Anda di halaman 1dari 21

LOGBOOK

PRAKTIKUM FISIKA DASAR


TETAPAN GAYA PEGAS DAN GRAVITASI
(M – 7)

Nama : M. Alifiyansyah Nur P.

NPM : 140710190005

Partner : Dhiyya, Azmi, Alfianto, Annisa

NPM : 01, 04, 06, 07

Fakultas / Departemen : FMIPA / Geofisika


Kelas / Kelompok :1

Tanggal : 29 April 2020

Hari / Jam : Rabu / 11.00 – 13.30

Nama Asisten :

LABORATORIUM FISIK A DASAR


PUSAT PELAYANAN BASIC SCIENCE
FAK ULTAS MATEMATIK A DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
I. TUJUAN PERCOBAAN

1.1 Menentukan tetapan gaya pegas dengan menggunakan Hukum Hooke.


1.2 Mengukur percepatan gravitasi dengan getaran kolom zat cair.

II. ALAT-ALAT PERCOBAAN

2.1 Ember dengan keping-keping beban

Sebagai beban dalam menghitung massa dan penyebab gaya pada pegas.

2.2 Statif dengan pegasnya

Alat yang digunakan untuk meletakkan pegas dan objek pengamatan.

2.3 Pipa berbentuk U dengan zat cair

Sebagai sistem statik harmonik yang berupa kolom zat yang akan ditentu-
kan waktu getarnya untuk mengukur percepatan gravitasi.

2.4 Neraca Ohauss

Untuk mengukur massa keping-keping beban.

2.5 Milimeter blok


Digunakan sebagai skala.

III. TEORI DASAR

3.1 Pegas

Pegas adalah suatu komponen yang berfungsi untuk menerima beban


dinamis dan memiliki sifat keelastisan. Pegas dapat disebut sebagai benda
lentur yang artinya pegas dapat kembali ke keadaan semula setelah diberi
gaya. Hal ini diakibatkan karena pegas memiliki kekuatan lenting yang
disebut gaya pegas. Untuk memberi gaya pegas sejauh X dan panjang
awalnya, dapat dinyatakan dengan rumus atau persamaan :

Fp = k . ∆x
keterangan :

Fp = Gaya pegas (N/m)

k = Konstanta pegas

∆x = Pertambahan panjang (m)

Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan suatu pegas. Ketika diberi


gaya, pegas akan memberikan gaya yang berlawanan arah yang disebut gaya
pemulih. Gaya pemulih bernilai negaif karena menyatakan arah yang
berlawanan dengan gaya pegas untuk kembali ke ukuran panjang
normalnya. Hubungan antara gaya pegas dan gaya berat yaitu :

Fp = Fb

-kx = mg

Gambar 1. Hubungan antara Fp = Fb

Karena nilai x selalu berubah-ubah menghasilkan F tidak konstan maka


didapat nilai F rata-rata (F̅) yaitu :

F = ½ KA
Apabila x tedapat di ujung regangan maka kerja yang dilakukan adalah :

W = ½ KX2

dengan W= EP maka :

EP = ½ KX2

Grafik 1. Hubungan antara gaya pegas


dan pertambahan panjang

3.2 Hukum Hooke


Hukum Hooke adalah gagasan yang diperkenalkan oleh Robert Hooke
yang menyelidiki hubungan antara gaya yang bekerja pada sebuah pegas /
benda elastisitas agar benda tersebut dapat kembali ke semula atau tidak
melampaui batas elastisitasnya sehingga dapat disimpulkan bahwa Hukum
Hooke ini mengkaji jumlah gaya maksimum yang dapat diberikan pada
sebuah benda elastis agar tidak melewati batas elastisitasnya. Hukum ini
berbunyi, “Jika sebuah pegas ditarik tanpa melebihi batas elastsitasnya
maka pegas tersebut akan mengalami gaya tarik yang berbanding lurus
dengan pertambahan panjangnya”. Berdasarkan bunyi tersebut maka dapat
dinyatakan dengan rumus :

Fp = k . ∆x

Keterangan :

Fp = Gaya pegas (N/m)

k = Konstanta pegas

∆x = Pertambahan panjang (m)

Jika beban ditarik ke bawah dan kemudian dilepaskan maka beban akan
bergerak harmonis dan memenuhi Hukum II Newton yaitu :

F=m.a

dari hubungan persamaan gaya pemulih dan Hukum II Newton akan


diperoleh :
−k .x 2π
m . a = -k . ∆x -w2 . x = T=
m w
−k .∆x
a= k 2π
m w2 = T= = 2π √mk
m √k
m

3.3 Konstanta Pegas


Berdasarkan bunyi Hukum Hooke, besar pertambahan panjang pegas
akan berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada pegas asalkan tidak
melampaui batas kemampuan kemampuan pegas tersebut. dari bunyi diatas,
batas kemampuan yang dimaksud adalah konstanta pegas. Konstanta pegas
dapat dicari dengan rumus :

F
k=
∆x
Keterangan :
k = Konstanta pegas
F = Gaya pegas (N)
∆x = Pertambahan panjang (m)

Apabila dalam perhitungan digunakan lebih dari satu pegas maka


terlebih dahulu mencari pegas totalnya. Dalam Hukum Hooke ada dua jenis
pegas, yaitu :

1. Seri

Gambar 2. Susunan pegas seri

Pada susunan seri, pertambahan total yang dialami pegas adalah jumlah
perpanjangan yang dialami masing-masing pegas. Sedangkan untuk
mencari konstanta pegas pengganti, dapat melihat dari rumus pertambahan
panjang total.
2. Paralel

Gambar 3. Susunan pegas paralel

Ketika dua pegas disusun paralel berlaku beberapa sifat, antara lain :

a. Jumlah gaya yang bekerja pada masing-masing pegas ad-alah gaya


yang bekerja pada pegas.

b. Pertambahan panjang total pada susunan paralel adalah sama.

c. Untuk mencari konstanta pegas pengganti, bisa dilihat dari dua sifat
diatas.

3.4 Getaran dan Gelombang


Getaran adalah gerak bolak-balik secara berkala melalui suatu titik
kesetimbangan. Kuat atau lemahnya suatu getaran tergantung dengan gaya
yang diberikan. Semakin besar gayanya, semakin kuat pula getarannya dan
ada juga gerak osilasi (getaran) yang terdiri dari dua jenis yaitu osilasi
harmonik sederhana dan osilasi harmonik teredam. Osilasi harmonic
sederhana merupakan gerak bolak-balik disekitar titik setimbang, contohnya
pada bandul matematis. Syarat terjadinya osilasi harmonik sederhana adalah
apabila percepatan sebuah benda berbanding lurus dan berlawanan arah
dengan simpangan getarnya. Sedangkan osilasi harmonik teredam
merupakan getaran yang seiring dengan berjalannya waktu akan berhenti
karena adanya redaman, contohnya seperti senar gitar yang jika dipetik akan
berhenti apabila tidak dipetik lagi. Getaran dapat dirumuskan sebagai
berikut :

y = ± A sin wt

Gambar 4. Getaran pada pegas

Benda atau pegas dikatakan bergetar dalam satu kali getaran penuh
yakni dari titik awal dan kembali ke titik awal tersebut.

Gelombang adalah gejala rambatan dari suatu getaran. Getaran akan


terus terjadi apabila sumber getaran bergetar terus-menerus. Contoh
sederhana gelombang adalah apabila kita mengikat satu ujung tali ke tiang
dan ujung lainnya digoyangkan maka akan terbentuk banyak bukit dan
lembah di tali yang digoyangkan tadi, inilah yang disebut gelombang.
Berdasarkan mediumnya gelombang dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gelombang Mekanik
Gelombang yang dalam proses perambatannya memerlukan medium
(zat perantara).
2. Gelombang Elektromagnetik
Gelombang yang dalam proses perambatannya tidak memerlukan
medium.

Berdasarkan arah getar dana rah rambatnya, dibagi menjadi dua yaitu :

1. Gelombang Transversal
Gelombang yang arah getarnya tegak lurus dengan arah rambatnya.
Bentuknya berupa lembah dan bukit.

Gambar 5. Gelombang
transvesal

2. Gelombang Longitudinal
Gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya. Bentuk
getaran berupa rapatan dan regangan.

Gambar 6. Gelombang
longitudinal
Sifat-sifat gelombang :

1. Refleksi (dipantulkan)
Dalam pemantulan gelombang berlaku :
 Besar sudut datangnya gelombang sama dengan sudut
pantulnya.
 Gelombang datang, gelombang pantul, dan garis normal
berada pada satu bidang datar.
2. Refraksi (dibiaskan)
Pembelokan arah rambat gelombang karena melalui dua medium
yang berbeda kerapatannya.
3. Interferensi
Perpaduan gelombang terjadi karena terdapat gelombang dengan
frekuensi beda fase bertemu. Interferensi dibagi menjadi dua yaitu :
 Interferensi konstruktif
 Interferensi distruktif
4. Difraksi
Penyebaran gelombang jika melewati suatu celah.
5. Dispersi
Campuran beberapa gelombang.
6. Polarisasi
Peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang

Panjang 1 gelombang sama dengan jarak yang ditempuh dalam waktu


satu periode (λ). Pada gelombang transversal, satu gelombang terdiri dari 3
simpul dan 2 perut, 1 perut sama dengan ½ panjang gelombang (λ). Untuk
gelombang longitudinal, satu gelombang terdiri dari satu rapatan dan satu
regangan. Cepat rambat gelombang (v) adalah jarak yang ditempuh oleh
gelombang dalam satu sekon. Hubungan antara v, λ, f, dan T adalah sebagai
berikut :
v
v = λ.f λ=
f
λ
v= λ = v.T
T

Keterangan :

v = Cepat rambat gelombang (m/s)

λ = Panjang gelombang (m)

f = Frekuensi (Hz)

T = Periode (s)

3.5 Frekuensi, Periode, dan Amplitudo


Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi dalam setiap waktu.
Memiliki satuan Hertz (Hz), persamaan frekuensi adalah :

N
f=
t

Keterangan :
f = Frekuensi (Hz) t = Waktu (s)
N = Banyaknya gelombang/getaran
Periode adalah selang waktu yang diperlukan untuk suatu benda untuk
menempuh satu getaran/gelombang, memiliki satuan sekon (s). Persamaan
dari periode adalah :

𝑡
T=
𝑁

Keterangan :
T = Periode (s)
t = Waktu (s)
N = Banyaknya getaran/gelombang

Dari definisi frekuensi dan periode maka hubungan keduanya adalah :

1 1
f= T=
T f

Amplitudo adalah simpangan maksimum yang dilakukan pada


peristiwa getaran. Amplitudo juga dapat disimbolkan dalam sistem
internasional dengan simbol (A) dan memiliki satuan meter.

3.6 Kolom Zat Cair


Kolom zat cair adalah suatu fluida dalam sebuah pipa yang berbentuk
U akan bergerak atau diam. Apabila setimbang, zat cair tersebut akan diam
dan sebaliknya, apabila salah satu sisi ditambah airnya, zat cair tersebut akan
bergerak secara periodik naik-turun. Hal ini disebabkan oleh gaya luar dan
salah satunya percepatan gravitasi. Sifat fluida tersebut dapat dimanfaatkan
untuk mencari besar percepatan gravitasi. Hal tersebut dilakukan dengan
cara menghitung waktu yang dibutuhkan zat cair untuk melakukan satu
getaran (periode). Apabila pipa U diisi campuran tertentu maka zat cair di
kedua pipa mempunyai tinggi yang sama. Pada pipa U bila salah satu dari
mulut pipa diisi dengan suatu zat cair berbeda tekanan pada kedua
permukaan, zat cair selalu sama. Apabila di salah satu mulut pipa diberi
gaya permukaan akan turun sejauh x maka dimulut lainnya akan naik sejauh
x.

Gambar 7. Pipa U

Begitu gangguan/tekanan dihilangkan, permukaan zat cair dalam pipa


melakukan osilasi harmonis sederhana. Pipa U terbuat dari kaca dan
memiliki permukaan lai sehingga zat cair akan berisolasi. Pada saat gaya
dihillangkan akan muncul gaya pemulih yang besarnya adalah :

F = -w *Apabila Co berhubungan dengan k dan m


melalui persamaan :
F = -mg
k
w2 =
= -ρvg m

= -ρ.A(2x).g

= -2ρAgx ........ (1)

F = -kx ........... (2)

k = w2m ......... (3)

Massa total cairan : m = 2ρv

m = 2ρAl
maka :

-2ρAgx = fkx 4π2 m 4π2 2ρAl


T2 = T =√
2ρAg 2ρAg
k = 2ρAg
4π2 m 4π2 l
w2m = 2ρAg T = √ 2ρAg T =√ g
2𝜋2
m = 2ρAg
T

Persamaan dan perbedaan kolom zat cair dan pegas :

1. Persamaan :
 Keduanya terdapat gerak harmonik dan juga terdapat gaya
pemulih

2. Perbedaan :
 Perbedaan keduanya dapat dilihat dari medianya. Getaran
pada pegas dihasilkan dari suatu benda elastik yaitu pegas itu
sendiri dimana getaran dapat dilihat dari pertambahan
panjang pegas. Sedangkan getaran pada kolom zat cair
dihasilkan dari suatu fluida yang homogen pada kolom pipa
U dimana fluida tersebut bergerak naik-turun pada titik
setimbang akibat adanya gaya ataupun tekanan dari luar
sistem. Jika ditinjau secara matematis, terlihat pada periode
getarnya , jika pada kolom zat cair yang dihitung adalah
panjang kolom zat cair dibagi percepatan gravitasi,
sedangkan pada pegas adalah massa beban dibagi konstanta
pegasnya.
3.7 Gravitasi, Percepatan Gravitasi, dan Rumusnya
Gravitasi adalah sebuah gerakan gaya tarik menarik yang terjadi
diantara dua benda atau beberapa benda sekaligus yang memiliki massa,
contoh dari gravitasi dapat kita lihat di alam semesta dimana gravitasi
matahari mempengaruhi benda-benda langit di sekitarnya sehingga
menyebabkan benda-benda langit tetap berada dalam lintasan orbit masing-
masing. Newton mengeluarkan sebuah hukum gravitasi yang menyatakan
bahwa “Setiap benda akan menarik benda lain dengan gaya sebanding
dengan perkalian massa benda tersebut dan berbanding terbalik dengan
kuadrat yang memisahkan dua benda tersebut.” Hukum gravitasi Newton
dituliskan dengan :

M1 M2
F = G.
r2

Keterangan :
F = Gaya tarik kedua benda (N)
G = Konstanta gravitasi (6,674 . 10−2 Nm2.kg-2)
M1 = Massa benda 1 (kg)
M2 = Massa benda 2 (kg)
r = Jarak antara kedua benda (m)

Kita juga mengenal adanya Hukum II Newton dimana dikatakan


bahwa “Besarnya percepatan yang dialami dari sebuah benda akan
berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja di dalam benda itu
sendiri dan akan bebanding terbalik dengan massa benda tersebut.” Dari
rumusan ini maka dapat disimpulkan bahwa ada sebuah percepatan
gravitasi bumi yang terjadi. Percepatan gravitasi adalah percepatan yang
disebabkan oleh adanya gaya gravitasi. Berdasarkan Hukum II Newton
didapat persamaan percepatan gravitasi, yaitu :

M1
g = G.
r2
Keterangan :
g = Percepatan gravitasi (m.s-2)
G = Kontanta gravitasi (6,674 . 10−2 Nm2.kg-2)
M1 = Massa planet (kg)
r = Jari-jari planet (m)

Pada ketinggian h dari permukaan planet :


M
g’ = G.
(r−h)2

Pada kedalaman h, massa :

m m′ 4
m’ = . v’ = 4 3
. (r-h)3
v πr 3
3

m(r−h)3
m’ =
r3

M(r−h)3
r3 m(r−h)
*g’ = G. = G.
(r−h)2 r2

g(r−h)
*Jika percepatan gravitasi : g’ =
r

IV. TUGAS PENDAHULUAN


1. Apa yang dimaksud dengan gerak periodik dan gerak harmonis Hukum
Hooke ?
Jawab :
 Gerak periodik = gerakan bolak-balik yang dilakukan
dalam interval waktu yang tetap.
 Gerak harmonis = gerak periodik yang dilakukan ndi sekitar
titik setimbang pada lintasan yang tetap.
2. Bagaimana persamaan gerak harmonis tersebut dan jelaskan !
Jawab :
Dari persamaan gerak harmonis, Hukum Hooke, dan Hukum II Newton
yaitu :

d2 x d2 x
= -w2x => = w2x = 0
dt dt

3. Turunkan rumus (1), (2), (3), dan (4) !


Jawab :
Rumus (1)
σ F/A F .lo
E= = = sehingga ;
e ∆l/lo A .∆l
E.A.∆l
F= = k∆l => F = k∆x
lo
Rumus (1) dan (3) Rumus (4)
F = ma F = kx
kx = ma F
k=
kx x
a=
m Karena kedua ujung pipa terbuka
kx maka :
w2x =
m F = 2mg sehingga ;
k 2mg
w2 = k =
m l
maka :

m m
T = 2π √ k = 2π √ 2mg
l

l
T = 2π √2g
4. Tentukan sesatan rumus (4) !
Jawab :
dg dg
∆g = | . ∆l| + | . ∆T|
dl dT
2π2 −4π2 l
∆g = | . ∆l| + | . ∆T|
T2 T3
2π2 −4π2
∆g T2 T3
=| 2π2
. ∆l| + | 2π2 l
. ∆T|
g
T2 T3

∆l 2∆T
∆g = [| | + | |] . g
l T

5. Bagaimana energi, kecepatan, dan percepatan dari sistem pegas digantung


di beban ?
Jawab :
Pada titik setimbang :
x = 0 => Etotal = Ek + Ep
= ½ kx2 + mgh
= ½ mv2
Diatas titik setimbang :
v=0;x=A
vmaks :
Etotal = ½ kA + ½ mv2
= ½ kA2
Dibawah titik setimbang :
v=0;x=A
Etotal = Ep + Ek
= ½ kA2 + ½ mv2
= ½ kA2
V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang massa pegas, ember, dan beban kecil dengan neraca teknis.
2. Gantung ember pada neraca pegas dan amati kedudukan jarum.
3. Ember berturut-turut dimulai dari 1 beban, 2 beban, 3 beban, sampai m
beban. Tiap kali kedudukan beban dicatat.
4. Ambil beban satu per satu sehingga muatan menjadi berkurang satu per satu
sampai habis, amati tiap kali keudukan jarum.
5. Ukur panjang kolom zat cair.
6. Buat kedudukan zat cair tidak sama tinggi kemudian lepaskan. Ukur T 5 kali
t
(setiap t terdiri dari 5 ayunan) T =
5

VI. DATA DAN ANALISA SEMENTARA


Tabel 1. Massa Pegas dan Ember
No. Ember Gram

Tabel 2. Massa Beban


No. Beban ke- M1 M2 M3


Tabel 3. Pengukuran Kedudukan Beban
No. Beban ke- x (+) x (-) ∆x (x-xo)

Tabel 4. Pengukuran Panjang Kolom Zat Cair

Beban t (sekon) Beban t (sekon)


(+) t1 t2 t3 (-) t1 t2 t3

Tabel 5. Kolom Zat Cair


No. Beban l (k) N/0 t (s)

3
VII. DAFTAR PUSTAKA

Indrajit, Dudi. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung : PT Setia Purna
Inves
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika. Bandung : Grafindo Media Pratama
Seats, Zemansky. 1982. Fisika untuk Universitas. Bandung : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai