(PERCOBAAN-FP 2)
NIM : 205090101111024
Fak/Jurusan : FMIPA/BIOLOGI
Kelompok :4
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
NIM : 205090101111024
Fak/Jurusan : FMIPA/BIOLOGI
Kelompok :4
Catatan :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN
Pemuaian pada zat padat mempunyai beberapa faktor yang menyebabkan perubahan nilai
besaran zat tersebut, yaitu ada jumlah molekul atau atom yang menyusun zat tersebut, besarnya
suhu yang terpapar pada zat tersebut, dan jenis molekul penyusun zat tersebut. Jika dilihat
dengan pandangan mata faktor yang mempengaruhi adalah ukuran benda tersebut karena
semakin panjang benda, molekul yang dimiliki akan semakin panjang pula sehingga pergeseran
yang terjadi akan semakin panjang. Ketika benda tersebut dikenai suhu yang berbeda maka
perubahan panjang yang terjadi juga akan berbeda hasilnya, Nilai pemuaian tidak semata-mata
langsung naik drastis, namun terjadi perlahan dan sedikit demi sedikit karena pemuaian terjadi
ketika suhu naik 1 derajat Celcius(Jati,2013).
Pertambahan yang dihasilkan dari setiap kenaikan suhu hanyalah 0.001%. Karena peristiwa
pemuaian inilah rel kereta api disemua penjuru bumi dibuat berongga sehingga ketika terjadi
penurunan atau kenaikan suhu rel kereta tetap lurus sesuai jalur dan tidak membelok, hal
tersebut dapat membahayakan sehingga diperlukan pengetahuan mengenai koefisien
muai(Jati,2013).
METODOLOGI
Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum Koefisien Muai Panjang adalah,
seperangkat alat pemuaian, pipa percobaan yaitu ada baja, kuningan, dan gelas, selang karet,
meteran, cawan petri, generator uap, Thermometer.
ANALISA HASIL
𝐿0 = 64 𝑐𝑚 𝐿0 = 64.1 𝑐𝑚 𝐿0 = 63.9 𝑐𝑚
𝑇0 = 25.5 ℃ 𝑇0 = 27.0 ℃ 𝑇0 = 26.5 ℃
1 33.2 5 31.8 4 30 2
4 57.2 20 52 16 44.8 8
3.2 Perhitungan
3.2.1 Tembaga
∆L1 = θ x 3.10−5
∆L2 = 3 x 10−4 m
∆L3 = 4.5 x10−4 m
∆L4 = 6 x10−4 m
∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0
= 33.2 − 25.5
= 7.7℃
∆𝑇2 = 19.3℃
∆𝑇3 = 24.5℃
∆𝑇4 = 31.7℃
∆Ln
𝛼 =
L0 x ∆Tn
1.5 x 10−4
= = 3.043 x 10−5 /𝐾
0.64 x 7.7
𝛼2 = 2.428 x 10−5 /𝐾
𝛼3 = 2.858 x 10−5 /𝐾
𝛼4 = 2.957 x 10−5 /𝐾
∑𝛼
𝛼̅ = = 2.822 x 10−5 /𝐾
4
𝛴[ 𝛼 − 𝛼̅ ]𝟐
𝛿𝛼 = √
𝑛−1
(|3.043 x 10−5 − 2.822 x 10−5 |)2 + ( |2.428 x 10−5 − 2.822 x 10−5 5|)2 + (|2.858 x 10−5 − 2.822 x 10−5 |)2 + (|2.957 x 10−5 − 2.822 x 10−5 |)2
√
2
0.224x 10−10
= √ = 0.334 x 10−5
2
𝛿𝛼 0.334 x 10−5
𝐾𝑟 𝛼 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 11.85 %
𝛼̅ 2.822 x 10−5
𝛼 = (𝛼̅ ± 𝛿𝛼)
∆L1 = θ x 3.10−5
∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0
= 31.8 − 27
= 4.8 ℃
∆𝑇2 = 12.7 ℃
∆𝑇3 = 18.4 ℃
∆𝑇4 = 25 ℃
∆Ln
𝛼 =
L0 x ∆Tn
1.2 x 10−4
= = 3.9 x 10−5 /𝐾
0.641 x 4.8
𝛼2 = 2.948 x 10−5 /𝐾
𝛼3 = 3.052 x 10−5 /𝐾
𝛼4 = 2.995 x 10−5 /𝐾
∑𝛼
𝛼̅ = = 3.223 x 10−5 /𝐾
4
𝛴[ 𝛼 − 𝛼̅ ]𝟐
𝛿𝛼 = √
𝑛−1
(|3.9 − 3.223|)2 + ( | 2.948 − 3.223 |)2 + (|3.052 − 3.223 |)2 + (|2.995 − 3.223 |)2
√
2
0.6187 x 10−10
= √ = 0.556 x 10−5 /𝐾
2
𝛿𝛼 0.556 x 10−5
𝐾𝑟 𝛼 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 17.25 %
𝛼̅ 3.223 x 10−5
𝛼 = (𝛼̅ ± 𝛿𝛼)
∆L1 = θ x 3.10−5
∆𝑇1 = 𝑇1 − 𝑇0
= 30 − 26.5
= 3.5 ℃
∆𝑇2 = 8.8 ℃
∆𝑇3 = 14.1 ℃
∆𝑇4 = 18.3 ℃
∆Ln
𝛼 =
L0 x ∆Tn
0.6 x 10−4
= = 2.682 x 10−5 /𝐾
0.639 x 3.5
𝛼2 = 2.134 x 10−5 /𝐾
𝛼3 = 1.997 x 10−5 /𝐾
𝛼4 = 2.0523 x 10−5 /𝐾
∑𝛼
𝛼̅ = = 2.216 x 10−5 /𝐾
4
𝛴[ 𝛼 − 𝛼̅ ]𝟐
𝛿𝛼 = √
𝑛−1
(|2.682 − 2.216 |)2 + ( |2.134 − 2.216 |)2 + (|1.997 − 2.216 |)2 + (|2.0523 − 2.216 |)2
√
2
0.2981 x 10−10
= √ = 0.386 x 10−5
2
𝛿𝛼 0.386 x 10−5
𝐾𝑟 𝛼 = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 17.41 %
𝛼̅ 2.216 x 10−5
𝛼 = (𝛼̅ ± 𝛿𝛼)
Dalam sebuah pengukuran Koefisien muai panjang dibutuhkan alat dan bahan
diantaranya adalah seperangkat alat pemuaian digunakan untuk ditentukannya nilai
perubahan panjang suatu bahan, pipa percobaan yang terdiri dari baja kuningan dan gelas
yang digunakan untuk media percobaan koefisien muai panjang digunakan tiga bahan,
selang karet digunakan untuk perpindahan uap air generator uap ke pipa, cawan petri
digunakan untuk menadahi uap air yang disalurkan oleh selang karet, meteran digunakan
untuk diukurnya data Lo dan perubahan panjang ketiga, Generator uap digunakan untuk
dihasilkannya uap untuk dialiri ke media yang digunakan, Termometer digunakan untuk
diukurnya suhu awal dan perubahan suhu yang terjadi.
Dalam dilakukannya percobaan koefisien muai panjang terlebih dahulu disiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan, pertama disusun alat dan bahan sesuai dengan aturan agar
tidak terjadi kesalahan perhitungan ataupun hal lain yang tidak diinginkan, alat pemuaian
berupa busur dikalibrasikan jarumnya hingga titik nol agar tidak terjadi kesalahan
perhitungan, diletakan ujung pipa terbuka pada sandaran tetap dan ujung tertutup pada
sandaran pengarah kemudian dijepitkan pipa tepat pada lekukan cincin katup agar pipa
tidak tergeser. Disambungkan ujung pipa terbuka ke selang karet yang dihubungkan
dengan generator uap agar saat terjadi pemanasan uap dapat tersalurkan ke selang karet,
diisi generator uap dengan air hingga ¾ bagian dan ditutup rapat penutup dengan sekrup
agar air dapat panas dengan cepat dan menjadi uap, dicatat temperatur awal ruangan
agar dapat dihasilkan data To, diukur panjang pipa sebelum pipa dipanaskan agar dapat
dicatat sebagai data Lo, kemudian dipanaskan pipa dengan digunakannya generator uap
yang telah disambungkan ke stop kontak, lalu dicatat panjang batang pipa dilihat dari
perubahan sudut jarum pada busur, untuk setiap perubahan yang ditentukan sampai tidak
terjadi perubahan panjang lagi agar didapatkan data perubahan panjang, kemudian
diulangi langkah tersebut untuk pipa lain agar didapatkan perbandingan data.
Jenis-jenis koefisien muai dibagi menjadi, Koefisien ekspansi linear, dimana ketika
terjadinya perubahan suhu sebesar 1 derajat Celcius maka hal tersebut akan
memengaruhi panjang benda tersebut. Misalkan sebuah batang mempunyai panjang
awal sebagai lo dan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga panjangnya menjadi l,
perubahan suhu yang terjadi tersebut disebut dengan delta l. Koefisien ekspansi Luas,
dimana terjadi perubahan luas karena suhu yang berubah Koefisien Ekspansi Volume,
dimana terjadi perubahan volume akibat suhu yang berubah sehingga dapat dinyatakan
dengan rumus,
Pemuaian zat padat, dimana zat padat mempunyai sebuah atom dan molekul yang
berdempetan sehingga ketika terkena suhu tinggi akan terjadi getaran dan bertambahnya
antar molekul yang menyebabkan molekul mendorong satu sama lain sehingga terjadi
perubahan ukuran bisa luas, dan panjang. Pemuaian zat cair, sama seperti zat padat, zat
cair juga akan memuai apabila dipanaskan dan menyusut bila didinginkan. Bedanya,
bentuk zat cair mengikuti bentuk wadahnya zat cair juga mempunyai koefisien muai
panjang. Koefisien muai yang dihasilkan oleh zat cair lebih besar daripada zat panjang
seperti contoh air raksa yang mempunyai koefisien muai 4 kali baja. Pemuaian gas, gas
pada tekanan tetap juga akan memuai apabila suhu nya bertambah. Namun pemuaian
gas akan sedikit lebih sulit dibandingkan zat cair dan zat padat.
Koefisien adalah banyaknya suatu atom atau molekul yang dapat dilambangan
dengan alpha, teta, dan beta. Dalam matematika koefisien adalah jumlah variable yang
ada pada angka.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa pemuaian panjang dapat terjadi karena beberapa faktor
yaitu suhu yang dipanasi, jenis logam, dan jumlah atom atau molekul yang terdapat
pada logam. Setiap terjadi perubahan suhu maka logam akan mengalami perubahan
panjang yang diakibatkan pertambahan molekul pada zat tersebut sehingga
bertabrakan satu sama lain dan mendorong menjauh sehingga didapatkan perubahan,
dimana dapat dilihat perubahan panjang yang terjadi disetiap pipa yang digunakan.
Yaitu didapatkan hasil dimana Baja lebih besar koefisien muainya daripada Kuningan
dan diakhiri oleh gelas. Data yang dihasilkan kurang sesuai dan eror yang dihasilkan
tinggi, hal tersebut dapat terjadi kurang ketelitian perhitungan dan percobaan. Serta
dapat dilihat berbagai macam logam yang dapat memuai yaitu ada gelas, kuningan,
baja, besi, alumunium, nikel, platina, beton dan masih banyak lainnya dengan masing
masing nilai koefisien muai yang berbeda.
4.2 Saran
Dalam diadakannya praktikum ini perlu alat yang berfungsi dengan baik dan perlu
ketelitian dan kesabaran saat menunggu perubahan panjang serta diperlukan ketelitian
dalam menentukan suhu ruangan sehingga tidak terjadi kesalahan atau eror yang besar
DAFTAR PUSTAKA
Jati, B. M. E., 2013. Pengantar Fisika 1. First ed. Yogyakarta: UGM PRESS.
Martin C. Martin, C. A. H., 2013. Elements of Classical Physics. First ed. New York: PERGAMON
PRESS INC.
OER, A., 2016. College Physics Textbook Equity Edition Volume 2 of 3: Chapters 13 - 24. Texas:
Openstax Collage.
Ronilaya, F., 2018. ILMU BAHAN LISTRIK. First ed. Malang: POLINEMA PRESS.
LAMPIRAN