Anda di halaman 1dari 38

2022 2

MODUL PRAKTIKUM FISDAS

OLEH :
Disusun oleh:
TIM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
JANUARI 2022
DAFTAR ISI

MODUL1: PERCOBAAN MELDE

MODUL 2 : PERCOBAAN SONOMETER………………………………………………………….………

MODUL 3 : PERCOBAAN PEMBIASAN…………………………………………………………………..12

MODUL 4 : PERCOBAAN KALORIMETER…………………………………………………………..….19

INDEKS: TEORI RALAT…………………………………………………………………………………….…24

Praktikum Fisika dasar 2


Page 1
MODUL 1
PERCOBAAN MELDE
I. LATAR BELAKANG
Salah satu materi fisika yang sangat sulit difisualisasikan adalah pada materi
gelombang. Pada materi ini hanya bisa divisualisasikan gejalanya saja. Sebuah gelombang,
yang merambat adalah energinya. Padahal energi tidak dapat dilihat hanya bisa dirasakan saja.
Pada percobaan ini berusaha semaksimal mungkin untuk mempelajari gejala-gejala
gelombang tersebut. Mahasiswa akan ditunjukkan secara nyata bentuk dari gelomang datar,
bentuk satu gelombang dari gelombang tegak.
Sedangkan untuk menentukan cepat rambat gelombang, dipakai formulasi gaya tegang
tali/kawat dan rapat massa tali/kawat.
Mengingat penggetarnya adalah frekuensi listrik rumah tangga yang disalurkan lewat
power supley, maka jika frekuensi rumah tangga berubah-ubah mengakibatkan hasil
percobaan tidak bagus.

II. TUJUAN
01. Dengan cara menentukan cepat rambat gelombang transversal pada tali, mahasiswa
belajar secara nyata untuk mengetahui dan menentukan yang mana rapat massa tali
dan besaran apa yang mewakili gaya tegang tali.
02. Dengan cara menentukan frekuensi gelombang transversal pada tali, mahasiswa tahu
persis yang disebut satu gelombang pada gejala gelombang tegak.
03. Mahasiswa mampu menerapkan metode grafik yang menyatakan hubungan antara
gaya tegang tali dengan kuadrat panjang gelombangnya.
04. Menurunkan persamaan matematis/rumus empirik yang sesuai dengan grafik yang
dibuat (butir 03) tersebut.
05. Menentukan frekuensi sumber getar berdasarkan grafik.

III. PRINSIP
A. Dasar Teori
1. Pelajari materi cepat rambat gelombang transversal pada tali.
2. Pelajari materi gelombang stasioner.

B. Prinsip Percobaan
1. Cepat Rambat Gelombang Transversal pada Tali
Cepat rambat gelombang berdiri dari suatu kawat/tali yang digetarkan adalah:

dengan F= gaya tegang tali(newton atau dyne)


= rapat massa tali (kg/m atau gr/cm)

Praktikum Fisika dasar 2


Page 2
P-01: Jika pada seutas tali yang panjangnya L, massanya M, diberi tegangan sebesar T,

kemudian digetarkan membentuk gelombang. Tentukan cepat rambat gelombangnya,

nyatakan dalam L, M dan T.

1. Gelombang Stasioner

Digetarkan diikat
Perut simpul perut simpul perut

Gambar 1. Pola gelombang tali

Jika salah satu ujung tali digetarkan dengan frekuensi tertentu, misalnya f Hz, maka panjang
gelombang () adalah:
v
λ=
f
Penjalaran gelombang tersebut setelah mengenai ujung yang terikat akan dipantulkan
kembali. Gelombang pantulan ini mempunyai arah rambatan yang berlawanan, sedangkan
frekuensi dan panjang gelombang tetap sama.
P-02: Jelaskan mengapa gelombang pantulan tersebut mempunyai frekuensi dan panjang

gelombang yang tetap sama.

P-03: Adakah perbedaan antara gelombang yang dipantulkan dengan gelombang datang.

Jelaskan.

Jika telah tercapai keadaan yang stasioner dan panjang tali tertentu, maka setiap bagian kawat
mempunyai simpangan tertentu, antara nol (simpul) sampai dengan simpangan maksimum
(perut).

P-04: Jelaskan pengertian simpul dan perut.


Jarak antara dua simpul yang berurutan sama dengan setengah panjang gelombang atau ½ .

P-05: Bagaimana keadaan gelombang yang terjadi jika ujung tali tidak terikat. Jelaskan.

P-06: Jelaskan terjadinya gelombang berdiri/stasioner pada tali.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 3
2. Percobaan Melde
a. Susunlah peralatan yang ada sesuai dengan bagan di bawah ini.

V PS

AC

Gambar 2. Set Percobaan Melde

b. Aturlah arus listrik power supply yang digunakan, sehingga penunjuk amperemeter sebesar
0,5 A.

C. Bahan Pustaka
Kamajaya, Linggih, S., 1985. Penuntun Pelajaran Fisika Semester 3 dan 4, Bandung: Ganeqa
Exact.
Alonso, M., and Finn, E.J., 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas, Jilid 2, Jakarta: Erlangga.

IV. SUSUNAN ALAT


a. Set percobaan Melde
b. beban
c. tali/benang
d. Sumber tegangan
e. Neraca teknis

Hal yang perlu diperhatikan tentang alat digunakan adalah sebagai berikut.
1. Set percobaan melde dilengkapi dengan alat penggetar yang berupa lilitan. Dengan
demikian lilitan tersebut mempunyai keterbatasan arus. Jika arus terlalu rendah tidak
bergetar, tetapi kalau terlalu tinggi bisa terbakar. Dengan demikian disarankan arus yang
mengalir sekitar 0,5 ampere. Disamping itu dekat dan jauhnya pelat penggetar juga perlu
diset terlebih dahulu.
2. Beban yang digunakan jangat terlalu ringan tetapi juga jangan terlalu berat. Usahakan ada
penelitian awal yang menentukan interval berat beban.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 4
V. PENGUKURAN
A. Percobaan Melde
TP-01: Hidupkan sumber tegangan listrik (power Supply), maka nampak bahwa sumber getar

bergetar.

TP-02: Aturlah beban sehingga terbentuk gelombang diam pada tali.

TP-03: Ukurlah panjang tali yang terisi oleh n x ½ gelombang. Catat pula banyaknya n

tersebut.

TP-04: Ulangi kegiatan di atas untuk beban-beban lain yang berbeda massanya.

TP-05: Ukurlah panjang tali yang digunakan dan timbanglah massanya.

TP-06: Ulangi kegiatan di atas untuk jenis tali yang berbeda.

VI. ANALISIS DATA, PEMBAHASAN DAN TUGAS PENYUSUNAN LAPORAN


A. Percobaan Melde
TL-01:Hitunglah panjang gelombang yang terjadi untuk setiap pemberian beban pada tali.

TL-02: Hitunglah rapat massa tali.


TL-03:Hitunglah cepat rambat gelombang transversal pada tali.

TL-04:Berdasarkan perhitungan 1, 2 dan 3, hitunglah frekuensi sumber penggetarnya.

TL-05:Buatlah grafik yang menyatakan hubungan antara gaya tegangan tali dengan kuadrat

panjang gelombangnya.

TL-06:Tuliskan suatu persamaan matematis yang sesuai dengan grafik yang telah dibuat pada

butir 5.

TL-07:Jika koefisien arah garis grafik itu adalah 1/µf 2 hitunglah frekuensi sumber penggetar

itu berdasarkan grafik di atas.

TL-08: Buatlah suatu kesimpulan tentang hasil percobaan ini.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 5
LEMBAR PENGAMATAN

Nama/NIM/Program : 1. / /
2. / /
3. / /
Kelompok :
Jurusan/Kls/Off : / /
Hari/Tgl. Percobaan : /
==========================================================
A. Tali I

Panjang tali = _______ m. Massa tali = ___________ kg

No Beban Jumlah 1/2 gelombang Panjang tali untuk n x 1/2


yang terjadi gelombang
(kg) (n) (meter)
1. .......... .................... .....................
2. .......... .................... .....................
3. .......... .................... .....................
4. .......... .................... .....................
5. .......... .................... .....................
6. .......... .................... .....................
7. .......... .................... .....................
8. .......... .................... .....................
9. .......... .................... .....................
10. .......... .................... .....................
B. Tali II

Panjang tali = _______ m. Massa tali = ___________ kg

No Beban Jumlah 1/2 gelombang Panjang tali untuk n x 1/2


yang terjadi gelombang
(kg) (n) (meter)
1. .......... .................... .....................
2. .......... .................... .....................
3. .......... .................... .....................
4. .......... .................... .....................
5. .......... .................... .....................
6. .......... .................... .....................
7. .......... .................... .....................

Praktikum Fisika dasar 2


Page 6
8. .......... .................... .....................
9. .......... .................... .....................
10. .......... .................... .....................

Malang, ................................... ........


Mengetahui Pembimbing Praktikum

(.....................................................)
MODUL 2
SONOMETER
I. LATAR BELAKANG
Salah satu materi fisika yang sangat sulit difisualisasikan adalah pada materi
gelombang. Pada materi ini hanya bisa divisualisasikan gejalanya saja. Sebuah gelombang,
yang merambat adalah energinya. Padahal energi tidak dapat dilihat hanya bisa dirasakan saja.
Pada percobaan ini berusaha semaksimal mungkin untuk mempelajari gejala-gejala
gelombang tersebut. Mahasiswa akan ditunjukkan secara nyata bentuk dari gelomang datar,
bentuk satu gelombang dari gelombang tegak.
Sedangkan untuk menentukan cepat rambat gelombang, dipakai formulasi gaya tegang
tali/kawat dan rapat massa tali/kawat.
Mengingat penggetarnya adalah frekuensi listrik rumah tangga yang disalurkan lewat
power supley, maka jika frekuensi rumah tangga berubah-ubah mengakibatkan hasil
percobaan tidak bagus.

II. TUJUAN
01. Dengan cara menentukan cepat rambat gelombang transversal pada kawat, mahasiswa
belajar secara nyata untuk mengetahui dan menentukan yang mana rapat massa kawat
dan besaran apa yang mewakili gaya tegang kawat.
02. Dengan cara menentukan frekuensi gelombang transversal pada kawat, mahasiswa
tahu persis yang disebut setengah gelombang pada gejala gelombang tegak.
03. Mahasiswa mampu menerapkan metode grafik yang menyatakan hubungan antara
gaya tegang kawat dengan panjang kawat yang bergetar (4L ).
04. Menentukan frekuensi sumber getar berdasarkan grafik tersebut butir 3 di atas.
05. Disamping itu mahasiswa juga mengetahui secara nyata bahwa untuk membuat
setengah gelombang diperlukan arus bolak-balik dan magnet U sebagai pembentuk
medan magnet homogen.
III. PRINSIP
A. Dasar Teori
1. Pelajari materi cepat rambat gelombang transversal pada kawat.
2. Pelajari materi gelombang stasioner.

B. Prinsip Percobaan
1. Cepat Rambat Gelombang Transversal pada Kawat
Cepat rambat gelombang berdiri dari suatu kawat/tali yang digetarkan adalah:

Praktikum Fisika dasar 2


Page 7
dengan F= gaya tegang tali(newton atau dyne)
= rapat massa tali (kg/m atau gr/cm)

P-01: Jika pada seutas kawat yang panjangnya L, massanya M, diberi tegangan sebesar T,

kemudian digetarkan membentuk gelombang. Tentukan cepat rambat gelombangnya,

nyatakan dalam L, M dan T.

2. Gelombang Stasioner

Gambar 1. Pola ½ gelombang pada kawat

Jika salah satu ujung tali digetarkan dengan frekuensi tertentu, misalnya f Hz, maka panjang
gelombang () adalah:
v
λ=
f

Penjalaran gelombang tersebut setelah mengenai ujung yang terikat akan dipantulkan
kembali. Gelombang pantulan ini mempunyai arah rambatan yang berlawanan, sedangkan
frekuensi dan panjang gelombang tetap sama.

P-02: Jelaskan mengapa gelombang pantulan tersebut mempunyai frekuensi dan panjang

gelombang yang tetap sama.

P-03: Adakah perbedaan antara gelombang yang dipantulkan dengan gelombang datang.

Jelaskan.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 8
Jika telah tercapai keadaan yang stasioner dan panjang kawat tertentu, maka setiap bagian
kawat mempunyai simpangan tertentu, antara nol (simpul) sampai dengan simpangan
maksimum (perut).

P-04: Jelaskan pengertian simpul dan perut.

Jarak antara dua simpul yang berurutan sama dengan setengah panjang gelombang atau ½ 

P-05: Jelaskan terjadinya gelombang berdiri/stasioner pada kawat.

2. Percobaan Sonometer
a. Susunlah peralatan yang ada sesuai dengan bagan di bawah ini.
b. Aturlah posisi power supply pada listrik AC. Aturlah arus listrik yang dialirkan pada
kawat email sekitar 0,5 A.

Neraca Pegas

Magnet U

V PS

AC

Gambar 3. Set Percobaan Sonometer.

c. Letakkan magnet U pada posisi tengah-tengah kawat.

C. Bahan Pustaka
Kamajaya, Linggih, S., 1985. Penuntun Pelajaran Fisika Semester 3 dan 4, Bandung: Ganeqa
Exact.
Alonso, M., and Finn, E.J., 1992. Dasar-Dasar Fisika Universitas, Jilid 2, Jakarta: Erlangga.

IV. SUSUNAN ALAT


a. Set Sonometer d. Magnet U
b. neraca pegas e. Hambatan geser
c. Power Supply f. Kabel Penghubung

Praktikum Fisika dasar 2


Page 9
1. Pada percobaan sonometer, usahakanpenyekat (soket) yang agak tinggi agar efek
getarannya bagus. Gelombang yang dibentuk benar-benar sempurna. Perhatikan bahwa
letak soket demikian spesifik sehingga waktu menggeset soket harus pelan-pelan.
2. Arus yang disarankan pada percobaan ini sekitar 0,5 ampere.
V. PENGUKURAN
TP-01: Periksa kembali rangkaian yang anda susun, jika sudah sesuai dengan bagan,

periksakan pada pembimbing.

TP-02: Nyalakan power suplly agar kawat email mendapat aliran listrik.

TP-03: Aturlah tarikan neraca pegas pada nilai tertentu dan aturlah letak penumpu sampai

terjadi gelombang diam pada kawat. Amati sampai terjadi setengah gelombang saja.

TP-04: Ukurlah panjang kawat yang bergetar tersebut.


TP-05: Catatlah angka yang ditunjukkan oleh neraca pegas. Angka ini menunjukkan besarnya

gaya tegang kawat. Tabelkan semua data yang diperoleh.

VI. ANALISIS DATA, PEMBAHASAN DAN TUGAS PENYUSUNAN LAPORAN


TL-01:Hitunglah massa persatuan panjang kawat (rapat massa kawat).

TL-02:Buatlah grafik hubungan antara gaya tegang kawat dengan 4 kali kuadrat panjang

kawat yang bergetar.

TL-03: Dari grafik tersebut, hitunglah frekuensi listrik AC.


TL-04:Mengapa jika magnet U tersebut tidak dipasang, pada kawat tidak terjadi gelombang.

Jelaskan jawaban anda.

TL-05:Mengapa kita harus menggunakan magnet U untuk dapat mengamati terjadinya

gelombang tersebut. jelaskan.

TL-06:Mengapa jika kita meletakkan dua magnet U yang sama kekuatannya secara simetris

sepanjang kawat yang bergetar, kawat tersebut tidak lagi bergetar. Jelaskan.

TL-07:Bagaimana jika kawat yang digunakan kita ganti dengan kawat yang lain dan luas

penampangnya berbeda. Jelaskan jawaban anda.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 10
LEMBAR PENGAMATAN

Nama/NIM/Program : 1. / /
2. / /
3. / /
4. / /
Kelompok :
Jurusan/Kls/Off : / /
Hari/Tgl. Percobaan : /
==========================================================
Panjang kawat = _________ m. Massa kawat = ________ kg

No. Gaya tegang kawat (F) Panjang kawat yang bergetar (l)

(newton) (meter)

1. .............................. ..............................

2. .............................. ..............................

3. .............................. ..............................

4. .............................. ..............................

5. .............................. ..............................

6. .............................. ..............................

7. .............................. ..............................

8. .............................. ..............................

9. .............................. ..............................

Praktikum Fisika dasar 2


Page 11
10. .............................. ..............................

Malang, ............................................
Mengetahui Pembimbing Praktikum

(.....................................................)

MODUL 3
PEMBIASAN

A. Latar Belakang
1. Pembiasan pada Permukaan Sferis
Sekarang akan diperhatikan pembiasan gelombang pada permukaan sferis yang
memisahkan dua medium yang indeks bias mutlaknya n1 dan n2 (gambar 1). Perjanjian tanda
pada dasarnya sama dengan yang digunakan untuk cermin sferis, lihat tabel 2 di modul
pemantulan.

Gambar 1
Jalannya Sinar yang dideviasikan oleh Permukaan
Lengkung

Perhatikan suatu permukaan pembias cekung. Sinar datang PA dibiaskan sepanjang AD dan

memotong sumbu utama di Q. Dari gambar 4 teramati bahwa dalam kasus ini p, q, dan r

Praktikum Fisika dasar 2


Page 12
semuanya merupakan besaran positif. Dari gambar juga diperoleh  = i + 1 dan  = r  2.

Perhatikan bahwa 2 negatif menggambarklan bahwa q adalah negatif menurut perjanjian tanda.

Dari hukum Snellius n1 sin i = n2 sin r. Karena dianggap sinar-sinar mempunyai inklinasi

yang kecil, maka sudut-sudut i , r, 1, 2, dan  semuanya sangat kecil, dan dapat digunakan

sin i  i , sin r  r sehingga hukum Snellius menjadi n1 i = n2 r atau

n1 (   1 ) = n2 (  + 2 ) ......................................................................... 1

Dari gambar 1 dibuat pendekatan

h h h
tan α 1 ≈ α 1 ≈ , tan α2 ≈ α 2 ≈ , tan β = β ≈
p q r
sehingga bila disubstitusikan ke persamaan 1 diperoleh

n1 n2 n 1 − n2
+ =
p q r ....................................................................................

yang merupakan rumus Descartes untuk pembiasan pada suatu permukaan sferis. Rumus ini juga

sahih untuk permukaan pembias cembung kecuali untuk permukaan cembung, r bilangan positif.

Fokus benda Fo yang juga disebut titik fokus pertama suatu permukaan pembias

sferis adalah posisi suatu benda titik pada sumbu utama sedemikian rupa sehingga sinar-sinar

bias sejajar sumbu utama; artinya q =  dan p = fo (fo disebut panjang fokus benda). Dengan

mensubstitusikan ke persamaan 2 diperoleh


fo=
( n1
n 1 − n2)r
. Jika sinar-sinar datang sejajar

sumbu utama maka sinar-sinar bias melewati titik Fi pada sumbu utama yang disebut titik

fokus kedua; artinya p =  dan q = fi (fi disebut panjang fokus bayangan). Dengan

mensubstitusikan ke persamaan 2 diperoleh


fi =
( n2
n1 − n 2)r
.

2. L e n s a
Lensa adalah suatu medium transparan yang dibatasi oleh dua permukaan melengkung

(biasanya sferis), meskipun satu dari permukaan lensa itu dapat merupakan bidang datar. Karena itu suatu

Praktikum Fisika dasar 2


Page 13
gelombang datang mengalami dua pembiasan ketika melewati lensa tersebut. Untuk menyederhanakan

anggaplah medium dikedua sisi lensa sama dan mempunyai indeks bias satu dan indeks bias lensa adalah

n.

Gambar 2
Jalannya Sinar Ketika Dibiaskan Oleh Lensa Cembung yang Tipis

Sumbu utama lensa adalah garis yang ditentukan oleh dua pusat C1 dan C2 (gambar 2). Perhatikan

sinar datang PA. Di permukaan pertama sinar datang tersebut dibiaskan sepanjang sinar AB. Jika

diteruskan, sinar AB akan melewati Q ' , dan karena itu merupakan bayangan P yang dihasilkan

oleh permukaan pembias pertama. Jarak benda dan jarak bayangan dapat diukur dari O1 atau O2;

tetapi jika lensanya sangat tipis, ketebalan O1O2 dapat diabaikan dan semua jarak diukur dari titik

pusat yang sama, O. Jarak q ' titik Q ' dari O didapat menerapkan persamaan 2; yaitu

1 n 1−n
+ =
p q' r 1 .............................................................................................3

Di B sinar mengalami pembiasan kedua dan menjadi sinar BQ. Dikatakan bahwa Q merupakan

bayangan akhir P yang dihasilkan oleh sistem dua permukaan pembias yang membentuk lensa.

Perhatikan pembiasan di B, benda merupakan bayangan pertama Q ' dan karena itu merupakan

Praktikum Fisika dasar 2


Page 14
benda maya pada jarak  q ' dari lensa; dan bayangannya adalah Q, pada jarak q dari O. Karena

itu dengan kembali menerapkan persamaan 2 dengan p digantikan oleh  q ' diperoleh

n 1 n−1
+ =
−q' q r2 ........................................................................................4

Perhatikan bahwa urutan indeks bias telah dibalik karena dalam pembiasan kedua sinar adalah

dari lensa ke udara. Dengan menggabungkan persamaan 3 dan 4 untuk mengeliminasi q' ,

diperoleh

1 1 1 1
+ = (n − 1) −
p q r2 r1 ( ) ............................................................................8

yang merupakan rumus Descartes untuk lensa tipis. Dengan mengambil p = f dan q =  diperoleh

1
f
1 1
= (n − 1) −
( )
r2 r1
....................................................................................5

yang kadang-kadang disebut persamaan pembuat lensa. Dengan mensubstitusikan persamaan

5 ke persamaan 4 diperoleh

1 1 1
+ =
p q f .................................................................................................6

Persamaan ini memberikan keuntungan tertentu yaitu jika f ditentukan secara eksperimen,

maka dapat digunakan suatu lensa tanpa perlu mengetahui indeks bias atau jari-jarinya.

B. Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah untuk

1. Menentukan jarak fokus lensa cembung dengan cara meletakkan benda di jauh tak hingga.
2. Menentukan jarak fokus lensa cembung melalui pengukuran jarak benda dan jarak bayangan.
3. Menentukan jarak fokus lensa cekung melalui pengukuran jarak benda dan jarak bayangan.

C. Prinsip Percobaan

Dalam percobaan ini digunakan dua cara untuk menentukan jarak fokus bagi dan lensa

cembung. Cara pertama yaitu dengan menempatkan benda di jauh tak hingga ( p = ) , yang
Praktikum Fisika dasar 2
Page 15
bertujuan untuk memperoleh sinar datang yang sejajar dengan sumbu utama, yang berakibat

bayangan terletak di titik fokus. Mengukur jarak bayangan yang diperoleh berarti juga

mengukur jarak fokus. Cara kedua yaitu dengan mengukur jarak benda dan jarak

banyangannya, selanjutnya dengan persamaan 6 dapat dihitung jarak fokusnya. Untuk cermin

cembung dan lensa cekung hanya digunakan cara kedua.

C. Susunan Alat
1. Menentukan Jarak Fokus Lensa Cembung

Gambar 3
Posisi Benda, Lensa Cembung, dan
Layar Saat Menentukan Jarak Fokus
Lensa Cembung

Gambar 4
Posisi Benda, Lensa Cembung, dan
Layar Saat Menentukan Letak
Bayangan Suatu Benda

2. Menentukan Jarak Fokus Lensa Cekung

Praktikum Fisika dasar 2


Gambar 5
Page 16Posisi Lensa Cembung, Lensa Cekung, Benda, dan Layar Saat
Menentukan Jarak Fokus Lensa Cekung
D. Pengukuran
1. Lensa Cembung
TP01 Perhatikan gambar 3. Ambil lensa cembung dan layar, susun seperti gambar !

Dapatkan bayangan yang paling jelas dari benda di jauh tak hingga ! Catat datanya di

lembar data A.1. Ulangi dengan memindahkan letak lensa minimum 4 kali !

TP02 Perhatikan gambar 4. Tempatkan benda di ruang II. Geser-geserlah layar sampai

terlihat bayangan paling jelas ! Catat datanya di lembar data A.2 ! Ulangi dengan

memindahkan letak benda minimum 4 kali !

TP03 Ulangi TP02 untuk benda di ruang III !

2. Lensa Cekung
TP04 Perhatikan gambar 5. Ambil lensa cembung dan tempatkan benda (bola lampu) di

ruang II, tangkap bayangan yang paling jelas dengan layar ! Catat kedudukan layar !

TP05 Letakkan lensa cekung diantara lensa cembung dan layar. Sekarang perhatikan layar, gambar

menjadi kabur. Ukurlah jarak dari layar ke lensa cekung, catat datanya di lembar data B

sebagai p (jarak benda untuk benda maya) ! Kemudian geser-geserlah layar sampai di

dapatkan bayangan paling jelas ! Catat datanya di lembar data B sebagai q (jarak bayangan) !

TP06 Ulangi TP05 dengan cara mengubah letak lensa cekung minimal 4 kali !

E. Analisis Data
1. Lensa Cembung
TL01 Berdasarkan data yang telah dicatat pada lembar data A.1, hitunglah jarak fokus rata-

rata, ralat mutlak dan ralat relatifnya ! Sajikan sesuai dengan teori ralat !

Praktikum Fisika dasar 2


Page 17
TL02 Berdasarkan data yang telah dicatat pada lembar data A.2, hitunglah jarak fokus rata-

rata, ralat mutlak dan ralat relatifnya ! Sajikan sesuai dengan teori ralat !

2. Lensa Cekung
TL03 Berdasarkan data yang telah dicatat pada lembar data B, hitunglah jarak fokus rata-

rata, ralat mutlak dan ralat relatifnya ! Sajikan sesuai dengan teori ralat !

F. Pembahasan
1. Bandingkanlah hasil TL01 dan TL02 ! Bahaslah sejauhmana kesesuaiannya !
2. Cermatilah hasil TL03 ! Bahaslah sejauhmana besar ralat relatifnya!
3. Bahaslah sumber – sumber kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi selama percobaan !

G. Tugas
1. Lihat gambar 3 sampai 5 ! Masing-masing lukiskan jalannya sinar !

LEMBAR DATA

JURUSAN : …………………………………
KELOMPOK : …………………………………
Hari/Tgl Perc : …………………………………
Nama/Nim 1. …………………………………./…………………………….
2. …………………………………./…………………………….
3. …………………………………./…………………………….
4. …………………………………./…………………………….

A. Lensa Cembung
Benda di Tak Hingga
No Jarak Fokus (cm)

Praktikum Fisika dasar 2


Page 18
2. Benda di Ruang II dan Ruang III
No Benda di Ruang II Benda di Ruang III
p (cm) q (cm) p (cm) q (cm)
1
2
3
4
5

B. Lensa Cekung

No p (cm) q (cm)
1
2
3
4
5
Malang, ............................................
Mengetahui Pembimbing Praktikum

(.....................................................)
MODUL 4

PERCOBAAN KALORIMETER

A. Latar Belakang
Materi kalor yang disampaikan secara teoritis dalam sesi kuliah (tatap muka),
mengakibatkan mahasiswa memahami secara abstrak sebatas jangkauan pikirannya.
Diperlukan aktivitas yang dapat merangsang pemahaman berdasar pengamatan terhadap
kejadian alam, yang diharapkan mampu menguatkan pemahaman teoritis di perkuliahan.
Dalam kegiatan ini mahasiswa melakukan pengamatan terhadap proses termodimanik
yang berlangsung selama peristiwa “serah terima” kalor dari dua sistem yang bertemperatur
beda dalam keadaan terisolasi dengan lingkungannya.
Pada bagian analisis data, perhitungan dilakukan dengan asumsi, kejadian dalam
keadaan ideal. Mahasiswa seharusnya mengetahui, kejadian apa saja yang dianggap ideal
tersebut.

B. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan:
1. mahasiswa memperoleh penguatan pemahaman tentang kalor, kapasitas kalor zat dan kalor
jenis zat,
2. mahasiswa mencoba menentukan kapasitas kalor kalorimeter dan kalor jenis zat padat,
3. mahasiswa terampil menggunakan set kalorimeter,
4. mahasiswa terampil menggunakan teori ralat dan mengetahui ralat alat,
5. mahasiswa terampil menggunakan termometer.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 19
D. Dasar Teori
Kalor adalah energi yang ditransfer dari suatu obyek kepada obyek lain yang hanya
disebabkan oleh perbedaan temperatur. Kalor mengalir dari sistem bertemperatur tinggi
menuju sistem yang bertemperatur lebih rendah.
Setiap zat memiliki perbedaan dalam jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur pada jumlah massa yang dimiliki oleh zat itu. Perbandingan banyaknya kalor yang
diperlukan benda sehingga temperaturnya nail sebesar T dinamakan Kapasitas Kalor C dari
benda itu, yaitu:
ΔQ
C = Δt .....................................................................................................
(1)
Berdasarkan persamaan 1, maka kapasitas kalor bermakna tenaga dalam bentuk kalor
yang diberikan pada benda sehingga temperatur benda naik sebesar 10C.
Hal yang lebih khusus mengarah pada karakteristik bahan pembentuk dinyatakan
sebagai Kalor Jenis Zat. Kalor jenis C adalah kapasitas kalor persatuan massa benda, yaitu:
ΔQ
C = mΔt ...................................................................................................
(2)
Kalor yang harus diberikan kepada benda bermassa m yang memiliki kalor jenis C,
untuk menaikkan temperatur benda dari T1 menjadi T2, dimana T2 >T1 adalah:
T2

m ∫ Cdt
Q = T1 ............................................................................................... (3)
Pada interval temperatur biasa kalor jenis bahan relatif konstan terhadap temperatur
sehingga persamaan 3 dapat dinyatakan dengan:
Q = m c t................................................................................................. (4)
Ketika dua bagian berbeda temperatur dicampur dalam suatu sistem terisolasi, maka
terjadi “serah terima” kalor. Kalor mengalir dari bagian bertemperatur tinggi menuju bagian
yang bertemperatur lebih rendah. Jika sistem berada dalam keadaan terisolasi sempurna, tidak
terjadi aliran energi dan lingkungan menuju sistem dan sebaliknya, bersandar pada Hukum
Kekekalan Energi, kalor yang dilepas oleh bagian bertemperatur lebih tinggi sama dengan
kalor yang diterima oleh bagian yang bertemperatur lebih rendah. Ungkapan azas Black
menyatakan:

“Kalon yang dilepas = Kalor yang Diserap”

Bila kapasitas kalor dan kalorimeter diketahui, maka kalorimeter dapat digunakan
untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Metode yang digunakan dikenal dengan metode
pencampuran, yaitu benda yang ingin diketahui kalor jenisnya dipanasi sampai temperatur t2,
kemudian dimasukkan dalam kalorimeter berisi air yang berada dalam kesetimbangan
temperatur t1. Pencampuran dua sistem bertemperatur yang berbeda tersebut akan
menghasilkan kesetimbangan temperatur t3.
Faktor terpenting yang harus diperhatikan dalam percobaan menggunakan kalorimeter
adalah semaksimal mungkin sistem kalorimeter berada dalam kondisi terisolasi dengan
lingkungannya (tidak terjadi pertukaran kalor antara kalorimeter dengan lingkungannya).
Dengan demikian kalor yang dilepas benda sama dengan kalor yang diterima oleh kalorimeter
dan air dingin.
Dalam praktikum ini kita akan melakukan satu set percobaan saja, yaitu menentukan
kapasitas kalor kalorimeter. Secara garis besar prosedur percobannya adalah sebagai berikut.

1. Menentukan Kapasitas Kalor Kalormeter (Ck)


Praktikum Fisika dasar 2
Page 20
Pada percobaan 1 ini, mula-mula air dingin bermassa m 1 dimasukkan ke dalam
kalorimeter sehingga terjadi kesetimbangan termal antara air dan kalorimeter pada temperatur
t1. Tambahkan air panas yang bertemperatur t2 > t1, sehingga terjadi perpindahan kalor dari
zat yang bersuhu tinggi (air panas) menuju zat bersuhu rendah (air dingin dan kalorimeter).
Pernyataan azas Black untuk fenomena ini adalah kalor yang dilepas air panas sama dengan
kalor yang diserap air dingin dan kalorimeter.
Jika kalor jenis air untuk kisaran suhu ini diasumsikan konstan sebesar C air = 1
kalori/g°C, maka persamaan eksplisit kapasitas kalor kalorimeter (Ckal) adalah:

( t 2 −t 3 )
Ckal = map.ca ( t 3 −t 1 ) - madca...................................................................... (5)

Jelaslah bahwa besaran-besaran yang hams kita ukur untuk menentukan Ck adalah
massa air dingin mad, massa air panas map, temperatur setimbang antara air dingin dan
kalorimeter t1 , suhu air panas tepat ketika akan dimasukkan ke dalam kalorimeter t2
temperatur setimbang dari campuran air dingin dan air panas dalam kalorimater t3.

Tugas Sebelum Praktikum


1. Berdasarkan azas Black turunkan persamaan 5!
2. Apakah yang dimaksud dengan kesetimbangan termal?

D. Daftar Pustaka
- Alonso, M. Finn, E.J. 1992. Dasar-dasar Fisika Universitas Jilid I. Mekanika dan
Termodinamika. Jakarta: Penerbit Erlangga
- Halliday. 1992. Fisika Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga
- White, Manning. 1954. Experimental College Physics. M Book Company.
- Yoedono. 1991. Pedoman Praktikum Fisika Universitas. Bandung: Armico.

E. Alat, Bahan, dan Rangkaian Percobaan


1. Alat-Alat dan bahan
Kalorimeter lengkap dengan Pengaduk, Termometer dan Bejana Pelindung, Termometer
Batang, Gelas Ukur 100 mL, Pemanas Bunsen, Bejana Pemanas, dan Air
2. Susunan Alat

Penutup Termometer

Baja Pelindung Pengaduk

Bejana Kalorimeter

Praktikum Fisika dasar 2


Page 21
Gambar 1. Set Kalorimeter (Manning, 1954:135)

F. PROSEDUR PERCOBAAN
Sebelum memulai percobaan hari ini terlebih dahulu kumpulkan tugas rumah sebelum
praktikum dan laporan praktikum sebelumnya kepada pembimbing praktikum!

1. Percobaan Menentukan Kapasitas Kalor Kalorimeter


1. Siapkan alat dan bahan, kemudian susunlah percobaan!
2. Panaskan sejumlah air menggunakan pemanas bunsen yang tersedia!
3. letakkan di atas timbangan bagian set kalorimeter yang terdiri dari bejana kalorimeter,
termometer, dan pengaduk jadi satu.
4. Timbanglah air dingin (suhunya harus lebih rendah dari suhu kamar) sekitar 50 gr,
kemudian masukkan ke dalam kalorimeter. Catat massa air dingin sebagai mad!
5. Amati termometer dan catat temperatur kesetimbangan awal antara air dingin dan
kalorimeter sebagai t1!
6. Ambil 50 ml air yang dipanaskan (dari langkah 2) buatlah temperatur air panas 50°C
(diukur dengan termometer lain) dan dimasukkan dengan cepat ke dalam kalorimeter.
Catat suhu ini sebagai t2!
7. Aduk pelan-pelan campuran air dingin dan panas tersebut sambil amati terus perubahan
temperatur yang ditunjukkan oleh termometer. Setelah penunjukan termometer stabil,dan
suhunya hampir turun, catat suhunya sebagai t3.
8. Buanglah air dalam kalorimeter dan usap dengan lap bejana kalorimeter hingga kering ,
lalu ulangi langkah butir 4 sampai dengan butir 9 sebanyak 4 kali!
9. Catat data yang anda peroleh pada lembar data pengamatan yang tersedia.

Perhatian!
- Suhu air dingin harus lebih rendah dan suhu kamar.
- Suhu air panas 50°C.
- Hindari segala peristiwa yang memperbesar kernungkinan terjadinya pertukaran kalor
antara sistem kalorimeter dengan lingkungannya!

G. Tugas Penyusunan Laporan


Percobaan 1
Isilah tabel berikut berdasar data yang anda peroleh dari percobaan 1:

Telah diketahui bahwa : cair = 1 kalori/gr.°C


No Mad (gr) Map (gr) t1(0C) t2(0C) t3(0C) Ckal(satuan)
1.
2.
3.
4.

- Kapasitas kalor kalorimeter rata-rata adalah Ckal = .... (Satuannya apa?)


- Standar Deviasi dari kapasitas kalor kalorimeter adatah Sckal = .......
- Perhatikan bahwa: Ckal merupakan pengukuran tak langsung, sehingga pergunakan teori
ralat rambat. Mempertimbangkan kondisi percobaan, hitunglah Sckal hanya dan data nomor
1 (pada tabel 1), ingat bahwa masing masing pengukuran mad, map, t1, t2, dan t3 pada
dasarnya adalah pengukuran tak berulang!

Praktikum Fisika dasar 2


Page 22
Dengan demikian hasil pengukuran kapasitas kalor kalorimeter berdasarkan percobaan
ini Ckal = C kal  Sckal (satuannya apa?).

4. Pembahasan
Ungkapkan bahasan hasil analisis percobaan yang telah anda lakukan dalam rangkaian
kalimat beralinea dengan pokok bahasan sebagai berikut:
1. Definisikan tentang Kalor, Temperatur, Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor Zat!
2. Menurut anda apakah yang mendasari dilakukannya pengukuran kapasitas kalor bagi
kalorimeter, dan bukan kalor jenis kalorimeter?
3. Deskripsikan metode pencampuran untuk menentukan Kalor Jenis zat! Dan mengapa
dipersyaratkan berkondisi Adiabatis?
4. Berdasarkan informasi yang anda peroleh dari pembimbing praktikum tentang bahan zat
padat yang ditentukan kalor jenisnya, cari nilai standar kalor jenis bahan tersebut pada
tabel (appendix), bandingkan dengan pengukuran kalor jenis benda hasil percobaan!
Jelaskan mengapa demikian menurut pengamatan anda?
5. Jelaskan mutu hasil percobaan yang anda lakukan merujuk pada ketidakpastian relatif yang
anda peroleh!
6. Kita melakukan asumsi bahwa kalor jenis air konstan selama percobaan, sejauh mana
asumsi ini diperkenankan? Terangkan berdasarkan hubungan antara kalor jenis zat dengan
perubahan temperatur berdasarkan literatur yang telah anda peroleh di SMA!
7. Anda dapat menambahkan pokok bahasan lain bagi pembahasan ini, untuk itu anda berhak
mendapatkan nilai tambah.

5. Kesimpulan
6. Tugas
1. Kira-kira kesalahan apakah yang mungkin terjadi bila air yang berada di dalam kalorimeter
terlalu banyak dibanding dengan jumlah zat padat yang dimasukkan ke dalamnya?
2. Sebuah bola platina dengan massa 100 gram dimasukkan ke dalam 400 gram air yang
bersuhu 0°C, jika kemudian terjadi kesetimbangan temperatur pada 10,1°C dan kalor jenis
platina adalah 0,040 kal/gr°C. Berapakah temperatur platina tepat ketika akan dimasukkan
ke dalam air?

Praktikum Fisika dasar 2


Page 23
LEMBAR PENGAMATAN
PERCOBAAN KALORIMETER

Anggota Kelompok:
1. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
2. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
3. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
4. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
5. Nama: ___________________NIM: _______________Program: ___________
Kelompok :_______________________________________
________
Jurusan/Kls/Offering :_______________________________________________
Hari/Tgl Percobaan :_______________________________________________

mad map t1 t2 t3
No
(gram) (gram) (0C) (0C) (0C)
1.
2.
3.
4.

Keterangan:
Mad = Massa Air Dingin
map = Massa Air Panas
t1 = Suhu kesetimbangan antara Kalorimeter dan Air Dingin
t2 = Suhu air panas tepat ketika akan dimasukkan ke Kalorimeter
t3 = Suhu kesetimbangan antara Kalorimeter, Air Dingin dan Air Panas

Malang, ...................................
Mengetahui Pembimbing,

( _______________________ )

Praktikum Fisika dasar 2


Page 24
INDEKS

PENGANTAR ANALISIS KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN

A. Pengukuran, Eksperimen dan Ilmu Pengetahuan


Sebagai ilmu pengetahuan empiris, fisika, sebagai salah satu cabang sains, memformulasikan
fenomena alam dari data partikular hasil pengamatan unutk diekstraksi menjadi kesimpulan
teori umum dengan bersandar pada proses sistematis logis. Pengamatan adalah langkah awal
untuk mensistesa kebenaran alam di dalam ilmu fisika, yang kemudian diikuti pemikiran,
sesuai gambar 1 berikut.

Gambar 1. Antar hubungan antara teori dan eksperimen

Pengamatan akan menghasilkan inspirasi untuk membangun teori, selanjutnya teori


akan meramalkan sesuatu yang akan diwujudkan dalam eksperimen atau dimanfaatkan untuk
kehidupan sehari-hari. Eksperimen ini akan mengembangkan atau mengoreksi teori lebih
lanjut. Inilah hal menarik dalam sains, dilakukan koreksi secara terus-menerus untuk
mencapai kebenaran. Dari semua proses ini tampak bahwa baik aktivitas berpikir maupun
pengumpulan fakta harus dilaksanakan kedua-duanya.
Pengamatan atas suatu besaran fisika bisanya berupa pengamatan kuantitas atau
pengukuran. Demikian juga eksperimen tersusun dari serangkaian pengukuran. Jelas bahwa
pengukuran memegang peranan penting dalam pertumbuhan sains dan teknologi. Ekspeimen
dengan pengukuran sebagai komponen utamnya, pada tingkat dasar menyandang tujuan
sebagi berikut. (Hikam, dkk)
 membandingkan teori dan kenyataan
 melihat secara visual beberapa peristiwa fisika dalam kejadian sebenarnya
 mendapatkan common sense fisika
 mendapatkan rasa fisika (misal apa arti 1 W, arti 1 Volt, masa jenis dan lain-lain)
 meluruskan miskonsepsi/hal yang kurang dipahami
 mengecek kebenaran hukum fisika, misalnya: Hukum Kirchoff, Hukum Ohm, dan
sebagainya
 mecari ketetapan fisika secara kuantitatif, misalnya: koefisian viskositas zat cair,
konstanta Laplace, koefisien muai panjang dan lain-lain

B. Analisis Ketidakpastian
Misalkan dilakukan pengukuran terhadap diameter kawat dengan mikrometer, dari beberapa
pengukuran diperoleh beberapa nilai hasil pengukuran yang sama dan beberapa diantaranya
berbeda. Dengan kata lain terdapat variasi hasil pengukuran. Variasi hasil pengukuran ini
menyebabkan tidak dapat diketahuinya secara pasti nilai pengukuran sebenarnya.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 25
Pengalaman menunjukkan bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari ketidakpastian, meski
pengukuran tersebut telah dilakukan dengan sangat hati-hati. Seluruh struktur dan aplikasi
dalam sains bergantung pada pengukuran, dengan demikian kemampuan melakukan evaluasi
tehradap ketidakpastian serta upaya untuk meminimalisir ketidakpastian menjadi hal yang
sangat penting.
Buku kecil ini hadir untuk membantu mahasiswa tahun awal yang akan melaksanakan
eksperimen atau kerja laboratorium fisika, untuk melakukan pelaporan hasil eksperimen
secara benar menurut kaidah ilmiah yang berlaku. Tentunya, kepraktisan dan Kesederhanaan
formulasi menjadi harapan utama tersajinya buku analisis ketidakpastian ini, sedemikian
hingga mahasiswa tahun pertama bisa memanfaatkannya dengan mudah sebagi pendamping
pelaksaan kerja laboratorium atau praktikum atau eksperimen dalam fisika.

C. Ketidakpastian Pengukuran
Pernyataan yang lengkap dari hasil pengukuran harus dapat menunjukkan estimasi tingkat
kepercayaan. Pelaporan sejati atas hasil eksperimen yang dilengkapi dengan faktor
ketidakpastiannya mengijinkan orang lain (bukan pelaksana eksperimen tersebut) dapat
memberikan pertimbangan dan penilaian akan kualitas eksperimen dan hasil eksperimen
tersebut apakah memiliki makna untuk dibandingkan dengan nilai prediksi teoritik yang
terkait. Tanpa estimasi ketidakpastian, tidak mungkin dapat dijawab pertanyaan mendasar
ilmu pengetahuan berikut, “Apakah hasil eksperimen saya mampu memberikan verifikasi atau
konfirmasi atas prediksi teoritik atau hasil eksperimen terkait sebelumnya?” Ini adalah
pertanyaan fundamental untuk memutuskan suatu hipotesis ilmiah diterima ataukah ditolak.
Ketika melakukan pengukuran, secara umum dapat diasumsikan bahwa terdapat ukuran tepat
yang bersandar pada bagaimana kita mendefinisikan hal yang hendak diukur. Jika tidak dapat
diketahui nilai hasil ukur suatu obyek secara eksak, maka kita harus berupaya mendapatkan
hasil yang ideal dengan memaksimalkan kemampuan proses pengukuran agar diperoleh
sumber data yang memadai. Permasalahan pengukuran ini dapat diatasi dengan melakukan
pengukuran beberapa metode pengukuran yang berbeda atau pengulangan pengukuran dengan
metode yang sama pada obyek tersebut. Lantas bagaimana kita melaporkan dengan estimasi
terbaik atas hasil temuan yang kebenaran nilainya sulit dipahami ini? Penyajian yang umum
digunakan untuk menunjukkan kisaran nilai yang diyakini mengandung ‘nilai yang benar’
adalah

Contoh kasus, anda bermaksud menimbang cincin emas agar dapat menjawab secara
tepat pertanyaan teman anda tentang berapa masa cincin itu. Anda menimbang massa emas
dengan timbangan digital sebanyak tiga kali sehingga diperoleh hasil sebesar 17,43 g, 17,42 g
dan 17,44 g, sehingga dapat disimpulkan kisaran massa cincin sebesar 17,44 0,02 gram.
Setelah memperoleh nilai ini, kini telah memiliki data massa benda berharga ini hingga
ketepatan seperseratus gram. Karena ingin leih mantap, anda lantas menimbang sekali lagi
dengan neraca dan hasil yang diperoleh adalah 17,22. Nilai hasil penimbangan dengan neraca
digital ini jelas di bawah kisaran hasil penimbangan yang pertama, anda boleh tidak peduli
dengan hasil ini, tapi anda harus bisa menjawab dengan tepat siapapun yang bertanya tentang
cincin anda. Lantas apa yang harus anda lakukan? Untuk menjawab pertanyaan ini mula-mula
kita harus mendefinisikan istilah akurasi dan presisi:
Akurasi adalah nilai hasil pengukuran yang paling dekat dengan nilai yang benar. Ukuran
kesalahan/ketidakpastian menyatakan jumlah ketak-akuratan.
Presisi menyatakan seberapa baik suatu hasil pengukuran dapat ditentukan (sebelum
dicocokkan dengan nilai teoritiknya atau nilainya yang benar). Ini merupakan derajat

Praktikum Fisika dasar 2


Page 26
konsistensi dan persetujuan hasil pengukuran secara independen, juga menyatakan reliabilitas
dan kemampuan reproduksi hasil pengukuran tersebut.

Catatan : Ungkapan ketidakpastian pengukuran harus mencerminkan kedua hal ini,


presisi dan akurasi.
Perlu dicatat bahwa untuk menentukan akurasi hasil pengukuran, kita harus
mengetahui nilai yang benar dan ideal yang telah dilakukan oleh pengukuran terpercaya
sebelumnya. Kita bisa mengacu pada data yang telah disajikan dalam buku teks yang telah
jelas kebenarannya dan kita jadikan sebagai nilai ideal dan memanfaatkan ‘nilai ideal’ ini
untuk menduga akurasi hasil pengukuran kita. Kita juga memperoleh nilai teoritik, yang
dihitung dari prinsip-prinsip dasar, dan juga merupakan nilai ideal. Tetapi fisika adalah ilmu
pengetahuan yang empiris, yang berarti teorinya harus divalidasi oleh eksperimen dan bukan
dengan cara lain.
Terkait dengan kasus cincin emas, tidak ada acuan nilai yang bisa jadi pembanding,
kedua hasil pengukuran memiliki presisi yang sama, sehingga kita tak punya alasan unruk
lebih percaya satu diantaranya. Satu-satunya cara untuk mengevaluasi tingkat akurasi hasil
pengukuran ini dapat dilakukan dengan membandingkannya dengan acuan standar. Hal ini
dilakukan dengan melakukan kalibrasi kesetimbangan neraca dengan standar massa dasar
yang tersedia di the National Institute of Standart and Technology (NIST). Kalibrasi
kesetimbangan neraca akan mengeliminasi ketidaksesuaian antara hasil pembacaan skala
dengan pernyataan yang lebih akurat dari pengukuran massa.
Pelaporan presisi data secara kuantitatif diungkapan dengan ketidakpastian relatif
dan fraksional sebagai berikut.

(1)
Sebagai contoh, hasil pengukuran massa dinyatakan dengan
g,
memiliki ketidakpastian relatif

.
Catatan : Semakin besar ketidakpastian relatif maka semakin kecil tingkat presisi hasil
pengukuran.

Pelaporan akurasi data secara kuantitatif dinyatakan dengan kesalahan relatif

(2)
Contoh, nilai harap massa untuk m adalah
,
maka kesalahan relatifnya adalah

.
Catatan: tanda minus mengindikasikan bahwa nilai pengukuran lebih kecil dari nilai
harap.Semakin besar nilai mutlak kesalahan relatif maka semakin kecil tingkat akurasi
hasil pengukuran.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 27
Analisis terhadap data hasil pengukuran perlu mempertimbangkan perbedaan antara
tingkat presisi dan tingkat akurasi. Tingkat presisi mengindikasikan kualitas hasil pengukuran,
tanpa mempertimbangkan garansi kebenaran atas hasil pengukuran tersebut. Tingkat akurasi,
di sisi lain, mengasumsikan adanya nilai ideal, yang menunjukkan seberapa jauh nilai hasil
pengukuran tersebut dari nilai idealnya, atau jawaban yang benar. Konsep ini secara langsung
terkait dengan kesalahan pengukuran random dan sistematis.

D. Tipe-Tipe Kesalahan dan Sumber Penyebabnya.


Kesalahan pengukuran (measurement errors) dapat diklasifikasikan sebagai kesalahan random
dan sistematis, bergantung pada bagaimana hasil pengukuran diperoleh (instrumen
pengukuran dapat menyebabkan kesalahan random pada situasi tertentu dan dapat pula
menyebabkan kesalahan sistematis pada situasi yang lain). Deskripsi tentang kesalahan
random dan sistematis akan diuraikan berikut.
Kesalahan Sistematis
Ketakpastian sistematis merupakan tipe ketak-akuratan yang bersifat ajeg/konsisten
jika penyebab kesalahan ini tidak dihilangkan. Kesalahan ini sulit dideteksi dan tidak dapat
dianalisis secara statistik. Yang termasuk tipe ini antara lain adalah sebagai berikut.
 Kesalahan kalibrasi. Cara pemberian nilai skala pada saat pembuatan alat tidak tepat.
Kesalahan ini dapat diketahui dengan membandingkan alat tersebut dengan alat baku.
Alat baku telah dikondisikan sedemikian rupa sehingga, meskipun buatan manusia,
dianggap sempurna.
 Kesalahan titik nol. Titik nol skala tidak berimpit denga titik nol jarum penunjuk.
 Kelelahan komponen alat. Misalkan pada pegas: pegas yang telah dipakai beberapa
lama dapat mengalami deformasi kekakuan pegas sehingga mempengaruhi gerak
jarum penunjuk.
 Gesekan. Gesekanselalu timbul antara bagian satu yang bergerak terhadap bagian
yang lain
 Kesalahan paralak.Pengamat dalam melakukan pengamatan tidak tegak dan lurus
terhadap jarum penunjuk.
 keadaan lingkungan saat bekerja. Pemakaian alat yang berbeda keadaannya
dibanding saat dikalibrasi.

Jika kesalahan ini terjadi maka perlu dilakukan kalibrasi ulang untuk menera alat ukur
agar kembali pada nilai standarnya, melakukan koreksi atau menentukan faktor koreksi untuk
mengurangi bias pengukuran. Kesalahan sistematis tidak dapat dikurangi dengan melakukan
pengulangan observasi.
Andai ketidak pastian bersistem dapat diatasi dengan membuat alat ukur yang sangat
sempurna dan dioperasikan oleh pengamat yang terampil, pengukuran akan tetap tidak
menghasilkan nilai yang sama. Penyebab ketidakpastian yang lain selain ketidakpastian
bersistem adalah ketidakpatian acak.

Kesalahan Acak (Random)


Beberapa hal yang menyebabkan ketidakpastian acak atau rambang adalah sebagai
berikut
 Gerak Brown molekul udara. Penunjukan jarum alat yang sangat halus (seperti
mikrogalvanometer) dapat terganggu oleh gerakan molekul udara.
 Fluktuasi pada tegangan jarum listrik.
 Landasan yang bergetar. Dapat muncul karena pergerakan pada kerak bumi.
 Noise. Terjadi karena adanya fluktuasi yang cepat pada tegangan yang disebabkan
oleh komponen alat yang peka temperatur.
Praktikum Fisika dasar 2
Page 28
 Radiasi Latar alam. Hal ini dapat mengganggu hasil pencacahan radioaktif dengan
pencacah elektronik.
Pada dasarnya ketakpastian acak disebabkan adanya suatu gejala yang tak mungkin dihindari
atau dikendalikan sepenuhnya karena gejala tersebut merupakan perbuatan yang sangat cepat
sehingga pengendaliannya diluar kemampuan manusia.
Selain kesalahan di atas, terdapat kesalahan personal yang hadir karena tidak hati-hati,
miskin (ketidak-tahuan) teknik pengukuran atau bias yang dilakukan oleh pelaksana
eksperimen.

E. Estimasi Ketidakpastian untuk Pengukuran Tunggal


Pengukuran apapun yang kita lakukan selalu mengandung ketidakpastian, setinggi
apapun ketepatan alat ukurnya. Ketepatan alat ukur ini dapat ditinjau dari skala alat ukurnya.
Setiap alat ukur mempunyai skala dalam berbagai bentuk, tetapi setiap skala mempunyai
batasan yaitu skala terkecil yang masih dapat dibaca. Semisal, sebuah penggaris dengan skala
terkecil 1 mm, jika digunakan untuk mengukur panjang suatu benda yang panjgangnya antara
2,1 cm dan 2,2 cm, biasanya hasil pengukurannya dinyatakan sebesar 2,15 cm. Angka 0,05
cm merupakan angka yang tak-pasti (suatu taksiran). Pembacaan skala pada alat ukur hanya
dapat dipastikan hingga batas (jumlah angka) tertentu saja. Inilah salah satu contoh dari ralat
(ketakpastian) pengukuran yang disebabkan nilai skala terkecil (nst).

Estimasi atas pengukuran yang hanya dilakukan sekali (tidak berulang) dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan ketakpastian nilai skala terkecil ini dan cara penyajian
hasil pengukuran dinyatakan sebagai berikut.

(satuan)
(3)

Beberapa alat ukur memiliki skala yang sangat halus, alat seperti ini
ketidakpastiannya sejumlah nilai skala terkecilnya, bukan lagi setengah skala terkecil.
Contoh : Mengukur panjang pensil dengan penggaris seperti pada gambar (1) dengan sekali
pengukuran.

Gambar 2. Mengukur panjang pensil.

Skala terkecil penggaris adalah 1 mm, hasil pengukurannya adalah 36 mm, maka pelaporan

hasil pengukuran harus disertai kisaran sebagai berikut


mm.
Ketakpastian hasil pengukuran ini akan menurun bila alat ukur yang digunakan adalah jangka
sorong.
Tugas : Ukurlah diameter ballpoint yang anda gunakan dengan jangka sorong, lalu laporkan
hasil pengukurannya dengan lengkap.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 29
F. Estimasi Terbaik Hasil Pengukuran Berulang

Misalnya dilakukan pengukuran satu periode osilasi bandul dengan memanfaatkan


pengukur waktu digital yang sangat presisi (yang diasumsikan tepat) dan diperoleh hasil
T=0,444 detik. Pengukuran tunggal ini menyarankan ketakpastian sebesar detik, tetapi
kepresisian instrumen ini mungkin tidak memberikan ‘sense’ yang lengkap tentang
ketidakpastian pengukuran. Disarankan untuk melakukan beberapa kali mengevaluasi variasi
masing-masing hasil pengukuran yang diperoleh. Misalkan dilakukan lima kali pengukuran
dan diperoleh nilai dalam detik: 0,46; 0,44; 0,45; 0,44 dan 0,41.

Estimasi terbaik atas nilai ukur merupakan nilai rata-rata dari N pengukuran
independen yang dapat diperoleh dengan:

(4)
Contoh: untuk kasus pengukuran periode bandul diperoleh nilai terbaik periode

Catatan: Sebisa mungkin, pengulangan pengukuran dilakukan dengan sebanyak mungkin


pengulangan dan lakukan perata-rataan hasilnya. Rerata ini merupakan estimasi terbaik
atas nilai yang benar. Semakin banyak pengulangan yang dilakukan, semakin baik
estimasi yang diperoleh.

G. Ketidakpatian Pengukuran Berulang

Deviasi standar rata-rata (Standart Deviation of The Mean)

Jika distribusi data membentuk distribusi normal, maka variasi ketakpastian


pengukuran dinyatakan dengan simpangan baku rata-rata atau deviasi standar rata-rata (yang
dialihbahasakan dari: standart deviation of the mean) [Taylor] dapat dinyatakan dengan
yang formulasinya

(5)
Contoh : Mengukur lebar kertas dengan menggunakan penggaris berskala sepersepulu
milimeter sehingga diperoleh hasil pengamatan 31,33; 31,15; 31,26; 31,02 dan 31,20.
Langkah awal adalah melakukan penabelan data hasil Pengukuran, Hendaknya selalu
sertakan satuan pengukuran.

Tabel 1. Data Pengukuran Lebar kertas


Pengukuran ke i
(cm) (cm)
1. 31,33 31,33-31,19=0,14
2. 31,15 -0,04
3. 31,26 0.07
4. 31,02 -0.17
5. 31,20 0,01

Praktikum Fisika dasar 2


Page 30
Dari tabel, diperoleh estimasi terbaik lebar kertas:

Standar deviasi rata-ratanya dihitung dengan prosedur pada persamaan (5), sehingga diperoleh
nilai sebesar

Dengan demikian hasil pengukuran lebar kertas adalah

.
Ketidakpastian relatif

Pelaporan hasil pengukuran dapat dinyatakan dengan ketakpastian relatif yang


memenuhi formulasi berikut.

(6)

Contoh : untuk kasus pengukuran lebar kertas, maka ketidakpastian relatifnya dinyatakan
sebesar

Catatan : Ketidakpastian relatif tidak berdimensi (tidak memiliki satuan). Pelaku eksperimen
fisika dapat menyatakan bahwa pengukuran ini adalah “memiliki katepatan sebesar 0,2%”.

H. Ketidakpastian Hasil Eksperimen (Rambatan Ketidakpastian)

Seringkali nilai hasil eksperimen yang kita tentukan merupakan fungsi Z = Z(x1, x2,
x3): yang bergantung pada sejumlah variabel misalnya x1, x2, x3,... yang masing-masing
memiliki standar deviasi rata-rata .
Untuk kasus seperti ini hasil pengukurannya disebut mengalami perambatan sehingga
standar deviasi rata-ratanya pun mengalami perambatan, atau merupakan perambatan
ketidakpastian.

Contoh : Untuk menentukan besar kecepatan , maka pelaporan hasil eksperimen


m/s dilakukan dengan meninjau hasil pengukuran m dan .
Perhitungan rambatan estimasi terbaiknya dapat dihitung secara langsung sesuai
rumus, akan tetapi perhitungan ketidakpastiannya harus mempertimbangkan karakter
pengukuran sebagaimana berikut.

Semua variabel bebas diukur dengan pengukuran tunggal


Dalam hal ini dimisalkan bahwa:
Praktikum Fisika dasar 2
Page 31
- dengan x1 = 0,5 nst
- dengan x2 = 0,5 nst
- dengan x3 = 0,5 nst
jika semua variabel bebasnya diukur hanya sekali, maka ketakpastian variabel terikatnya
dinyatakan dengan persamaan:

(7)
Contoh : Chandra mengukur massa jenis suatu benda dengan mengukur langsung volume dan
massanya. Volume diukur satu kali menggunakan gelas ukur dengan nst = 1 cm3 ; massa
diukur satu kali menggunakan neraca teknis dengan nst = 1 gram. Diperoleh data pengukuran:
V = 15 cm3 dan m = 12 gram. Bagaimanakah hasil pengukuran tersebut disajikan?

Massa jenis merupakan kuantitas hasil eksperimen yang dapat ditentukan dari hasil
pengukuran langsung volume, V dan massa m, dengan demikian untuk melaporkan hasil
pebgukuran massa jenis, kita perlu menghitung masing-masing pengukuran langsungnya
terlebih dahulu.
• Kuantitas hasil pengukuran (langsung) untuk volume dan massa benda:
Volume, V = ; karena diukur hanya satu kali, maka V = 0,5 nst = 0,5 cm3, sehingga
diperoleh

V = (15 0,5) cm3.


Massa, ; karena hanya diukur sekali, maka m = 0,5 nst= 0,5 gram
m = (12 0,5) gram

• Kuantitas hasil eksperimen (pengukuran tak langsung) Massa jenis ,


Estimasi nilai terbaik hasil eksperimen dapat dihitung langsung dari rumus
Nilai rerata massa jenis benda:

= .
Ketakpastian massa jenis benda, dihitung berdasar permbatan ketakpastiannya,
.
Catatan: dibaca: dho adalah lambang dari turunan parsial, selain variabel yang dicari
turunannya akan dianggap konstanta sesuai cara berikut.

(i) ingat bahwa V = 0,5 nst

(ii) ingat bahwa m = 0,5 nst


sehingga diperoleh

Ketakpastian relatif:

Praktikum Fisika dasar 2


Page 32
R =

Semua variabel bebas diukur secara berulang


Dimisalkan bahwa x1, x2,dan x3 adalah variabel-variabel bebas yang diukur langsung:
x1= ; x2 = dan x3 = dengan adalah nilai estimasi terbaik
(rata-ratanya) yang masing-masing ditentukan dengan persamaan (4), dan nilai ketidakpastian
dan masing-masing ditentukan dengan persamaan (5). Ketakpastian dari hasil
eksperimen (yang merupakan variabel terikat) dinyatakan dengan persamaan:

(8)

Contoh: Dody menentukan volume kawat berbentuk silinder (mengukur secara tak langsung).
Mula-mula ia mengukur panjangnya empat kali di beberapa tempat yang berbeda
menggunakan jangka sorong dengan hasil: (16,1; 16,2; 16,0; 16,1) cm. Kemudian ia ukur juga
diameter kawat menggunakan mikro-meter sebanyak lima kali di beberapa tempat dan
diperoleh.

    
d1=10,10 mm d2=10,05 mm d3=10,10 mm d4=10,06 mm d5=10,04 mm

Bagaimana hasil pengukuran volume kawat harus dilaporkan?

Tabel 2. Penyajian hasil pengukuran variabel bebas

dI (mm) pI(cm)

10,10 16,1

10,05 16,2

10,10 16,0

10,06 16,1

10,04

- Diameter d, n=5 (diukur 5 kali)


Estimasi terbaik diameter

dari persamaan (5)


Praktikum Fisika dasar 2
Page 33
Deviasi standar rata-rata diameter kawat

Jadi, d = (10,07  0,07) mm atau d = (1,01  0,01) cm.

- Panjang p; n = 4 (diukur 4 kali)

Estimasi terbaik ukuran panjang adalah

.
Standar deviasi rata-rata ukuran penjang adalah,

Dengan demikian Hasil pengukuran panjang adalah


p = (16,10  0,04) cm
Tugas: Tentukan nilai pengukuran volume kawat V(d,p).

Variabel bebas diukur sebagai kombinasi pengukuran tunggal dan berulang

Adakalanya eksperimen yang dirancang melibatkan pengukuran tunggal dan berulang


sekaligus, misalnya ekperimen Z tersusun dari pengukuran berulang variabel x dan
pengukuran tunggal variabel y. maka rambatan kesalahannya dapat dinyatakan dengan

Catatan : nilai 2/3 pada pengukuran tunggal merupakan tera tingkat ketangguhan kebenaran
pengukuran berulang.

I. Teori Grafik

Hasil eksperimen akan lebih bermakna dan menarik bila divisualisasikan dalam
bentuk grafik atau kurva. Visualisasi data dalam grafik memiliki tujuan:
• melihat hubungan antar variabel
• menghitung konstanta/koefisien dari suatu formulasi fisis
• membuktikan kebenaran suatu formulasi fisis.
Untuk memenuhi tujuan pertama, dapat dilakukan dengan cara membuat plot atas semua titik
data hasil eksperimen yang ada. Selanjutnya titik tersebut dihubungkan secara halus sehingga
membentuk kurva. Apapun bentuk kurva yang dihasilkan akan digunakan untuk melakukan
interpretasi atas hubungan yang mungkin diantara kedua variabel. Untuk tujuan kedua dan
ketiga, dapat dibuat persamaan garis lurus dari hukum fisika yang ditinjau.

Grafik garis lurus


Praktikum Fisika dasar 2
Page 34
Misalkan hukum atau formulasi fisika telah dibuat linier hingga membentuk persamaan linier
y=a+bx

dan pengukuran telah dilakukan untuk selang tertentu hingga menghasilkan titik
dan maka terdapat dua cara untuk memperoleh garis terbaik, yakni
• menarik garis lurus terbaik berdasar plot titik-titk data eksperimen
• menarik garis lurus yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil untuk garis lurus.
Dengan metode ini garis lurus tidak ditarik secara langsung dari titik data hasil eksperimen,
melainkan ditentukan dari pengolahan data.
Dalam pelaksanaan eksperimen fisika, disarankan untuk menetapkan diri memanfaatkan
metode kuadrat terkecil untuk garis lurus dalam menganalisis hasil eksperimen dengan grafik.
Tentunya pelaksana eksperimen harus mengupayakan eksperimennya agar memenuhi
persamaan linier terlebih dahulu.

Catatan : Untuk memanfaatkan metode kuadrat terkecil harus dipastikan bahwa hubungan
antar variabelnya memenuhi persamaan linier.

Metode kuadrat terkecil untuk garis lurus

Analisis grafik dengan metode kuadrat terkecil langsung dimulai dengan mengolah data
pengukuran ke dalam tabulasi data yang terdiri dari kolom-kolom untuk pasangan data
variabel bebas dan terikat (xi dan yi) serta beberapa kolom untuk data terhitung seperti
sebagai berikut.

Tabel 3. Paparan tabel untuk data metode kuadrat terkecil


No x y xy
1
2
3

Sn Sx Sy Sxy

Nilai rerata dari tetapan-tetapan grafik ( ) serta ralatnya (Sb dan Sa) dihitung
berdasarkan metoda azas kuadrat terkecil, sebagai berikut.
Konstansta merupakan titik perpotongan dengan sumbu y dinyatakan dengan

(9)

Konstanta yang menyatakan kemiringan (slope) garis lurus terhadap sumbu x dapat
diperoleh dengan

Praktikum Fisika dasar 2


Page 35
(10)
Sementara Ketidakpastian bagi masing- masing konstanta a dan b dinyatakan dengan

(11)
dan

(12)
Persamaan (11) dan persamaan (12) mengandung faktor . dapat dapat
ditentukan dengan formulasi

Dari data nilai dan ini kita dapat menggambar garis linear terbaik hasil eksperimen dan
menentukan kuantitas hasil pengukuran yang diharapkan dengan estimasi kesalahan yang
dapat dijabarkan dari dan .

J. Daftar Pustaka
Bevington, Phyllip and Robinson, D. Data Reduction and Error Analysis for the physical
Sciences, 2nd ed. Mc Graw Hill; New York, 1991
NIST. Essentials of Expressing Measurement uncertainty. http//physics.nist.gov/ Uncetainty/
Taylor, John. An Introduction to Error Analysis, 2nd ed. University Science Book; Sausalito,
1997.
Team fisika dasar UM. Persiapan Dan Pembekalan Teori Ralat Dalam Menghadapi
Kegiatan Laboratorium. 2008

K. Ucapan Terimakasih
Puji syukur dihaturkan kepada Allah, beserta limpahan shalawat bagi Rasulnya.
Disampaikan ucapan terimakasih khususnya kepada almarhum Drs. Djoko Sarwono, M.Si,
sebagai penyusun petunjuk teori ralat sebelumnya, penulis dengan mudah menambah dan
memperbaiki beberapa bagian yang diperlukan.
Terimakasih kepada panitia yang mempu menstimulus hadirnya rintisan buku
“Analisis Keidakpastian dalam Pengukuran” ini.
Tentunya buku, yang disusun dalam waktu singkat, ini masih jauh dari harapan
sebagai pedoman bagi mahasiswa fisika UM baik yang akan melakukan eksperimen dasar
apalagi yang hendak melakukan eksperimen lanjut hingga latihan penelitian, namun sebuah
langkah awal harus dilakukan untuk membuka jalan hari depan.

Praktikum Fisika dasar 2


Page 36
Mohon maaf dengan segala kekurangan, kritik dan saran menjadi harapan penulis
sebagai pijakan bebenah.

Selamat Menempa Sikap dan Pola Pikir Ilmiah dengan


Eksperimen Fisika

Praktikum Fisika dasar 2


Page 37

Anda mungkin juga menyukai