Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(KOEFISIEN MUAI PANJANG)

(PERCOBAAN-FP 2)

Nama : Fahra Khairani

NIM : 205090101111024

Fak/Jurusan : FMIPA/BIOLOGI

Kelompok :4

Tgl.Praktikum : 9 November 2020

Nama Asisten : Satria Pamungkas Panji Kumara

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(KOEFISIEN MUAI PANJANG)

Nama : Fahra Khairani

NIM : 205090101111024

Fak/Jurusan : FMIPA/BIOLOGI

Kelompok :4

Tgl. Praktikum : 9 November 2020

Nama Asisten : Satria Pamungkas Panji Kumara

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah dapat dipahaminya konsep pemuaian berbagai zat padat, dan
diketahui bahwa dari berbagai macam logam dapat ditentukan koefisien muai panjangnya.

1.2 Dasar Teori


Sebagian besar dari zat padat akan mengalami perubahan ukuran pada saat terjadinya
perubahan suhu, dimana ketika suhu rendah zat tersebut akan mengalami kontraksi dimana
akan terjadi penyusutan dan pada saat suhu tinggi zat tersebut akan mengembang atau
terjadinya pertambahan ukuran. Benda padat memiliki material yang berbeda untuk setiap
jenisnya, oleh karena itu perubahan yang dimiliki oleh benda padat saat terjadi perubahan suhu
yang sama akan berbeda tergantung pada material benda tersebut. Sehingga bahan benda
tersebut juga memengaruhi perubahan panjang. Untuk menyatakan perubahan panjang atau
luas suatu zat, maka dibutuhkan karakteristik kuantitas dari zat tersebut. Besaran ini disebut
dengan koefisien muai(Martin,2013).
Penyebab dari pemuaian adalah menurut Teori Kinetik, dimana ketika terjadi peningkatan
suhu dimana harusnya dalam suatu zat molekul saling bertumpuk erat tetapi ketika energi
kinetiknya menghasilkan getaran kecil dan cepat sehingga mendorong atom atau molekul untuk
berpisah satu sama lain. Dorongan dari getaran tersebut akan menghasilkan jarak yang sedikit
lebih jauh dan hal tersebut membuat ukuran benda menjadi lebih besar atau panjang(Oer,2016).
Macam-macam jenis pemuaian zat yaitu
1. Koefisien ekspansi linear, dimana ketika terjadinya perubahan suhu sebesar 1 derajat
Celcius maka hal tersebut akan memengaruhi panjang benda tersebut. Misalkan sebuah
batang mempunyai panjang awal sebagai lo dan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga
panjangnya menjadi l, perubahan suhu yang terjadi tersebut disebut dengan delta l.
persamaan ini dapat dirumuskan menjadi

Gambar 1 : Rumus Koefisien Muai Panjang(Martin,2013).


Gambar 2 : Rumus Koefisien Muai Panjang(Martin,2013).
2. Koefisien ekspansi Luas, dimana terjadi perubahan luas karena suhu yang berubah sehingga
dapat dinyatakan dengan rumus,

Gambar 3 : Rumus Koefisien Muai Luas(Ronilaya,2018).


3. Koefisien Ekspansi Volume, dimana terjadi perubahan volume akibat suhu yang berubah
sehingga dapat dinyatakan dengan rumus,

Gambar 4 : Rumus Koefisien Muai Volume(Ronilaya,2018).

Pemuaian pada zat padat mempunyai beberapa faktor yang menyebabkan perubahan nilai
besaran zat tersebut, yaitu ada jumlah molekul atau atom yang menyusun zat tersebut, besarnya
suhu yang terpapar pada zat tersebut, dan jenis molekul penyusun zat tersebut. Jika dilihat
dengan pandangan mata faktor yang mempengaruhi adalah ukuran benda tersebut karena
semakin panjang benda, molekul yang dimiliki akan semakin panjang pula sehingga pergeseran
yang terjadi akan semakin panjang. Ketika benda tersebut dikenai suhu yang berbeda maka
perubahan panjang yang terjadi juga akan berbeda hasilnya, Nilai pemuaian tidak semata-mata
langsung naik drastis, namun terjadi perlahan dan sedikit demi sedikit karena pemuaian terjadi
ketika suhu naik 1 derajat Celcius(Jati,2013).
Pertambahan yang dihasilkan dari setiap kenaikan suhu hanyalah 0.001%. Karena peristiwa
pemuaian inilah rel kereta api disemua penjuru bumi dibuat berongga sehingga ketika terjadi
penurunan atau kenaikan suhu rel kereta tetap lurus sesuai jalur dan tidak membelok, hal
tersebut dapat membahayakan sehingga diperlukan pengetahuan mengenai koefisien
muai(Jati,2013).

Gambar 5 : Koefisien Muai Panjang Sejumlah Benda Padat(Jati,2013).


BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum Koefisien Muai Panjang adalah,
seperangkat alat pemuaian, pipa percobaan yaitu ada baja, kuningan, dan gelas, selang karet,
meteran, cawan petri, generator uap, Thermometer.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Alat diletakan dengan susunan sesuai aturan diktat

Busur pada alat pemuaian dikalibrasi hingga jarum


petunjuk berada pada posisi nol.

Ujung terbuka pipa diletakan pada sandaran tetap dan


ujung tertutup di sandaran pengarah.

Dijepitkan pipa pada sandaran tetap dengan sekrup


dikencangkan hingga lekukan cincin katup terjepit

Disambungkan ujung terbuka pipa pada selang karet


yang terhubung ke generator uap.

Diisi tempat generator uap dengan air hingga ¾ bagian


dan ditutup rapat penutup dengan sekrup
Dicatat temperatur ruangan awal T0

Diukur panjang pipa sebelum dipanaskan dan dicatat


sebagai L0

Dipanaskannya pipa dengan digunakan generator uap ke


stop kontak

Dicatat panjang batang pipa(diwakili oleh besarnya


sudut), untuk setiap perubahan 5 derajat C samapi tidak
terjadi perubahan panjang lagi

Diulangi langkah diatas untuk pipa yang lain.


BAB III

ANALISA HASIL

3.1 Data Hasil Percobaan

No Kuningan Baja Gelas

𝐿0 = 64 𝑐𝑚 𝐿0 = 64.1 𝑐𝑚 𝐿0 = 63.9 𝑐𝑚
𝑇0 = 25.5 ℃ 𝑇0 = 27.0 ℃ 𝑇0 = 26.5 ℃

𝑇1 (℃ ) θ(°) 𝑇1 (℃ ) θ(°) 𝑇1 (℃ ) θ(°)

1 33.2 5 31.8 4 30 2

2 44.8 10 39.7 8 35.3 4

3 50.1 15 45.4 12 40.6 6

4 57.2 20 52 16 44.8 8

3.2 Perhitungan
3.2.1 Tembaga

No ∆𝐿 (𝑚) ∆𝑇 (℃) 𝛼(/𝐾) |𝛼 − 𝛼|2

1 1.5 x 10−4 m 7.7 3.043 x 10−5 4.918 𝑥 10−12

2 3 x 10−4 19.3 2.428 x 10−5 1.5469 𝑥 10−11

3 4.5 x10−4 24.5 2.858 x 10−5 1.3085 𝑥 10−13

4 6 x10−4 31.7 2.957 x 10−5 1.832 𝑥 10−11

∆L1 = θ x 3.10−5

= 5 x 3.10−5 = 1.5 x 10−4 m

∆L2 = 3 x 10−4 m
∆L3 = 4.5 x10−4 m
∆L4 = 6 x10−4 m

∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0
= 33.2 − 25.5
= 7.7℃
∆𝑇2 = 19.3℃
∆𝑇3 = 24.5℃
∆𝑇4 = 31.7℃

∆Ln
𝛼 =
L0 x ∆Tn

1.5 x 10−4
= = 3.043 x 10−5 /𝐾
0.64 x 7.7

𝛼2 = 2.428 x 10−5 /𝐾

𝛼3 = 2.858 x 10−5 /𝐾

𝛼4 = 2.957 x 10−5 /𝐾

∑𝛼
𝛼̅ = = 2.822 x 10−5 /𝐾
4

𝛴[ 𝛼 − 𝛼̅ ]𝟐
𝛿𝛼 = √
𝑛−1

(|3.043 x 10−5 − 2.822 x 10−5 |)2 + ( |2.428 x 10−5 − 2.822 x 10−5 5|)2 + (|2.858 x 10−5 − 2.822 x 10−5 |)2 + (|2.957 x 10−5 − 2.822 x 10−5 |)2

2

(|0.221|)2 + ( |0.394|)2 + (|0.036|)2 + (|0.135|)2


= √
2

(0.048841x 10−10 ) + (0.155235x 10−10 ) + (0.001296x 10−10 ) + (0.018225 x 10−10 )



2

0.224x 10−10
= √ = 0.334 x 10−5
2

𝛿𝛼 0.334 x 10−5
𝐾𝑟 𝛼 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 11.85 %
𝛼̅ 2.822 x 10−5
𝛼 = (𝛼̅ ± 𝛿𝛼)

𝛼 = ( 2.822 x 10−5 ± 0.334 x 10−5 )𝑚


3.2.2 Baja

No ∆𝐿 (𝑚) ∆𝑇 (℃) 𝛼(/𝐾) |𝛼 − 𝛼|2

1 1.2 x 10−4 m 4.8 3.9002 x 10−5 4.572 𝑥 10−11

2 2.4 x 10−4 12.7 2.948 x 10−5 7.608 𝑥 10−12

3 3.6 x 10−4 18.4 3.052 x 10−5 2.947 𝑥 10−12

4 4.8 x 10−4 25 2.995 x 10−5 5.228 𝑥 10−12

∆L1 = θ x 3.10−5

= 4 x 3.10−5 = 1.2 x 10−4 m

∆L2 = 2.4 x 10−4 m


∆L3 = 3.6 x 10−4 m
∆L4 = 4.8 x 10−4 m

∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0
= 31.8 − 27
= 4.8 ℃
∆𝑇2 = 12.7 ℃
∆𝑇3 = 18.4 ℃
∆𝑇4 = 25 ℃

∆Ln
𝛼 =
L0 x ∆Tn

1.2 x 10−4
= = 3.9 x 10−5 /𝐾
0.641 x 4.8

𝛼2 = 2.948 x 10−5 /𝐾

𝛼3 = 3.052 x 10−5 /𝐾

𝛼4 = 2.995 x 10−5 /𝐾

∑𝛼
𝛼̅ = = 3.223 x 10−5 /𝐾
4
𝛴[ 𝛼 − 𝛼̅ ]𝟐
𝛿𝛼 = √
𝑛−1

(|3.9 − 3.223|)2 + ( | 2.948 − 3.223 |)2 + (|3.052 − 3.223 |)2 + (|2.995 − 3.223 |)2

2

(|0.68|)2 + ( |0.275|)2 + (|0.171|)2 + (|0.228|)2



2

(0.462x 10−10 ) + ( 0.0756x 10−10 ) + (0.0292 x 10−10 ) + (0.0519 x 10−10 )



2

0.6187 x 10−10
= √ = 0.556 x 10−5 /𝐾
2

𝛿𝛼 0.556 x 10−5
𝐾𝑟 𝛼 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 17.25 %
𝛼̅ 3.223 x 10−5
𝛼 = (𝛼̅ ± 𝛿𝛼)

𝛼 = ( 3.223 x 10−5 ± 0.556 x 10−5 )𝑚


3.2.3 Gelas

No ∆𝐿 (𝑚) ∆𝑇 (℃) 𝛼(/𝐾) |𝛼 − 𝛼|2

1 0.6 x 10−4 3.5 2.682 x 10−5 21.71 𝑥 10−12

2 1.2 x 10−4 8.8 2.134 x 10−5 0.6843 𝑥 10−12

3 1.8 x 10−4 14.1 1.997 x 10−5 4.793 𝑥 10−12

4 2.4 x 10−4 18.3 2.0523 x 10−5 2.701 𝑥 10−12

∆L1 = θ x 3.10−5

= 2 x 3.10−5 = 0.6 x 10−4 m

∆L2 = 1.2 x 10−4 m


∆L3 = 1.8 x 10−4 m
∆L4 = 2.4 x 10−4 m

∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0
= 30 − 26.5
= 3.5 ℃
∆𝑇2 = 8.8 ℃
∆𝑇3 = 14.1 ℃
∆𝑇4 = 18.3 ℃

∆Ln
𝛼 =
L0 x ∆Tn

0.6 x 10−4
= = 2.682 x 10−5 /𝐾
0.639 x 3.5

𝛼2 = 2.134 x 10−5 /𝐾

𝛼3 = 1.997 x 10−5 /𝐾

𝛼4 = 2.0523 x 10−5 /𝐾

∑𝛼
𝛼̅ = = 2.216 x 10−5 /𝐾
4
𝛴[ 𝛼 − 𝛼̅ ]𝟐
𝛿𝛼 = √
𝑛−1

(|2.682 − 2.216 |)2 + ( |2.134 − 2.216 |)2 + (|1.997 − 2.216 |)2 + (|2.0523 − 2.216 |)2

2

(|0.466|)2 + ( |0.082|)2 + (|0.219|)2 + (|0.163|)2



2

(0.217 x 10−10 ) + (0.0067x 10−10 ) + (0.0479 x 10−10 ) + (0.0265 x 10−10 )



2

0.2981 x 10−10
= √ = 0.386 x 10−5
2

𝛿𝛼 0.386 x 10−5
𝐾𝑟 𝛼 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 17.41 %
𝛼̅ 2.216 x 10−5
𝛼 = (𝛼̅ ± 𝛿𝛼)

𝛼 = ( 2.216 x 10−5 ± 0.386 x 10−5 )𝑚


3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

3.3.1.1 Fungsi Alat

Dalam sebuah pengukuran Koefisien muai panjang dibutuhkan alat dan bahan
diantaranya adalah seperangkat alat pemuaian digunakan untuk ditentukannya nilai
perubahan panjang suatu bahan, pipa percobaan yang terdiri dari baja kuningan dan gelas
yang digunakan untuk media percobaan koefisien muai panjang digunakan tiga bahan,
selang karet digunakan untuk perpindahan uap air generator uap ke pipa, cawan petri
digunakan untuk menadahi uap air yang disalurkan oleh selang karet, meteran digunakan
untuk diukurnya data Lo dan perubahan panjang ketiga, Generator uap digunakan untuk
dihasilkannya uap untuk dialiri ke media yang digunakan, Termometer digunakan untuk
diukurnya suhu awal dan perubahan suhu yang terjadi.

3.3.1.2 Fungsi Perlakuan

Dalam dilakukannya percobaan koefisien muai panjang terlebih dahulu disiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan, pertama disusun alat dan bahan sesuai dengan aturan agar
tidak terjadi kesalahan perhitungan ataupun hal lain yang tidak diinginkan, alat pemuaian
berupa busur dikalibrasikan jarumnya hingga titik nol agar tidak terjadi kesalahan
perhitungan, diletakan ujung pipa terbuka pada sandaran tetap dan ujung tertutup pada
sandaran pengarah kemudian dijepitkan pipa tepat pada lekukan cincin katup agar pipa
tidak tergeser. Disambungkan ujung pipa terbuka ke selang karet yang dihubungkan
dengan generator uap agar saat terjadi pemanasan uap dapat tersalurkan ke selang karet,
diisi generator uap dengan air hingga ¾ bagian dan ditutup rapat penutup dengan sekrup
agar air dapat panas dengan cepat dan menjadi uap, dicatat temperatur awal ruangan
agar dapat dihasilkan data To, diukur panjang pipa sebelum pipa dipanaskan agar dapat
dicatat sebagai data Lo, kemudian dipanaskan pipa dengan digunakannya generator uap
yang telah disambungkan ke stop kontak, lalu dicatat panjang batang pipa dilihat dari
perubahan sudut jarum pada busur, untuk setiap perubahan yang ditentukan sampai tidak
terjadi perubahan panjang lagi agar didapatkan data perubahan panjang, kemudian
diulangi langkah tersebut untuk pipa lain agar didapatkan perbandingan data.

3.3.1.3 Analisa Hasil


Dari hasil data yang diperoleh yaitu kuningan dengan panjang awal Lo sebesar 64
cm dengan suhu awal 25.5 ℃,ketika dipanasi menghasilkan kenaikan derajat sudut
sebesar 5 derajat setiap perubahan suhu yang terjadi yaitu 7.7℃ 19.3℃ 24.5℃ dan 31.7
℃ sehingga bertambahan panjang yang terjadi adalah 1. 5 x 10−4 m setiap perubahan
suhu yang terjadi pada kuningan, dan nilai koefisien muai yang didapatkan adalah 𝛼 =
( 2.822 x 10−5 ± 0.334 x 10−5 )𝑚, serta eror yang terjadi 11.85 %. Hasil data dari
Baja dengan panjang awal sebesar 64.1 cm dan suhu awal 27 ℃ dihasilkan pertambahan
besaran sudut setelah dipanasi sebesar 4 derajat setiap perubahan suhu yang terjadi yaitu
4.8 ℃ 12.7 ℃ 18.4 ℃ dan 25℃, sehingga pertambahan panjang yang terjadi adalah 1.
2 x 10−4 m setiap perubahan suhu yang terjadi, dan nilai koefisien muai yang didapat
pada baja adalah( 3.223 x 10−5 ± 0.556 x 10−5 )𝑚 eror yang didapat dari percobaan
baja adalah 17.25%. Percobaan pada pipa Gelas dimana panjang awal pipa sebesar 63.9
dengan suhu awal 26.5 ℃, ketika dipanasi menghasilkan perubahan panjang dari sudut
busur yang naik sebesar 2 derajat tiap perubahan suhu yang terjadi yaitu
3.5℃, 8.8℃, 14.1 ℃, 18.3℃, sehingga pertambahan panjang yang terjadi adalah sebesar
0.6 x 10−4 m dan koefisien muai yang didapat pada gelas adalah ( 2.216 x 10−5 ±
0.386 x 10−5 )𝑚 dengan eror yang terjadi pada percobaan gelas adalah 17.41%.

Jika dibandingkan dengan literatur Pengantar Fisika 1, dimana Gelas mempunyai


nilai koefisien muai 0.9 x 10−5 m, Kuningan sebesar 1.9 x 10−5 m, dan Baja sebesar 1.1
x 10−5 m setiap perubahan suhu, maka hasil data yang diperoleh sudah hampir
mendekati dengan literatur, Jika dibandingkan lagi dimana pada literatur nilai kuningan
adalah nilai yang paling besar selanjutnya baja dan yang terakhir adalah gelas maka
terdapat perbedaan dari hasil data yang diperoleh dimana Baja>Kuningan>Gelas
keadaan yang berbeda ini bisa dikarenakan bisa dipengaruhi oleh perbedaan suhu ruang,
kesalahan dalam menghitung suhu, perubahan derajat, alat yang digunakan berbeda
panjangnya dan kerusakan alat yang terjadi. Error yang dihasilkan dari setiap pipa pun
melebihi 10% yang berarti ada kurangnya ketelitian dalam pengukuran.

Aplikasi pemuaian panjang dalam kehidupan adalah untuk pemasangan as roda


kereta api. Pemasangan as pada roda kereta api harus kencang karena roda mempunyai
gaya tarikan dan beban besar sehingga pemasangan as tidak menggunakan cara ulir
sekrup dimana didasarkan oleh sifat penyusutan atau pemuaian lubang roda Kereta Api.
Dimana as akan mengendur apabila suhu rendah dan akan kencang apabila suhu naik.
Selanjutnya ada pelat bimetal bimetal biasanya digunakan untuk berbagai keguanaan
seperti termometer bimental, thermostat, indikator lampu, dan alarm kebakaran,
selanjutnya pemuaian panjang bisa digunakan untuk membuat rel kereta api, dan kabel
pada tiang listrik, serta alat pengelingan.

Jenis-jenis koefisien muai dibagi menjadi, Koefisien ekspansi linear, dimana ketika
terjadinya perubahan suhu sebesar 1 derajat Celcius maka hal tersebut akan
memengaruhi panjang benda tersebut. Misalkan sebuah batang mempunyai panjang
awal sebagai lo dan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga panjangnya menjadi l,
perubahan suhu yang terjadi tersebut disebut dengan delta l. Koefisien ekspansi Luas,
dimana terjadi perubahan luas karena suhu yang berubah Koefisien Ekspansi Volume,
dimana terjadi perubahan volume akibat suhu yang berubah sehingga dapat dinyatakan
dengan rumus,

Pemuaian zat padat, dimana zat padat mempunyai sebuah atom dan molekul yang
berdempetan sehingga ketika terkena suhu tinggi akan terjadi getaran dan bertambahnya
antar molekul yang menyebabkan molekul mendorong satu sama lain sehingga terjadi
perubahan ukuran bisa luas, dan panjang. Pemuaian zat cair, sama seperti zat padat, zat
cair juga akan memuai apabila dipanaskan dan menyusut bila didinginkan. Bedanya,
bentuk zat cair mengikuti bentuk wadahnya zat cair juga mempunyai koefisien muai
panjang. Koefisien muai yang dihasilkan oleh zat cair lebih besar daripada zat panjang
seperti contoh air raksa yang mempunyai koefisien muai 4 kali baja. Pemuaian gas, gas
pada tekanan tetap juga akan memuai apabila suhu nya bertambah. Namun pemuaian
gas akan sedikit lebih sulit dibandingkan zat cair dan zat padat.

Koefisien adalah banyaknya suatu atom atau molekul yang dapat dilambangan
dengan alpha, teta, dan beta. Dalam matematika koefisien adalah jumlah variable yang
ada pada angka.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa pemuaian panjang dapat terjadi karena beberapa faktor
yaitu suhu yang dipanasi, jenis logam, dan jumlah atom atau molekul yang terdapat
pada logam. Setiap terjadi perubahan suhu maka logam akan mengalami perubahan
panjang yang diakibatkan pertambahan molekul pada zat tersebut sehingga
bertabrakan satu sama lain dan mendorong menjauh sehingga didapatkan perubahan,
dimana dapat dilihat perubahan panjang yang terjadi disetiap pipa yang digunakan.
Yaitu didapatkan hasil dimana Baja lebih besar koefisien muainya daripada Kuningan
dan diakhiri oleh gelas. Data yang dihasilkan kurang sesuai dan eror yang dihasilkan
tinggi, hal tersebut dapat terjadi kurang ketelitian perhitungan dan percobaan. Serta
dapat dilihat berbagai macam logam yang dapat memuai yaitu ada gelas, kuningan,
baja, besi, alumunium, nikel, platina, beton dan masih banyak lainnya dengan masing
masing nilai koefisien muai yang berbeda.

4.2 Saran
Dalam diadakannya praktikum ini perlu alat yang berfungsi dengan baik dan perlu
ketelitian dan kesabaran saat menunggu perubahan panjang serta diperlukan ketelitian
dalam menentukan suhu ruangan sehingga tidak terjadi kesalahan atau eror yang besar
DAFTAR PUSTAKA

Jati, B. M. E., 2013. Pengantar Fisika 1. First ed. Yogyakarta: UGM PRESS.

Martin C. Martin, C. A. H., 2013. Elements of Classical Physics. First ed. New York: PERGAMON
PRESS INC.

OER, A., 2016. College Physics Textbook Equity Edition Volume 2 of 3: Chapters 13 - 24. Texas:
Openstax Collage.

Ronilaya, F., 2018. ILMU BAHAN LISTRIK. First ed. Malang: POLINEMA PRESS.
LAMPIRAN

Gambar 1 : Ilmu Bahan Listrik (Ronilaya,2018).

Gambar 2 : Pengatar Fisika 1(Jati,2013).


Gambar 3 : College Physics Textbook Equity Edition Volume 2 of 3 (Oen,2016).

Gambar 4 : Elements of Classical Physics (Martin,2013).


Gambar 5 : Tugas Pendahuluan.

Anda mungkin juga menyukai