Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Diajukan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan Studi Mata Kuliah Fisika Dasar
Program Studi Teknik Mesin S1
Fakultas Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang
Dosen Pengampu : Tedi Heryanto

Disusun oleh:

STEFHANT HARIYANTO NPM 1910631150204

LABORATORIUM MENGGAMBAR MESIN PROGRAM


STUDI TEKNIK MESIN S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaraqatu


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan Laporan Praktikum Fisika sebagai tugas akhir dari mata
kuliah Fisika Dasar dengan judul “Laporan Akhir Praktikum Fisika”. dalam kesempatan ini
penulis juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Tedi Heryanto selaku Dosen Fisika Dasar Jurusan Teknik Mesin S1 Universitas
Singaperbangsa Karawang yang memudahkan segala penyusunan laporan Akhir Praktikum
Fisika

2. Serta pihak-pihak lain yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal kepada semuanya, akhir kata, dalam rangka
perbaikan selanjutnya, penyusun akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak
karena penyusun menyadari laporan yang telah disusun ini memiliki banyak sekali kekurangan.

Bekasi, 6 Juni 2020

Penyusun
Daftar Isi

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR..............................................................1


Kata Pengantar...........................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
KONSTANTA PEGAS..............................................................................................................4
1.1 PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1.2 TUJUAN......................................................................................................................4
1.3 TEORI DASAR...........................................................................................................4
1.4 ALAT DAN BAHAN..................................................................................................5
1.5 PERCOBAAN.............................................................................................................5
LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN......................................................................6
TEKANAN HIDROSTATIKA..................................................................................................8
4.1 PENDAHULUAN.......................................................................................................8
4.2 TUJUAN......................................................................................................................8
4.3 TEORI DASAR...........................................................................................................8
4.4 ALAT DAN BAHAN..............................................................................................12
4.5 PERCOBAAN...........................................................................................................12
LEMBAR PENGAMATAN TEKANAN............................................................................14
VISKOSITAS.........................................................................................................................15
7.1 PENDAHULUAN.....................................................................................................15
7.2 TUJUAN....................................................................................................................15
7.3 TEORI DASAR.......................................................................................................15
7.4 ALAT DAN BAHAN..............................................................................................18
7.5 PERCOBAAN...........................................................................................................18
LEMBAR PENGAMATAN..............................................................................................19

3
MODUL 1
KONSTANTA PEGAS (KODE PERCOBAAN P-1)
1.1 PENDAHULUAN
Semua benda, baik yang berwujud padat, cair, ataupun gas akan mengalami perubahan
bentuk dan ukurannya apabila benda tersebut diberi suatu gaya. Benda padat yang keras
sekalipun jika dipengaruhi oleh gaya yang cukup besar akan berubah bentuknya. Ada
beberapa benda yang akan kembali ke bentuk semula setelah gaya dihilangkan, tetapi ada
juga yang berubah menjadi bentuk yang baru. Hal itu berkaitan dengan sifat elastisitas
benda.

1.2 TUJUAN
Setelah melakukan praktikum tentang pengukuran, praktikan diharapkan dapat:
1. Memahami konsep hukum elastisitas hooke pada pegas spiral.
2. Menentukan besarnya konstanta pegas (k) dengan metode perubahan panjang

1.3 TEORI DASAR


Bila sebuah benda diregangakan oleh gaya, maka panjang benda akan bertambah.
Panjang atau pendeknya pertambahan panjang benda tergantung pada elastisitas bahan
dari benda tersebut dan juga gaya yang diberikannya. Apabila benda masih berada dalam
keadaan elastis (batas elastisitasnya belm dilampaui), beradasarkan hukum Hooke
pertambahan panjang (Δx) sebanding dengan besar gaya F yang meregangkan benda.
Asas ini berlaku juga bagi pegas heliks, selama batas elastisitas pegas tidak terlampaui.
Jika gaya yang bekerja pada sebuah pegas dihilangkan, pegas tersebut akan kembali pada
keadaan semula. Robert Hooke, ilmuwan berkebangsaan Inggris menyimpulkan bahwa
sifat elastis pegas tersebut ada batasnya dan besar gaya pegas sebanding dengan
pertambahan panjang pegas. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa besar
gaya pegas pemulih sebanding dengan pertambahan panjang pegas. Secara matematis,
dapat dituliskan sebagai:
F = -k Δx
Dengan k = tetapan pegas (N / m), tanda (-) diberikan karena arah gaya pemulih pada
pegas berlawanan dengan arah gerak pegas tersebut.

Konstanta gaya pegas adalah suatu karakter dari suatu pegas yang menunjukkan

4
perbandingan besarnya gaya terhadap perbedaan panjang yang disebabkan oleh adanya
pemberian gaya tersebut. Satuan konstanta gaya pegas adalah N/m, dimensi konstanta
pegas : [M][T ]-2.

a.4 ALAT DAN BAHAN


a. Pegas 3 KN
b. Pegas 5 KN
c. Set beban
d. Stop watch
e. Statif
f. Beban

1.5 PERCOBAAN
Langkah Kerja Percobaan 1 :
1. Menyusun alat–alat seperti gambar.
2. Mengukur panjang pegas catat hasilnya pada table
3. Menggantungkan beban massa 25 gram pada pegas
4. Mengukur panjang pegas setelah diberi beban
5. Mengulangi langkah 3, dan 4 untuk beban yang berbeda.

Langkah Kerja Percobaan 2 :


1. Seperti lagkah percobaan 1, langkah 1, 2, 3, dan 4
2. Menyimpangkan beban kebawah 2 cm lalu lepaskan
3. Mengukur waktu dalam 5 kali osilasi dengan stopwatch catat hasilnya pada tabel
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 dengan beban berbeda yang sesuai percobaan 1.

5
1.6 LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN
KONSTANTA PEGAS (P-1)

Nama : Stefhant Hariyanto


NPM : 1910631150204

Data Pengamatan

1. Pengukuran 1

No Massa Panjang Perpanjangan Nilai konsanta


Beban (Kg) pegas (m) pegas (m) pegas (N/m)
1 4 x 10-2 9 x 10-2 3 x 10-2 13.33 N/m

2 5 x 10-2 9 x 10-2 3.4 x 10-2 14.7 N/m

3 6 x 10-2 9 x 10-2 4 x 10-2 15 N/m

4 7 x 10-2 9 x 10-2 4.6 x 10-2 15.21 N/m

5 8 x 10-2 9 x 10-2 5.1 x 10-2 15.68 N/m

6 9,5 x 10-2 9 x 10-2 5.9 x 10-2 16.1 N/m

2. Pengukuran 2

No Massa Panjang pegas Perpanjangan Nilai konsanta


Beban (Kg) (m) pegas (m) pegas (N/m)
1 4 x 10-2 11 x 10-2 3.1 x 10-2 12.9 N/m
2 5 x 10-2 11 x 10-2 3.5 x 10-2 14.28 N/m
3 6 x 10-2 11 x 10-2 3.9 x 10-2 15.38 N/m
4 7 x 10-2 11 x 10-2 4.4 x 10-2 15.9 N/m
5 8 x 10-2 11 x 10-2 4.9 x 10-2 16.32 N/m
6 9,5 x 10-2 11 x 10-2 5.6 x 10-2 16.96 /m

6
1.7 Perhitungan
Percobaan 1
F 4 x 10 -1
1. K1 = = = 13.33 N/m
∆x 3.1 x 10 -2

F 5 x 10
2. K2 = = -1 = 14.7 N/m
∆x 3.4 x 10
-2

F 6 x 10
3. K3 = = -1 = 15 N/m
∆x 4 x 10
-2

F 7 x 10
4. K4 = = -1 = 15.21 N/m
∆x 4.6 x 10 -2

F 8 x 10
5. K5 = = -1 = 15.68 N/m
∆x 5.1 x 10
-2

F 9,5 x 10 -1
6. K6 = = = 16.96 N/m
∆x 3 x 10
-2

Percobaan 2

F 4 x 10 -1
1. K1 = = = 12.9 N/m
∆x 3.1 x 10 -2

F 5 x 10 -1
2. K2 = = = 14.28 N/m
∆x 3.5 x 10
-2

F 6 x 10 -1
3. K3 = = = 15.38 N/m
∆x 3.9 x 10
-2

F 7 x 10
4. K4 = = -1 = 15.9 N/m
∆x 4.4 x 10
-2

F 8 x 10
5. K5 = = -1 = 16.32 N/m
∆x 4.9 x 10
-2

F 9,5 x 10 -1
6. K6 = = = 16.96 N/m
∆x 5.6 x 10
-2

1.8 Kesimpulan
Jadi, kesimpulan yang di dapat dari hasil praktikum mengenai “Konstanta Pegas”
yaitu:

7
Didefinisikan sebagai rasio dari gaya yang bekerja pada pegas terhadap perubahan
panjang pegas yang dihasilkan. Hubungan tersebut dapat dideskripsikan
menggunakan hukum Hooke Pertambahan panjang pegas sebanding dengan besarnya
gaya tarik. Jadi semakin besar gaya tarik beban nya semakin panjang elastisitas dari
pegas nya

8
MODUL 2
TEKANAN HIDROSTATIKA (KODE PERCOBAAN P-4)

2.1 PENDAHULUAN
Fluida merupakan istilah untuk zat alir. Zat alir dibatasi pada zat mengalirkan seluruh
bagian-bagiannya ke tempat lain dalam waktu yang bersamaan. Zat alir mencakup zat
yang dalam wujud cair dan gas. Fluida statik meninjau fluida yang tidak bergerak.
Misalnya air di gelas, air di kolam renang, air dalam kolam, air danau, dan
sebagainya. Penggolongan fluida menurut sifat-sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Fluida ideal dan
2. Fluida sejati.
Fluida ideal adalah fluida yang memiliki ciri-ciri Fluida yang tidak kompresibel
(volumenya tidak berubah karena perubahan tekanan) dan Berpindah tanpa
mengalami gesekan. Fluida sejati adalah fluida yang memiliki ciri-ciri Kompresibel
dan Berpindah dengan mengalami gesekan. Sedangkan gaya-gaya yang bekerja pada
fluida ada tiga macam yaitu:
1. Kohesi, yaitu gaya tarik-menarik antara partikel-partikel yang sejenis,
2. Adhesi, yaitu gaya tarik-menarik antara partikel-partikel yang tidak sejenis
3. Tegangan permukaan yaitu gaya pada permukaan fluida, anggaplah bahwa setetes
air seolah-olah ada pembungkus.

2.2 TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa memahami cara menentukan
besar tekanan hidrostatis pada kedalaman tertentu pada zat cair dan mengetahui
hubungan antara jarak pancuran air dan tekanan hidrolisis.

2.3 TEORI DASAR


Tekanan Hidrostatik.
Sebuah gaya yang bekerja pada sebuah permukaan fluida akan selalu tegak lurus pada
permukaan tersebut. Karena fluida yang diam tidak dapat menahan komponen gaya
yang sejajar dengan permukaannya. Kom- ponen gaya yang sejajar dengan permukaan

9
fluida akan menyebabkan fluida tadi bergerak mengalir. Karena itu kita dapat
mendefinisikan suatu besaran yang terkait dengan gaya normal permukaan dan
elemen luasan permukaan suatu fluida. Kita tinjau suatu fluida, dan kita ambil suatu
bagian volume dari fluida itu dengan bentuk sembarang, dan kita beri nama S. Secara
umum akan terdapat gaya dari luar S pada permukaannya oleh materi di luar S. Sesuai
prinsip hukum Newton ketiga, mestinya akan ada gaya dari S yang, sesuai
pembahasan di atas, mengarah tegak lurus pada permukaan S. Gaya tadi diasumsikan
sebanding dengan elemen luas permukaan dS~ , dan konstanta kesebandingannya
didefinisikan sebagai tekanan
F = P dS

Jadi arah F~ adalah tegak lurus permukaan, searah dengan arah dS~ , dan tekanan
p adalah besaran scalar. Satuan SI dari tekanan adalah pascal (Pa), dan 1 Pa = 1
N/m2 . Tekanan adalah gaya per satuan luas yang bekerja dalam arah tegak lurus
suatu permukaan. Tekanan disimbolkan dengan : P

P = F
A

Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang disebabkan oleh berat zat cair. Tiap titik di
dalam fluida tidak memiliki tekanan yang sama besar, tetapi berbeda-beda sesuai
dengan ketinggian titik tersebut dari suatu titik acuan. Dalam suatu fluida yang diam,
setiap bagian dari fluida itu berada dalam keadaan kesetimbangan mekanis. Kita tinjau
sebuah elemen berbentuk cakram pada suatu fluida yang berjarak y dari dasar fluida,
dengan ketebalan cakram dy dan luasnya A
Total gaya pada elemen cakram tadi harus sama dengan nol. Untuk arah horizontal
gaya yang bekerja hanyalah gaya tekanan dari luar elemen cakram, yang karena
simetri haruslah sama. Untuk arah vertikal, selain gaya tekanan yang bekerja pada
permukaan bagian atas dan bagian bawah, juga terdapat gaya berat, Sehingga:

pA-(p+dp)A-dw = 0

dengan dw = ρgAdy adalah elemen gaya berat. Kita dapatkan

dP = -pg
dy
10
Persamaan ini memberikan informasi bagaimana tekanan dalam fluida berubah
dengan ketinggian sebagai akibat adanya gravitasi. Tinjau kasus khusus bila
fluidanya adalah cairan. Untuk cairan, pada rentang suhu dan tekanan yang cukup
besar, massa jenis cairan ρ dapat dianggap tetap. Untuk kedalaman cairan yang
tidak terlalu besar kita dapat asumsikan bahwa percepatan gravitasi g konstan. Maka
untuk sembarang dua posisi ketinggian y1 dan y2 , kita dapat mengintegrasikan
persamaan di atas

Atau

P2 - P1 = - ρg (y2-y1)

Bila kita pilih titik y2 adalah permukaan atas cairan, maka tekanan yang beraksi

di permukaan itu adalah tekanan udara atmosfer, sehingga:

P = P0 + ρgh

dengan h = (y2 − y1 ) adalah kedalaman cairan diukur dari permukaan atas. Untuk
kedalaman yang sama tekanannya sama. Untuk konversi satuan tekanan adalah :1

atm = 76 cm Hg dan 1 atm = 105 N/m2 = 106 dyne/cm2. Untuk bidang miring
dalam mencari h maka dicari lebih dahulu titik tengahnya (disebut : titik massa).
Tiap titik yang memiliki kedalaman sama diukur dari permukaan zat cair akan
memiliki tekanan hidrostatik sama

11
Gambar : Pada kedalaman yang sama tekanan hidrostatis bernilai sama
asal zat cair sejenis p1 = p2 = p3

Sebuah bak penampungan air sebagi tower dengan kran air yang dapat
memancarkan air melalui sebuah lubang baik di dasar maupun di ketinggian
tertentu dapat di selesaikan kecepatan pancaran air dari lubang

v 1

Kecepatan air di permukaan (v1) sama dengan nol karena diam tidak
mengalir. p1 = p2 = tekanan udara luar. Selisih ketinggian air di permukaan
(h1) dengan air di dasar (h2) = h. Persamaan Bernoulli sebagai berikut.

12
Persamaan ini tidak lain adalah rumus gerak jatuh bebas. Sedangkan jarak
jatuhnya fluida diukur dari titik proyeksi lubang air dihitung menggunakan
persamaan gerak lurus beraturan.

X = v2 . t

sedangkan waktu jatuh fluida

h = ½ g t2

2.4 ALAT DAN BAHAN


a. Pengaris
b. Botol air mineral
c. Selotip hitam
d. Air biasa
e. Paku

2.5 PERCOBAAN
Percobaan 1: Menentukan Tekanan Air
a. Mengisi botol 2 dengan air hingga penuh.
b. Menghitung tinggi air.
c. Melepas selotip yang ada pada botol air mineral secara berurutan dari kiri ke
kanan.
d. Mengamati dan mencatat hasil pengamatan pada jarak pancaran air.
e. Hitung tekanan pada masing-masing lubang pada percobaan 1 Diketahui : P = ρ g
h.
ρ air : 1000 kg/m³

Percobaan 2 : Menentukan Jarak

a. Mengisi botol 1 dengan air hingga penuh.


b. Menghitung tinggi air.
c. Melepas selotip yang ada pada botol 1 secara berurutan dari atas ke bawah
d. Mengamati dan mencatat hasil pengamatan pada jarak pancaran air

13
14
2.6 LEMBAR PENGAMATAN TEKANAN HIDROSTATISTIKA (P4)

Nama : Stefhant Hariyanto

NPM : 1910631150204

Percobaan 1

NO KEDALAMAN (h) JARAK (s) Tekanan (P)


1. 0.05 m 0.08 m 500 N/m
2. 0.05 m 0.08 m 500 N/m
3. 0.05 m 0.08 m 500 N/m
4. 0.05 m 0.08 m 500 N/m

Percobaan 2

NO KEDALAMAN (h) JARAK (s)


1. 0.3 m 0.25m
2. 0. 25 m 0.3 m
3. 0.2 m 0.35 m
4. 1.15 m 0.38 m

15
2.7 Perhitungan
Tekanan (P) = p.g.h dan p Air = 1000kg /m3
Percobaan 1 :
1. h = 0,05m
s = 0,08m
P = p.g.h = 1000. (10).0,05
= 500 N /m 2
2. h = 0,05m
s = 0,08m
P = p.g.h = 1000. (10).0,05
= 500 N /m2
3. h = 0,05m
s = 0,08m
P = p.g.h = 1000. (10).0,05
= 500 N /m 2
4. h = 0,05m
s = 0,08m
P = p.g.h = 1000. (10).0,05
= 500 N /m2

Percobaan 2 :
1. h = 0,3m
s = 0,25m
P = p.g.h = 1000. (10).0,3
= 3000N/m
2. h = 0.25m
s = 0.3m
P = p.g.h = 1000. (10).0,25
= 2500N/m
3. h = 0.2m
s = 0.3m
P = p.g.h = 1000. (10).0,2
= 2000N/m

16
4. h = 0.15m
s = 0.3m
P = p.g.h = 1000. (10).0,15
= 1500N/m

2.8 Kesimpulan
Pada praktikum ini, diketahui dari data yang tertera pada sub bab 2.6 dan perhitungan di
sub bab 2.7 bahwa untuk menghitung atau menentukan tekanan fluida diperlukan massa
jenis air tersebut, gravitasi, dan ketinggian. Ketinggian yang dimaksud adalah
ketinggian air dari bagian atas air ke posisi lubang yang digunakan untuk memancarkan
air keluar. Dan gravitasi yang digunakan adalah 10 m/s2
Pada percobaan pertama, saya melubangi botol dengan posisi yang sama (sejajar) secara
horizontal sebanyak 4 buah lubang. Dengan ketinggian 0,05 meter, massa jenis air
1000 Kg/m³, dan gravitasi 10m/s2. Maka, ditemukanlah tekanan nya dengan mengalikan
semua yang diketahui dan hasilnya adalah 500 N/m². ke-4 lubang tekanan nya sama
dikarenakan posisi lubang sama.

Pada percobaan kedua, saya melubangi botol dengan posisi yang sama (sejajar
vertikal) sebanyak 4 lubang. Dengan ketinggian yang berbeda-beda yaitu ; 0.3 m; 0.25
m; 0.2 m; dan 0.15 m. ketinggian mempengaruhi tekanan hidrostatis. Semakin tinggi
posisi lubang, maka semakin besar tekanan hidrostatisnya. Dengan massa jenis air
1000 Kg/m³, gravitasi 10m/s dan ketinggian lubang tersebut dihasilkan tekanan yaitu ;
3000N/m; 2500N/m; 2000N/m dan 1500N/m

17
MODUL 3
VISKOSITAS (KODE PERCOBAAN P-7)
3.1 PENDAHULUAN
Fluida merupakan istilah untuk zat alir. Zat alir dibatasi pada zat mengalirkan seluruh
bagian-bagiannya ke tempat lain dalam waktu yang bersamaan. Zat alir mencakup zat
yang dalam wujud cair dan gas. Fluida statik meninjau fluida yang tidak bergerak.
Misalnya air di gelas, air di kolam renang, air dalam kolam, air danau, dan sebagainya.
Penggolongan fluida menurut sifat-sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Fluida
ideal dan 2. Fluida sejati. Fluida ideal adalah fluida yang memiliki ciri-ciri Fluida yang
tidak kompresibel (volumenya tidak berubah karena perubahan tekanan) dan Berpindah
tanpa mengalami gesekan. Fluida sejati adalah fluida yang memiliki ciri-ciri
Kompresibel dan Berpindah dengan mengalami gesekan. Sedangkan gaya-gaya yang
bekerja pada fluida ada tiga macam yaitu: 1). Kohesi, yaitu : gaya tarik-menarik antara
partikel-partikel yang sejenis; 2). Adhesi, yaitu : gaya tarik-menarik antara partikel-
partikel yang tidak sejenis dan 3). tegangan permukaan , yaitu gaya pada permukaan
fluida, anggaplah bahwa setetes air seolah-olah ada pembungkus.

3.2 TUJUAN
a. Memahami perilaku fluida.
b. Menyelidiki pengaruh temperatur terhadap viskositas larutan.
c. Mengetahui konsep viskositas cairan
d. Menentukan koefisien kekentalan (viskositas) fluida kental.faktor-faktor yang
mempengaruhi tegangan permukaan cairan.

3.3 TEORI DASAR


Viskositas adalah ukuran tahanan (resistensi) dari suatu cairan untuk mengalir.
Rheologi berasal dari bahasa Yunani yaitu rheo dan logos. Rheo berarti mengalir, dan
logos berarti ilmu. Sehingga rheologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aliran zat
cair

dan deformasi zat padat. Rheologi erat kaitannya dengan viskositas. Viskositas
merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi
viskositas, semakin besar tahanannya untuk mengalir. Viskositas dinyatakan dalam
simbol η.

18
Pada zat cair, jarak antarmolekul jauh lebih kecil dibanding padagas, sehingga kohesi
molekuler di situ kuat sekali. Peningkatan temperatur mengurangi kohesi molekuler,
dan ini diwujudkan berupa berkurangnya viskositas fluida.Oleh karena itu, pada zat
cair dapatlah ditentukan angkakekentalannya dengan menggunakan viskositas benda
yang dijatuhkan padafluida. Misalnya dengan menjatuhkan kelereng. Pada dasarnya
penentuan angka kekentalan atau koefisien viskositas (ŋ) dengan menggunakan rumus
Stokes sangatlah sederhana. Hanya saja untuk itu secara teknis diperlukan kelereng
dari bahan yang amatringan, misalnya dari aluminium, serta berukuran kecil, misalnya
dengan jari- jari sekitar 1cm saja.
Menurut system newton, Viskositas mula-mula diselidiki oleh Newton, yaitu dengan
mensimulasikan zat cair dalam bentuk tumpukan kartu. zat cair diasumsikan terdiri
dari lapisan-lapisan molekul yang sejajar satu sama lain. Lapisan terbawah tetap
diam, sedangkan lapisan di atasnya bergerak dengan kecepatan konstan, sehingga
setiap lapisan akan bergerak dengan kecepatan yang berbanding langsung dengan
jaraknya terhadap lapisan terbawah yang tetap. Perbedaan kecepatan (dv) antara dua
lapisan yang dipisahkan dengan jarak (dx) adalah (dv/dx) atau kecepatan geser (rate
of share). Sedangkan gaya satuan luas yang dibutuhkan untuk mengalirkan zat cairan
tersebut adalah (F’/A) atau Shearing stress.
F'/A=η dv/dx atau η=(F'⁄A)/(dv⁄dx).

Viskositas (η) merupakan perbandingan antara Shearing stress (F’/A) dan Rate of
shear (dv/dx). Satuan viskosit adalah poise atau dyne detik cm -2.
Bila sebuah benda digerakkan pada permukaan zat padat yang kasar maka akan
mengalami gaya gesekan. Analog dengan hal itu, maka sebuah benda yang bergerak
dalam zat cair yang kental akan mengalami gaya gesekan yang disebabkan oleh
kekentalan zat cair tersebut. Dalam hal ini gaya gesekan pada benda yang bergerak
dalam zat cair kental dapat kita ketahui melalui besar kecepatan benda. Menurut
hukum Stokes, gaya gesekan yang dialami oleh sebuah bola pejal yang bergerak
dalam zat cair yang kental adalah :

Dimana :

19
Pada dasarnya penentuan  dengan menggunakan rumus Stokes sangatlah
sederhana. Hanya saja untuk itu secara teknis diperlukan kelereng dari bahan yang
amat ringan, misalnya dari aluminium, serta berukuran kecil, misalnya dengan jari-
jari sekitar 1 cm saja. Sewaktu kelereng dijatuhkan ke dalam bejana kaca yang berisi
cairan yang hendak ditentukan koefisien viskositasnya, oleh gaya beratnya, kelereng
akan semakin cepat jatuhnya. Tetapi sesuai dengan rumus Stokes, makin cepat
gerakannya, makin besar gaya gesekannya sehingga akhirnya gaya berat itu tepat
seimbang dengan gaya gesekan dan jatuhnya kelereng pun dengan kecepatan tetap
sebesar v sehingga berlaku persamaan:

Akan tetapi sebenarnya pada kelereng juga bekerja gaya ke atas Archimedes sebesar
berat cairan yang dipindahkan, yaitu sebesar:

dengan V adalah volum kelereng dan c adalah massa jenis


cairan. Dengan menuliskan:

dengan b adalah massa jenis bahan pembuat kelereng, persamaan tersebut dapat
ditulis menjadi:

20
disebut persamaan viskositas fluida. Sedangkan persamaan kecepatannya adalah
sebagai berikut.

dimana rumus ini disebut kecepatan terminal atau kecepatan jatuh. Jadi dengan
mengukur jari-jari kelereng r, kecepatan jatuh v sewaktu kecepatan itu tetap, dan
diketahuinya b , c, dan g, dapatlah dihitung koefisien viskositas cairan  di
dalam bejana itu, atau sebaliknya dapat dihitung kecepatan jatuhnya

3.4 ALAT DAN BAHAN


a. Tabung kaca
b. Bola Besi
c. Pinset
d. Stopwatch

3.5 PERCOBAAN
1. Menimbang massa masing-masing bola.
2. Menandai bagian atas dan tabung bagian bawah tabung viskometer bola jatuh dan
mengukur jaraknya.
3. Memasukkan bola dengan pinset kedalam tabung, mencatat waktu bola jatuh,
mengulangi hingga sepuluh kali.
4. Mengulangi untuk cairan berbeda

21
3.6 LEMBAR PENGAMATAN
VISKOSITAS (P-7)

Nama : Stefhant Hariyanto

NPM : 1901631150204

Percobaan 1:

Nama cairan : Minyak

Massa Bola : 0.05 kg

Jarak Tempu : 0.1 m

Percobaan Ke.. Waktu Tempuh (s)


1. 0.8
2. 0.7
3. 0.7
4. 0.6
5. 0.7
6. 0.8
7. 0.8
8. 0.6
9. 0.8
10. 0.8
Rata-rata 0.73

Percobaan 2:

Nama cairan : Air

Massa Bola : 0.05 kg

Jarak Tempu : 0.1 m

22
Percobaan Ke.. Waktu Tempuh (s)
1. 0.4
2. 0.4
3. 0.5
4. 0.4
5. 0.3
6. 0.4
7. 0.5
8. 0.4
9. 0.4
10. 0.4
Rata-rata 0.41

3.7 Perhitungan
Percobaan 1

Nama cairan : minyak

Massa Bola : 0.05 kg

Jarak Tempuh : 0.1 m

r Bola : 2.2 cm

p Bola : 2.5 gr/cm3

pMinyak : 0,8 gr/cm3

s 0.1
1. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 146,27N/m
9 0.125

s 0.1
2. V = = = 0.142m/s
t 0.7

23
2 2,5−0,8
= 9 (2,2)2 . 10. ( 0.142 ) = 128,75N/m

s 0.1
3. V = = = 0.142m/s
t 0.7

2
= 9 (2,2)2 . 10. ( 2,5−0,8
0.142 ) = 128,75N/m

s 0.1
4. V = = = 0.16m/s
t 0.6

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 114,27N/m
9 0.16

s 0.1
5. V = = = 0.142 m/s
t 0.7

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 128,75N/m
9 0.142

s 0.1
6. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 146,27N/m
9 0.125

24
s 0.1
7. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2
=
9
( 2
2,2) . 10. ( 2,5−0,8
0.125
) = 146,27N/m

s 0.1
8. V = = = 0.125m/s
t 0.6

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 114,27N/m
9 0.16

s 0.1
9. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 146,27N/m
9 0.125

s 0.1
10. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2 2,5−0,8
=
9
(2,2)2 . 10. (
0.125
) = 146,27N/m

Percobaan 2

Nama cairan : Air

Massa Bola : 0.05 kg

Jarak Tempuh : 0.1 m

25
r Bola : 2.2 cm

p Bola : 2.5 gr/cm3

pAir : 0,10 gr/cm3

s 0.1
1. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2 2,5−10
= (2,2)2 . 10. ( ) = 146,27N/m
9 0.125

s 0.1
2. V = = = 0.142m/s
t 0.7

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 128,75N/m
9 0.142

s 0.1
3. V = = = 0.142m/s
t 0.7

2
= 9 (2,2)2 . 10. ( 2,5−0,8
0.142 ) = 128,75N/m

s 0.1
4. V = = = 0.16m/s
t 0.6

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 114,27N/m
9 0.16

s 0.1
5. V = = = 0.142 m/s
t 0.7

26
2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 128,75N/m
9 0.142

s 0.1
6. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 146,27N/m
9 0.125

s 0.1
7. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2
=
9
(2,2)2 . 10. ( 2,5−0,8
0.125
) = 146,27N/m

s 0.1
8. V = = = 0.125m/s
t 0.6

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 114,27N/m
9 0.16

s 0.1
9. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2 2,5−0,8
= (2,2)2 . 10. ( ) = 146,27N/m
9 0.125

27
s 0.1
10. V = = = 0.125m/s
t 0.8

2 2,5−0,8
=
9
(2,2)2 . 10. (
0.125
) = 146,27N/m

28
3.8 Pembahasan
Pada percobaan pertama, untuk menentukan koefisien viskositas fluida kita harus mencari
kecepatan benda jatuh nya terlebih dahulu. Lalu, selanjutnya kita menghitung massa jenis
bola (2,5 gr/ cm³) dikurangi massa jenis minyak lalu dibagi dengan kecepatan yang sudah
kita hitung sebelumnya. Yang kemudian mengalikannya dengan 2/9 dikali jari-jari bola
besi, dikali gravitasi nya 10. Hasilnya, kita akan menemukan keoefisien viskositas nya.
Sama halnya pada percobaan kedua, hanya saja yang membedakannya yaitu massa jenis
nya. Jika massa jenis minyak goreng adalah 0,8 gr/ cm³ maka massa jenis air adalah 1 gr/
cm³.
Dari kedua percobaan yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa massa jenis zat cair
berpengaruh terhadap kecepatan benda jatuh yang nantinya akan berpengaruh terhadap
koefisien viskositas fluida nya. Minyak goreng memiliki kekentalan yang lebih daripada
air biasa, itulah mengapa benda jatuh di didalam minyak goreng lebih lambat daripada
benda jatuh didalam air biasa. Dan, hasilnya adalah koefisien viskositas minyak lebih
besar daripada air.

29

Anda mungkin juga menyukai