Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Koefisien Muai Panjang)

(Koefisien Muai Panjang – FP2)

Nama : Febriolla Via hashinta

NIM : 205090300111038

Fak / Jurusan : MIPA / Fisika

Kelompok :4

Tanggal Praktikum : 21 November 2020

Nama Asisten : Rahmat Dwi Hidayat

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Koefisien Muai Panjang)

Nama : Febriolla Via Hashinta

NIM : 205090300111038

Fak / Jurusan : MIPA / Fisika

Kelompok :4

Tgl. Praktikum : 21 November 2020

Nama Asisten : Rahmat Dwi Hidayat

Catatan :

…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………

TTD Asisten TTD Mahasiswa


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Tujuan dari dilakukannya praktikum koefisien muai panjang ini adalah


ditentukannya nilai koefisien muai panjang pada berbagai batang logam. Selain itu,
dipahaminya konsep pemuaian pada berbagai zat padat yang nanti akan diuji seperti
kuningan, baja, dan gelas.

1.2 Dasar Teori


Termometer mengukur suhu menurut skala pengukuran yang ditentukan
dengan skala suhu yang paling umum seperti fahrenheit, Celsius, dan kelvin. Skala
suhu dibuat dengan mengidentifikasi dua suhu yang dapat direproduksi. Suhu air yang
membekukan dan mendidih pada tekanan atmosfer standar yang biasanya digunakan.
Dalam skala celsius, air yang membeku mempunyai suhu 0°C dan air yang mendidih
mempunyai suhu 100°C. pada skala farenheit, suhu air yang membeku senilai 32°F
dan air yang mendidih bernilai 212°F. sedangkan, skala kelvin adalah skala yang
umumnya digunakan dalam sains. Satuan suhu SI adalah kelvin, yang disingkat K.
titik beku dan titik didih air masing-masing adalah 273,15 K dan 373,15 K (Ling,
dkk., 2018)
Temperatur adalah sifat dari suatu sistem yang menentukan apakah sistem akan
berada dalam kesetimbangan termal dengan sistem lain. Ketika dua sistem berada
dalam kesetimbangan termal, suhunya menurut definisi sama dan tidak ada energi
panas bersih yang akan dipertukarkan diantara keduanya. Ini sama saja dengan
pengertian tentang suhu dalam kehidupan sehari-hari, contohnya ketika benda panas
dan dingin bersentuhan, mereka akhirnya mencapai suhu tertentu. Jadi pentingnya
hukum 0 adalah bahwa itu memungkinkan definisi suhu yang berguna (Giancoli,
2005)
Pemuaian merupakan gerakan atom penyusun benda akibat adanya
peningkatan temperatur. Makin tinggi temperatur suatu benda, maka semakin cepat
getaran antar atomnya. Contohnya yang paling sering di terapkan adalah membuka
tutup toples dengan bahan logam, ketika tutup tersebut sulit dibuka maka salah satu
cara penyelesaiannya adalah dengan direndam atau dialiri dengan air panas. Baik
logam tutup dan gelas toples akan mengembang saat air panas menambahkan energi
ke atom mereka. Namun, karena atom-atom dalam logam bergerak lebih jauh daripada
yang ada di kaca, tutupnya akan mengembang lebih dari tabung dan dengan demikian
akan kendor lalu tutup bisa dibuka. Sifat muai panas dari beberapa bahan dapat
digunakan secara umum. Termometer dan thermostat mungkin didasarkan pada
perbedaan pemuaian antara komponen pada bimetal strip.

Tabel 1.2 koefisien muai panjang


Sebagian besar zat mengembang saat dipanaskan dan berkontraksi saat didinginkan.
Namun, jumlah pemuaian atau kontraksi bervariasi, tergantung pada bahannya
(Halliday & Resnick, 2011)
Pada percobaan pemuaian panjang, ditemukan bahwa perubahan panjang ΔL
dari hampir semua padatan mendekati perkiraan yang baik, berbanding lurus dengan
perubahan suhu ΔT, selama ΔT tidak terlalu besar. Perubahan panjang sebanding
dengan panjang asli benda yaitu L0. Bisa dirumuskan dengan
∆ L=α L0 ∆ T

Keterangan :

ΔL = Pertambahan Panjang (m)

L0 = Panjang awal benda (m)

ΔT = Perubahan suhu (K)

α = Koefisien muai panjang (/K)


Gambar 1.2 Pemuaian Panjang

α adalah lambang koefisien muai panjang untuk materi tertentu dan memiliki satuan
yaitu (C ° )−1. Hal itu bisa dirumuskan dengan L=L0 + ∆ L, dan disubtitusikan ke dalam
rumus menjadi.

L=L0 (1+ α ∆ T ) (Giancoli, 2005)

Perubahan yang dialami suatu zat tidaklah sama ketika mengalami perubahan
suhu. Dengan demikian, pemuaian suatu zat atau bahan dipengaruhi oleh sifat zat
tersebut untuk memuai, yaitu koefisien muai bahan. Pemuaian dibagi menjadi
beberapa jenis bahan yaitu zat padat, zat cair, dan gas. Pemuaian pada zat padat akan
mengalami pemuaian ke segala arah, yaitu panjang, lebar dan tebalnya.

 Pemuaian Panjang

Perubahan ukuran pada arah panjang tanpa memperhatikan arah pemuaian


yang lain dapat didefinisikan dengan koefisien muai panjang atau muai
linier. Pemuaian yang dialami suatu zat berbeda, ditentukan oleh koefisien
muai panjang. Koefisien muai panjang adalah perbandingan antara
pertambahan panjang zat dari panjangnya semula untuk setiap kenaikan
suhu sebesar satu satuan suhu. Secara matematis dapat dirumuskan dengan

∆l
α= =konstan
L0 ∆ T

∆ L=α L0 ∆ T

Keterangan :

α = Koefisien Muai Panjang

ΔL = Pertambahan Panjang (m)


L0 = Panjang Mula-mula (m)

Δ T = Perubahan Suhu (°C)

L1 = Panjang Setelah Pemuaian (m)

∆ L=L1−L0

Setelah disubtitusikan didapatkan persamaan

L1=L0 (1+α ∆ T )

 Pemuian Luas

Pemuaian luas didefinisikan dengan benda-benda yang memiliki bidang


seperti pelat besi atau lembar akan mengalami pemuian ke arah panjang
dan lebarnya. pemuaian luas zat padat bergantung pada koefisien muai luas.
Secara matematis dapat dirumuskan dengan

∆A
β=
A0 ∆ T

∆ A= A1− A 0

Jika kedua persamaan tersebut diturunkan maka akan didapatkan

A1= A 0 (1+ β ∆ T )

Keterangan :

β = Koefisien Muai Luas

ΔT = Perubahan Suhu (°C)

ΔA = Perubahan Luas (m²)

A0 = Luas Mula-mula (m²)

A1= Luas Setelah dipanaskan (m²)

Karena V muai luas sama dengan perkalian muai panjang dan muai lebar
maka koefisien muai luas, dapat diartikan sebagai koefisien muai panjang

β=2 α
 Pemuaian Volume

Benda padat yang memiliki bentuk kubus, bola, balok, dan bangun tiga
dimensi lainnya, jika dipanaskan akan mengalami pemuaian ke segala arah,
yaitu pemuaian volume. Koefisien muai volume sendiri adalah
perbandingan antara pertambahan volume dengan volume semula untuk
setiap kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu. Secara matematis dapat di
rumuskan dengan

∆v
γ=
v 0 ∆T

∆ V =V 1−V 0

Jika kedua persamaan tersebut diturunkan maka akan didapatkan


persamaan seperti berikut

V 1=V 0 ( 1+γ ∆ T )

Hubungan antara koefisien muai panjang dengan koefisien muai volume


adalah

γ=3 α

Keterangan :

γ = Koefisien Muai Volume

V 1= Volume setelah dipanaskan (m³)

V 0 = Volume awal (m³)

ΔT = Perubahan Suhu (°C) (Pauliza, 2008)


BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum koefisien muai panjang ini
adalah seperangkat alat pemuaian, termometer, selang karet, pipa yang akan diukur
muai panjangnya (kuningan, baja, gelas), cawan petri, generator uap, dan
mistar/penggaris.

2.2 Tata Laksana Percobaan

2.2.1 Rangkai Alat Percobaan

Keterangan : A = Generator Uap

B = Seperangkat Alat Pemuaian

C = Termometer
D = Cawan Petri

E = Selang Karet

2.2.2 Langkah Percobaan

Susun alat seperti pada gambar rangkaian diatas

Lakukan kalibrasi panjang ke sudut dengan alat mistar/penggaris

Ujung pipa yang terbuka diletakkan pada alat pemuaian

Pipa dijepit pada sandaran tetap sehingga tepat pada lekukan cincin katup

Ujung terbuka pipa disambungkan ke selang karet yang terhubung ke


generator uap

Generator uap diisi dengan air sampai ¾ bagian dari generator uap

Ukur suhu awal air pada generator uap dan cata sebagai T 0 (°C)

Ukur panjang pipa sebelum dipanaskan dan catat sebagai L0(m)

Pipa dipanaskan dengan cara generator uap dihubungkan ke stop kontak

Catat panjang batang pipa untuk setiap perubahan suhu 5°C.


BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

Konversi besaran sudut ke translasian 1º (Ꝋ) = 0.03 mm

Kuningan Baja Gelas


L0=59 cm L0=63 c m L0=64 c m
No T 0=25 ℃ T 0=25 ℃ T 0=25 ℃
T Ꝋ (º) T (℃) Ꝋ (º) T (℃) Ꝋ (º)
(℃ )
1 30 1 30 1 30 1
2 35 4 35 3 35 1
3 40 6 40 3 40 4
4 45 10 45 5 45 4

3.2 Perhitungan

3.2.1 Kuningan

2
No ∆ L (m) ∆ T (K) α (/K)
|α−α|

1 0.09 5 0.000305 0.0000000713


2 0.36 10 0.000610 0.0000000015
3 0.54 15 0.000610 0.0000000015
4 0.9 20 0.000763 0.0000000364

−5 −3 −5 −8
∆ L1=Ꝋ . 3 x 10 =0,03× 10 ×3 ×10 =0,09 ×10 m

∆ L2=Ꝋ . 3 x 10−5=0,12× 10−3 ×3 ×10−5 =0,36 ×10−8 m


∆ L3=Ꝋ . 3 x 10−5 =0,18 ×10−3 ×3 ×10−5=0,54 × 10−8 m

−5 −3 −5 −8
∆ L4 =Ꝋ .3 x 10 =0,3 ×10 × 3× 10 =0,9× 10 m

∆ T 1=T 1−T 0=303−298=5 K

∆ T 2=T 2−T 0=308−298=10 K

∆ T 3=T 3−T 0=313−298=15 K

∆ T 4 =T 4−T 0=318−298=20 K

∆ L1 0,09 ×10−8 0,09 ×10−8


α 1= = = =0,000305 ×10−6=3,05 ×10−10 / K
L0 . ∆ T 1 59 ×10−2 ×5 295 × 10−2

∆ L2 0,36 ×10
−8
0,36 × 10
−8
α 2= = = =0,000610 ×10−6=6,10 ×10−10 / K
L0 . ∆ T 2 59 ×10 × 10 590× 10
−2 −2

∆ L3 0,54 × 10−8 0,54 ×10−8 −6 −10


α 3= = = =0,000610× 10 =6,10× 10 / K
L0 . ∆ T 3 59 ×10−2 × 15 885 ×10−2

∆ L4 0,9 × 10
−8
0,9 × 10
−8
−6 −10
α 4= = = =0,000763 ×10 =7,63 ×10 / K
L0 . ∆ T 4 59 ×10 × 20 1180 × 10
−2 −2

−10 −10 −10 −10


Σα 3,05 ×10 +6,10 × 10 + 6,10× 10 +7,63 ×10
α= =
n 4
−10
¿ 5,72× 10 /K

|α 1−α | =|3,05× 10−10−5,72 ×10−10|²


2

−10 2
¿|2,67 ×10 | =7,13 ×10−20/ K

|α2−α| =|6,10× 10−10−5,72 ×10−10|²


2

−10 2
¿|0,38 ×10 | =0,15 ×10−20 /K

|α3−α| =|6,10 ×10−10−5,72 ×10−10| ²


2

−10 2
¿|0,38 ×10 | =0,15 ×10−20 /K

|α4 −α| =|7,63 ×10−10−5,72× 10−10|²


2

−10 2
¿|1,91 ×10 | =3,64 ×10−20/ K

δα =
√ Σ[α −α ]2
n−1
¿
√ 7,13 ×10−20+ 0,15× 10−20 +0,15 ×10−20+3,64 × 10−20
3


−20
11,05 ×10
¿ =1,92 ×10−10 /K
3

−10
δα 1,92 ×10
Kr= ×100 %= × 100 %=34 %
α 5,72 ×10−10
−10 −10
α =α ± δα=5,72× 10 ±1,92 ×10

3.2.2 Baja

No ∆ L (m) ∆ T (K) α (/K)


1 0.09 5 0.000286 0.0000000029
2 0.27 10 0.000429 0.0000000080
3 0.27 15 0.000286 0.0000000029
4 0.45 20 0.000357 0.0000000003

∆ L1=Ꝋ . 3 x 10−5=0,03× 10−3 ×3 ×10−5=0,09 ×10−8 m

−5 −3 −5 −8
∆ L2=Ꝋ . 3 x 10 =0,09× 10 ×3 ×10 =0,27 ×10 m

∆ L3=Ꝋ . 3 x 10−5 =0,09× 10−3 ×3 ×10−5=0,27 ×10−8 m

−5 −3 −5 −8
∆ L4 =Ꝋ .3 x 10 =0,15 ×10 × 3× 10 =0,45× 10 m

∆ T 1=T 1−T 0=303−298=5 K

∆ T 2=T 2−T 0=308−298=10 K

∆ T 3=T 3−T 0=313−298=15 K

∆ T 4 =T 4−T 0=318−298=20 K

∆ L1 0,09 ×10−8 0,09× 10−8


α 1= = = =0,000286 ×10−6=2,86 × 10−10 / K
L0 . ∆ T 1 63 ×10 × 5 315× 10
−2 −2

∆ L2 0,27 × 10
−8
0,27× 10
−8
−6 −10
α 2= = = =0,000429 ×10 =4,29× 10 / K
L0 . ∆ T 2 63 ×10−2 × 10 630× 10−2

∆ L3 0,27 × 10−8 0,27 ×10−8 −6 −10


α 3= = = =0,000286× 10 =2,86 ×10 / K
L0 . ∆ T 3 63 × 10 × 15 945 ×10
−2 −2
∆ L4 0,45× 10−8 0,45× 10−8
α 4= = = =0,000357 ×10−6=3,57 ×10−10 /K
L0 . ∆ T 4 63 × 10 × 20 1260× 10
−2 −2

−10 −10 −10 −10


Σα 2,86 ×10 + 4,29 ×10 +2,86 ×10 + 3,57× 10 −10
α= = =3,39 ×10 /K
n 4

|α 1−α | =|2,86 ×10−10−3,39 × 10−10| ²


2

−10 2
¿|0,54 × 10 | =0,29× 10−20 / K

|α2−α| =|4,29 ×10−10−3,39× 10−10|²


2

−10 2
¿|0,89 ×10 | =0,80 ×10−20 /K

|α 3−α| =|2,86 ×10−10−3,39× 10−10|²


2

−10 2
¿|0,54 × 10 | =0,29× 10−20 / K

|α4 −α| =|3,57 ×10−10−3,39 ×10−10|²


2

2
¿|0,18 ×10−10| =0,03 ×10−20 /K

δα =
√ Σ[α −α ]2
n−1

√ √
−20 −20 −20 −20 −20
0,29 × 10 + 0,80 ×10 +0,29 ×10 + 0,03× 10 1,40 ×10 −10
¿ ¿ =0,68× 10 /K
3 3

δα 0,68 ×10−10
Kr= ×100 %= ×100 %=20 %
α 3,39 ×10−10
−10 −10
α =α ± δα=3,39 ×10 ± 0,68× 10

3.2.3 Gelas

No ∆ L (m) ∆ T (K) α (/K)


1 0.09 5 0.000281 0.00000000014
2 0.09 10 0.000141 0.00000001662
3 0.36 15 0.000375 0.00000001112
4 0.36 20 0.000281 0.00000000014

−5 −3 −5 −8
∆ L1=Ꝋ . 3 x 10 =0,03× 10 ×3 ×10 =0,09 ×10 m
∆ L2=Ꝋ . 3 x 10−5=0,03× 10−3 ×3 ×10−5=0,09 ×10−8 m

−5 −3 −5 −8
∆ L3=Ꝋ . 3 x 10 =0,12× 10 ×3 ×10 =0,36 ×10 m

∆ L4 =Ꝋ .3 x 10−5=0,12 ×10−3 ×3 × 10−5=0,36× 10−8 m

∆ T 1=T 1−T 0=303−298=5 K

∆ T 2=T 2−T 0=308−298=10 K

∆ T 3=T 3−T 0=313−298=15 K

∆ T 4 =T 4−T 0=318−298=20 K

∆ L1 0,09 × 10
−8
0,09 ×10
−8
−6 −10
α 1= = = =0,000281×10 =2,81 ×10 / K
L0 . ∆ T 1 64 × 10 ×5 320 ×10
−2 −2

∆ L2 0,09× 10
−8
0,09 ×10
−8
−6 −10
α 2= = −2
= −2
=0,000141×10 =1,41 ×10 /K
L0 . ∆ T 2 64 × 10 ×10 640 ×10

∆ L3 0,36× 10
−8
0,36 ×10
−8
−6 −10
α 3= = = =0,000375 ×10 =3,75 ×10 / K
L0 . ∆ T 3 64 ×10−2 ×15 960 ×10−2

∆ L4 0,36 ×10−8 0,36 ×10−8


α 4= = = =0,000281 ×10−6=2,81 ×10−10 / K
L0 . ∆ T 4 64 ×10 ×20 1280 ×10
−2 −2

Σα 2,81 ×10−10 +1,41 ×10−10 +3,75 ×10−10+2,81 ×10−10


α= = =2,70 × 10−10 / K
n 4

|α1−α | =|2,81× 10−10−2,70 ×10−10|²


2

−10 2
¿|0,12 ×10 | =0,014 ×10−20 /K

|α2−α| =|1,41×10−10−2,70 ×10−10|²


2

−10 2
¿|1,29 ×10 | =1,662× 10−20 / K

|α 3−α| =|3,75× 10−10−2,70 × 10−10| ²


2

2
¿|1,05 ×10−10| =1,112× 10−20 / K

|α4 −α| =|2,81 ×10−10−2,70× 10−10|²


2

2
¿|0,12 ×10−10| =0,014 ×10−20 /K
δα =
√ Σ[α −α ]2
n−1


−20 −20 −20 −20
0,014 ×10 +1,662 ×10 +1,112 ×10 +0,014 × 10
¿
3

¿
√ 2,802 ×10−20
3
=0,97× 10−10 / K

−10
δα 0,97 ×10
Kr= ×100 %= −10
×100 %=36 %
α 2,70 ×10

α =α ± δα=2,70 ×10−10 ± 0,97× 10−10

3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

3.3.1.1 Fungsi Alat

Pada praktikum koefisien muai panjang ini diperlukan alat dan bahan yang
digunakan sebagai media seperti seperangkat alat pemuaian yang digunakan sebagai
tempat diletakkannya pipa yang ingin di uji coba, pipa yang digunakan berbahan dasar
kuningan, baja, dan gelas. penggaris juga salah satu bahan yang digunakan untuk
diketahuinya panjang awal pipa dan panjang pipa setelah dipanaskan, dalam data
dilambangkan dengan L0 dan Ln, lalu cawan petri digunakan sebagai media tempat
ditampungnya air yang keluar dari lubang batang pipa. Selanjutnya, ada generator uap
yang digunakan sebagai alat dipanaskannya pipa yang diuji pada praktikum koefisien
muai panjang ini. Selang juga dibutuhkan dalam praktikum ini dan digunakan sebagai
media penghubung uap antara generator uap dengan pipa. Lalu yang terakhir ada
thermometer yang digunakan sebagai alat pengukur suhu awal dan akhir pada pipa.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan

Dari semua alat yang digunakan pada percobaan koefisien muai panjang
memiliki fungsi yang berbeda, sehingga perlakuannya juga berbeda antara satu alat
dengan yang lainnya. Pada praktikum ini langkah awal dengan disiapkannya alat dan
bahan yang diperlukan dalam praktikum ini. setelah itu, suhu ruangan diukur terlebih
dahulu dengan alat thermometer dan nanti dicatat sebagai T 0. Kemudian, panjang awal
pipa yang ingin dipakai diukur terlebih dahulu panjangnya dengan meteran atau mistar
dan dicatat sebagai L0. Pipa yang digunakan dalam percobaan ini ada 3 macam yaitu
kuningan, baja, dan gelas. Setelah itu, ada beberapa ketentuan ketika pipa diletakkan
pada alat pemuaian, yaitu ujung pipa terbuka diletakkan pada sandaran tetap,
sedangkan pipa tertutup diletakkan pada sandaran pengarah. Pipa di kalibrasi terlebih
dahulu sebelum dilakukan percobaan dengan cara jarum pada busur diletakkan pada
0°. Panjang pipa yang diuji diukur setiap perubahan suhu 5°C selama 4 kali. Panjang
pipa dapat diketahui dengan dilihatnya sudut pada busur yang ada pada alat pemuaian.
Percobaan tersebut dilakukan untuk ketiga pipa yang ingin di uji.

3.3.2 Analisa Hasil

3.3.2.1 Bahas Data dan Perhitungan

Dalam praktikum fisika tentang koefisien muai panjang telah dilaksanakan dan
didapat hasil pada pipa kuningan, baja, dan gelas yang dilakukan 4 kali percobaan. pada pipa
kuningan didapatkan data L0 sebesar 59 ×10−2 m dan T 0 dengan nilai 298 K. pada percobaan
pertama pipa kuningan didapat nilai ΔL sebesar 0,09 ×10−8 mdan nilai koefisien muai panjang
sebesar 3,05 ×10−10/ K . Pada percobaan kedua didapatkan nilai ΔL sebesar 0,36 ×10−8 mdan
nilai koefisien muai panjang sebesar 6,10 ×10−10 /K . Pada percobaan ketiga didapatkan nilai
ΔL sebesar 0,54 × 10−8 mdan nilai koefisien muai panjang sebesar 6,10 ×10−10 /K . Pada
percobaan keempat didapatkan nilai ΔL sebesar 0,9 ×10−8 m dan nilai koefisien muai panjang
sebesar 7,63 ×10−10 / K . Dari data keempat percobaan tersebut didapatkan nilai rata-rata
koefisien muai panjang sebesar 5,72 ×10−10 / K . Selain itu didapatkan nilai ralat koefisien
muai panjang pipa kuningan sebesar 1,92 ×10−10 / K dan persentase ralatnya yaitu sebesar
34%.

Selanjutnya, dalam praktikum fisika tentang koefisien muai panjang telah


dilaksanakan dan didapat hasil pada pipa baja yang dilakukan 4 kali percobaan. pada pipa baja
didapatkan data L0 sebesar 63 ×10−2 m dan T 0 dengan nilai 298 K. pada percobaan pertama
pipa baja didapat nilai ΔL sebesar 0,09 ×10−8 mdan nilai koefisien muai panjang sebesar
−10 −8
2,86 ×10 /K . Pada percobaan kedua didapatkan nilai ΔL sebesar 0,27 ×10 mdan nilai
koefisien muai panjang sebesar 4,29 × 10−10 / K . Pada percobaan ketiga didapatkan nilai ΔL
sebesar 0,27 ×10−8 mdan nilai koefisien muai panjang sebesar 2,86 ×10−10 /K . Pada percobaan
keempat didapatkan nilai ΔL sebesar 0,45 ×10−8 m dan nilai koefisien muai panjang sebesar
−10
3,57 ×10 /K . Dari data keempat percobaan tersebut didapatkan nilai rata-rata koefisien
muai panjang sebesar 3,39 ×10−10/ K . Selain itu didapatkan nilai ralat koefisien muai panjang
pipa baja sebesar 0,68 ×10−10 /K dan persentase ralatnya yaitu sebesar 20%.

Selanjutnya, pada data didapatkan nilai dari percobaan yang pipanya berbahan dasar gelas
yang dilakukan 4 kali percobaan. pada pipa gelas didapatkan data L0 sebesar 64 × 10−2 m dan
T 0 dengan nilai 298 K. pada percobaan pertama pipa gelas didapat nilai ΔL sebesar
−8 −10
0,09 ×10 mdan nilai koefisien muai panjang sebesar 2,81 ×10 / K . Pada percobaan kedua
didapatkan nilai ΔL sebesar 0,09 ×10−8 mdan nilai koefisien muai panjang sebesar
−10 −8
1,41 ×10 / K . Pada percobaan ketiga didapatkan nilai ΔL sebesar 0,36 ×10 mdan nilai
koefisien muai panjang sebesar 3,75 ×10−10/ K . Pada percobaan keempat didapatkan nilai ΔL
sebesar 0,36 ×10−8 m dan nilai koefisien muai panjang sebesar 2,81 ×10−10 / K . Dari data
keempat percobaan tersebut didapatkan nilai rata-rata koefisien muai panjang sebesar
−10
2,70 ×10 /K . Selain itu didapatkan nilai ralat koefisien muai panjang pipa gelas sebesar
0,97 ×10−10 /K dan persentase ralatnya yaitu sebesar 36%.

3.3.2.2 Penjelasan Pemuaian

Pada praktikum koefisien muai panjang ini praktikan ditunjukkan bagaimana pipa-pia
dengan berbagai macam bahan mengalami pemuaian. Pemuaian adalah bertambahnya ukuran
suatu benda karena pengaruh perubahan suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena
menerima kalor. pemuaian terjadi pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, zat cair, dan pada
zat gas. Pemuaian pada zat padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu dimensi),
pemuaian luas (untuk dua dimensi), dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi). Sedangkan,
pada zat cair dan zat gas hanya terjadi pemuaian volume saja. Suatu benda akan mengalami
muai panjang apabila benda itu hanya memiliki atau dominan dengan ukuran panjangnya saja.
Muai luas terjadi pada benda apabila benda itu memiliki ukuran panjang dan lebar, sedangkan
muai volume terjadi apabila benda itu memiliki ukuran panjang, lebar, dan tingi.

Koefisien muai panjang (α) adalah bilangan yang menunjukkan pertambahan panjang
benda tiap satu satuan panjang saat terjadi kenaikan suhu 1°C, disebut juga dengan koefisien
muai linier. Koefisien muai panjang terdiri dari bilangan atau angka, besar angkanya bisa
berbeda- beda untuk setiap benda karena koefisien muai panjang zat padat itu bergantung
pada jenis benda atau jenis bahan. Koefisien muai panjang merupakan salah satu karakteristik
khusus suatu bagan dalam merespon terjadinya kenaikan suhu. Sebagai contoh, nilai koefisien
muai panjang bahan tembaga berbeda dengan koefisien muai panjang besi atau baja.
Koefisien muai panjang disimbolkan atau dilambangkan dengan huruf yunani α, dibaca
“alfa”. Sementara itu, satuannya menurut sistem Satuan Internasional (SI) adalah /°C.
Koefisien muai panjang adalah perbandingan pertambahan panjang benda dari panjangnya
semula setiap kenaikan suhu sebesar satu satuan suhu, dirumuskan dengan

∆l
α= dimana
L0 ∆ T

∆ L=L1−L0

Keterangan :

α = Koefisien Muai Panjang

ΔL = Pertambahan Panjang (m)

L0 = Panjang Mula-mula (m)

Δ T = Perubahan Suhu (°C)

L1 = Panjang Setelah Pemuaian (m)

3.3.2.3 Karakteristik benda uji

Benda yang akan diuji dalam praktikum koefisien muai panjang ini adalah kuningan,
baja, dan gelas. Ketiga benda uji ini memiliki karakteristik khusus yang membedakannya.
Yang pertama, kuningan merupakan logam paduan atau campuran dari unsur tembaga dan
seng. Komponen utama logam ini adalah tembaga yang memiliki kadar berkisar antara 60-
90% massa. Membuat kuningan bersifat antiseptic, bisa melewati efek oligodinamis.
Kandungan seng dalam kuningan berkisar antara 32-39%. Kadar ini akan meningkatkan
kemampuan kerja kuningan di suhu panas, namun akan menurun/terbatas saat berada di
lingkungan bersuhu dingin. Kedua, benda yang akan diuji dalam praktikum ini adalah baja.
Baja diproduksi melalui perpaduan sejumlah material seperti besi, karbon, kromium, nikel,
silicon, sulfur, mangan, alumunium, nitrogen, dan oksigen. Memiliki kekuatan tarik yang
tinggi serta biaya pembuatan yang tergolong rendah, material baja ini menjadi favorit banyak
orang untuk keperluan pembangunan rumah seperti konstruksi, pagar, hingga kanopi. Baja
memiliki sifat yang berbeda-beda tergantung hasil produksinya. Namun, secara umum
material baja memiliki ketahanan yang prima terhadap karat, memiliki sifat magnet yang kuat,
koefisien muai yang tergolong rendah, tahan terhadap beban atau tekanan, dan juga tahan
terhadap asam. Selain itu, baja juga mempunyai tampilan yang mengkilap serta memiliki
karakter kuat, keras, dana awet sehingga sering digunakan sebagai bahan pembuatan
perkakas. Selain kuningan dan baja, benda yang digunakan adalah gelas. Bahan gelas dan
kaca yang digunakan oleh masyarakat prasejarah berasal dari kaca alami yang disebut
obsidian. Obsidian adalah produk sampingan alami dari letusan gunung berapi berupa benda
yang tajam, mengkilap dengan warna hitam, orange, abu-abu, atau hijau. Sifat-sifat bahan
gelas adalah kedap terhadap air, gas, dan mikroorganisme, tidak dapat bereaksi dengan bahan
kimia, dapat didaur ulang, dan tembus pandang.

3.3.2.4 Aplikasi Pemuaian

Resonansi bunyi banyak digunakan dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari,


Contohnya adalah sambungan rel kereta api. Kereta api adalah salah satu alat transportasi
yang sudah ada sejak jaman dulu dan menjadi alat transportasi yang sangat sering digunakan
oleh masyarakat untuk bepergian ke luar kota. Tiket kereta api terbilang lebih murah
dibandingkan dengan pesawat terbang, selain itu ada banyak sekali jenis kereta api yang ada
di Indonesia. Saat proses pemasangan rel akan dibuat berongga dikarenakan untuk
menghindari pembengkokan rel akibat pemuaian, maka pada sambungan rel harus disediakan
celah. Dengan demikian, ketika rel kereta api terpanasi oleh terik sinar matahari disiang hari
akan terdapat ruang antara sambungan untuk pemuaian, sehingga ujung-ujung sambungan
tidak saling menekan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemuaian


suatu zat padat dipengaruhi oleh pemanasan, dimana jika suatu zat padat dipanaskan
maka akan terjadi perubahan suhu pada zat padat tersebut, sehingga terjadi pemuaian
yang besarnya sebanding dengan perubahan suhu pada zat padat tersebut. setelah
dilakukan praktikum ini, konsep dari koefisien muai panjang dapat dipahami oleh para
praktikan . selain itu, koefisien muai panjang dapat ditentukan oleh masing-masing
praktikan. Pemuaian zat dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan temperature dengan
cara dipanskan pada generator uap sehingga terjadi pemuaian. Pada praktikum ini
diperoleh hasil koefisien muai panjang kuningan yaitu 5,72 ×10−10 / K , koefisien pipa
baja sebesar 3,39 ×10−10 / K , dan pipa gelas sebesar 2,70 ×10−10 /K .

4.2 Saran

Pada praktikum koefisien muai panjang ini diharapkan praktikan bisa


memahami konsep koefisien muai panjang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. pada data yang didapatkan, nilai ralat dari setiap datanya punya persentase yang
tinggi karena praktikan kurang fokus dan tidak paham cara mencari hasilnya
bagaimana. Oleh karena itu, ketika praktikum diharapkan praktikan bisa
memperhatikan setiap langkah yang sedang dipraktikkan.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2005. Physics Principles With Applications. Sixth Edition., Pearson
Education. New Jersey.

Halliday, David., Robert Resnick, and Jearl Walker. 2011. Fundamentals of Physics. Nineth
Edition., John Wiley & Sons, Inc. Jefferson, United States of America.

Ling, Samuel J., Jeff Sanny, and William Moebs. 2018. University Physics. Volume 2., Rice
University. Texas.

Pauliza, Osa. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Grafindo : Media Pratama.
Bandung, Indonesia.
LAMPIRAN
(Giancoli, 2005)
(Halliday & Resnick, 2011)

(Ling, dkk., 2018)


(Pauliza, 2008)
Tugas Pendahuluan Koefisien Muai Panjang

Nama : Febriolla Via Hashinta

NIM : 205090300111038

Kelompok : 4

1. Pemuaian pada zat padat dibedakan menjadi 3 macam yaitu


 Pemuaian Panjang
Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena
menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil
dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut. Sehingga lebar dan tebal
dianggap tidak ada. Contoh benda yang hanya mengalami pemuaian panjang

saja adalah kawat kecil yang panjang sekali. Pemuaian panjang suatu benda
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai
panjang dan besar perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri
dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Persamaan yang digunakan
untuk menentukan pertambahan panjang benda setelah dipanaskan pada suhu
tertentu adalah
∆ L=L0 . α . ∆ t
L=L0 (1+ α . ∆ t)
Keterangan :
L = Panjang akhir (m)
L0 = Panjang awal (m)
ΔL = Pertambahan panjang (m)
α = Koefisien muai panjang (/°C)
Δt =¿Kenaikan suhu (°C)
 Pemuaian Luas
Pemuaian luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima
kalor. Pemuaian luas terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang dan
lebar, sedangkan tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada. Contoh benda
yang mempunyai pemuaian luas adalah jendela kaca rumah. Pada saatu udara
dingin kaca munyyusut karena koefisien muai kaca lebih besar dari pada
koefisien muai kayu. Jika suhu meningkat maka kaca akan memuai lebih besar
daripada kayu kusen sehingga kaca akan terlihat terpasang dengan rapat pada

kusen kayu tersebut. Untuk menentukan pertambahan luas dan volume akhir
digunakan persamaan sebagai berikut
A=A 0 +∆ A
∆ A= A0 −β . ∆ t
∆ A= A0 (1+ β . ∆ t )

Keterangan :

A = Luas akhir (m²)

∆ A = Pertambahan luas (m²)

A0 = Luas mula-mula (m²)

β = Koefisien muai luas zat (/°C)

Δt =¿Kenaikan suhu (°C)

 Pemuaian Volume
Pemuaian volume adalah pertambahan ukuran volume suatu benda karena
menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran
panjang, lebar dan tebal. Contoh benda yang mempunyai pemuaian volume
adalah kubus, air dan udara. Volume merupakan bentuk lain dari panjang
dalam 3 dimensi karena itu untuk menentukan koefisien muai volume sama
dengan 3 kali koefisien muai panjang.Persamaan yang digunakan untuk
menentukan pertambahan volume dan volume akhir suatu benda adalah
V =V 0 ( 1+ γ . ∆ t )

Keterangan :

V = Volume akhir (m³)

V 0 = Volume mula-mula (m³)

γ = Koefisien muai volume (/°C)

Δt =¿Kenaikan suhu (°C)

2. Koefisien muai volume nilainya 3 kali dari koefisien muai panjang, hal itu bisa
dibuktikan dengan persamaan berikut,
∆V
γ=
V0∆t

V0 = L03
V = (L0 + ∆L)3

∆V = V – V0
∆V = (L0 + ∆L)3 – L03
∆V = L03 + 3L02∆L + 3L0∆L2 + ∆L3 – L03
∆V = 3L02∆L + 3L0∆L2 + ∆L3

3L02∆L + 3L0∆L2 + ∆L3
γ =
V0∆T
3L0 ∆L + 3L0∆L  + ∆L3
2 2
γ =
L03∆T
.

3L02∆L 3∆L
γ = =
L03∆T L0∆T

∆L
α =
L0∆T
Karena

Maka didapatkan hasil akhir


γ=3 α

Lalu, Koefisien muai luas nilainya 2 kali dari koefisien muai panjang, hal itu bisa
dibuktikan dengan persamaan berikut
∆A
β=
A0 ∆ t

∆A = (L0 + ∆L)2 – L02
∆A = L02 + 2L0∆L + ∆L2 – L02
∆A = 2L0∆L + ∆L2
2L0∆L + ∆L2
β =
L02∆T
2L0∆L + ∆L2
β =
A0∆T

2L0∆L 2∆L
β = =
L02∆T L0∆T

Karena

∆L
α =
L0∆T

Maka,
β=2 α

3. Koefisien muai panjang berbeda karena ada 3 fakor. Yang pertama karena ukuran
awal benda, semakin besar ukuran awal sebuah benda, maka semakin besar pula
pemuaiannya. Selanjutnya karena perubahan suhu, kenaikan suhu yang besar akan
mengakibatkan pertambahan ukuran yang besar pula. Yang terakhir karena
dipengaruhi oleh jenis benda atau jenis bahan. Contohnya, nilai koefisien muai
panjang bahan tembaga berbeda dengan nilai koefisien muai panjang besi atau baja.

4. Ketika bahan gelas di turunkan suhunya, maka ukuran gelas tersebut akan menyusut
dari ukuran aslinya. Lalu saat gelas dinaikkan suhunya, ukurannya akan memuai atau
lebih panjang dari ukuran aslinya

5. Nilai koefisien muai panjang dari beberapa bahan

 Besi = 0,000012 /°C


 Seng = 0,000025 /°C
 Kaca = 0,000009 /°C
 Tembaga = 0,0000167 /°C
 Aluminium = 0,000025 /°C

Pretest
TABEL DATA HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
PERCOBAAN FP-2 (KOEFISIEN MUAI PANJANG)
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

3.1 Data Hasil Percobaan

Konversi besaran sudut ke translasian 1º (Ꝋ) = 0.03 mm

Kuningan Baja Gelas


L0=59 cm L0=63 c m L0=64 c m
No T 0=25 ℃ T 0=25 ℃ T 0=25 ℃
T Ꝋ (º) T (℃) Ꝋ (º) T (℃) Ꝋ (º)
(℃ )
1 30 1 30 1 30 1
2 35 4 35 3 35 1
3 40 6 40 3 40 4
4 45 10 45 5 45 4

3.2 Perhitungan
3.2.1 Kuningan

No ∆ L (m) ∆ T (K) α (/K) |a−a|


2

1
2
3
4


 ∆L = Ꝋ. 3x10-5 m 2
 δα =
∑|a−a|
 ∆ T = Tn-T0 n−1
∆L δa
 α=
L0 . ∆Tn = …….. ( /K)  Kr=
a
×100 %

 a=
∑a  a=a ± δa
n
3.2.2 Baja

No ∆ L (m) ∆ T (K) α (/K) |a−a|


2

1
2
3
4


 ∆L 1= Ꝋ. 3x10-5 m 2
 δα =
∑|a−a|
 ∆ T1 = T1-T0 n−1
∆L δa
 α=
L0 . ∆Tn = …….. ( /K)  Kr=
a
×100 %

 a=
∑a  a=a ± δa
n

3.2.3 Gelas
No ∆ L (m) ∆ T (K) α (/K) 2
|a−a|
1
2
3
4
 ∆L 1= Ꝋ. 3x10-5 m
 ∆ T1 = T1-T0
∆L
 α=
L0 . ∆Tn = …….. ( /K)

 a=
∑a
n


2
 δα =
∑|a−a|
n−1
δa
 Kr= ×100 %
a
 a=a ± δa
ANALISA HASIL

1. Bahas Data secara detail


2. Hasil Perhitungan bandingkan dengan Literatur
3. Penjelasan Faktor terjadinya pemuaian dan
pengertian pemuaian
4. Karakteristik masing-masing bahan uji
5. Aplikasi Pemuaian dalam kehidupan sehari-hari
(Tiap anggota kelompok tidak boleh sama).
Tanggal Pengumpulan : 26 November 2020
Pukul : 17.00 WIB
TTD. ASISTEN

RAHMAT DWI HIDAYAT

Anda mungkin juga menyukai