OLEH :
Disusun oleh:
TIM FISIKA DASAR
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
JANUARI 2022
DAFTAR ISI
II. TUJUAN
01. Dengan cara menentukan cepat rambat gelombang transversal pada tali, mahasiswa
belajar secara nyata untuk mengetahui dan menentukan yang mana rapat massa tali
dan besaran apa yang mewakili gaya tegang tali.
02. Dengan cara menentukan frekuensi gelombang transversal pada tali, mahasiswa tahu
persis yang disebut satu gelombang pada gejala gelombang tegak.
03. Mahasiswa mampu menerapkan metode grafik yang menyatakan hubungan antara
gaya tegang tali dengan kuadrat panjang gelombangnya.
04. Menurunkan persamaan matematis/rumus empirik yang sesuai dengan grafik yang
dibuat (butir 03) tersebut.
05. Menentukan frekuensi sumber getar berdasarkan grafik.
III. PRINSIP
A. Dasar Teori
1. Pelajari materi cepat rambat gelombang transversal pada tali.
2. Pelajari materi gelombang stasioner.
B. Prinsip Percobaan
1. Cepat Rambat Gelombang Transversal pada Tali
Cepat rambat gelombang berdiri dari suatu kawat/tali yang digetarkan adalah:
1. Gelombang Stasioner
Digetarkan diikat
Perut simpul perut simpul perut
Jika salah satu ujung tali digetarkan dengan frekuensi tertentu, misalnya f Hz, maka panjang
gelombang () adalah:
v
λ=
f
Penjalaran gelombang tersebut setelah mengenai ujung yang terikat akan dipantulkan
kembali. Gelombang pantulan ini mempunyai arah rambatan yang berlawanan, sedangkan
frekuensi dan panjang gelombang tetap sama.
P-02: Jelaskan mengapa gelombang pantulan tersebut mempunyai frekuensi dan panjang
P-03: Adakah perbedaan antara gelombang yang dipantulkan dengan gelombang datang.
Jelaskan.
Jika telah tercapai keadaan yang stasioner dan panjang tali tertentu, maka setiap bagian kawat
mempunyai simpangan tertentu, antara nol (simpul) sampai dengan simpangan maksimum
(perut).
P-05: Bagaimana keadaan gelombang yang terjadi jika ujung tali tidak terikat. Jelaskan.
V PS
AC
b. Aturlah arus listrik power supply yang digunakan, sehingga penunjuk amperemeter sebesar
0,5 A.
C. Bahan Pustaka
Kamajaya, Linggih, S., 1985. Penuntun Pelajaran Fisika Semester 3 dan 4, Bandung: Ganeqa
Exact.
Alonso, M., and Finn, E.J., 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas, Jilid 2, Jakarta: Erlangga.
Hal yang perlu diperhatikan tentang alat digunakan adalah sebagai berikut.
1. Set percobaan melde dilengkapi dengan alat penggetar yang berupa lilitan. Dengan
demikian lilitan tersebut mempunyai keterbatasan arus. Jika arus terlalu rendah tidak
bergetar, tetapi kalau terlalu tinggi bisa terbakar. Dengan demikian disarankan arus yang
mengalir sekitar 0,5 ampere. Disamping itu dekat dan jauhnya pelat penggetar juga perlu
diset terlebih dahulu.
2. Beban yang digunakan jangat terlalu ringan tetapi juga jangan terlalu berat. Usahakan ada
penelitian awal yang menentukan interval berat beban.
bergetar.
TP-03: Ukurlah panjang tali yang terisi oleh n x ½ gelombang. Catat pula banyaknya n
tersebut.
TP-04: Ulangi kegiatan di atas untuk beban-beban lain yang berbeda massanya.
TL-05:Buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara gaya tegangan tali dengan kuadrat
panjang gelombangnya.
TL-06:Tuliskan suatu persamaan matematis yang sesuai dengan grafik yang telah dibuat pada
butir 5.
TL-07:Jika koefisien arah garis grafik itu adalah 1/µf 2 hitunglah frekuensi sumber penggetar
Nama/NIM/Program : 1. / /
2. / /
3. / /
Kelompok :
Jurusan/Kls/Off : / /
Hari/Tgl. Percobaan : /
==========================================================
A. Tali I
(.....................................................)
MODUL 2
SONOMETER
I. LATAR BELAKANG
Salah satu materi fisika yang sangat sulit difisualisasikan adalah pada materi
gelombang. Pada materi ini hanya bisa divisualisasikan gejalanya saja. Sebuah gelombang,
yang merambat adalah energinya. Padahal energi tidak dapat dilihat hanya bisa dirasakan saja.
Pada percobaan ini berusaha semaksimal mungkin untuk mempelajari gejala-gejala
gelombang tersebut. Mahasiswa akan ditunjukkan secara nyata bentuk dari gelomang datar,
bentuk satu gelombang dari gelombang tegak.
Sedangkan untuk menentukan cepat rambat gelombang, dipakai formulasi gaya tegang
tali/kawat dan rapat massa tali/kawat.
Mengingat penggetarnya adalah frekuensi listrik rumah tangga yang disalurkan lewat
power supley, maka jika frekuensi rumah tangga berubah-ubah mengakibatkan hasil
percobaan tidak bagus.
II. TUJUAN
01. Dengan cara menentukan cepat rambat gelombang transversal pada kawat, mahasiswa
belajar secara nyata untuk mengetahui dan menentukan yang mana rapat massa kawat
dan besaran apa yang mewakili gaya tegang kawat.
02. Dengan cara menentukan frekuensi gelombang transversal pada kawat, mahasiswa
tahu persis yang disebut setengah gelombang pada gejala gelombang tegak.
03. Mahasiswa mampu menerapkan metode grafik yang menyatakan hubungan antara
gaya tegang kawat dengan panjang kawat yang bergetar (4L ).
04. Menentukan frekuensi sumber getar berdasarkan grafik tersebut butir 3 di atas.
05. Disamping itu mahasiswa juga mengetahui secara nyata bahwa untuk membuat
setengah gelombang diperlukan arus bolak-balik dan magnet U sebagai pembentuk
medan magnet homogen.
III. PRINSIP
A. Dasar Teori
1. Pelajari materi cepat rambat gelombang transversal pada kawat.
2. Pelajari materi gelombang stasioner.
B. Prinsip Percobaan
1. Cepat Rambat Gelombang Transversal pada Kawat
Cepat rambat gelombang berdiri dari suatu kawat/tali yang digetarkan adalah:
P-01: Jika pada seutas kawat yang panjangnya L, massanya M, diberi tegangan sebesar T,
2. Gelombang Stasioner
Jika salah satu ujung tali digetarkan dengan frekuensi tertentu, misalnya f Hz, maka panjang
gelombang () adalah:
v
λ=
f
Penjalaran gelombang tersebut setelah mengenai ujung yang terikat akan dipantulkan
kembali. Gelombang pantulan ini mempunyai arah rambatan yang berlawanan, sedangkan
frekuensi dan panjang gelombang tetap sama.
P-02: Jelaskan mengapa gelombang pantulan tersebut mempunyai frekuensi dan panjang
P-03: Adakah perbedaan antara gelombang yang dipantulkan dengan gelombang datang.
Jelaskan.
Jarak antara dua simpul yang berurutan sama dengan setengah panjang gelombang atau ½
2. Percobaan Sonometer
a. Susunlah peralatan yang ada sesuai dengan bagan di bawah ini.
b. Aturlah posisi power supply pada listrik AC. Aturlah arus listrik yang dialirkan pada
kawat email sekitar 0,5 A.
Neraca Pegas
Magnet U
V PS
AC
C. Bahan Pustaka
Kamajaya, Linggih, S., 1985. Penuntun Pelajaran Fisika Semester 3 dan 4, Bandung: Ganeqa
Exact.
Alonso, M., and Finn, E.J., 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas, Jilid 2, Jakarta: Erlangga.
TP-02: Nyalakan power suplly agar kawat email mendapat aliran listrik.
TP-03: Aturlah tarikan neraca pegas pada nilai tertentu dan aturlah letak penumpu sampai
terjadi gelombang diam pada kawat. Amati sampai terjadi setengah gelombang saja.
TL-02:Buatlah grafik hubungan antara gaya tegang kawat dengan 4 kali kuadrat panjang
TL-06:Mengapa jika kita meletakkan dua magnet U yang sama kekuatannya secara simetris
sepanjang kawat yang bergetar, kawat tersebut tidak lagi bergetar. Jelaskan.
TL-07:Bagaimana jika kawat yang digunakan kita ganti dengan kawat yang lain dan luas
Nama/NIM/Program : 1. / /
2. / /
3. / /
4. / /
Kelompok :
Jurusan/Kls/Off : / /
Hari/Tgl. Percobaan : /
==========================================================
Panjang kawat = _________ m. Massa kawat = ________ kg
No. Gaya tegang kawat (F) Panjang kawat yang bergetar (l)
(newton) (meter)
1. .............................. ..............................
2. .............................. ..............................
3. .............................. ..............................
4. .............................. ..............................
5. .............................. ..............................
6. .............................. ..............................
7. .............................. ..............................
8. .............................. ..............................
9. .............................. ..............................
Malang, ............................................
Mengetahui Pembimbing Praktikum
(.....................................................)
MODUL 3
PEMBIASAN
A. Latar Belakang
1. Pembiasan pada Permukaan Sferis
Sekarang akan diperhatikan pembiasan gelombang pada permukaan sferis yang
memisahkan dua medium yang indeks bias mutlaknya n1 dan n2 (gambar 1). Perjanjian tanda
pada dasarnya sama dengan yang digunakan untuk cermin sferis, lihat tabel 2 di modul
pemantulan.
Gambar 1
Jalannya Sinar yang dideviasikan oleh Permukaan
Lengkung
Perhatikan suatu permukaan pembias cekung. Sinar datang PA dibiaskan sepanjang AD dan
memotong sumbu utama di Q. Dari gambar 4 teramati bahwa dalam kasus ini p, q, dan r
Perhatikan bahwa 2 negatif menggambarklan bahwa q adalah negatif menurut perjanjian tanda.
Dari hukum Snellius n1 sin i = n2 sin r. Karena dianggap sinar-sinar mempunyai inklinasi
yang kecil, maka sudut-sudut i , r, 1, 2, dan semuanya sangat kecil, dan dapat digunakan
n1 ( 1 ) = n2 ( + 2 ) ......................................................................... 1
h h h
tan α 1 ≈ α 1 ≈ , tan α2 ≈ α 2 ≈ , tan β = β ≈
p q r
sehingga bila disubstitusikan ke persamaan 1 diperoleh
n1 n2 n 1 − n2
+ =
p q r ....................................................................................
yang merupakan rumus Descartes untuk pembiasan pada suatu permukaan sferis. Rumus ini juga
sahih untuk permukaan pembias cembung kecuali untuk permukaan cembung, r bilangan positif.
Fokus benda Fo yang juga disebut titik fokus pertama suatu permukaan pembias
sferis adalah posisi suatu benda titik pada sumbu utama sedemikian rupa sehingga sinar-sinar
bias sejajar sumbu utama; artinya q = dan p = fo (fo disebut panjang fokus benda). Dengan
sumbu utama maka sinar-sinar bias melewati titik Fi pada sumbu utama yang disebut titik
fokus kedua; artinya p = dan q = fi (fi disebut panjang fokus bayangan). Dengan
2. L e n s a
Lensa adalah suatu medium transparan yang dibatasi oleh dua permukaan melengkung
(biasanya sferis), meskipun satu dari permukaan lensa itu dapat merupakan bidang datar. Karena itu suatu
anggaplah medium dikedua sisi lensa sama dan mempunyai indeks bias satu dan indeks bias lensa adalah
n.
Gambar 2
Jalannya Sinar Ketika Dibiaskan Oleh Lensa Cembung yang Tipis
Sumbu utama lensa adalah garis yang ditentukan oleh dua pusat C1 dan C2 (gambar 2). Perhatikan
sinar datang PA. Di permukaan pertama sinar datang tersebut dibiaskan sepanjang sinar AB. Jika
diteruskan, sinar AB akan melewati Q ' , dan karena itu merupakan bayangan P yang dihasilkan
oleh permukaan pembias pertama. Jarak benda dan jarak bayangan dapat diukur dari O1 atau O2;
tetapi jika lensanya sangat tipis, ketebalan O1O2 dapat diabaikan dan semua jarak diukur dari titik
pusat yang sama, O. Jarak q ' titik Q ' dari O didapat menerapkan persamaan 2; yaitu
1 n 1−n
+ =
p q' r 1 .............................................................................................3
Di B sinar mengalami pembiasan kedua dan menjadi sinar BQ. Dikatakan bahwa Q merupakan
bayangan akhir P yang dihasilkan oleh sistem dua permukaan pembias yang membentuk lensa.
Perhatikan pembiasan di B, benda merupakan bayangan pertama Q ' dan karena itu merupakan
itu dengan kembali menerapkan persamaan 2 dengan p digantikan oleh q ' diperoleh
n 1 n−1
+ =
−q' q r2 ........................................................................................4
Perhatikan bahwa urutan indeks bias telah dibalik karena dalam pembiasan kedua sinar adalah
dari lensa ke udara. Dengan menggabungkan persamaan 3 dan 4 untuk mengeliminasi q' ,
diperoleh
1 1 1 1
+ = (n − 1) −
p q r2 r1 ( ) ............................................................................8
yang merupakan rumus Descartes untuk lensa tipis. Dengan mengambil p = f dan q = diperoleh
1
f
1 1
= (n − 1) −
( )
r2 r1
....................................................................................5
5 ke persamaan 4 diperoleh
1 1 1
+ =
p q f .................................................................................................6
Persamaan ini memberikan keuntungan tertentu yaitu jika f ditentukan secara eksperimen,
maka dapat digunakan suatu lensa tanpa perlu mengetahui indeks bias atau jari-jarinya.
B. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk
1. Menentukan jarak fokus lensa cembung dengan cara meletakkan benda di jauh tak hingga.
2. Menentukan jarak fokus lensa cembung melalui pengukuran jarak benda dan jarak bayangan.
3. Menentukan jarak fokus lensa cekung melalui pengukuran jarak benda dan jarak bayangan.
C. Prinsip Percobaan
Dalam percobaan ini digunakan dua cara untuk menentukan jarak fokus bagi dan lensa
cembung. Cara pertama yaitu dengan menempatkan benda di jauh tak hingga ( p = ) , yang
Praktikum Fisika dasar 2
Page 15
bertujuan untuk memperoleh sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama, yang berakibat
bayangan terletak di titik fokus. Mengukur jarak bayangan yang diperoleh berarti juga
mengukur jarak fokus. Cara kedua yaitu dengan mengukur jarak benda dan jarak
banyangannya, selanjutnya dengan persamaan 6 dapat dihitung jarak fokusnya. Untuk cermin
C. Susunan Alat
1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Cembung
Gambar 3
Posisi Benda, Lensa Cembung, dan
Layar Saat Menentukan Jarak Fokus
Lensa Cembung
Gambar 4
Posisi Benda, Lensa Cembung, dan
Layar Saat Menentukan Letak
Bayangan Suatu Benda
Dapatkan bayangan yang paling jelas dari benda di jauh tak hingga ! Catat datanya di
lembar data A.1. Ulangi dengan memindahkan letak lensa minimum 4 kali !
TP02 Perhatikan gambar 4. Tempatkan benda di ruang II. Geser-geserlah layar sampai
terlihat bayangan paling jelas ! Catat datanya di lembar data A.2 ! Ulangi dengan
2. Lensa Cekung
TP04 Perhatikan gambar 5. Ambil lensa cembung dan tempatkan benda (bola lampu) di
ruang II, tangkap bayangan yang paling jelas dengan layar ! Catat kedudukan layar !
TP05 Letakkan lensa cekung diantara lensa cembung dan layar. Sekarang perhatikan layar, gambar
menjadi kabur. Ukurlah jarak dari layar ke lensa cekung, catat datanya di lembar data B
sebagai p (jarak benda untuk benda maya) ! Kemudian geser-geserlah layar sampai di
dapatkan bayangan paling jelas ! Catat datanya di lembar data B sebagai q (jarak bayangan) !
TP06 Ulangi TP05 dengan cara mengubah letak lensa cekung minimal 4 kali !
E. Analisis Data
1. Lensa Cembung
TL01 Berdasarkan data yang telah dicatat pada lembar data A.1, hitunglah jarak fokus rata-
rata, ralat mutlak dan ralat relatifnya ! Sajikan sesuai dengan teori ralat !
rata, ralat mutlak dan ralat relatifnya ! Sajikan sesuai dengan teori ralat !
2. Lensa Cekung
TL03 Berdasarkan data yang telah dicatat pada lembar data B, hitunglah jarak fokus rata-
rata, ralat mutlak dan ralat relatifnya ! Sajikan sesuai dengan teori ralat !
F. Pembahasan
1. Bandingkanlah hasil TL01 dan TL02 ! Bahaslah sejauhmana kesesuaiannya !
2. Cermatilah hasil TL03 ! Bahaslah sejauhmana besar ralat relatifnya!
3. Bahaslah sumber – sumber kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi selama percobaan !
G. Tugas
1. Lihat gambar 3 sampai 5 ! Masing-masing lukiskan jalannya sinar !
LEMBAR DATA
JURUSAN : …………………………………
KELOMPOK : …………………………………
Hari/Tgl Perc : …………………………………
Nama/Nim 1. …………………………………./…………………………….
2. …………………………………./…………………………….
3. …………………………………./…………………………….
4. …………………………………./…………………………….
A. Lensa Cembung
Benda di Tak Hingga
No Jarak Fokus (cm)
B. Lensa Cekung
No p (cm) q (cm)
1
2
3
4
5
Malang, ............................................
Mengetahui Pembimbing Praktikum
(.....................................................)
MODUL 4
PERCOBAAN KALORIMETER
A. Latar Belakang
Materi kalor yang disampaikan secara teoritis dalam sesi kuliah (tatap muka),
mengakibatkan mahasiswa memahami secara abstrak sebatas jangkauan pikirannya.
Diperlukan aktivitas yang dapat merangsang pemahaman berdasar pengamatan terhadap
kejadian alam, yang diharapkan mampu menguatkan pemahaman teoritis di perkuliahan.
Dalam kegiatan ini mahasiswa melakukan pengamatan terhadap proses termodimanik
yang berlangsung selama peristiwa “serah terima” kalor dari dua sistem yang bertemperatur
beda dalam keadaan terisolasi dengan lingkungannya.
Pada bagian analisis data, perhitungan dilakukan dengan asumsi, kejadian dalam
keadaan ideal. Mahasiswa seharusnya mengetahui, kejadian apa saja yang dianggap ideal
tersebut.
B. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan:
1. mahasiswa memperoleh penguatan pemahaman tentang kalor, kapasitas kalor zat dan kalor
jenis zat,
2. mahasiswa mencoba menentukan kapasitas kalor kalorimeter dan kalor jenis zat padat,
3. mahasiswa terampil menggunakan set kalorimeter,
4. mahasiswa terampil menggunakan teori ralat dan mengetahui ralat alat,
5. mahasiswa terampil menggunakan termometer.
m ∫ Cdt
Q = T1 ............................................................................................... (3)
Pada interval temperatur biasa kalor jenis bahan relatif konstan terhadap temperatur
sehingga persamaan 3 dapat dinyatakan dengan:
Q = m c t................................................................................................. (4)
Ketika dua bagian berbeda temperatur dicampur dalam suatu sistem terisolasi, maka
terjadi “serah terima” kalor. Kalor mengalir dari bagian bertemperatur tinggi menuju bagian
yang bertemperatur lebih rendah. Jika sistem berada dalam keadaan terisolasi sempurna, tidak
terjadi aliran energi dan lingkungan menuju sistem dan sebaliknya, bersandar pada Hukum
Kekekalan Energi, kalor yang dilepas oleh bagian bertemperatur lebih tinggi sama dengan
kalor yang diterima oleh bagian yang bertemperatur lebih rendah. Ungkapan azas Black
menyatakan:
Bila kapasitas kalor dan kalorimeter diketahui, maka kalorimeter dapat digunakan
untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Metode yang digunakan dikenal dengan metode
pencampuran, yaitu benda yang ingin diketahui kalor jenisnya dipanasi sampai temperatur t2,
kemudian dimasukkan dalam kalorimeter berisi air yang berada dalam kesetimbangan
temperatur t1. Pencampuran dua sistem bertemperatur yang berbeda tersebut akan
menghasilkan kesetimbangan temperatur t3.
Faktor terpenting yang harus diperhatikan dalam percobaan menggunakan kalorimeter
adalah semaksimal mungkin sistem kalorimeter berada dalam kondisi terisolasi dengan
lingkungannya (tidak terjadi pertukaran kalor antara kalorimeter dengan lingkungannya).
Dengan demikian kalor yang dilepas benda sama dengan kalor yang diterima oleh kalorimeter
dan air dingin.
Dalam praktikum ini kita akan melakukan satu set percobaan saja, yaitu menentukan
kapasitas kalor kalorimeter. Secara garis besar prosedur percobannya adalah sebagai berikut.
( t 2 −t 3 )
Ckal = map.ca ( t 3 −t 1 ) - madca...................................................................... (5)
Jelaslah bahwa besaran-besaran yang hams kita ukur untuk menentukan Ck adalah
massa air dingin mad, massa air panas map, temperatur setimbang antara air dingin dan
kalorimeter t1 , suhu air panas tepat ketika akan dimasukkan ke dalam kalorimeter t2
temperatur setimbang dari campuran air dingin dan air panas dalam kalorimater t3.
D. Daftar Pustaka
- Alonso, M. Finn, E.J. 1992. Dasar-dasar Fisika Universitas Jilid I. Mekanika dan
Termodinamika. Jakarta: Penerbit Erlangga
- Halliday. 1992. Fisika Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga
- White, Manning. 1954. Experimental College Physics. M Book Company.
- Yoedono. 1991. Pedoman Praktikum Fisika Universitas. Bandung: Armico.
Penutup Termometer
Bejana Kalorimeter
F. PROSEDUR PERCOBAAN
Sebelum memulai percobaan hari ini terlebih dahulu kumpulkan tugas rumah sebelum
praktikum dan laporan praktikum sebelumnya kepada pembimbing praktikum!
Perhatian!
- Suhu air dingin harus lebih rendah dan suhu kamar.
- Suhu air panas 50°C.
- Hindari segala peristiwa yang memperbesar kernungkinan terjadinya pertukaran kalor
antara sistem kalorimeter dengan lingkungannya!
4. Pembahasan
Ungkapkan bahasan hasil analisis percobaan yang telah anda lakukan dalam rangkaian
kalimat beralinea dengan pokok bahasan sebagai berikut:
1. Definisikan tentang Kalor, Temperatur, Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor Zat!
2. Menurut anda apakah yang mendasari dilakukannya pengukuran kapasitas kalor bagi
kalorimeter, dan bukan kalor jenis kalorimeter?
3. Deskripsikan metode pencampuran untuk menentukan Kalor Jenis zat! Dan mengapa
dipersyaratkan berkondisi Adiabatis?
4. Berdasarkan informasi yang anda peroleh dari pembimbing praktikum tentang bahan zat
padat yang ditentukan kalor jenisnya, cari nilai standar kalor jenis bahan tersebut pada
tabel (appendix), bandingkan dengan pengukuran kalor jenis benda hasil percobaan!
Jelaskan mengapa demikian menurut pengamatan anda?
5. Jelaskan mutu hasil percobaan yang anda lakukan merujuk pada ketidakpastian relatif yang
anda peroleh!
6. Kita melakukan asumsi bahwa kalor jenis air konstan selama percobaan, sejauh mana
asumsi ini diperkenankan? Terangkan berdasarkan hubungan antara kalor jenis zat dengan
perubahan temperatur berdasarkan literatur yang telah anda peroleh di SMA!
7. Anda dapat menambahkan pokok bahasan lain bagi pembahasan ini, untuk itu anda berhak
mendapatkan nilai tambah.
5. Kesimpulan
6. Tugas
1. Kira-kira kesalahan apakah yang mungkin terjadi bila air yang berada di dalam kalorimeter
terlalu banyak dibanding dengan jumlah zat padat yang dimasukkan ke dalamnya?
2. Sebuah bola platina dengan massa 100 gram dimasukkan ke dalam 400 gram air yang
bersuhu 0°C, jika kemudian terjadi kesetimbangan temperatur pada 10,1°C dan kalor jenis
platina adalah 0,040 kal/gr°C. Berapakah temperatur platina tepat ketika akan dimasukkan
ke dalam air?
Anggota Kelompok:
1. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
2. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
3. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
4. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
5. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
Kelompok :_______________________________________
________
Jurusan/Kls/Offering :_______________________________________________
Hari/Tgl Percobaan :_______________________________________________
mad map t1 t2 t3
No
(gram) (gram) (0C) (0C) (0C)
1.
2.
3.
4.
Keterangan:
Mad = Massa Air Dingin
map = Massa Air Panas
t1 = Suhu kesetimbangan antara Kalorimeter dan Air Dingin
t2 = Suhu air panas tepat ketika akan dimasukkan ke Kalorimeter
t3 = Suhu kesetimbangan antara Kalorimeter, Air Dingin dan Air Panas
Malang, ...................................
Mengetahui Pembimbing,
( _______________________ )
B. Analisis Ketidakpastian
Misalkan dilakukan pengukuran terhadap diameter kawat dengan mikrometer, dari beberapa
pengukuran diperoleh beberapa nilai hasil pengukuran yang sama dan beberapa diantaranya
berbeda. Dengan kata lain terdapat variasi hasil pengukuran. Variasi hasil pengukuran ini
menyebabkan tidak dapat diketahuinya secara pasti nilai pengukuran sebenarnya.
C. Ketidakpastian Pengukuran
Pernyataan yang lengkap dari hasil pengukuran harus dapat menunjukkan estimasi tingkat
kepercayaan. Pelaporan sejati atas hasil eksperimen yang dilengkapi dengan faktor
ketidakpastiannya mengijinkan orang lain (bukan pelaksana eksperimen tersebut) dapat
memberikan pertimbangan dan penilaian akan kualitas eksperimen dan hasil eksperimen
tersebut apakah memiliki makna untuk dibandingkan dengan nilai prediksi teoritik yang
terkait. Tanpa estimasi ketidakpastian, tidak mungkin dapat dijawab pertanyaan mendasar
ilmu pengetahuan berikut, “Apakah hasil eksperimen saya mampu memberikan verifikasi atau
konfirmasi atas prediksi teoritik atau hasil eksperimen terkait sebelumnya?” Ini adalah
pertanyaan fundamental untuk memutuskan suatu hipotesis ilmiah diterima ataukah ditolak.
Ketika melakukan pengukuran, secara umum dapat diasumsikan bahwa terdapat ukuran tepat
yang bersandar pada bagaimana kita mendefinisikan hal yang hendak diukur. Jika tidak dapat
diketahui nilai hasil ukur suatu obyek secara eksak, maka kita harus berupaya mendapatkan
hasil yang ideal dengan memaksimalkan kemampuan proses pengukuran agar diperoleh
sumber data yang memadai. Permasalahan pengukuran ini dapat diatasi dengan melakukan
pengukuran beberapa metode pengukuran yang berbeda atau pengulangan pengukuran dengan
metode yang sama pada obyek tersebut. Lantas bagaimana kita melaporkan dengan estimasi
terbaik atas hasil temuan yang kebenaran nilainya sulit dipahami ini? Penyajian yang umum
digunakan untuk menunjukkan kisaran nilai yang diyakini mengandung ‘nilai yang benar’
adalah
Contoh kasus, anda bermaksud menimbang cincin emas agar dapat menjawab secara
tepat pertanyaan teman anda tentang berapa masa cincin itu. Anda menimbang massa emas
dengan timbangan digital sebanyak tiga kali sehingga diperoleh hasil sebesar 17,43 g, 17,42 g
dan 17,44 g, sehingga dapat disimpulkan kisaran massa cincin sebesar 17,44 0,02 gram.
Setelah memperoleh nilai ini, kini telah memiliki data massa benda berharga ini hingga
ketepatan seperseratus gram. Karena ingin leih mantap, anda lantas menimbang sekali lagi
dengan neraca dan hasil yang diperoleh adalah 17,22. Nilai hasil penimbangan dengan neraca
digital ini jelas di bawah kisaran hasil penimbangan yang pertama, anda boleh tidak peduli
dengan hasil ini, tapi anda harus bisa menjawab dengan tepat siapapun yang bertanya tentang
cincin anda. Lantas apa yang harus anda lakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini mula-mula
kita harus mendefinisikan istilah akurasi dan presisi:
Akurasi adalah nilai hasil pengukuran yang paling dekat dengan nilai yang benar. Ukuran
kesalahan/ketidakpastian menyatakan jumlah ketak-akuratan.
Presisi menyatakan seberapa baik suatu hasil pengukuran dapat ditentukan (sebelum
dicocokkan dengan nilai teoritiknya atau nilainya yang benar). Ini merupakan derajat
(1)
Sebagai contoh, hasil pengukuran massa dinyatakan dengan
g,
memiliki ketidakpastian relatif
.
Catatan : Semakin besar ketidakpastian relatif maka semakin kecil tingkat presisi hasil
pengukuran.
(2)
Contoh, nilai harap massa untuk m adalah
,
maka kesalahan relatifnya adalah
.
Catatan: tanda minus mengindikasikan bahwa nilai pengukuran lebih kecil dari nilai
harap.Semakin besar nilai mutlak kesalahan relatif maka semakin kecil tingkat akurasi
hasil pengukuran.
Jika kesalahan ini terjadi maka perlu dilakukan kalibrasi ulang untuk menera alat ukur
agar kembali pada nilai standarnya, melakukan koreksi atau menentukan faktor koreksi untuk
mengurangi bias pengukuran. Kesalahan sistematis tidak dapat dikurangi dengan melakukan
pengulangan observasi.
Andai ketidak pastian bersistem dapat diatasi dengan membuat alat ukur yang sangat
sempurna dan dioperasikan oleh pengamat yang terampil, pengukuran akan tetap tidak
menghasilkan nilai yang sama. Penyebab ketidakpastian yang lain selain ketidakpastian
bersistem adalah ketidakpatian acak.
Estimasi atas pengukuran yang hanya dilakukan sekali (tidak berulang) dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan ketakpastian nilai skala terkecil ini dan cara penyajian
hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut.
(satuan)
(3)
Beberapa alat ukur memiliki skala yang sangat halus, alat seperti ini
ketidakpastiannya sejumlah nilai skala terkecilnya, bukan lagi setengah skala terkecil.
Contoh : Mengukur panjang pensil dengan penggaris seperti pada gambar (1) dengan sekali
pengukuran.
Skala terkecil penggaris adalah 1 mm, hasil pengukurannya adalah 36 mm, maka pelaporan
Estimasi terbaik atas nilai ukur merupakan nilai rata-rata dari N pengukuran
independen yang dapat diperoleh dengan:
(4)
Contoh: untuk kasus pengukuran periode bandul diperoleh nilai terbaik periode
(5)
Contoh : Mengukur lebar kertas dengan menggunakan penggaris berskala sepersepulu
milimeter sehingga diperoleh hasil pengamatan 31,33; 31,15; 31,26; 31,02 dan 31,20.
Langkah awal adalah melakukan penabelan data hasil Pengukuran, Hendaknya selalu
sertakan satuan pengukuran.
Standar deviasi rata-ratanya dihitung dengan prosedur pada persamaan (5), sehingga diperoleh
nilai sebesar
.
Ketidakpastian relatif
(6)
Contoh : untuk kasus pengukuran lebar kertas, maka ketidakpastian relatifnya dinyatakan
sebesar
Catatan : Ketidakpastian relatif tidak berdimensi (tidak memiliki satuan). Pelaku eksperimen
fisika dapat menyatakan bahwa pengukuran ini adalah “memiliki katepatan sebesar 0,2%”.
Seringkali nilai hasil eksperimen yang kita tentukan merupakan fungsi Z = Z(x1, x2,
x3): yang bergantung pada sejumlah variabel misalnya x1, x2, x3,... yang masing-masing
memiliki standar deviasi rata-rata .
Untuk kasus seperti ini hasil pengukurannya disebut mengalami perambatan sehingga
standar deviasi rata-ratanya pun mengalami perambatan, atau merupakan perambatan
ketidakpastian.
(7)
Contoh : Chandra mengukur massa jenis suatu benda dengan mengukur langsung volume dan
massanya. Volume diukur satu kali menggunakan gelas ukur dengan nst = 1 cm3 ; massa
diukur satu kali menggunakan neraca teknis dengan nst = 1 gram. Diperoleh data pengukuran:
V = 15 cm3 dan m = 12 gram. Bagaimanakah hasil pengukuran tersebut disajikan?
Massa jenis merupakan kuantitas hasil eksperimen yang dapat ditentukan dari hasil
pengukuran langsung volume, V dan massa m, dengan demikian untuk melaporkan hasil
pebgukuran massa jenis, kita perlu menghitung masing-masing pengukuran langsungnya
terlebih dahulu.
• Kuantitas hasil pengukuran (langsung) untuk volume dan massa benda:
Volume, V = ; karena diukur hanya satu kali, maka V = 0,5 nst = 0,5 cm3, sehingga
diperoleh
= .
Ketakpastian massa jenis benda, dihitung berdasar permbatan ketakpastiannya,
.
Catatan: dibaca: dho adalah lambang dari turunan parsial, selain variabel yang dicari
turunannya akan dianggap konstanta sesuai cara berikut.
Ketakpastian relatif:
(8)
Contoh: Dody menentukan volume kawat berbentuk silinder (mengukur secara tak langsung).
Mula-mula ia mengukur panjangnya empat kali di beberapa tempat yang berbeda
menggunakan jangka sorong dengan hasil: (16,1; 16,2; 16,0; 16,1) cm. Kemudian ia ukur juga
diameter kawat menggunakan mikro-meter sebanyak lima kali di beberapa tempat dan
diperoleh.
d1=10,10 mm d2=10,05 mm d3=10,10 mm d4=10,06 mm d5=10,04 mm
dI (mm) pI(cm)
10,10 16,1
10,05 16,2
10,10 16,0
10,06 16,1
10,04
.
Standar deviasi rata-rata ukuran penjang adalah,
Catatan : nilai 2/3 pada pengukuran tunggal merupakan tera tingkat ketangguhan kebenaran
pengukuran berulang.
I. Teori Grafik
Hasil eksperimen akan lebih bermakna dan menarik bila divisualisasikan dalam
bentuk grafik atau kurva. Visualisasi data dalam grafik memiliki tujuan:
• melihat hubungan antar variabel
• menghitung konstanta/koefisien dari suatu formulasi fisis
• membuktikan kebenaran suatu formulasi fisis.
Untuk memenuhi tujuan pertama, dapat dilakukan dengan cara membuat plot atas semua titik
data hasil eksperimen yang ada. Selanjutnya titik tersebut dihubungkan secara halus sehingga
membentuk kurva. Apapun bentuk kurva yang dihasilkan akan digunakan untuk melakukan
interpretasi atas hubungan yang mungkin diantara kedua variabel. Untuk tujuan kedua dan
ketiga, dapat dibuat persamaan garis lurus dari hukum fisika yang ditinjau.
dan pengukuran telah dilakukan untuk selang tertentu hingga menghasilkan titik
dan maka terdapat dua cara untuk memperoleh garis terbaik, yakni
• menarik garis lurus terbaik berdasar plot titik-titk data eksperimen
• menarik garis lurus yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil untuk garis lurus.
Dengan metode ini garis lurus tidak ditarik secara langsung dari titik data hasil eksperimen,
melainkan ditentukan dari pengolahan data.
Dalam pelaksanaan eksperimen fisika, disarankan untuk menetapkan diri memanfaatkan
metode kuadrat terkecil untuk garis lurus dalam menganalisis hasil eksperimen dengan grafik.
Tentunya pelaksana eksperimen harus mengupayakan eksperimennya agar memenuhi
persamaan linier terlebih dahulu.
Catatan : Untuk memanfaatkan metode kuadrat terkecil harus dipastikan bahwa hubungan
antar variabelnya memenuhi persamaan linier.
Analisis grafik dengan metode kuadrat terkecil langsung dimulai dengan mengolah data
pengukuran ke dalam tabulasi data yang terdiri dari kolom-kolom untuk pasangan data
variabel bebas dan terikat (xi dan yi) serta beberapa kolom untuk data terhitung seperti
sebagai berikut.
Sn Sx Sy Sxy
Nilai rerata dari tetapan-tetapan grafik ( ) serta ralatnya (Sb dan Sa) dihitung
berdasarkan metoda azas kuadrat terkecil, sebagai berikut.
Konstansta merupakan titik perpotongan dengan sumbu y dinyatakan dengan
(9)
Konstanta yang menyatakan kemiringan (slope) garis lurus terhadap sumbu x dapat
diperoleh dengan
(11)
dan
(12)
Persamaan (11) dan persamaan (12) mengandung faktor . dapat dapat
ditentukan dengan formulasi
Dari data nilai dan ini kita dapat menggambar garis linear terbaik hasil eksperimen dan
menentukan kuantitas hasil pengukuran yang diharapkan dengan estimasi kesalahan yang
dapat dijabarkan dari dan .
J. Daftar Pustaka
Bevington, Phyllip and Robinson, D. Data Reduction and Error Analysis for the physical
Sciences, 2nd ed. Mc Graw Hill; New York, 1991
NIST. Essentials of Expressing Measurement uncertainty. http//physics.nist.gov/ Uncetainty/
Taylor, John. An Introduction to Error Analysis, 2nd ed. University Science Book; Sausalito,
1997.
Team fisika dasar UM. Persiapan Dan Pembekalan Teori Ralat Dalam Menghadapi
Kegiatan Laboratorium. 2008
K. Ucapan Terimakasih
Puji syukur dihaturkan kepada Allah, beserta limpahan shalawat bagi Rasulnya.
Disampaikan ucapan terimakasih khususnya kepada almarhum Drs. Djoko Sarwono, M.Si,
sebagai penyusun petunjuk teori ralat sebelumnya, penulis dengan mudah menambah dan
memperbaiki beberapa bagian yang diperlukan.
Terimakasih kepada panitia yang mempu menstimulus hadirnya rintisan buku
“Analisis Keidakpastian dalam Pengukuran” ini.
Tentunya buku, yang disusun dalam waktu singkat, ini masih jauh dari harapan
sebagai pedoman bagi mahasiswa fisika UM baik yang akan melakukan eksperimen dasar
apalagi yang hendak melakukan eksperimen lanjut hingga latihan penelitian, namun sebuah
langkah awal harus dilakukan untuk membuka jalan hari depan.