Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Sistem Pegas

(PERCOBAAN-GB1)

Nama : Carnessa Febry Kuswardani

NIM : 215090300111027

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 01

Tgl.Praktikum : 19 November 2021

Nama Asisten : Asyifa Khoerunnisa

LABORATORIUM FISIKA DASAR

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

(Sistem Pegas)

Nama : Carnessa Febry Kuswardani

NIM : 215090300111027

Fak/Jurusan : MIPA/Fisika

Kelompok : 01

Tgl. Praktikum : 19 November 2021

Nama Asisten : Asyifa Khoerunnisa

Catatan :

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Paraf Paraf Nilai


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Setelah dilaksanakannya praktikum fisika dasar sistem pegas diharapkan dapat


dijelaskannya getaran selaras dengan penerapan pegas oleh praktikan, ditentukannya konstanta
pegas dalam susunan tunggal, seri, dan paralel. Dan ditentukannya percepatan gravitasi bumi
dengan penerapan sistem pegas oleh praktikan.

1.2 Dasar Teori

Suatu pegas yang digantungkan memiliki energi potensial ketika ditekan maupun ketika
dilepaskan. Pegas awalnya memiliki panjang awal dan kemudian ditekan dan berubah panjangnya.
Perubahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya yang diperlukan untuk menekan atau
merenggangkan pegas. Pegas yang diregangkan atau dikompresi itu memiliki gaya yang arahnya
berlawanan dengan arah tangan manusia. Oleh karena itu, besarnya gaya didefinisikan dengan:

𝐹 = −𝑘𝑥………..(1.1)

dengan k merupakan konstanta pegas dan x merupakan panjang pegas, F merupakan gaya yang
diperlukan pegas untuk meregang atau menekan. Persamaan diatas disebut juga dengan Hukum
Hooke’s (Giancoli, 2014).

Benda yang ditarik dan kemudian dilepaskan maka benda akan kembali ke dalam posisi
panjang semula sebelum ditarik. Sebuah benda bergetar atau berosilasi bolak-balik di jalur yang
sama dan diulang-ulang merupakan pengertian dari gerak harmonik sederhana. Akan tetapi, tidak
semua gerak perioik pada setiap lintasan dikatakan sebagai gerak harmonik. Gerak harmonic terjadi
karena adanya gaya total yang besarnya sebanding dengan nilai x yang diakibatkan adanya
kesetimbangan sejauh x dan kemudian dilepaskan. Jenis-jenis periodic yaitu d=terdiri dari
amplitude, periode dan frekuensi. Amplitudo merupakan jarak maksimum benda dari
kesetimbangannya. Periode merupakan waktu yang diperlukan benda untuk bergerak dalam satu
putaran penuh, dapat dituliskan dengan:

2𝜋𝐴
𝑣0 = ……(1.2)
𝑇

2𝜋𝐴
𝑇= ……..(1.3)
𝑣0
Sedangkan frekuensi yaitu getaran per satuan waktu atau dapat dituliskan dengan:

1
𝑓 = 𝑇………..(1.4)

(Serway et al, 2009).

Sebuah pegas yang digantungkan memiliki nilai potensial, akan tetapi sebuah pegas yang
diletakkan dalam posisi horizontal pada dasarnya besar gayanya sama dengan pegas yang vertical.
Akan tetapi, dalam pegas vertical memiliki gaya gravitasi sehingga pada saat posisi setimbang
besarnya pegas akan lebih panjang daripada pegas dengan posisi horizontal. Setiap pegas berada
dalm keadaan setimbang yaitu pada saat berada pada posisi

∑ 𝐹 = 0 = 𝑚𝑔 − 𝑘𝑥……(1.5)

(Lubis, 2008).
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum sistem pegas yaitu beberapa buah
pegas, sebuah stopwatch, sebuah mistar, statif dan beberapa buah beban pemberat.

2.2 Tata Laksana Percobaan

Salah satu pegas diambil dan digantungkan pada statip. Kemudian diukur panjang pegas
dan dicatat sebagai panjang awal 𝑋0. Dan posisi pengukurannya diperhatikan.

Pegas diberi beban seberat m, kemudian panjangnya diukur sebagai 𝑋1. Beban ditarik
sedikit ke bawah kemusian dilepaskan, dan kemudian akan terjadi getaran selaras (jangan
terlalu panjang menarik pegas karena pegas dapat rusak)

Waktu yang diperlukan untuk 10 geara dicatat (atau menurut petunjuk asisten)

Langkah kedua dan ketiga diulangi dengan beban ditambahkan (minimal 4 kali
penambahan) Perhatian : panjang regangan pegas diperbolehkan hanya sampai dua kali
panjang awal

Satu persatu beban dikurangi sampai habis. Kemudian dicatat panjang pegas 𝑋2 setiap
kali beban dikurangi

Langkah 1-4 diulangi untuk pegas 2, gabungan pegas 1 dan pegas 2 secara seri dan juga
parallel (untuk langkah-langkahnya ditanyakn pada asisten)
BAB III

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

3.1.1 Pegas 1

m (g) 𝑿𝟏 (cm) 𝑻𝒔 (s) 𝑿𝟐 (cm)


300 12,1 5,91 16,8
400 17,5 6,53 19
500 19,5 7 22
600 22,1 7,72 24,4
700 24,4 8,18 26,7

3.1.2 Pegas 2

m (g) 𝑿𝟏 (cm) 𝑻𝒔 (s) 𝑿𝟐 (cm)


300 13 4,59 13,5
400 13,3 4,69 14,1
500 14,2 4,72 15,7
600 15,3 5,72 16,3
700 16,3 6,41 17,4

3.1.3 Pegas Seri

m (g) 𝑿𝟏 (cm) 𝑻𝒔 (s) 𝑿𝟐 (cm)


300 33,8 8,47 37,4
400 40,5 9,49 42,2
500 45 10,41 47,8
600 48,4 12 52,7
700 53,5 13,16 57,5

3.1.4 Pegas Paralel

m (g) 𝑿𝟏 (cm) 𝑻𝒔 (s) 𝑿𝟐 (cm)


300 12,3 5,81 16,9
400 17,2 6,97 19,7
500 19,6 7,53 22,5
600 22,5 7,94 24,7
700 24,5 8,75 26,9
3.2 Perhitungan

3.2.1 Pegas 1

m (kg) ∆𝑿 (m) T (s)


K(N/m) |𝒌 − 𝒌 ̅|𝟐 (N/m) g (m/s) ̅ |𝟐 (𝒎/𝒔𝟐 )
|𝒈 − 𝒈 𝑻𝟐 (𝒔𝟐 )
0,3 0,047 1,182 8,46848 1,2888816 1,32673 0,5587962 1,39712
0,4 0,015 1,306 9,24896 0,1258909 0,34684 0,053994 1,70564
0,5 0,025 1,4 10,0608 0,2088899 0,50304 0,0058006 1,96
0,6 0,023 1,544 9,92604 0,1038558 0,3805 0,0394833 2,38394
0,7 0,023 1,636 10,3146 0,5052209 0,33891 0,0577418 2,6765
𝑇1 5,91
∆𝑋1 = 𝑋2 − 𝑋1 = 16,8 − 12,1 = 4,7 cm = 0,047 m 𝑇1 = 5 = 5 = 1,182 s

𝑇2 6,53
∆𝑋2 = 𝑋2 − 𝑋1 = 19 − 17,5 = 1,5 cm = 0,015 m 𝑇2 = = = 1,306 s
5 5

𝑇3 7
∆𝑋3 = 𝑋2 − 𝑋1 = 22 − 19,5 = 2,5 cm = 0,025 m 𝑇3 = 5
= 5 = 1,4 s

𝑇4 7,72
∆𝑋4 = 𝑋2 − 𝑋1 = 24,4 − 22,1 = 2,3 cm = 0,023 m 𝑇4 = = = 1,544 s
5 5

𝑇5 8,18
∆𝑋5 = 𝑋2 − 𝑋1 = 26,7 − 24,4 = 2,3 cm = 0,023 m 𝑇5 = = = 1,636 s
5 5

4𝜋 2 4(3,14)2 ∑𝑘 48,02
𝑘1 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,3 = 8,468 N/m 𝑘̅ = 𝑛 = 5 = 9,604 N/m
1,1822

4𝜋 2 4(3,14)2 ̅ |2
∑|𝑘−𝑘 2,2333
𝑘2 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,4 = 9,249 N/m 𝛿𝑘 = √ =√ = 0,747 N/m
1,3062 𝑛−1 5−1

4𝜋 2 4(3,14)2 𝛿𝑘 0,747
𝑘3 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,5 = 10,061 N/m Kr k = ̅
× 100% = 9,604 × 100% = 8%
1,42 𝑘

4𝜋 2 4(3,14)2
𝑘4 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( 1,5442 ) 0,6 = 9,926 N/m k = 𝑘̅ ± 𝛿𝑘 = 9,604 ± 0,747 N/m

4𝜋 2 4(3,14)2
𝑘5 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,7 = 10,315 N/m
1,6362

−𝑘∆𝑥 8,468×0,047 ∑𝑔 2,896


𝑔1 = = = 1,327 𝑚/𝑠 2 𝑔̅ = = = 0,579 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,3 𝑛 5

−𝑘∆𝑥 9,249×0,015 ∑|𝑔−𝑔̅|2 0,716


𝑔2 = = = 0,347 𝑚/𝑠 2 𝛿𝑔 = √ = √ 5−1 = 0,423 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,4 𝑛−1

−𝑘∆𝑥 10,061×0,025 𝛿𝑔 0,423


𝑔3 = = = 0,503 𝑚/𝑠 2 Kr g = × 100% = 0,579 × 100% = 73%
𝑚 0,5 𝑔̅

−𝑘∆𝑥 9,926×0,023
𝑔4 = = = 0,381 𝑚/𝑠 2 g = 𝑔̅ ± 𝛿𝑔 = 0,579 ± 0,423 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,6

−𝑘∆𝑥 10,315×0,023
𝑔5 = = = 0,339 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,6
3.2.2 Pegas 2

m (kg) ∆𝑿 (m) T (s)


K(N/m) |𝒌 − 𝒌 ̅|𝟐 (N/m) g (m/s) ̅ |𝟐 (𝒎/𝒔𝟐 )
|𝒈 − 𝒈 𝑻𝟐 (𝒔𝟐 )
0,3 0,005 0,918 14,0396 14,103977 0,23399 0,0169922 0,84272
0,4 0,008 0,938 17,9297 0,0181127 0,35859 3,31E-05 0,87984
0,5 0,015 0,944 22,1282 18,775057 0,66384 0,0896985 0,89114
0,6 0,01 1,144 18,0808 0,0816214 0,30135 0,0039691 1,30874
0,7 0,011 1,282 16,7974 0,9955471 0,26396 0,010078 1,64352
𝑇1 4,59
∆𝑋1 = 𝑋2 − 𝑋1 = 13,5 − 13 = 0,5 cm = 0,005 m 𝑇1 = 5 = 5 = 0,918 s

𝑇2 4,69
∆𝑋2 = 𝑋2 − 𝑋1 = 14,1 − 13,3 = 0,8 cm = 0,008 m 𝑇2 = = = 0,938 s
5 5

𝑇3 4,72
∆𝑋3 = 𝑋2 − 𝑋1 = 15,7 − 14,2 = 1,5 cm = 0,015 m 𝑇3 = = = 0,944 s
5 5

𝑇4 5,72
∆𝑋4 = 𝑋2 − 𝑋1 = 16,3 − 15,3 = 1 cm = 0,01 m 𝑇4 = = = 1,144 s
5 5

𝑇5 6,41
∆𝑋5 = 𝑋2 − 𝑋1 = 17,4 − 16,3 = 1,1 cm = 0,011 m 𝑇5 = = = 1,282 s
5 5

4𝜋 2 4(3,14)2 ∑𝑘 88,976
𝑘1 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,3 = 14,04 N/m 𝑘̅ = 𝑛 = 5 = 17,795 N/m
0,9182

4𝜋 2 4(3,14)2 ̅ |2
∑|𝑘−𝑘 33,974
𝑘2 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,4 = 17,93 N/m 𝛿𝑘 = √ =√ = 2,914 N/m
0,9382 𝑛−1 5−1

4𝜋 2 4(3,14)2 𝛿𝑘 2,914
𝑘3 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,5 = 22,13 N/m Kr k = ̅
× 100% = 17,795 × 100% = 16%
0,9442 𝑘

4𝜋 2 4(3,14)2
𝑘4 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( 1,1442 ) 0,6 = 18,08 N/m k = 𝑘̅ ± 𝛿𝑘 = 17,795 ± 2,914 N/m

4𝜋 2 4(3,14)2
𝑘5 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,7 = 16,80 N/m
1,2822

−𝑘∆𝑥 14,04×0,005 ∑𝑔 1,822


𝑔1 = = = 0,234 𝑚/𝑠 2 𝑔̅ = = = 0,364 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,3 𝑛 5

−𝑘∆𝑥 17,93×0,008 ∑|𝑔−𝑔̅|2 0,121


𝑔2 = = = 0,359 𝑚/𝑠 2 𝛿𝑔 = √ =√ = 0,174 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,4 𝑛−1 5−1

−𝑘∆𝑥 22,13×0,015 𝛿𝑔 0,174


𝑔3 = = = 0,664 𝑚/𝑠 2 Kr g = × 100% = 0,364 × 100% = 48%
𝑚 0,5 𝑔̅

−𝑘∆𝑥 18,08×0,01
𝑔4 = = = 0,301 𝑚/𝑠 2 g = 𝑔̅ ± 𝛿𝑔 = 0,364 ± 0,174 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,6

−𝑘∆𝑥 16,80×0,011
𝑔5 = = = 0,164 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,6
3.2.3 Pegas Seri

m (kg) ∆𝑿 (m) T (s)


K(N/m) |𝒌 − 𝒌 ̅|𝟐 (N/m) g (m/s) ̅ |𝟐 (𝒎/𝒔𝟐 )
|𝒈 − 𝒈 𝑻𝟐 (𝒔𝟐 )
0,3 0,036 1,694 4,123 0,0112171 0,49476 0,0412932 2,86964
0,4 0,017 1,898 4,37912 0,0225617 0,18611 0,0111177 3,6024
0,5 0,028 2,082 4,54912 0,1025345 0,25475 0,0013544 4,33472
0,6 0,043 2,4 4,10817 0,0145801 0,29442 8,211E-06 5,76
0,7 0,04 2,632 3,98516 0,0594173 0,22772 0,0040743 6,92742
𝑇 8,47
∆𝑋1 = 𝑋2 − 𝑋1 = 37,4 − 33,8 = 3,6 cm = 0,036 m 𝑇1 = 51 = 5 = 1,694 s

𝑇2 9,49
∆𝑋2 = 𝑋2 − 𝑋1 = 42,2 − 40,5 = 1,7 cm = 0,017 m 𝑇2 = = = 1,898 s
5 5

𝑇3 10,41
∆𝑋3 = 𝑋2 − 𝑋1 = 47,8 − 45 = 2,8 cm = 0,028 m 𝑇3 = = = 2,082 s
5 5

𝑇4 12
∆𝑋4 = 𝑋2 − 𝑋1 = 52,7 − 48,4 = 4,3 cm = 0,043 m 𝑇4 = = = 2,4 s
5 5

𝑇5 13,16
∆𝑋5 = 𝑋2 − 𝑋1 = 57,5 − 53,5 = 4 cm = 0,04 m 𝑇5 = = = 2,632 s
5 5

4𝜋 2 4(3,14)2 ∑𝑘 21,145
𝑘1 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,3 = 4,123 N/m 𝑘̅ = 𝑛 = 5 = 4,229 N/m
1,6942

4𝜋 2 4(3,14)2 ̅ |2
∑|𝑘−𝑘 0,210
𝑘2 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,4 = 4,379 N/m 𝛿𝑘 = √ = √ 5−1 = 0,229 N/m
1,8982 𝑛−1

4𝜋 2 4(3,14)2 𝛿𝑘 0,229
𝑘3 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,5 = 4,549 N/m Kr k = ̅
× 100% = 4,229 × 100% = 5%
2,0822 𝑘

4𝜋 2 4(3,14)2
𝑘4 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,6 = 4,108 N/m k = 𝑘̅ ± 𝛿𝑘 = 4,229 ± 0,229 N/m
2,42

4𝜋 2 4(3,14)2
𝑘5 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,7 = 3,985 N/m
2,6322

−𝑘∆𝑥 4,123×0,036 ∑𝑔 1,458


𝑔1 = = = 0,495 𝑚/𝑠 2 𝑔̅ = = = 0,292 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,3 𝑛 5

−𝑘∆𝑥 4,379×0,017 ∑|𝑔−𝑔̅|2 0,058


𝑔2 = = = 0,186 𝑚/𝑠 2 𝛿𝑔 = √ =√ = 0,120 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,4 𝑛−1 5−1

−𝑘∆𝑥 4,549×0,028 𝛿𝑔 0,120


𝑔3 = = = 0,255 𝑚/𝑠 2 Kr g = × 100% = 0,292 × 100% = 41%
𝑚 0,5 𝑔̅

−𝑘∆𝑥 4,108×0,043
𝑔4 = = = 0,294 𝑚/𝑠 2 g = 𝑔̅ ± 𝛿𝑔 = 0,292 ± 0,110 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,6

−𝑘∆𝑥 3,985×0,04
𝑔5 = = = 0,228 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,6
3.2.4 Pegas Paralel

m (kg) ∆𝑿 (m) T (s)


K(N/m) |𝒌 − 𝒌 ̅|𝟐 (N/m) g (m/s) ̅ |𝟐 (𝒎/𝒔𝟐 )
|𝒈 − 𝒈 𝑻𝟐 (𝒔𝟐 )
0,3 0,046 1,162 8,76251 0,0010311 1,34358 0,5504297 1,35024
0,4 0,025 1,394 8,11809 0,4576907 0,50738 0,0088914 1,94324
0,5 0,029 1,506 8,69439 0,0100443 0,50427 0,0094867 2,26804
0,6 0,022 1,588 9,3836 0,3469036 0,34407 0,0663625 2,52174
0,7 0,024 1,75 9,01449 0,0483452 0,30907 0,0856185 3,0625
𝑇1 5,81
∆𝑋1 = 𝑋2 − 𝑋1 = 16,9 − 12,3 = 4,6 cm = 0,046 m 𝑇1 = 5 = 5 = 1,162 s

𝑇2 6,97
∆𝑋2 = 𝑋2 − 𝑋1 = 19,7 − 17,2 = 2,5 cm = 0,025 m 𝑇2 = = = 1,394 s
5 5

𝑇3 7,53
∆𝑋3 = 𝑋2 − 𝑋1 = 22,5 − 19,6 = 2,9 cm = 0,029 m 𝑇3 = = = 1,506 s
5 5

𝑇4 7,94
∆𝑋4 = 𝑋2 − 𝑋1 = 24,7 − 22,5 = 2,2 cm = 0,022 m 𝑇4 = = = 1,588 s
5 5

𝑇5 8,75
∆𝑋5 = 𝑋2 − 𝑋1 = 26,9 − 24,5 = 2,4 cm = 0,024 m 𝑇5 = = = 1,75 s
5 5

4𝜋 2 4(3,14)2 ∑𝑘 43,973
𝑘1 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,3 = 8,763 N/m 𝑘̅ = 𝑛 = 5 = 8,795 N/m
1,1622

4𝜋 2 4(3,14)2 ̅ |2
∑|𝑘−𝑘 0,864
𝑘2 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,4 = 8,118 N/m 𝛿𝑘 = √ = √ 5−1 = 0,465 N/m
1,3942 𝑛−1

4𝜋 2 4(3,14)2 𝛿𝑘 0,465
𝑘3 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,5 = 8,694 N/m Kr k = ̅
× 100% = 8,795 × 100% = 5%
1,5062 𝑘

4𝜋 2 4(3,14)2
𝑘4 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,6 = 9,384 N/m k = 𝑘̅ ± 𝛿𝑘 = 8,795 ± 0,465 N/m
1,5882

4𝜋 2 4(3,14)2
𝑘5 = ( 𝑇 2 ) 𝑚 = ( ) 0,7 = 9,014 N/m
1,752

−𝑘∆𝑥 8,763×0,046 ∑𝑔 3,008


𝑔1 = = = 1,344 𝑚/𝑠 2 𝑔̅ = = = 0,602 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,3 𝑛 5

−𝑘∆𝑥 8,118×0,025 ∑|𝑔−𝑔̅|2 0,721


𝑔2 = = = 0,507 𝑚/𝑠 2 𝛿𝑔 = √ =√ = 0,424 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,4 𝑛−1 5−1

−𝑘∆𝑥 8,694×0,029 𝛿𝑔 0,424


𝑔3 = = = 0,504 𝑚/𝑠 2 Kr g = × 100% = 0,602 × 100% = 71%
𝑚 0,5 𝑔̅

−𝑘∆𝑥 9,384×0,022
𝑔4 = = = 0,344 𝑚/𝑠 2 g = 𝑔̅ ± 𝛿𝑔 = 0,602 ± 0,424 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,6

−𝑘∆𝑥 9,014×0,024
𝑔5 = = = 0,309 𝑚/𝑠 2
𝑚 0,6
3.3 Grafik

3.3.1 Pegas 1

X (m) Y (𝑻𝟐 )
0,3 1,39712
0,4 1,70564
0,5 1,96
0,6 2,38394
0,7 2,6765

Grafik 3.1 Pegas 1


∆𝑥 0,13
𝑘̅ = × 4𝜋 2 = × 4(3,14)2 = 5,127 N/m
∆𝑦 1

𝑦𝑎 −𝑦𝑏 3−1
𝛿𝑘 = = 2(2,02) = 0,494 N/m
2𝑦̅

𝛿𝑘 0,494
Kr k = ̅
× 100% = 5,127 × 100% = 10%
𝑘

k = 𝑘̅ ± 𝛿𝑘 = 5,127 ± 0,494 N/m


3.3.2 Pegas 2

X (m) Y (𝑻𝟐 )
0,3 0,84272
0,4 0,87984
0,5 0,89114
0,6 1,30874
0,7 1,64352

Grafik 3.2 Pegas 2


∆𝑥 0,17
𝑘̅ = ∆𝑦 × 4𝜋 2 = 1,3 × 4(3,14)2 = 5,157 N/m

𝑦𝑎 −𝑦𝑏 2,3−(−0,2)
𝛿𝑘 = = = 1,123 N/m
2𝑦̅ 2(1,113)

𝛿𝑘 1,123
Kr k = ̅
× 100% = 5,157 × 100% = 22%
𝑘

k = 𝑘̅ ± 𝛿𝑘 = 5,157 ± 1,123 N/m


3.3.3 Pegas Seri

X (m) Y (𝑻𝟐 )
0,3 2,86964
0,4 3,6024
0,5 4,33472
0,6 5,76
0,7 6,92742

Grafik 3.3 Pegas Seri


∆𝑥 0,1
𝑘̅ = ∆𝑦 × 4𝜋 2 = 1,6 × 4(3,14)2 = 2,465 N/m

𝑦𝑎 −𝑦𝑏 6,4−3
𝛿𝑘 = = 2(4,699) = 0,362 N/m
2𝑦̅

𝛿𝑘 0,362
Kr k = 𝑘̅
× 100% = 2,465 × 100% = 15%

k = 𝑘̅ ± 𝛿𝑘 = 2,465 ± 0,362 N/m


3.3.4 Pegas Paralel

X (m) Y (𝑻𝟐 )
0,3 1,35024
0,4 1,94324
0,5 2,26804
0,6 2,52174
0,7 3,0625

Grafik 3.4 Pegas Paralel


∆𝑥 0,12
𝑘̅ = ∆𝑦 × 4𝜋 2 = 1,1 × 4(3,14)2 = 4,302 N/m

𝑦𝑎 −𝑦𝑏 3,3−1
𝛿𝑘 = = 2(2,230) = 0,516 N/m
2𝑦̅

𝛿𝑘 0,516
Kr k = ̅
× 100% = 4,302 × 100% = 12%
𝑘

k = 𝑘̅ ± 𝛿𝑘 = 4,302 ± 0,516 N/m


3.4 Pembahasan

3.4.1 Analisa Prosedur

Dalam percobaan praktikum sistem pegas, alat dan bahan yang digunakan yaitu
beberapa buah pegas, sebuah stopwatch, sebuah mistar, statif dan beberapa buah beban
pemberat. Beberapa buah pegas digunakan sebagai bahan yang akan diuji dalam praktikum
sistem pegas. Sebuah stopwatch digunakan sebagai alat ukur waktu yang ditempuh pegas
saat diberikan gaya tarik dan mengalami getaran 10 kali atau sesuai dengan ketentuan
aisten. Sebuah mistar digunakan sebagai alat ukur panjang pegas yang akan diuji. Statif
berfungsi sebagai alat untuk diletakkannya atau digantungkannya pegas yang akan diuji
dan berbentuk seperti besi berdiri. Beberapa buah beban pemberat digunakan sebagai bahan
pemberat agar pegas bertambah panjang atau bertambah penjeng dan digunakan sebagai
data hasil pengukuran.

Dalam percobaan alat-alat yang digunakan memilii perlakuan yang berbeda-beda.


Maka dari itu, fungsi dari setiap perlakuan juga berbeda-beda. Langkah pertama yaitu salah
satu pegas diambil dan kemudian digantungkan pada statif dan diukur panjang pegas dan
digunakan sebagai panjang awal pegas 𝑋0 dan digunakan sebagai data hasil percobaan serta
posisi pengukurannya diperhatikan agar tidak terjadi kekeliruan saat dilakukannya
pengukuran. Selanjutnya pegas diberi beban seberat m agar beban mengalami pertambahan
panjang dan panjangnya diukur sebagai 𝑋1. Beban kemudian ditarik kebawah dan
dilepaskan dan terjadilah getaran selaras yang berfungsi untuk variasi getaran dan waktu
yang dibutuhkan pegas untuk 10 kali getaran. Waktu yang ditempuh untuk 10 kali getaran
getaran dicatat sebagai data hasil percobaan. Langkah kedua dan ketiga diatas diulangi
dengan beban ditambahkan dengan minimal 4 kali penambahan untuk nilai massa yang
digunakan dan waktu yang ditempuh pegas saat 10 kali getaran. Kemudian beban dikurang
satu persatu sampai habis dan diukur panjang pegas dan dicatat sebagai 𝑋2 setiap
pengurangan beban. Langkah 1-4 diulangi untuk pegas kedua, gabungan pegas 1 dan 2
secara seri dan juga secara paralel yang digunakan sebagai data hasil percobaan pada pegas
1, pegas 2, pegas seri dan pegas paralel.

3.4.2 Analisa Hasil

Dalam percobaan sistem pegas didapatkan hasil dengan data yang berbeda-beda
pada setiap pegasnya, data tersebut yaitu sebagai berikut. Pegas 1 diperoleh 𝑋1 yaitu pada
saat penambahan beban, dan 𝑋2 pada saat pengurangan beban. Maka diperoleh nilai ∆𝑋 dari
perubahan panjang pegas. Pada beban 0,3 kg diperoleh perubahan panjang pegas sebesar
0,047 m. Pada beban 0,4 kh diperoleh perubahan panjang pegas sebesar 0,015 m. pada
beban 0,5 kg diperoleh perubahan panjang pegas sebesar 0,025 m. Pada beban 0,6 diperoleh
perubahan panjan pegas sebesar 0,023 m dan pada beban 0,7 kg diperoleh perubahan
panjang pegas 0,023 m. Pada saat pegas ditarik dan kemudian dilepaskan, pegas mengalami
getaran dan diperoleh periode untuk 10 kali getaran. Pada beban 0,3 kg diperoleh periode
sebesar 1,182 s. Pada beban 0,4 kg diperoleh periode sebesar 1,306 s. Pada beban 0,4
diperoleh periode sebesar 1,4. Pada beban 0,5 kg diperoleh periode sebesar 1,544. Dan pada
beban 0,7 kg diperoleh periode sebesar 1,636 s. Dari periode yang diperoleh, maka dapat
dicari nilai konstanta pegas pada masing-masing penambahan pegas. Saat pegas
ditambahkan 0,3 kg diperoleh konstanta pegas diperoleh sebesar 8,468 N/m. Saat beban 0,4
kg diperoleh konstanta pegas sebesar 9,2589 N/m. Pada saat beban 0,5 kg diperoleh
konstanta pegas sebesar 10,0608 N/m. Pada beban 0,6 kg diperoleh konstanta pegas sebesar
9,9260 N/m. Dan pada beban 0,7 kg diperoleh konstanta pegas sebesar 10,3146 N/m. Dari
kelima data konstanta pegas yang diperoleh maka didapatkan konstanta pegas rata-rata
yaitu sebesar 9,6038 N/m. Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai konstanta pegas yang
berbeda-beda, maka terdapat nilai deviasi dan juga koefisien ralat dari kostanta tersebut.
Nilai deviasi konstanta pegas 1 sebesar 0,7471 N/m dengan koefisien ralat sebesar 8%.
Dengan diketahui nilai konstanta pegas tersebut, maka dapat dicari nilai gravitasi dari pegas
1. Pada beban 0,3 kg diperoleh gravitasi sebesar 1,327 m/s, pada beban 0,4 kg diperoleh
gravitasi sebesar 0,347 m/s, pada beban 0,5 kg diperoleh gravitasi sebesar 0,503 m/s, pada
beban 0,6 kg diperoleh gravitasi sebesar 0,381 m/s, dan pada beban 0,7 kg diperoleh
gravitasi sebesar 0,339 m/s. Dari kelima nilai gravitasi tersebut, maka diperoleh gravitasi
rata-rata yaitu sebesar 0,579 m/s dengan deviasi sebesar 0,423 m/s dan koefisien ralatnya
sebesar 73%. Pegas 2 diperoleh nilai 𝑋1 yaitu pada saat penambahan beban, dan 𝑋2 pada
saat pengurangan beban. Maka diperoleh nilai ∆𝑋 dari perubahan panjang pegas. Pada
beban 0,3 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,005 m, pada bebna 0,4 kg perubahan
panjang pegas sebesar 0,008 m, pada beban 0,5 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,015
m, pada beban 0,6 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,01 m, dan pada beban 0,7 kg
perubahan panjang pegas sebesar 0,011 m. Kemudian pegas ditarik dan ditentukan periode
pada 10 getaran yaitu diperoleh data pada masing-masing beban 0,3 kg; 0,4 kg; 0,5 kg; 0,6
kg; 0,7 kg berturut-turut nilai periodenya yaitu 0,918 s; 0,938 s; 0,944 s; 1,144 s; dan 1,282
s. Dengan adanya periode pegas dapat diperoleh konstanta pegas yaitu pada 0,3 kg; 0,4 kg;
0,5 kg; 0,6 kg; 0,7 kg masing masing diperoleh secara berturut-turut sebesar 14,0396 N/m;
17,9297 N/m; 22,128 N/m; 18,081 N/m; 16,797 N/m. Maka dari itu diperoleh nilai rata-
rata dari konstanta pegas pegas yaitu sebesar 17,795 N/m dengan deviasinya sebesar 2,914
N/m dan koefisien ralat sebesar 16%. Dengan diperolehnya nilai konstanta, maka dapat
diketahui gravitasi dari pegas pada masing-masing beban. Pada beban 0,3 diperoleh
gravitasi sebesar 0,234 m/s, pada beban 0,4 kg diperoleh gravitasi sebesar 0,359 m/s, pada
beban 0,5 kg diperoleh gravitasi sebesar 0,664 m/s, pada beban 0,6 diperoleh gravitasi
sebesar 0,301 m/s dan pada beban 0,7 kg diperoleh gravitasi sebesar 0,264 m/s. Sehingga
diperoleh nilai rata-rata gravitasi pada pegas 2 yaitu sebesar 0,364 m/s dengan deviasi
sebesar 0,174 m/s dan koefisien ralat sebesar 48%. Pada pegas seri diperoleh pula
pengukuran nilai 𝑋1 yaitu pada saat penambahan beban, dan 𝑋2 pada saat pengurangan
beban. Maka diperoleh nilai ∆𝑋 dari perubahan panjang pegas. Pada beban 0,3 kg
perubahan panjang pegas sebesar 0,036 m, pada beban 0,4 kg perubahan panjang pegas
sebesar 0,017 m, pada beban 0,4 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,028 m, pada beban
0,5 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,043 m, dan pada beban 0,7 kg perubahan panjang
pegas sebesar 0,04 m. Pegas kemudian ditarik dan dilepaskan, dan dihotung periode pada
saat 10 getaran yiatu didapatkan pada beban 0,3 kg periode sebesar 1,694 s, pada beban 0,4
kg periode sebesar 1,898 s, pada beban 0,5 kg periode sebesar 2,082 s, pada beban 0,6 kg
periode sebesar 2,4 s, dan pada beban 0,7 kg periode sebesar 2,632 s. Dari nilai periode
yang diperoleh maka dapat ditentukan nilai konstanta pegas pada masing-masing beban.
Pada beban 0,3 kg konstanta pegas sebesar 4,123 N/m, pada beban 0,4 kg konstanta pegas
sebesar 4,379 N/m, pada beban 0,5 kg konstanta pegas sebesar 4,549 N/m, pada beban 0,6
kg konstanta pegas sebesar 4,108 N/m dan pada beban 0,7 kg kontanta pegas sebesar 3,985
N/m. Sehingga diperoleh nilai rata-rata konstanta pegas yaitu sebesar 4,2289 N/m dengan
deviasinya sebesar 0,229 N/m dan koefisen ralatnya sebesar 5%. Dari nilai konstanta, maka
dapat dicari nilai gravitasinya pada masing-masing beban. Pada beban 0,3 kg gravitasinya
sebesar 0,495 m/s, pada beban 0,4 kg gravitasinya sebesar 0,186 m/s, pada beban 0,5 kg
gravitasinya sebesar 0,255 m/s, pada beban 0,6 kg gravitasi sebesar 0,294 m/s, dan pada
beban 0,7 kg gravitasi sebesar 0,228 m/s. sehingga nilai rata-rata gravitasi dapat diketahui
yaitu sebesar 0,292 m/s dengan deviasinya sebesar 0,120 m/s dan koefisien ralatnya sebesar
41%. Sedangkan pada pegas paralel diperoleh pula ilai 𝑋1 yaitu pada saat penambahan
beban, dan 𝑋2 pada saat pengurangan beban. Maka diperoleh nilai ∆𝑋 dari perubahan
panjang pegas. Pada beban 0,3 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,046 m, pada beban
0,4 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,025 m, pada beban 0,5 kg perubahan panjang
pegas sebesar 0,029 m, pada beban 0,6 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,022 m, dan
pada beban 0,7 kg perubahan panjang pegas sebesar 0,024 m. Kemudian pegas ditarik dan
dihasilkan periode dari 10 kali getaran pada masing-masing beban pula yaitu pada beban
0,3 kg; 0,4 kg; 0,5 kg; 0,6 kg; 0,7 kg dan diperoleh periodenya secara bertiurut-turut yaitu
1,162 s; 1,394 s; 1,506 s; 1,588 s; dan 1,75 s. Sehingga dari nilai periode dapat diperoleh
nilai konstantanya yaitu pada beban 0,3 kg konstanta pegas sebesar 8,763 N/m, pada beban
0,4 kg konstanta pegas sebesar 8,118 N/m, pada beban 0,5 kg konstanta pegas sebesar 8,694
N/m, pada beban 0,6 kg konstanta pegas sebesar 9,384 N/m, dan pada beban 0,7 kg
konstanta pegas sebesar 9,014 N/m. sehingga diketahui nilai konstanta pegas rata-rata yaitu
sebesar 8,795 N/m dengan deviasinya sebesar 0,465 N/m dan koefisien ralat sebesar 5%.
Tidak hanya konstanta saja, tetapi didapatkan pula nilai bravitasi pada pegas di tiap beban.
Pada beban 0,3 kg gravitasinya sebesar 1,344 m/s, pada beban 0,4 kg gravitasi sebesar 0,507
m/s, pada beban 0,5 kg gravitasinya sebesar 0,504 m/s, pada beban 0,6 kg gravitasinya
sebesar 0,344 m/s, pada beban 0,7 kg gravitasinya sebesar 0,309 m/s. Sehingga dapat
diperoleh gravitasi rata-ratanya sebesar 0,602 m/s dengan deviasinya sebesar 0,424 m/s dan
koefisien ralat sebesar 71%.

Dalam perhitungan sistem pegas dilakukan pula dengan perhitungan grafik. Pada
pegas, sumbu X sebagai sumbu dari massa, dan sumbu Y yaitu periode dikuadratkan. Pada
pegas 1 diperoleh nilai 𝑋1 0,44 dan 𝑋2 0,57 sehingga delta X yaitu 0,13. Diperoleh pula
nilai 𝑌1 yaitu 1,5 dan 𝑌2 2,5 sehingga delta Y yaitu 1. Dari nilai delta X dan delta Y dapat
dicari nilai dari rata-rata konstantanya yaitu sebesar 5,127 N/m dengan deviasinya sebesar
0,494 N/m yang diperoleh dari 𝑌𝑎 dan 𝑌𝑏 dan koefisien ralat grafik sebesar 5%. Pada pegas
2 diperoleh 𝑋1 0,38 dan 𝑋2 0,55 sehingga delta X sebesar 0,17. Dari sumbu Y diperoleh 𝑌1
sebesar 0,2 dan 𝑌2 sebesar 1,5 dan delta Y sebesar 1,3. Dari nilai tersebut dapat diperoleh
rata-rata konstanta pegas 2 yaitu sebeesar 5,157 N/m dengan deviasinya sebesar 1,123 N/m
yang diperoleh dari 𝑌1 dan 𝑌2 dan juga diperoleh koefisen ralat sebesar 22%. Pada pegas
seri nilai 𝑋1 sebesar 0,45 dan 𝑋2 0,55 sehingga delta X sebesar 0,1. Dan pada sumbu Y nilai
𝑌1 sebesar 3,9 dan 𝑌2 sebesar 5,5 sehingga delta Y yaitu 1,6. Dari sumbu X dan Y diperoleh
nilai rata-rata koefisen pegas seri sebesar 2,465 N/m. Dan kemudian untuk mencari
deviasinya diperoleh dari 𝑌1 dan 𝑌2 yaitu besar deviasinya sebesar 0,362 N/m dengan
koefisien ralat sebesar 15%. Pada pegas paralel didapatkan pula nilai 𝑋1 yaitu 0,43 dan 𝑋2
yaitu 0,55 sehingga delta X sebesar 0,12. Dan pada sumbu Y diperoleh 𝑌1 yaitu 1,5 dan 𝑌2
yaitu 2,6 dengan delta Y yaitu 1,1. Maka dari nilai delta X dan delta Y dapat diperoleh nilai
rata-rata konstanta pegas paralel yaitu 4,302 N/m dengan deviasinya diperoleh dari 𝑌1 dan
𝑌2 yaitu besar deviasinya sebesar 0,516 N/m dan koefisien ralatnya sebesar 12%.

Gerak harmonik sederhana yaitu gerak bolak-balik suatu benda yang melintasi titik
kesetimbangan tertentu (konstan) dengan adanya getaran benda dalam setiap sekonnya.
Gerak harmonik sederhana dibagi menjadi dua bagian, yaitu gerak harmonic sederhana
linier dan gerak harmonic sederhana angular. Gerak harmonic sederhana linier contohnya
yaitu gerak osilasi air raksa atau air yang berada di dalam pipa U. sedangkan gerak
harmonic angular contohnya yaitu osilasi ayunan torsi. Hubungan antara kostanta pegas
dengan kuadrat periode yaitu berbanding terbalik. Semakin besar nilai konstanta pegas
maka semakin kecil nilai kuadrat periodenya dan sebaliknya. Hal ini karena periode dalam
perhitungan berperan sebagai penyebut atau pembaginya. Sedangkan pada perhitungan,
nilai konstanta juga dipengaruhi karena adanya massa pegas. Massa dengan konstanta
pegas berbanding lurus. Maka semakin besar massa pegas, semakin besar pula konstanta
pegas yang dihasilkan dan sebaliknya.

Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari pegas yaitu dapat diketahui dari ayunan pegas
bayi. Pada ayunan ini terdapat pegas yang digunakan sebagai penggantung ayunan bayi.
Digunakan pegas pada ayunan agar ayunan bergerak dan bergetar sehingga ayunan
bergerak dan bayi merasa senang. Susunan pegas pada ayunan bayi disusun secara paralel
karena agar didapatkan nilai konstanta yang besar dan tumpuan pegas sama rata dan tidak
tertumpu pada salah satu pegas saja. Jika konstanta besar maka perubahan panjang pada
pegas semakin kecil.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilaksanakan, dapat dijelaskan tentang getara


selaras dengan penerapannya seperti gerak harmonic sederhana yang merupakan gerak
bolak-balik benda yang berada pada titik kesetimbangan tertentu dan selalu konstan setiap
sekonnya. Dapat ditentukannya konstanta pegas tunggal, seri dan paralel yaitu dengan cara
mencari kuadrat periodenya terlebih dahulu. Untuk mencari konstanta pegas yaitu 4 kali
phi kuadrat dibagi dengan kuadrat periode dan kemudian dikalikan dengan massa pegas.
Konstanta pegas dengan kuadrat periode berbanding terbalik, sedangkan konstanta dengan
massanya berbanding lurus. Dapat diketahuinya dan dapat ditentukan dari percepatan
gravitasi bumi dengan penerapan sistem pegas oleh praktikan. Percepatan gravitasi
didapatkan dari konstanta yang sudah dihitung kemudian dikalikan dengan perubahan
panjang pegas dan dibagi dengan massa pegas. Maka dari itu, dari praktikum sistem pegas
diketahui nilai dari konstanta pegas dan percepatan gravitasi pada pegas tunggal, seri dan
paralel.

4.2 Saran

Karena pelaksanaan praktikum sistem pegas ini dilaksanakan secara online, maka
kurang maksimal dan cukup rumit. Perhitungan yang dibutuhkan juga banyak dan terdapat
perhitungan dengan grafik pula. Maka, untuk praktikum selanjutnya agar dilaksanakan
secara luring agar praktikan dapat memahami dengan benar langkah-langkah dari setiap
tahapan praktikum sistem pegas.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2014. Physics Principles with Application. Pearson Education. London.

Lubis, Riani. 2008. Diktat Kuliah Fisika Dasar 1. UNIKOM. Bandung.

Serway, Raimond A., et al. 2009. College Physics Eighth Edition. Brooks/Cole Cengage
Learning. Canada.
LAMPIRAN

1. Dasar Teori

(Giancoli, 2014)

(Serway et al, 2009)


(Serway et al, 2009)

(Lubis, 2008)

2. Perhitungan
3. Tugas Pendahuluan dan Pretest

Tugas Pendahuluan
Pretest

Anda mungkin juga menyukai