Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Koefisien Muai Panjang)

(PERCOBAAN-FP2)

Nama : Carnessa Febry Kuswardani

NIM : 215090300111027

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 01

Tgl.Praktikum : 05 November 2021

Nama Asisten : Krisna Hafis Fadillah

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Koefisien Muai Panjang)

Nama : Carnessa Febry Kuswardani

NIM : 215090300111027

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 01

Tgl. Praktikum : 05 November 2021

Nama Asisten : Krisna Hafis Fadillah

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum koeifsien muai panjang yaitu dapat dipahaminya
konsep pemuaian berbagai zat pada oleh pratikan. Dan dapat ditentukannya koefisien muai
panjang berbagai batang logam oleh praktikan.
1.2 Dasar Teori
Perubahan panjang benda berbanding lurus dengan perubahan suhu yang diberikan kepada
benda. Hal tersebut bisa terjadi selama perubahan suhu yang terjadi tidak terlalu besar.
Perubahan panjang benda juga sebanding dengan panjang asli dari benda tersebut. Misalnya
panjang awal benda 2 m, maka perubahan panjang benda akan menjadi 4 m, atau suatu benday
yang memiliki panjang 2 m akan memiliki pertambahan lebih kecil dibandingkan dengan
benda yang memiliki panjang awal 4 m (Giancoli, 2014).
Dalam perumusan nilai pertmabhan panjang suatu benda, dapat dirumuskan sebagai
berikut :
∆𝑙 = 𝛼𝑙0 ∆𝑇 … … . .1.1

dengan ∆𝑙 merupakan pertambahan panjang benda, 𝛼 merupakan koefisien muai panjang


benda, 𝑙0 merupakan panjang awal benda dan ∆𝑇 merupakan kenaikan atau penurunan suhu.
Dari rumus tersebut dapat digambarkan dengan sebuah batang yang mengalami pertambahan
panjang saat dipanaskan.

Gambar 1.1 Pertambahan Panjang Batang (Giancoli, 2014).

Dalam proses pemuaian, suatu benda mengalami pertambahan baik panjang, luas,
maupun volume benda tersebut. Oleh karena itu, pemuaian terbagi dalam tiga jenis

Pemuaian panjang, dengan rumus sesuai dengan persamaan 1.1


Pemuaian luas, dengan rumusnya yaitu :

∆𝐴 = 𝛽𝐴0 ∆𝑇 … … 1.2

Pemuaian volume, yang memiliki persamaan :

∆𝑉 = 𝛾𝑉0 ∆𝑇 … … .1.3

(Abdullah, 2016).

Setiap pemuaian benda, pasti terdapat faktor yang mempengaruhi terhadap terjadinya
pemuaian tersebut. Koefisien muai panjang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi.
Selain itu, temperatur atau suhu yang digunakan juga mempengaruhi pemuaian terhadap suatu
benda. Dalam suatu percobaan yang dilakukan, perubahan yang terjadi pada dimensi panjang,
luas, dan volume benda terjadi karena ada perubahan suhu dan besarnya sebanding dan tetapan
pembanding benda tergantung pada jenis bendanya (Banawi, 2013).

Tetapan pembanding suatu benda atau koefisien muai panjang dapat dilihat berdasarkan
tabel :

Gambar 1.2 Nilai 𝛼 pada setiap jenis bahan

(Giancoli, 2014).
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Adapaun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum koefisien muai panjang yaitu
seperangkat alat pemuaian, meteran, termometer, selang karet, pipa yang akan akan diukur
muai panjangnya yaitu kuningan; baja; dan gelas, cawan petri, dan generator uap.
2.2 Tata Laksana Percobaan

Gambar 1. Sekrup Eksperimen

Alat disusun seperti pada gambar 1 atau dengan asisten diminta menujukkan susunan alat

Kalibrasi panjang ke sudut dilakukan pada setup peralatan ini (jarum penunjuk dipastikan
bahwa berada pada posisi nol)

Ujung terbuka pipa diletakkan di bagian sandaran tetap (a) dan ujung tertutup diletakkan di
sandaran pengarah (b)

)
Pipa dijepitkan pada sandaran tetap dengan cara sekrup dikencangkan (c) sehingga pipa
terjepit tepat pada lekukan cincin katup

Ujung terbuka pipa disambungkan ke selang karet yang terhubung ke generator uap

Tempat generator uap diisi dengan air sampai ¾ bagian dan penutup ditutup rapat dengan
sekrup
Temperatur awal 𝑇0 (temperatur ruangan, bukan temperature air) dicatat

Panjang pipa sebelum dipanaskan diukur dan sebagai 𝐿0

Pipa dipanaskan dengan generator uap dihubungkan ke stop kontak

Panjang pipa dicatat (diwakili besarnya sudut), untuk setiap perubahan 5°𝐶 sampai tidak
terjadi perubahan panjang lagi

Langkah diatas diulangi untuk pipa yang lain (hati-hati ketika pipa panas diganti)
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

Konversi besaran sudut ke translasian 1°(∅) = 0,03 mm

No Kuningan Baja Gelas


𝑳𝟎 = 𝟔𝟒 𝒎𝒎 𝑳𝟎 = 𝟔𝟒, 𝟏 𝒎𝒎 𝑳𝟎 = 𝟔𝟑, 𝟗 𝒎𝒎
𝑻𝟎 = 𝟐𝟔, 𝟐 °∁ 𝑻𝟎 = 𝟐𝟔, 𝟒 °∁ 𝑻𝟎 = 𝟐𝟔, 𝟑 °∁

𝑻𝟏 (°∁) ∅ (°) 𝑻𝟏 (°∁) ∅ (°) 𝑻𝟏 (°∁) ∅ (°)


1 33,1 19 38 9 30,7 4
2 50,1 20 48 10 35,7 4
3 55,4 20 58 11 40,7 5
4 63,9 20 68 13 43,7 5

3.2 Perhitungan

3.2.1 Kuningan

No 𝚫𝑳 (m) 𝚫𝑻 (ºK) 𝜶 ( / K) ̅ |𝟐
|𝜶 − 𝜶
1 0,00057 279,9 3,1819 × 10−5 4,5078 × 10−13
2 0,0006 296,9 3,1576 × 10−5 1,8343 × 10−13
3 0,0006 302,2 3,1023 × 10−5 1,5749 × 10−14
4 0,0006 310,7 3,0174 × 10−5 9,4906 × 10−13
Σα
𝛼̅ = = 3,1148 × 10−5 ( / ºK)
𝑛

̅ |2
Σ|𝛼−𝛼
𝛿𝛼 = √ = 6,3326 × 10−7 ( / ºK)
𝑛−1

𝛿𝛼 6,3326×10−7
Kr = ̅
× 100% = 3,1148×10−5 × 100% = 2,03%
𝛼

𝛼 = 𝛼̅ ± 𝛿𝛼 = (3,1148 ± 0,0633) × 10−5 ( / ºK)

3.2.2 Baja

No 𝚫𝑳 (m) 𝚫𝑻 (ºK) 𝜶 ( / K) ̅ |𝟐
|𝜶 − 𝜶
1 0,00027 284,6 1,48 × 10−5 3,7315 × 10−12
2 0,0003 294,6 1,5887 × 10−5 7,1475 × 10−13
3 0,00033 304,6 1,6902 × 10−5 2,8737 × 10−14
4 0,00039 314,6 1,9340 × 10−5 6,7996 × 10−12
Σα
𝛼̅ = = 1,6732 × 10−5 ( / ºK)
𝑛

̅ |2
Σ|𝛼−𝛼
𝛿𝛼 = √ = 1,6789 × 10−6 ( / ºK)
𝑛−1

𝛿𝛼 1,6789×10−6
Kr = ̅
× 100% = 1,6732×10−5 × 100% = 10,03%
𝛼

𝛼 = 𝛼̅ ± 𝛿𝛼 = (1,6732 ± 0,1679) × 10−5 ( / ºK)

3.2.3 Gelas

No 𝚫𝑳 (m) 𝚫𝑻 (ºK) 𝜶 ( / K) ̅ |𝟐
|𝜶 − 𝜶
1 0,00012 277,4 6,7486 × 10−6 4,1721 × 10−13
2 0,00012 282,4 6,6292 × 10−6 5,8585 × 10−13
3 0,00015 287,4 8,1423 × 10−6 5,5909 × 10−14
4 0,00015 290,4 8,0582 × 10−6 4,4037 × 10−13
Σα
𝛼̅ = 𝑛 = 7,3946 × 10−6 ( / ºK)

̅ |2
Σ|𝛼−𝛼
𝛿𝛼 = √ = 7,0755 × 10−7 ( / ºK)
𝑛−1

𝛿𝛼 7,0755×10−7
Kr = ̅
× 100% = 7,3946×10−6 × 100% = 9,57%
𝛼

𝛼 = 𝛼̅ ± 𝛿𝛼 = (7,3946 ± 0,7076) × 10−6 ( / ºK)

3.3 Pembahasan

3.3.1 Analisa Prosedur

Dalam pelaksanaan praktikum fisika dasar koefisien muai panjang alat dan bahan yang
digunakan yaitu seperangkat alat pemuaian, termometer, selang karet, meteran, cawan petri,
generator uap, pipa yang digunakan sebagai bahan yang diukur muai panjangya yaitu kuningan,
baja, dan gelas. Masing-masing alat memiliki fungsi yang berbeda, seperangkat alat pemuaian
digunakan sebagai tempat pipa yang diukur panjangnya yang dilengkapi dengan busur derajat,
sandaran tetap dan sandaran pengarah. Busur derajat digunakan sebagai alat pengukur panjang
pipa dengan perubahan penunujuk sudutnya. Sandaran tetap digunakan sebagai tempat
diletakkannya ujung pipa terbuka sedangkan sadaran pengarah digunakan sebagai tempat ujung
pipa tertutup. Termometer digunakan sebagai alat ukur suhu pada pipa yang digunakan. Selang
karet digunakan untuk mengalirkan uap dari generator dari hasil uap air pada suhu yang sudah
ditentukan ke dalam pipa dengan ujung terbuka. meteran digunakan sebagai alat ukur panjang pipa
yang digunakan dalam percobaan. Cawan petri berfungsi sebagai wadah atau tempat air yang akan
dipanaskan di atas generator uap. Generator uap berfungsi sebagai alat pemanas yang digunakan
untuk menghasilkan uap dalam percobaan untuk dialirkan ke ujung pipa terbuka. pipa digunakan
sebagai baahan yang diuji dalam percobaan.

Pelaksanaan praktikum fisika dasr koefisien muai panjang dilakukan dengan langkah-
langkah dengan perlakuan yang berbeda. Langkah pertama yang dilakukan yaitu alat disusun
seperti pada gambar yang berfungsi agar saat pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan benar.
Sebelum dilakukan pengukuran, alat yang digunakan yaitu berupa sudut derajat dikalibrasi terlebih
dahulu dengan dikalibrasi panjang ke sudut dilakukan pada setup peralatan ini dengan arah jarum
penunjuk pada posisi nol berfungsi agar percobaan yang dilakukan didapatkan hasil yang akurat
dan masuk dalam rentang validasi yang diperlukan. Ujung pipa terbuka diletakkan pada sandaran
tetap yang berfungsi agar uap yang disalurkan masuk dan tidak bergerak selama praktikum
dilaksanakan. Sedangkan ujung pipa tertutup diletakkan pada snadaran pengarah agar saat terjadi
penambahan panjang ujung pipa dapat digeser ke titik yang diinginkan. Pipa kemudian dijepitkan
pada sandaran tetap dan sekrup dikencangkan sehingga bagian lekukan cincin katup terjepit agar
pipa tidak bergeser selama dilakukan percobaan. Ujung pipa terbuka disambungkan pada selang
karet yang terhubung dengan generator uap berfungsi agar uap yang disalurkan tertuju pada ujung
pipa terbuka melalui perantara selang karet. Generator uap diisi dengan air sebanyak ¾ bagian dan
penutup ditutup dengan rapat dengan sekrup agar generator uap dapat menghasilkan uap yang
dapat digunakan dalam pelaksanaan praktikum. Temperature awal yaitu berupa temperature
ruangan dicatat yang digunakan sebagai temperatur temperatur sebelum dilaksanakannya
percobaan. Panjang pipa sebelum dipanaskan diukur dengan meteran dan digunakan sebagai
panjang awal pipa sebelum dilaksanakannya percobaan. Pipa yang sudan berada si separangkat
alat pemuaian dipanaskan dengan generator uap yang dihubungkan dengan stop kontak dan
kemudian terdapat kenaikan suhu. Saat terdapat kenaikan suhu pipa akan bereaksi dengan
perubahan sudut pada busur derajat kemudian dicatat panjang pipa. Setiap kenaikan suhu 5°C
dicatat perubahan panjang pipa sampai tidak terjadi perubahan panjang lagi yang befungsi sebagai
data perubahan panjang pipa. Sudut digunakan sebagai pengukuran panjang pipa karena tidak
dapat dilakukan pengukuran secara langsung. Hal tersebut karena pipa dalam keadaan panas dan
beresiko untuk keselamatan diri.
3.3.2 Analisa Hasil

Setelah dilaksanakannya praktikum maka diperoleh data-data yang didappatkan sebagai


data hasil percobaan. Didapatkan berupa panjang awal pipa, suhu mula-mula sebelum
dilaksanakannya percobaan. Pada percobaan pada kuningan didapatkan nilai koefisien muai
panjang rat-rata sebesar 3,1148 × 10−5 ( / ºK), dengan standar deviasi sebesar 6,3326 × 10−7 (
/ ºK) dan koefisien ralatnya sebesar 2,03% sehingga didapatkan nilai koefisien muai panjang
kuningan sebear (3,1148 ± 0,0633) × 10−5 ( / ºK). pada percobaan yang dilakukan pada baja
didapatkan hasil dengan koefisien muai panjang rata-rata baja sebsar 1,6732 × 10−5 ( / ºK) dengan
standar deviasi sebesar 1,6789 × 10−6 ( / ºK) dan koefisien ralat sebesar 10,03% sehingga
didapatkan nilai koefisen muai panjang baja sebesar (1,6732 ± 0,1679) × 10−5 ( / ºK).
sedangkan pada gelas yang telah dilakukan percobaan didapatkan hasil koefisien muai rata-rata
gelas sebesar 7,3946 × 10−6 ( / ºK) dengan standar deviasi sebesar 7,0755 × 10−7 ( / ºK) dan
koefisien ralatnya sebsar 9,57% sehingga didapatkan nilai koefisien muai panjang dari gelas
sebesar (7,3946 ± 0,7076) × 10−6 ( / ºK). dalam hal ii diketahui bahwa gelas yang memiliki nilai
koefisien muai panjang yang paling besar dibandingkan dengan kuningan dan baja.

Dalam data percobaan didapatkan data dengan hasil sebagai di atas. Akan tetapi, hasil
tersebut tidak sesuai dengan teori yang terdapat pada literatur-literatur. Menurut (Giancoli, 2014)
besar koefisien muai panjang dari kuningan sebesar 19× 10−6 sedangkan pada perhitungan
didapatkan hasil sebesar 3,1 × 10−5 . Sedangkan koefisien muai panjang pada baja dalam literatur
(Giancoli, 2014) didapatkan nilai sebesar 12 × 10−6 sedangkan pada perhitungan didapatkan nilai
sebesar 1,67 × 10−5. Dan koefisien muai pajang gelas pada buku (Giancoli, 2014) didapatkan
nilai sebesar 9 × 10−6 sedangkan pada hasil perhitungan diperoleh sebesar 7,4 × 10−6 . Hal
tersebut dapat trejadi karena kekurang telitian praktikan saat membaca hasil pengukuran atau dapat
juga disebabkan karena kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran sehingga nilai yang
dihasilkan tidak akurat atau tidak sesuai dengan teori yang ada.

Setiap benda padat yang dipanaskan akan megalami pemuaian baik berupa pemuaian
panjang, pemuaian luas, maupun pemuaian volume. Faktor yang mempengaruhi pemuaian benda
yaitu disebabkan karena panjang benda saat awal, suhu yang digunakan untuk bahan yang
dipanaskan, dan jenis benda yang digunakan dalam percobaan. Panjang awal benda mempengaruhi
pemuaian benda karena semakin panjang benda maka semakin besar pula pemuain yang terjadi
pada benda tersebut. Misalnya, pada benda berukuran 4 cm besar pemuaiannya dua kali lipat
dibanding dengan benda dengan panjang 2 cm. Maka apabila benda yang digunakan semakin
panjang, pemuaian yang terjadi pada benda tersebut juga semakin besar. Faktor kedua yaitu suhu
yang digunakan, jika perubahan suhu yang semakin besar maka semakin besar pula pemuaian yang
terjadi pada benda tersebut. Misalnya saja sebuah baja yang awalnya memiliki suhu awal sebesar
20°∁ dipanaskan hingga suhu 60°∁ dengan baja kedua yang suhu awalnya 40°∁ dipanaskan hingga
suhu 100°∁, maka pemuaian yang terjadi lebih besar pada baja yang kedua karena perubahan suhu
pada baja kedua lebih besar dibandingkan dengan aja yang pertama. Sehingga pemuaian yang
terjadi pada baja kedua jauh lebih besar. Faktor ketiga yaitu jenis benda yang digunakan. Hal ini
karena moefisien muai panjang pada masing-masing benda berbeda. Suatu benda dengan
pemuaian lebih besar maka akan mengalami pertambahan panjang yang lebih besar.

Pemuaian banyak terjadi dalam kehidupan-sehari-hari. Hal ini karena konsep pemuaian
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya pada pemasangan kabel listrik yang dibuat
lebih longgar agar saat siang hari atau terdapat kenaikan suhu menyebabkan kabel tersebut memuai
dan dapat menyebabkan kabel terputus. Selain itu, dilakukan pula pada pemasangan rel kereta
dipasang secara longgar, hal gtersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya rel kereta bengkok
pada saat siang hari atau saat terjadi kenaikan suhu.
BAB IV

4.1 Kesimpulan

Setelah dilaksanaknnya praktikum fisika dasar koefisein muai panjang maka dapat
dipahaminya konsep tentang pemuaian berbagai zat oleh pratikan dan dapat ditentukannya
nilai koefisien muai panjang berbagai logam yang digunakan dala praktikum oleh
praktikan.

Pemuaian yaitu perubahan pada benda baik berupa panjang, luas, maupun volume
benda karena terdapat perubahan suhu yang terjadi disekitar benda. Setiap benda padat
memiliki nilai koefisien muai panjang masing-masing sehingga perubahan yang terjadi
pada benda juga berbeda-beda.

4.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya dilaksanakan secara perlahan dan video


praktikum yang terdapat di youtube bisa diperjelas lagi agar praktikan dapat mengerti
tentang tahapan-tahapan dalam praktikum koefisien muai panjang dengan jelas. Selain itu
dalam video dicantumkan apa yang terjadi pada setiap perlakuan dan mungkin bisa
diperjelas kembali sesuai dengan diktat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajudin. 2016. Fisika Dasar I. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Banawi, A. 2013. FISIKA DASAR I. CV.21COM. Makassar.

Giancoli, D. C. 2014. Physics Principle with Application. Pearson Education, Inc. United States.
LAMPIRAN

1. Dasar Teori

Douglas C. Giancoli, 2014

Mikrajudin Abdullah, 2016


Anasufi Banawi, 2013

2. Data Hasil Perhitungan

3. Tugas Pendahuluan
4. Prestest
5. Screenshot Video

Anda mungkin juga menyukai