RESONANSI BUNYI
PERCOBAAN-GB2
NIM : 215090107111029
Kelompok : 06
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
RESONANSI BUNYI
NIM : 215090107111029
Kelompok : 06
Catatan :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
Dalam sebuah bunyi, terdapat laju bunyi (speed of sound) yang pada berbagai material
berbeda nilainya. Saat di udara dengan temperatur 0°𝐶 dan 1 atm maka laju bunyinya akan dalam
kecepatan 331 m/s. Maka dari itu, nilai dari suatu laju bunyi cukup bergantung pada temperatur
atau suhu, khususnya pada gas. Terdapat dua sudut pandang terhadap bunyi yang mampu
didengar oleh manusia. Pertama, kenyaringan (loudness), yang terdapat suatu hubungan dengan
intensitas gelombang bunyi. Kedua, titinada (pitch), suatu penetuan tinggi rendahnya suatu
bunyi. Terdapat suatu kuantitas fisik yang dapat tentukan tinggi rendahnya titinada yaitu
frekuensi. Jika frekuensi berubah lebih rendah maka titinada akan lebih rendah juga dan jika
frekuensi berubah jadi lebih tinggi maka titinada akan lebih tinggi juga. Pada suatu bunyi terdapat
gelombang bunyi yang selalu bergerak atau berpindah. Gelombang bunyi dapat juga diartikan
sebagai gelombang tekanan dengan variasi tekanan yang terkadang lebih mudah diukur
dibandingkan dengan suatu perpindahan (Giancoli, 2014).
Suatu resonansi terjadi ketika terdapat beragam gaya dengan frekuensi f digunakan ke
dalam sistem berosilasi. Maka, amplitude osilasi berubah samgat besar dengan syarat frekuensi
dari gaya terapan dekat dengan frekuensi alami atau disebut dengan resonan yang berasal dari
osilator itu. Apabila frekuensi penggerak eksternal f berhadapan dengan frekuensi alami
(𝑓 ≈ 𝑓0 ) maka suatu amplitudo dapat terjadi perubahan yang besar. Hal itu dapat terjadi hanya
jika redaman dari suatu benda itu ringan. Resonansi dapat disebut juga sebagai hasil peningkatan
amplitude 𝑓 = 𝑓0 . Kemudian, dalam suatu resonansi terdapat frekuensi resonansi. Frekuensi
resonansi disebut juga dengan frekuensi osilasi alami 𝑓0 pada suatu sistem. Umumnya, materi
bersifat elastis sehingga peran resonansi itu penting dalam berbagai fenomena walaupun efeknya
tidak dapat dipastikan. Contoh suatu fenomena tersebut adalah terjadinya resonansi osilasi yang
diakibatkan oleh sebuah keruntuhan jembatan kereta api sehingga adanya retakan pada salah satu
roda kereta (Giancoli, 2014).
Pada sebuah osilasi terdapat unsur terpenting yaitu frekuensi atau dapat diartikan
sebagai total osilasi yang telah selesai pada tiap detik. Frekuensi disimbolkan sebagai f dengan
Satuan Internasional nya (SI) adalah hertz yang dapat disingkat Hz. Dalam jumlah 1 Hz akan
sama dengan 1 osilasi per detik dan juga akan sama dengan 1 𝑠 −1 . Terdapat hubungan antara
frekuensi dengan periode (T) oleh gerak. Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut
1
𝑇=
𝑓
Pada suatu gerakan, besar perpindahan x dalam sebuah partikel diberikan suatu peran waktu yang
dirumuskan sebagai berikut
𝑥(𝑡) = 𝑥𝑚 cos(𝜔𝑡 + ∅)
Keterangan :
METODOLOGI
Pada praktikum tentang “Resonansi Bunyi”, terdapat beberapa alat dan bahan yang
digunakan agar dihasilkan nilai yang detail dalam percobaan tersebut. Macam-macam bahan
yang digunakan yaitu air. Kemudian, alat yang digunakan, yaitu pemukul garputala, garputala,
jangka sorong, seperangkat tabung resonansi, pipa, dan mistar.
Air diangkat sampai yang ada dalam pipa tercapai ke permukaan dan jangan sampai
tumpah
Lalu, air dalam tabung resonansi diturunkan secara perlahan untuk diketahui titik
terjadinya resonansi
Diamati posisi permukaan air pada saat bunyi terdengar paling keras dan dicatat
sebagai nilai L
3.2 Perhitungan
4(7×10−2 +1,43×10−2 )
𝜆0 = = 1 (𝑚)
2×0+1
4(18×10−2 +1,43×10−2 )
𝜆1 = = 1,3886 (𝑚)
2×1+1
𝛴𝜆 1+1,3886+2,1092
𝜆̅ = = = 1,499266667 (𝑚)
𝑁 3
𝛴[ 𝜆− 𝜆 ] ̅ 2
0,249267204 + 0,012247111 + 0,372018671
𝛿𝜆 = √ 𝑛−1 = √ = 0,562820125 (𝑚)
3−1
𝛿ƛ 0,562820125
𝐾𝑟 𝜆 = × 100% = × 100% = 37,53969442 (%)
𝝀̅ 1,499266667
4×512(7×10−2 +1,43×10−2 ) 𝑚
𝑣0 = = 1 (𝑠)
2×0+ 1
4×512(18×10−2 +1,43×10−2 ) 𝑚
𝑣1 = = 199,9632 ( 𝑠 )
2×1+ 1
𝛴𝑣 1 + 199,9632 + 568,9104
𝑣̅ = = = 256,624533 (𝑚⁄𝑠)
𝑁 3
𝛴[ 𝑣− 𝑣 ] ̅ 𝟐
65343,90204 + 3210,506695 + 97522,46252
𝛿𝑣 = √ =√ = 288,1639041(𝑚)
𝑛−1 3−1
𝛥𝑣 288,1639041
𝐾𝑟 𝑣 = 𝑥 100% = × 100% = 1,12290084 (%)
𝑣̅ 256,624533
𝑚
𝑣 = (𝑣̅ ± 𝛿𝑣) ( 𝑠 ) = (256,624533 ± 288,1639041) (𝑚/𝑠)
v = 256,624533 m/s
4(0,02666667+1,43×10−2 )
𝜆0 = = 1(𝑚)
2×0+1
4(0,04066667+1,43×10−2 )
𝜆1 = = 1,10993334 (𝑚)
2×1+1
4(0,046+1,43×10−2 )
𝜆2 = = 1,2412 (𝑚)
2×2+1
𝛴𝜆 1+1,10993334+1,2412
𝜆̅ = = = 1,117044447 (𝑚)
𝑁 3
𝛴[ 𝜆− 𝜆 ] ̅ 2
0,013699402 + 5,056784277 × 10 −5 + 0,015414601
𝛿𝜆 = √ 𝑛−1 = √ = 0,120757136 (𝑚)
3−1
𝛿ƛ 0,120757136
𝐾𝑟 𝜆 = × 100% = 1,117044447 × 100% = 10,8104146 (%)
𝝀̅
(2×0+1)
𝑓0 = × 256,624533 = 2,628263142 (𝐻𝑧)
4(0,02666667+ 1,43×10−2 )
(2×1+1)
𝑓1 = × 256,624533 = 10,57934703 (𝐻𝑧)
4(0,04066667+ 1,43×10−2 )
(2×2+1)
𝑓2 = × 256,624533 = 19,3430742 (𝐻𝑧)
4(0,046+1,43×10−2 )
𝛴[ 𝑓− 𝑓 ] ̅ 𝟐
67,60070813 + 0,073376568 + 72,12843446
𝛿𝑓 = √ =√ = 8,360697314 (𝐻𝑧)
𝑛−1 3−1
𝛿𝑓 8,360697314
𝐾𝑟 𝑓 = 𝑥 100% = 10,85022812 × 100% = 77,055498 (%)
𝑓̅
3.3 Pembahasan
Agar hasil praktikum tentang “Resonansi Bunyi” ini didapatkan hasil akurat maka
diperlukan alat dan bahan yang lengkap serta pemahaman terhadap fungsi-dungsinya
sehingga dapat berkurang kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Terdapat macam-
macam alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini. Pertama, pemukul sebagai
pemukul garputala. Kedua, garputala sebagai suatu alat untuk digetarkan sehingga dapat
beresonansi pada frekuensi tertentu. Ketiga, jangka sorong sebagai pengukur diameter
tabung resonansi. Keempat, seperangkat tabung resonansi sebagai pengukur kecepatan
rambat gelombang suara di udara. Kelima, pipa sebagai tempat/wadah bagi suatu bahan zat
cair. Keenam, mistar sebagai pengukur Panjang. Ketujuh, air sebagai penguji resonansi
bunyi.
Pada praktikum fisika dasar tentang “Resonansi Bunyi” terdapat beberapa perlakuan
yang berbeda-beda pada tiap alat yang digunakan. Pertama, jangka sorong diletakkan pada
permukaan atas tabung resonansi untuk diukur diameter tabungnya. Kedua, air dalam pipa
yang dihubungkan ke dalam wadah diposisikan sejajar dengan permukaan atas tabung
resonansi. Ketiga, sebuah garputala akan dipukul dengan jarak yang dekat pada tabung
resonansi. Keempat, garputala akan diposisikan ke dalam permukaan atas tabung
resonansi. Kelima, air dalam pipa tersebut diturunkan secara perlahan agar dapat diketahui
titik terjadinya resonansi bunyi.
Berdasarkan data yang telah dihasilkan dari hasil praktikum tentang “Resonansi
Bunyi”, terdapat perbedaan jumlah percobaan pada garputala dengan frekuensi yang
diketahui dan garputala dengan frekuensi tidak diketahui (X). Pada garputala dengan
frekuensi yang diketahui yaitu 512 Hz hanya dilakukan satu kali percobaan. Dalam jenis
garputala tersebut terdapat “n” dengan nilai 0, 1, dan 2. Pada n = 0, didapatkan L =
7 × 10−2 𝑚 dengan nilai = 1 m serta nilai v = 1 m/s. Pada n = 1, didapatkan L = 18 × 10−2 𝑚
dengan nilai = 199,9632 m serta nilai v = 199,9632. Pada n = 2, didapatkan L = 263 × 10−2 𝑚
dengan nilai = 2,1092. Kemudian, pada garputala dengan frekuensi yang tidak diketahui (X)
dilakukan percobaan sebanyak tiga kali. Dalam jenis garputala tersebut terdapat “n” dengan nilai
0, 1, 2, sama seperti jenis garputala yang diketahui frekuensinya. Pada n = 0, didapatkan L =
0,02666667 m dengan nilai = 1 m serta nilai f = 2,628263142 Hz. Pada n = 1, didapatkan L =
0,04066667 m dengan nilai = 1,10993334 serta nilai f = 10,57934703 Hz. Pada n = 2, didapatkan
L = 0,046 m dengan nilai = 1,2412 serta nilai f = 19,3430742 Hz. Maka, berdasarkan penjabaran
tersebut dapat ditentukan bahwa dengan nilai L yang lebih besar maka didapatkan nilai (m), v
(m/s), dan f (Hz) yang lebih besar juga. Dalam sebuah alat music seperti gitar, terdapat senar-senar
dengan ukuran panjang yang dapat mempengaruhi besar kecilnya suatu nilai frekuensi serta
dipengaruhi juga dengan adanya nilai tegangannya (Waluyo dkk., 2016). Oleh karena itu, suatu
nilai L sangat berpengaruh terhadap praktikum tentang “Resonansi Bunyi” ini.
Sebuah prinsip teoritis yang digunakan dalam praktikum ini agar didapatkan hasil resonansi
bunyi tersebut adalah dengan persamaan rumus
𝑣
=
𝑓
dengan nilai Lambda () sebagai besar panjang gelombang, nilai laju kecepatan sebagai
besar kecepatan suatu resonansi bunyi yang dihasilkan, dan nilai frekuensi sebagai hasil
dari panjang suatu medium yang digunakannya. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut
sangat penting dalam penentuan resonansi bunyi pada praktikum ini (Giancoli, 2014).
Penerapan dari resonansi bunyi dapat ditemukan secara mudah pada alat musik yaitu
gitar. Pada gitar tersebut terdapat enam string dengan nada yang berbeda-beda. Namun,
panjang dari senar tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya suatu frekuensi. Saat suatu
senar dipetik maka akan dihasilkan sebuah gelombang stasioner dan akan mengarahkan
kepada frekuensi resonansi alami. . Namun, dengan bergetarnya senar tersebut maka akan
berkontak fisik dengan udara ataupun medium lainnya yang dapat menyebabkan kecepatan
atau panjang gelombang menjadi berbeda nilainya walaupun frekuensi gelombang tersebut
sama (Giancoli, 2014).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam sebuah praktikum fisika dasar tentang “Resonansi Bunyi” terdapat beberapa
kesulitan dan kebimbangan karena adanya rumus perhitungan yang yang kurang tepat.
Kemudian, diharapkan kedepannya pada penelitian tentang resonansi bunyi ini dapat diujikan
benda atau zat cair yang berbeda lagi agar pemahaman para praktikan tentang resonansi bunyi
dapat lebih leluasa.
DAFTAR PUSTAKA
Walker, J dkk. (2019). Fundamentals of Physics 9th Edition. United States: Wiley.
Giancoli, Douglas C. (2014). Fisika : Prinsip dan Aplikasi Edisi Ke 7 Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Waluyo, Kukuh A dkk. (2016). “Konser Fisika: Pembelajaran Fisika dengan Mengintegrasikan Seni
Musik Menggunakan Gitar Akustik, Zelscope, dan Lagu Fisika Pada Materi Bunyi”.
Unnes Physics Education Journal, Vol. (5) No. 1, hlm. 1-11.
Lampiran
(Giancoli, 2014)
(Giancoli, 2014)
(Giancoli, 2014)
(Giancoli, 2014)
(Giancoli, 2014)
(Giancoli, 2014)
(Waluyo dkk., 2016)
Data Hasil Percobaan dan Perhitungan Excel
Data Hasil Percobaan
TUGAS PENDAHULUAN
4. Apa yang dimaksud dengan simpul (node) dan perut (antinode) gelombang yang terjadi
pada kolom udara?
Jawaban :
• Simpul (Node)
Simpul adalah kondisi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi getaran pada lokasi titik
tersebut.
• Perut (Antinode)
Perut adalah lokasi dimana terjadi simpangan maksimum yang dinyatakan berupa
terjadinya bunyi yang paling keras.
Pretest