(SISTEM PEGAS)
(PERCOBAAN-GB1)
NIM : 205090701111025
Kelompok :6
JURUSAN FISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2020
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
(SISTEM PEGAS)
NIM : 205090701111025
Kelompok :6
Catatan :
PENDAHULUAN
Salah satu contoh benda elastik adalah pegas karena akan merenggang apabila
diberikan tegangan. Daerah elastisitas pada pegas memenuhi hukum hooke dengan
bunyi “pertambahan panjang sebuah benda adalah sebanding dengan besarnya gaya
yang bekerja pada pegas itu”. Untuk persamaan gaya pegas adalah
F = -k.x
Dari rumus tersebut nilai k disebut sebagai konstanta pegas dan bergantung pada jenis
bahan yang digunakan, diameter logam pembuat pegas, dan diameter spiral dari pegas.
Reganggan pada pegas dimaknai sebagai raptan karena F selau menuju titik
kesetimbangan. Oleh karena itu, panjang pegas akan lebih pendek dari keadaan
setimbang.
(Jati, 2018)
Gaya pada pegas ( ⃗ merupakan hasil kali dari perpindahan ⃗ dari posisi
setimbang ke posisi akhir. Gaya pada pegas dapat dituliskan
⃗ ⃗
Persamaan gaya pegas tersebut memenuhi kaidah hukum Hooke, yang dicetuskan oleh
Robert Hooke. Dalam persamaan tersebut terdapat tanda negatif yang menandakan
arah gerak dari gaya pegas. Konstanta pegas dilambangkan dengan k dan merupakan
suatu ukuran kekakuan dari sebuah pegas. Besarnya nilai k ditentukan ketikan pegas
ditekan dan ditarik untuk menghasilkan perpindahan. Dalam satuan SI konstanta pegas
memiliki satuan N/m. Dari persamaan gaya pegas apabila x bernilai positif maka nilai
FX akan bernilai negatif, begitupula sebaliknya (Haliday & Resnick, 2014).
Ketika sebuah pegas diberi tekanan maka pegas tersebut akan menghasilkan
sebuah potensial energi untuk memberikan gaya reaksi. Untuk melakukan dorongan
maka dibutuhkan sebuah gaya dorong yang dilambangkan dengan Fs. Pada gaya
terdapat persamaan yaitu
Fs = -kx
Kemudian pada pegas terdapat gaya eksternal yang ditimbulkan karena adanya gaya
dorong dilambangkan dengan Fext. Gaya eksternal ini memiliki persamaan dengan
Fext = kx
Gaya yang terdapat pada pegas sering diistilah kan sebagai gaya aksi (gaya
pemulihan). Hal ini disebabkan oleh adanya perlawanan dari pegas setelah
mendapatkan gaya tekanan dan arahnya berlawanan dari arah gaya tekanan. Dari
persamaan-persamaan diatas merupakan persamaan yang berlaku pada pegas dan
dikatakan sebagai hukum Hooke yang akan akurat selama nilai x tidak terlalu besar.
W = Fx
Dimana x merupakan jumlah regangan dari panjang awal pegas. Namun, rumus ini
masih belum pasti karena pada persamaan Fext = kx bersifat tidak konstan tetapi
bervariasi sepanjang jarak x (Giancoli, 2016).
BAB II
METODOLOGI
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum diantaranya beberapa
bauh pegas, stopwatch, mistar, beberapa buah pemberat, statif.
Sebuah pegas diambil lalu digantungkan pada statif. Kemudian panjang pegas
diukur dan dicatat sebagai X0.
Kemudian, pegas diberi beban m1 dan diukur panjangnya lalu dicatat sebagai
X1. Kemudian, beban ditarik sedikit ke bawah lalu dilepaskan.
Kemudian, beban satu persatu dikurangi dan panjang pegas dicatat sebagai X2
setiap kali penngurangan beban
Langkah-langkah 1-4 diulangi untuk pegas 2 serta gabungan pegas 1 dan pegas
2 secara seri dan paralel.
BAB III
3.2 Perhitungan
3.2.1 Pegas 1
|𝐤 − 𝐤 | 𝟐 g |𝐠 − 𝐠| 𝟐
M (kg) ∆𝐗 (𝐦) T (s) K (N/m) 2
𝐓2 (𝐬2)
(N/m) (m/s ) (m/𝐬𝟐)
0,3 -0,143 0,76 20,5047 0,0021 9,7739 0,1022 0,5776
0,4 -0,047 0,88 20,3917 0,0045 9,5841 0,2596 0,7744
0,5 -0,051 0,98 20,5531 0,0089 10,4820 0,1509 0,9604
0,6 -0,05 1.08 20,3078 0.0228 10,1539 0,0036 1,1664
0,7 -0,051 1,16 20,5372 0,0061 10,4739 0,1446 1,3456
Rata-rata 20,4589 10,0935
Jumlah 0,0444 0,6610
Perhitungan
ΔX = X2 – X1
ΔX = X2 – X1 = -0,143 m
ΔX = X2 – X1 = -0,047 m
ΔX = X2 – X1 = -0,051 m
ΔX = X2 – X1 = -0,05 m
ΔX = X2 – X1 = -0,051 m
T=
T= = 0,76 s
T= = 0,88 s
T= = 0,98 s
T= = 1,08 s
T= = 1,16 s
K=( )
̅=∑
̅ = ∑ = 20,4589 N/m
∑| ̅|
δk = √
∑| ̅|
δk = √ = 0,1054 N/m
Kr K = ̅
Kr K = ̅
= 0,5152%
K=̅
g=
g= = 9,7739 m/s2
g= = 9,5841 m/s2
g= = 10,4820 m/s2
g= = 10,1539 m/s2
g= = 10,4739 m/s2
∑
̅=
∑
̅= = 10,0935 m/s2
∑| ̅|
δg = √
∑| ̅|
δg = √ = 0,4065 N/m
Kr g =
Kr g = = 4,0274%
g=̅ δg
3.2.2 Pegas 2
M |𝐤 – 𝐤 | 𝟐 g |𝐠 – 𝐠| 𝟐
∆𝐗 (𝐦) T (s) K (N/m) 2
𝐓2 (𝐬2)
(kg) (N/m) (m/s ) (m/𝐬𝟐)
0,3 -0,09 0,58 35,2066 0,2275 10,5619 0,0785 0,3364
0,4 -0,03 0,66 36,2519 0,3229 10,8755 0,0011 0,4356
0,5 -0,026 0,74 36,0467 0,1318 9,3721 2,1610 0,5476
0,6 -0,033 0,82 35,2276 0,2080 11,6251 0,6129 0,6724
0,7 -0,033 0,88 35,6855 3,3589E-6 11,7762 0,8723 0,7744
Rata-rata 35,6837 10,8422
Jumlah 0,8903 3,7260
Perhitungan
ΔX = X2 – X1
ΔX = X2 – X1 = -0,09 m
ΔX = X2 – X1 = -0,03m
ΔX = X2 – X1 = -0,026 m
ΔX = X2 – X1 = -0,033 m
ΔX = X2 – X1 = -0,033 m
T=
T= = 0,58 s
T= = 0,66 s
T= = 0,74 s
T= = 0,82 s
T= = 0,88 s
K=( )
̅=∑
̅ = ∑ = 35,6837 N/m
∑| ̅|
δk = √
∑| ̅|
δk = √ = 0,4717 N/m
Kr K = ̅
Kr K = ̅
= 1,3221%
K=̅
g=
g= = 10,5619 m/s2
g= = 10,8755 m/s2
g= = 9,3721 m/s2
g= = 11,6251 m/s2
g= = 11,7762 m/s2
∑
̅=
∑
̅= = 10,8422 m/s2
∑| ̅|
δg = √
∑| ̅|
δg = √ = 0,9651 N/m
Kr g =
Kr g = = 8,9017%
g=̅ δg
M |𝐤 − 𝐤 | 𝟐 g |𝐠 − 𝐠| 𝟐
∆𝐗 (𝐦) T (s) K (N/m) 𝐓2 (𝐬2)
(kg) (N/m) (m/s2) (m/𝐬𝟐)
0,3 -0,232 0,96 12,8510 0,0026 9,9381 0,9035 0,9216
0,4 -0,068 1,1 13,0507 0,0220 8,8744 0,0127 1,21
0,5 -0,066 1,24 12,8376 0,0041 8,4728 0,2649 1,5376
0,6 -0,069 1,36 12,8065 0,0091 8,8365 0,0228 1,8496
0,7 -0,068 1,46 12,9643 0,0038 8,8157 0,0295 2,1316
Rata-rata 12,9020 8,9875
0,0418 1,2336
Perhitungan
ΔX = X2 – X1
ΔX = X2 – X1 = -0,232 m
ΔX = X2 – X1 = -0,068m
ΔX = X2 – X1 = -0,066 m
ΔX = X2 – X1 = -0,069 m
ΔX = X2 – X1 = -0,068 m
T=
T= = 0,96 s
T= = 1,1 s
T= = 1,24 s
T= = 1,36 s
T= = 1,46 s
K=( )
̅=∑
̅ = ∑ = 12,9020 N/m
∑| ̅|
δk = √
∑| ̅|
δk = √ = 0,1054 N/m
∑| ̅|
δk = √
∑| ̅|
δk = √ = 0,1022 N/m
Kr K = ̅
Kr K = ̅
= 0,7927%
K=̅
g=
g= = 9,9381 m/s2
g= = 8,8744 m/s2
g= = 8,4728 m/s2
g= = 8,8365 m/s2
g= = 8,8157 m/s2
∑
̅=
∑
̅= = 8,9875 m/s2
∑| ̅|
δg = √
∑| ̅|
δg = √ = 0,5553 N/m
Kr g =
Kr g = = 6,1790%
g=̅ δg
g=̅ δg = (8,9875 0,5553) m/s2
M |𝐤 − 𝐤 | 𝟐 g |𝐠 − 𝐠| 𝟐
∆𝐗 (𝐦) T (s) K (N/m) 𝐓2 (𝐬2)
(kg) (N/m) (m/s2) (m/𝐬𝟐)
0,3 -0,061 0,5 47,3740 0,1328 9,6327 0,0024 0,25
0,4 -0,018 0,58 46,9422 0,6342 8,4495 1,2857 0,3364
0,5 -0,018 0,64 48,1914 0,2050 8,6744 0,8263 0,4096
0,6 -0,022 0,7 48,3408 0,3627 10,6349 1,1056 0,49
0,7 -0,022 0,76 47,8443 0,0111 10,5257 0,8878 0,5776
Rata-rata 47,7385 9,5835
Jumlah 1,3460 4,1080
Perhitungan
ΔX = X2 – X1
ΔX = X2 – X1 = -0,061 m
ΔX = X2 – X1 = -0,018 m
ΔX = X2 – X1 = -0,018 m
ΔX = X2 – X1 = -0,022 m
ΔX = X2 – X1 = -0,022 m
T=
T= = 0,5 s
T= = 0,58 s
T= = 0,64 s
T= = 0,7 s
T= = 0,76 s
K=( )
̅=∑
̅ = ∑ = 47,7385 N/m
∑| ̅|
δk = √
∑| ̅|
δk = √ = 0,5801 N/m
Kr K = ̅
Kr K = ̅
= 1,2151%
K=̅
g=
g= = 9,6327 m/s2
g= = 8,4495 m/s2
g= = 8,6744 m/s2
g= = 10,6349 m/s2
g= = 10,5257 m/s2
∑
̅=
∑
̅= = 9,5835 m/s2
∑| ̅|
δg = √
∑| ̅|
δg = √ = 1,0134 N/m
Kr g =
Kr g = = 10,5745%
g=̅ δg
3.3 Grafik
3.3.1 Pegas 1
M (kg) T2 (s2)
0,3 0,5776
0,4 0,7744
0,5 0,9604
0,6 1,1664
0,7 1,3456
∑
̅ 0,5
∑
̅ 0,9648
̅ 22,2857 N/m
δk = ̅
0,2460
Kr K = ̅
K= ̅ N/m
3.3.2 Pegas 2
M (kg) T2 (s2)
0,3 0,3364
0,4 0,4356
0,5 0,5476
0,6 0,6724
0,7 0,7744
∑
̅ 0,5
∑
̅ 0,5532
̅ 31,5827 N/m
δk = ̅
0,0304
Kr K = ̅
K= ̅ N/m
M (kg) T2 (s2)
0,3 0,9216
0,4 1,21
0,5 1,5376
0,6 1,8496
0,7 2,1316
∑
̅ 0,5
∑
̅ 1,5300
̅ 13,1594 N/m
δk = ̅
0,2142
Kr K = ̅
K= ̅ N/m
M (kg) T2 (s2)
0,3 0,25
0,4 0,3364
0,5 0,4096
0,6 0,49
0,7 0,5776
∑
̅ 0,5
∑
̅ 0,127
̅ 47,3740 N/m
δk = ̅
0,1090
Kr K = ̅
K= ̅ N/m
3.4 Pembahasan
Pada percobaan pegas yang disusun secara seri dari data hasil
percobaan didapatkan perhitungan nilai konstanta pegas sebesar K = (12,9020
0,1022) N/m. Sedangkan pada grafik pada percobaan pegas yang disusun
secara seri nilai konstanta pegas yang dihasilkan sebesar K =
N/m. Dari hasil tersebut terlihat bahwa ada perbedaan antara nilai
konstanta pegas perhitungan dan grafik yaitu nilai konstanta pegas pada grafik
lebih besar dibandingkan dengan nilai konstanta pegas pada perhitungan.
Perbedaan atau selisih antara nilai konstanta pegas perhitungan dan grafik
adalah N/m, perbedaan ini terbilang sangat kecil karena hanya
terpaut angka desimal saja. Hal yang dapat menyebabkan perbedaan ini adalah
ketidaktepatan dalam penempatan garis utama yang melewati titik centroid dan
garis putus-putus yang berada di samping-samping garis utama masih kurang
tepat. Selain itu, perbedaan yang terlihat diakibatkan karena penempatan titik-
titik yang tidak tepat sehingga mengakibatkan ketidakcocokan terhadap regresi
linearnya, hal ini dikarenakan terdapatnya faktor eror yang mempengaruhi data
hasil percobaan.
Pada percobaan pegas yang disusun secara paralel dari data hasil
percobaan didapatkan perhitungan nilai konstanta pegas sebesar K = (47,8443
0,5801) N/m. Sedangkan pada grafik dihasilkan nilai konstanta pegas
sebesar K = N/m. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai
konstanta pegas pada grafik lebih kecil dari hasil konstanta pegas pada
perhitungan dan selisih antara keduanya adalah N/m. Perbedaan yang
terjadi karena ketidaktepatan dalam menentukan garis putus-putus yang
terletak pada samping-samping garis utama. Serta, adanya perbedaan yang
tejadi diakibatkan kesalahan dalam penempatan titik-titik koordinat sehingga
apabila ditarik garis maka tidak linear dan tidak adanya kecocokan dengan
regresi linear, hal ini terjadi akibat adanya eror yang mempengaruhi data hasil
percobaan.
Apabila dianalisis lebih dalam antara pegas yang disusun secara seri
dan paralel memiliki perbedaan yang menonjol. Perbedaan tersebut
diakibatkan karena susunan antara keduanya berbeda sehingga memberikan
efek yang berbeda pada saat perhitungan periode. Dimana, diketahui bahwa
susunan seri sendiri memiliki pertambahan panjang yang besar sehingga
berfungsi menghasilkan nilai konstanta pegas yang lebih kecil. Sedangkan
pada pegas yang disusun secara paralel pertambahan panjang relatif kecil
sehingga berfungsi menghasilkan nilai konstanta pegas yang lebih besar. Dari
perbedaan itulah yang mengakibatkan adanya perbedaan nilai konstanta pegas
antara keduanya.
Salah satu penerapan pegas terdapat pada shockbreaker. Shockbreaker
merupakan salah satu komponen dari sepeda motor yang berfungsi untuk
peredam goncangan. Prinsip kerja dari alat ini adalah memanfaatkan pegas
ketika motor melintasi jalan berlubang maka pegas akan bekerja untuk
meredam goncangan agar tidak terjadi kecelakaan. Selain itu, pegas pada
shockbreaker juga berfungsi sebagai penjaga kestabilan sepeda motor ketika
berbelok dan melaju pada kecepatan tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Giancoli, D. C. 2016. Physics Principles With Applications. London, Britania Raya: Pearson.
Haliday, & Resnick. 2014. Fundamental of Physics Tenth Edition. USA: John Wiley & Sons.
1. Tugas Pendahuluan
2. Post Test
1. Kenapa pada perhitungan gravitasi nilai massa yang digunakan bukan 0,3; 0,4; 0,5;
0,6; 0,7?
Jawab: karena pada perhitungan gravitasi hanya ada penambahan sebesar 0,1 kg saja
dan diketahui bahwa besarnya X2 tidak sama sehingga, massa yang diguanakan hanya
massa penambahan saja. Kecuali jika X2 bernilai sama maka massa yang digunakan
adalah 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7
2. Dalam percobaan pegas 1 apakah nilai periode mempengaruhi nilai k? jelaskan!
Jawab: tidak, karena faktor yang dapat mempengaruhi nilai k hanya bergantung pada
jenis bahan yang digunakan, diameter logam pembuat pegas, dan diameter spiral dari
pegas. Untuk nilai k yang berubah-ubah disebabkan oleh adanya pengulangan atau
ralat yang dilakukan sebanyak 5 kali.
3. Kesalahan yang paling sering terjadi adalah?
Jawab: kesalahan yang paling sering terjadi adalah kesalahan dalam penghitungan
waktu getaran yang digunakan untuk menghitung periode.
4. Setelah dilakukan perhitungan pada percobaan seri ternyata pada percobaan dengan
massa 700 gr lebih besar daripada 500 gr. Apakah ini berarti massa beban
mempengaruhi nilai k pegas?
Jawab: tidak, karena faktor yang dapat mempengaruhi pegas hanyalah jenis bahan
yang digunakan, diameter logam pembuat pegas, dan diameter spiral dari pegas.
Sedangkan pada perhitungan nilai k berubah-ubah dikarenakan adanya ralat atau
pengulangan.
5. Semisal periode pegas 1 lebih kecil dari pegas 2 dimana k pegas 1 lebih besar daripada
pegas 2. Apakah berarti periode mempengaruhi konstanta pegas?
Jawab: iya, karena pada prinsip rumus dalam penentuan konstanta pegas tertulis
bahwa nilai k berbanding terbalik dengan nilai T2. Sehingga nilai k pada pegas 1 lebih
besar dibanding nilai k pada pegas 2.
6. Bagaimana cara menentukan gravitasi pegas sesuai percobaan ini?
Jawab: cara menentukan gravitasi pegas dengan cara mengalikan konstanta pegas (k)
dengan pertambahan panjang pegas (x) kemudian dibagi dengan massa beban.
7. Jika percobaan dilakukan di tempat yang gravitasinya berbeda (semisal di Mars) data
manakah yang akan mengalami perubahan? Jelaskan!
Jawab: massa, karena gravitasi pada mars terbilang lebih rendah dari gravitasi bumi,
sehingga massa saat di mars akan lebih ringan daripada saat berada di bumi.
Perbedaan massa ini yang akan mempengaruhi besarnya gravitasi pegas.
8. Sebutkan dua hal yang mempengaruhi nilai konstanta pegas!
Jawab: jenis bahan yang digunakan dan diameter logam pembuat pegas.
DHP