (𝑓 ̅ ± 𝛿𝑓) (𝐻𝑧) = (10,85022812 ± 8,360697314) (𝐻𝑧)

3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

Agar hasil praktikum tentang “Resonansi Bunyi” ini didapatkan hasil akurat maka
diperlukan alat dan bahan yang lengkap serta pemahaman terhadap fungsi-dungsinya
sehingga dapat berkurang kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Terdapat macam-
macam alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini. Pertama, pemukul sebagai
pemukul garputala. Kedua, garputala sebagai suatu alat untuk digetarkan sehingga dapat
beresonansi pada frekuensi tertentu. Ketiga, jangka sorong sebagai pengukur diameter
tabung resonansi. Keempat, seperangkat tabung resonansi sebagai pengukur kecepatan
rambat gelombang suara di udara. Kelima, pipa sebagai tempat/wadah bagi suatu bahan zat
cair. Keenam, mistar sebagai pengukur Panjang. Ketujuh, air sebagai penguji resonansi
bunyi.

Pada praktikum fisika dasar tentang “Resonansi Bunyi” terdapat beberapa perlakuan
yang berbeda-beda pada tiap alat yang digunakan. Pertama, jangka sorong diletakkan pada
permukaan atas tabung resonansi untuk diukur diameter tabungnya. Kedua, air dalam pipa
yang dihubungkan ke dalam wadah diposisikan sejajar dengan permukaan atas tabung
resonansi. Ketiga, sebuah garputala akan dipukul dengan jarak yang dekat pada tabung
resonansi. Keempat, garputala akan diposisikan ke dalam permukaan atas tabung
resonansi. Kelima, air dalam pipa tersebut diturunkan secara perlahan agar dapat diketahui
titik terjadinya resonansi bunyi.

3.3.2 Analisa Hasil

Berdasarkan data yang telah dihasilkan dari hasil praktikum tentang “Resonansi
Bunyi”, terdapat perbedaan jumlah percobaan pada garputala dengan frekuensi yang
diketahui dan garputala dengan frekuensi tidak diketahui (X). Pada garputala dengan
frekuensi yang diketahui yaitu 512 Hz hanya dilakukan satu kali percobaan. Dalam jenis
garputala tersebut terdapat “n” dengan nilai 0, 1, dan 2. Pada n = 0, didapatkan L =
7 × 10−2 𝑚 dengan nilai  = 1 m serta nilai v = 1 m/s. Pada n = 1, didapatkan L = 18 × 10−2 𝑚
dengan nilai  = 199,9632 m serta nilai v = 199,9632. Pada n = 2, didapatkan L = 263 × 10−2 𝑚
dengan nilai  = 2,1092. Kemudian, pada garputala dengan frekuensi yang tidak diketahui (X)
dilakukan percobaan sebanyak tiga kali. Dalam jenis garputala tersebut terdapat “n” dengan nilai
0, 1, 2, sama seperti jenis garputala yang diketahui frekuensinya. Pada n = 0, didapatkan L =
0,02666667 m dengan nilai  = 1 m serta nilai f = 2,628263142 Hz. Pada n = 1, didapatkan L =
0,04066667 m dengan nilai  = 1,10993334 serta nilai f = 10,57934703 Hz. Pada n = 2, didapatkan
L = 0,046 m dengan nilai  = 1,2412 serta nilai f = 19,3430742 Hz. Maka, berdasarkan penjabaran
tersebut dapat ditentukan bahwa dengan nilai L yang lebih besar maka didapatkan nilai  (m), v
(m/s), dan f (Hz) yang lebih besar juga. Dalam sebuah alat music seperti gitar, terdapat senar-senar
dengan ukuran panjang yang dapat mempengaruhi besar kecilnya suatu nilai frekuensi serta
dipengaruhi juga dengan adanya nilai tegangannya (Waluyo dkk., 2016). Oleh karena itu, suatu
nilai L sangat berpengaruh terhadap praktikum tentang “Resonansi Bunyi” ini.

Sebuah prinsip teoritis yang digunakan dalam praktikum ini agar didapatkan hasil resonansi
bunyi tersebut adalah dengan persamaan rumus

𝑣
 =
𝑓

dengan nilai Lambda () sebagai besar panjang gelombang, nilai laju kecepatan sebagai
besar kecepatan suatu resonansi bunyi yang dihasilkan, dan nilai frekuensi sebagai hasil
dari panjang suatu medium yang digunakannya. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut
sangat penting dalam penentuan resonansi bunyi pada praktikum ini (Giancoli, 2014).

Penerapan dari resonansi bunyi dapat ditemukan secara mudah pada alat musik yaitu
gitar. Pada gitar tersebut terdapat enam string dengan nada yang berbeda-beda. Namun,
panjang dari senar tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya suatu frekuensi. Saat suatu
senar dipetik maka akan dihasilkan sebuah gelombang stasioner dan akan mengarahkan
kepada frekuensi resonansi alami. . Namun, dengan bergetarnya senar tersebut maka akan
berkontak fisik dengan udara ataupun medium lainnya yang dapat menyebabkan kecepatan
atau panjang gelombang menjadi berbeda nilainya walaupun frekuensi gelombang tersebut
sama (Giancoli, 2014).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum fisika dasar tentang “Resonansi Bunyi” , dapat


dinyatakan bahwa pemahaman konsep tentang fenomena resonansi bunyi dalam sebuah tabung
resonansi dapat dipengaruhi oleh nilai L (m) sehingga dapat dihasilkan nilai frekuensi yang
berbeda-beda. Namun, selain nilai L, terdapat factor udara yang berkontak fisik dengan suatu
medium yang akan dihasilkan suatu resonansi bunyi tersebut. Faktor udara ini akan
berpengaruh juga pada besar kecilnya cepat rambat bunyi di udara. Kemudian, suatu garputala
dapat dibedakan dua jenis, dengan nilai frekuensi yang diketahui dan nilai frekuensi yang tidak
diketahui (X). Pada nilai frekuensi yang diketahui maka hanya perlu dilakukan satu kali
percobaan akan tetapi dalam nilai frekuensi yang tidak diketahui maka diperlukan tiga kali
percobaan yang akan dijadikan sebuah rata-rata suatu frekuensi.

4.2 Saran

Dalam sebuah praktikum fisika dasar tentang “Resonansi Bunyi” terdapat beberapa
kesulitan dan kebimbangan karena adanya rumus perhitungan yang yang kurang tepat.
Kemudian, diharapkan kedepannya pada penelitian tentang resonansi bunyi ini dapat diujikan
benda atau zat cair yang berbeda lagi agar pemahaman para praktikan tentang resonansi bunyi
dapat lebih leluasa.
DAFTAR PUSTAKA

Walker, J dkk. (2019). Fundamentals of Physics 9th Edition. United States: Wiley.

Giancoli, Douglas C. (2014). Fisika : Prinsip dan Aplikasi Edisi Ke 7 Jilid 1. Jakarta: Penerbit

Erlangga

Waluyo, Kukuh A dkk. (2016). “Konser Fisika: Pembelajaran Fisika dengan Mengintegrasikan Seni

Musik Menggunakan Gitar Akustik, Zelscope, dan Lagu Fisika Pada Materi Bunyi”.
Unnes Physics Education Journal, Vol. (5) No. 1, hlm. 1-11.
Lampiran

(Giancoli, 2014)

(Giancoli, 2014)

(Giancoli, 2014)
(Giancoli, 2014)
(Giancoli, 2014)

(Walker dkk, 2011)

(Walker dkk, 2011)


(Giancoli, 2014)

(Giancoli, 2014)
(Waluyo dkk., 2016)
Data Hasil Percobaan dan Perhitungan Excel
Data Hasil Percobaan
TUGAS PENDAHULUAN

1. Apa yang dimaksud dengan resonansi?


Jawaban :
Merupakan fenomena yang terjadi apabila sebuah sistem berosilasi dipengaruhi oleh sederet pulsa
periodik yang sama atau hampir sama dengan salah satu frekuensi alami dari osilasi sistem. Sistem
tersebut akan berosilasi dengan amplitudo yang relatif besar atau amplitudo maksimal.

2. Jelaskan syarat terjadinya resonansi suara di dalam kolom udara!


Jawaban :
1) Frekuensi sumber bunyi sama dengan frekuensi alamiah benda. Resonansi adalah
peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang bergetar. Oleh karena
itu, diperlukan frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi itu.
2) Ada sumber bunyi. Sumber bunyi yang dimaksud berasal dari sebuah benda yang apabila
digerakkan dapat menghasilkan getaran dan juga suara.
3) Ada medium perantara untuk merambat. Medium perantara tersebut bisa berupa benda
padat atau udara.
4) Ada penerima atau benda lain. Ada benda lain yang mempunyai frekuensi yang sama, buat
menghasilkan getaran dan suara.

3. Berapakah cepat rambat bunyi di udara berdasarkan literatur?


Jawaban :
Berdasarkan buku berjudul “Fisika: Prinsip dan Aplikasi” yang ditulis oleh Douglas C. Giancoli,
nilai cepat rambut bunyi di udara adalah 𝑣 ≈ (331 + 0,60𝑇) 𝑚/𝑠 , di mana T adalah
temperature dalam °𝐶 .

4. Apa yang dimaksud dengan simpul (node) dan perut (antinode) gelombang yang terjadi
pada kolom udara?
Jawaban :
• Simpul (Node)
Simpul adalah kondisi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi getaran pada lokasi titik
tersebut.

• Perut (Antinode)
Perut adalah lokasi dimana terjadi simpangan maksimum yang dinyatakan berupa
terjadinya bunyi yang paling keras.
Pretest

Anda mungkin juga menyukai