Anda di halaman 1dari 24

BAHAN MAGNETIK

Pendahuluan

Sebelum kita diskusikan bahan magnetik, kita perlu memahami beberapa


konsep dasar magnetisme, seperti apa yang menyebabkan medan magnet, dan apa
efek medan magnet yang ada di lingkungan kita. Dalam hal ini, kita akan membahas
tentang sifat bahan magnetik, syarat batas magnetic, contoh bahan-bahan magnetic
dan juga pemakaian bahan magnetic.

A. Sifat Bahan Magnetik.


Sifat bahan magnentik di bagi menurut sifatnya terhadap adanya pengaruh
kemagnetan, bahan dapat digolongkan menjadi 5, yaitu:
1. Diamagnetik.

A sensitive compass having a Bi needle would be ideal for the young man
going west or east, for it always aligns itself at right angles to the magnetic
field.
William H. Hayt Jr., Engineering Electromagnetics, 1958

Bahan diamagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas


negatif dan sangat kecil. Sifat diamagnetik ditemukan oleh Faraday pada
tahun 1846 ketika sekeping bismuth ditolak oleh kedua kutub magnet, hal ini
memperlihatkan bahwa medan induksi dari magnet tersebut menginduksi
momen magnetik pada bismuth pada arah yang berlawanan dengan medan
induksi pada magnet (Tipler, 2001).

Secara umum bahan magnetik yang bersifat Diamagnetik mempunyai ciri-


ciri sebagai berikut:
 Bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing
atom/molekulnya adalah nol.
 Jika solenoida dirnasukkan bahan ini, induksi magnetik yang
timbul lebih kecil.
 Permeabilitas bahan ini: m < mo.

2. Paramagnetic

A grocer is attracted to his business by a magnetic force as great as the


repulsion which renders it odious to artists.

Honor´e De Balzac, Les C´elibataires, 1841

Bahan paramagnetik adalah bahan- bahan yang memiliki suseptibiitas


magnetik  m yang positif dan sangat kecil. Paramagnetik muncul dalam
bahan yang atom- atomnya memiliki momen magnetik hermanen yang
berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah. Apabila tidak terdapat Medan
magnetik luar, momen magnetik ini akan berorientasi acak. Dengan daya
Medan magnetik luar, momen magnetik ini arahnya cenderung sejajar dengan
medannya, tetapi ini dilawan oleh kecenderungan momen untuk berorientasi
acak akibat gerakan termalnya. Perbandingan momen yang menyearahkan
dengan medan ini bergantung pada kekuatan medan dan pada temperaturnya.
Pada medan magnetik luar yang kuat pada temperatur yang Sangat rendah,
hampir seluruh momen akan disearahkan dengan medannya (Tipler, 2001).

Karakteristik dari bahan yang bersifat paramagnetik adalah memiliki


momen magnetik permanen yang akan cenderung menyearahkan diri sejajar
dengan arah medan magnet dan harga suseptibilitas magnetiknya berbanding
terbalik dengan suhu T. Variasi dari nilai susceptibilitas magnetik yang
berbanding terbalik dengan suhu T adalah merupakan hukum Curie
N  g B  J  J  1
2
 (2.18)
V 3 k BT

2
N B P2
 (2.19)
3V k BT

C
 (2.20)
T

Persamaan di atas adalah merupakan persamaan hukum Curie dimana T


adalah suhu pengamatan,  B adalah bilangan Bohr Magneton, N adalah
jumlah atom bahan, k B adalah konstanta Boltzman, C adalah tetapan Curie,
P adalah bilangan Bohr Magneton efektif, dan g adalah faktor Lande.

P  g  J  J  1 
1
2 (2.21)

3 1  S  S  1  L L  1  
g  (2.22)
2 2  J  J  1 

Suseptibilitas 

0 Suhu T
Gambar 2.3. Grafik hubungan antara suseptibilitas magnetik 
terhadap temperatur T pada bahan paramagnetik (Kittel, 1996)

Sifat dari bahan dapat diketahui dengan mengetahui kandungan


mineral magnetik pada bahan tersebut. Kandungan mineral magnetik ini dapat
diketahui dengan serangkaian penelitian, salah satunya adalah dengan
mengukur temperatur curie dari bahan tersebut. Batuan merupakan bahan
yang komplek, tersusun dari lebih satu mineral magnetik. Dengan pengukuran
temperatur curie, dapat menentukan mineral magnetik yang terkandung dalam
batuan.

Secara umum Bahan Magnetik yang bersifat Paramagnetik


mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing
atom/molekulnya adalah tidak nol.
 Jika solenoida dimasuki bahan ini akan dihasilkan induksi
magnetik yang lebih besar.
 Permeabilitas bahan: m > mo.

3. Feromagnetik
Feromagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas
magnetik  m positif, yang sangat tinggi. Dalam bahan ini sejumlah kecil
medan magnetik luar dapat menyebabkan derajat penyearahan yang tinggi
pada momen dipol magnetik atomnya. Dalam beberapa kasus,
penyearahan ini dapat bertahan sekalipun Medan pemagnetannnya telah
hilang. Ini terjadi karena momen dipol magnetik atom dari bahan- bahan
feromagnetik ini mengerahkan gaya- gaya yang kuat pada atom
tetangganya sehingga dalam daerah ruang yang sempit momen ini
disearahkan satu sama lain sekalipun medan luarnya tidak ada lagi. Daerah
ruang tempat momen dipol magnetik disearahkan ini disebut daerah
magnetik. Dalam daerah ini, semua momen magnetik disearahkan, tetapi
arah penyearahannya beragam dari daerah ke daerah sehingga momen
magnetik total dari kepingan mikroskopik bahan feromagnetik ini adalah
nol dalam keadaan normal (Tipler, 2001).

Pada temperatur tertentu bahan feromagnetik akan berubah


menjadi bahan paramagnetik, temperatur transisi ini dinamakan
temperatur curie. Diatas temperatur curie orientasi momen magnetik akan
menjadi acak, dan suseptibilitas magnetiknya diberikan oleh persam

aan:

C
 
T  Tf

(2.14)

Dimana C adalah tetapan Curie dan Tf adalah temperatur Curie. Persamaan


2.14 merupakan hukum Curie- Weiss, besar tetapan Curie adalah

Tf
C

(2.15)
 0 N ( g B ) 2
C
kB

(2.16)
Dimana  adalah konstanta Weiss yang besarnya
k BT f

0 N  g B 
2

(2.17)

Kompleks

0 T
T
f

Gambar 2.2.Grafik hubungan antara

magnetik  terhadap temperatur T pada bahan


feromagnetik
(Kittel, 1996)

Bahan Magnetik yang bersifat Feromagnetik mempunyai ciri-ciri sebagai


berikut:
 Bahan yang mempunyai resultan medan magnetis atomis besar.
 Tetap bersifat magnetik ® sangat baik sebagai magnet permanen.
 Jika solenoida diisi bahan ini akan dihasilkan induksi magnetik
sangat besar (bisa ribuan kali).Permeabilitas bahan ini: m > mo.
Contoh Soal:

1. Suatu kawat lingkaran dengan jejari 3 cm.Hitung induksi magnetik di


titik P yang berjarak 4 cm dari pusat lingkaran jika arus 5 A mengalir
pada kawat !

Jawab:

r = Ö(3² + 4²) = 5 cm = 0,05 m

Bp = mo I a sin q /2r² = (4p x 10-7 . 5 . 0,03 . 3/5) / (2 x 0,05²)


Bp = 1.44p.10-5Wb/m2

4. Anti Feromagnetik.

A large number of antiferromagnetic materials is now known; these


are generally compounds of the transition metals containing oxygen or
sulphur. They are extremely interesting from the theoretical viewpoint
but do not seem to have any applications.

Louis N´eel, Magnetism and the Local Molecular Field,


Nobel lecture, December 1970

Jika jumlah momen magnetik dari sub-domain paralel dan antiparalel


mengganti satu sama lain pada material yang seharusnya feromagnetik,
nilai suseptibilitasnya sangat kecil, mendekati subtansi paramagnetik.
Material ini disebut antiferomagnetik dan contohnya hematite (Telford
dkk.,1976 ).

5. Ferrimagnetik

To interpret the magnetic properties, I assumed that the predominant


magnetic interactions were exerted between the ions placed at sites A
and ions placed at sites B, and that they were essentially negative.

Louis N´eel, Magnetism and the Local Molecular Field,


Nobel lecture, December 1970

Pada bahan yang bersifat, dipole yang berdekatan memiliki arah yang
berlawanan tetapi momen magnetiknya tidak sama besar. Bahan
ferrimagnetik memiliki nilai suseptibilitas tinggi tetapi lebih rendah dari
bahan feromagnetik, beberapa contoh dari bahan ferimagnetik adalah
ferriete dan magnetite.
Dalam aplikasi modern ferriete lebih berguna dibanding semua jenis
bahan magnetik, karena selain dari sifat magnetiknya, bahan ini juga
merupakan isolator yang baik (Omar, 1993).

B. Contoh-contoh Bahan Magnetik


1. Contoh bahan Diamagnetik:
1) Bismuth.
2) Tembaga.
3) Emas.
4) Perak.
5) Seng.
6) Garam dapur.

2. Contoh Bahan Paramagnetik


1) Aluminium.
2) Magnesium.
3) Wolfram.
4) Platina.
5) Kayu.
3. Contoh Bahan Ferromagnetik
1) Besi.
2) Baja.
3) Besi silicon.
4) Nikel.
5) Kobalt.

C. Parameter Magnetik

Permeabilitas, susceptibilitas magnetic dan Magnetisasi

Pada perhitungan – perhitungan tentang magnet, terdapat hubungan antara fluxi


(B) dengan satuan Wb/m2 atau tesla dengan kuat medan (H) dengan satuan A lilit/ m
sebagai berikut :

B=μH
μ = μr . μo
sehingga :
B = μr . μo . H

μ adalah permeabilitas bahan yang merupakan hasil perkalian permeabilitas absolut


(μo) dengan permeabilitas relatif (μr) . Besarnya μo = 4. π . 10-7 H/m. Kuantitas yang
diekspresikan (μr – 1) disebut magnetisasi per unit dari intensitas maka demikian pula
dengan μr- 1. Besarnya μ untuk bahan ferromagnetik adalah tidak konstan. Jika arus I
dialirkan melalui kumparan dengan inti adalah bertambah dari nol bertahap sehingga
medan magnet dan rapat fluksi bertambah. Pada gambar kurva OP mula – mula naik
dengan tajam , kemudian setelah mencapai tahapan tertentu kurvanya mendatar, hal
ini karena B telah mencapai kejenuhan (saturasi). Pada gambar setelah titik P
dicapai , kemudian I diturunkan secara bertahap, maka diperoleh kurva PQ yaitu pada
saat I sama dengan nol, masih terdapat sisa kemagnetan (Br) . Daya Koersip
(coersive force) yaitu apabila besar H akan bertambah sehingga B menjadi nol dititik
R dan diperoleh Hc . Selanjutnya prosedur diatas diulang maka didapat kurva
PQRSCTP yang disebut Jerat Histerisis magnetic yang luasnya sebanding dengan
volume bahan magnetic yang dimagnetisasi , dan kalau inti diberi arus bolak – balik
akan menimbulkan eddy current yang disebut arus pusar atau arus focoult.
Gambar. Jerat histerisis bahan ferro

Semua bahan adalah memungkinkan menghasilkan medan magnetik , dari itu secara
eksperimental untuk menimbulkan momem magnetik. Besar momen ini per unit
volume disebut magnetisasi dari madium (M) dengan satuan C/m.dt atau A/m .
Induksi magnetik (rapat fluksi) adalah penjumlahan dari effek pada keadaan fakem
suatu bahan, besar rapat fluksi (B) menjadi :
B = μo . H + μo . M
M =( μ – 1) . H = Xm . H
Xm adalah susceptifitas magnetik . Magnetisasi (M) dari bahan dapat diekspresikan
sebagai momen dwikutub magnetik (pm) dengan satuan C. m2 / dt atau A/m2 dimana :
M = N . pm
N adalah jumlah dwikutub magnetic per unit volume. Berdasarkan susceptibilitasnya
dapat dibedakan sifat kemagnetan suatu bahan yaitu untuk Xm negatif 10-5 adalah
diamagnetik, untuk Xm kecil dan positif 10-3 pada suhu kamar (karena Xm
berbanding terbalik dengan suhu) adalah paramagnetik , untuk Xm yang besar adalah
ferromagnetik .
Supaya gambaran mengenai bahan magnetik mempunyai dasar yang
kuantitatif, sekarang kita akan menunjukkan bagaimana dwikutub magnetik berlaku
sebagai sumbar yang terbesar untuk medan magnetik. Hasilnya akan merupakan

persamaan yang mirip dengan hukum integral Ampere, . Arusnya akan

terdiri dari gerak muatan terikat (elektron orbital, spin elektron, dan spin niklir) dan
madannya yang berdimensi sama dengan H akan disebut magnetisasi M. Arus yang
dihasilkan oleh ikatan tersebut disebut arus terikat (bond current) atau arus Ampere.

Marilah kita mulai dengan pendefinisian magnetisasi M dinyatakan dalam


momen dwikutub magnetik m. Arus terikat Ib yang mengelilingi lintasa tertutup yang
melingkungi luas difrensial dS menghasilkan momen dwikutub
M = Ib dS

Jika terdapat n dwikutub magnetik per satuan volume, dan kita meninjau

volume , maka momen dwikutub magnetik totalnya kita peroleh melalui

penjumlahan vektor,

mtotal = (19)

Masing-masing mi mungkin berbeda. Kemudian kita definiskan magnetisasi


M sebagai momen dwikutub magnetik persatuan volume.

M=

Kita lihat bahwa satuannya harus sama dengn satuan H yaitu A/m.

Gb. 9.8 suatu bagian lintasan-tertutup dL, sepanjang lintasn tersebut dwikutub
magnetiknya sudah mengalami penjajaran sebagian oleh medan magnetik
eksternal. Penjajaran tersebut telah menyebabkan arus terikat yang melalui
permukaan yang terdefinisikan oleh lintasan-tertutup bertambah dengan nIb
dS.dL ampere.
Sekarang marilah kita tinjauefek penjajaran dwikutub magnetik sebagai akibat
dari pemasangan medan magnetik. Kita akan membahas penjajaran sepanjang lintasa
tertutup, sebagian kecil dari lintasan itu diperlihatkan pada Gb. 9.8. gambar tersebut

memperlihatkan beberapa momen magnetik m yang membentuk sudut dengan

unsur lintasa dL; masing-masing momen terdiri dari arus terikat Ib yang mengelilingi
bidang seluas dS.dL; didalam volume tersebut terdapan n dS.dL dwikutub magnetik.
Waktu kita ubah dari orientasi rambang ke pejajaran sebagian, arus terikat yang
menembus permukaan yang terlingkungi lintasan (kearah kiri kita jika kita berjalan
dalam arah aL dalam Gb. 9.8) untuk tiap-tiap dwikutub sebanyak n dS.dL telah
bertambah dengan Ib. Jadi

d Ib = n Ib dS.dL = M. dL (20)

dan dalam seluruh lintasan tertutup

Ib = (21)

Persamaan (21) mengatakan bahwa jika kita mengelilingi suatu lintasan


tertutup dan kita dapatkan momen dwikutub yang menjajar dalam arah lintasan lebih
banyak dari yang tidak, maka aka ada arus yang berpautan dengannya, misalnya
ditimbulkan oleh elektron yang mengorbit melalui permukaan bagian dalamnya.

Rumusan terakhir ini mirip dengan hukum integral Ampere, dan sekarang kita
boleh membuat hubungan antara B dan H, yang umum sehingga berlaku pula untuk
media lainselain ruang hampa pembahasan kita bersandar pada gaya dan torka sosok
arus defrensial dalam medan B, yang berarti bahwa kita telah mengambil B sebagai
kuantitas yang pokok dan telah menemukan perbaikan dari pendefinisian H. Jadi kita
dapat meuliskan hukum integral Ampere yang dinyatakan dalam arus total yang
terdiri dari arus terikat dan arus bebas,
(22)

Dengan

IT = I b + I

Ddan I adalah arus total muatan bebas yang dilingkungi oleh lintasan.
Perhatikan bahwa arus bebas muncul tanpa subskrip, karena arus ini termasuk jenis
arus yang terpenting dan merupaka satu-satunya jenis arus yang muncul dalam
persamaan Maxwell.

Dengan mengkombinasikan ketiga persamaan terakhir ini, kita dapatkan


rumusan untuk arus bebas yang terlingkungi,

IT = I b + I = (23)

Sekarang kita definisikan H dinyatakan dalam B dn M,

H= (24)

Dan kita lihat dalam ruang hampa B = H, karena dalam hal ini

magnetisasinya nol. Hbungan ini biasaya dituliskan dalam bentuk yang menghindari
bentuk fraksi dan bentuk dan tanda minus sbb:

B= (25)

Sekarang kita boleh menuliskan pendefinisian medan H yang baru dalam


persamaan, (23).
(26)

sehingga kita peroleh hukum integralAmpere yang dinyatakan dalam arus


bebas.

Dengan memakai beberapa bentuk kerapatan arus, kita dapatkan:

Ib

IT

Dengan pertolongan teorema Stokes, kita dapat mentransformasikan pers (21),


(26), dan (22)menjadi hubungan kurl yang setara dengannya,

(27)

Kita hanya menekankan pada pers (26) dan pers (27 ), rumus yang mengan
dung muatan bebas dalam pekerjaan kita selanjutnya.

Hubungan antara B, H dan M yang dinyatakan dalam pers (25) dapat


disederhanakan untuk media isotropik yang linear; dalam media seperti itu dapat
didefinisikan suseptibilitas magnetik (kerentanan magnetik) Xm.
(28)

Jadi kita dapatkan

B=

B=

Atau

(29)

Dengan , menyatakan permeabilitas (ketelapan)

(30)

Disini dinyatakan dalam permeabilitas relatif

(31)

Menyatakan hubungannya dengan suseptibilitas.

Sebagai contoh pemakaian beberapa kuantitas magnetik ini, marilah kita pilih

bahan ferit dengan dan bekerja dengan kerapatan fluks yang cukup rendah

sehingga hubungan linear dapat dipakai secara nalar. Kita dapatkan


Jika kita ambil , maka

B=

Dan

H=

Magnetisasinya ialah . Cara lain untuk menghubungkan

B dan H ialah, pertama,

B=

Atau

0,05 =

Dan kia lihat bahwa arus Ampere menghasilkan $9 kali intensitas medan
magnetik yang ditimbulkan muatan bebas, dan kedua,

B=

Atau

0,05 = ;
Disini kita telah memakai permeabilitas relatif 50 dan membiarkan kuantitas
ini menyirat gerak muatan terikat. Kita akan menekankan lagi cara penafsiran seperti
ini dalam bab yang akan datang.

Dua hukum permulaan yang kita teliti untuk medan magnetik ialah hukum
Bio-Savart dan hukum integral Ampere. Keduanya terbatas pada pemakaian dalam
ruang hampa. Sekarang kita telah memperluas pemakainnya untuk setiap bahan
magnetik yang serbasama, linear dan isotropik harus digambarkan dengan

permeabilitas relatif .

Seperti juga pada bahan dielektrik tak isotropik, bahan magnetik tak isotropik,
bahan magnetik tak isotropik harus digambarkan dengan permeabilitas tenso

Bx =

By =

Bz =

Jadi untuk bahan tak isotropik, dalam hubungan merupakan

suatu tensor; tetapi hubungan tetap berlaku, meskipun B, H dan M

pada umumnya tidak sejajar lagi. Bahan magnetik tak isotropikyang paling umum
ialah kristal feromagnetik tunggal; walaupun film magnetik tipis juga
memperlihatkan sifat tak isotropik. Namun, banyak sekali pemakaian bahan
feromagnetik yang menyangkut kisi polikristal yang lebih mudah dibuat.
Definisi kita mengenai suseptibilitas dan permeabilitas bergantung pada anggapan
kelinearan. Sayang sekalihal itu haynya benar untuk bahan para magnetik dan
diamagnetik yang kurang menarik pemakaiannya; dalam hal ini permeabilitas
relatifnya hampir mendekati satu, bedanya hanya satu bagian dalam seribu. Beberapa

harga yang khas dari suseptibilitas bahan diamagneti ialah sbb: untuk hidrogen, -2

; tembaga, -0,9 ; germanium, -0,8 ; silikon, -0,3 dan

grafit, -12 . Bahan para magnetik yang umum dipakai mempunyai

suseptibilitas sbb: oksigen 2 , tungsten 6,8 ; oksida ferit (Fe2O3), 1,4

; oksida Ytrium (Y2O3), o,53 . Jika kita ambil rasio B terhadap

sebagai permeabilitas relatif bahan feromagnetik, harga biasanya berkisar antara

10 sampai 100.000. bahan diamagnetik, paramagnetik, dan antiferomagnetik biasa


disebut bahan non magnetik.

D. Syarat Batas Magnetik

Kita tidak akan mengalami kesukaran untuk mendapatkan syarat batas yang
tepat untuk B, H dan M pada permukaan batas antara bahan magnetik yang berbeda,
karena kita telah memecahkan persoalan serupa itu untuk bahan konduktor dan
dialektik. Kita tidak memerluka teknik yang baru.
Gambar 9.9 menunjukkan perbatasan antara dua bahan yang linear serbasama

isotropik dengan permeabilitas dan . Syarat batas untuk komponen normal

ditentukan dengan membiarkan permukaan tersebut memotong permukaan Gauss


yang berbentuk tabung kecil. Dengan memakai hukum Gauss untuk medan magnetik
menurut pasal 8.5,

Sehingga kita dapatkan

Bn1 Bn2

Atau

Bn2 = Bn1 (32)

Jadi

Hn2 = Hn1 (33)

Komponen normal B adalah malar, tetapi komponen normal H takmalar

dengan rasio .

Gb.9.9 permukaan Gauss dan lintasan tertutup dibuat pada permukaan batas antara

media 1 dan 2 yang masing-masing mempunyai permeabilitas dan . Dari situ

kita menentukan syarat bats Bn1 = n2 dan Ht1 - Ht2 = K.


Hubungan antara komponen normal M telah tertentu jika hubungan antara
komponen normal H telah diketahui. Untuk bahan magnetik linear, hasilnya dapat
dituliskan sebagai berikut:

Mn2 = Mn1 (34)

Kemudian, kita pakai hukum integral Ampere

Dengan mengambil lintasan tertutup kecil pada bidang datar yang normal
pada permukaan batas, seperti yang terlihat pada bagian kanan Gb. 9.9, kita peroleh:

Ht1 - Ht2 =K

Dengan anggapan bahwa permukaan batasnya dapat mengandung arus


permukaan K yang koponennya noral pada bidang datar lintasan tersebut ialah K.
Jadi,

Ht1 – Ht2 = K (35)

Arahnya dapat dinyatakan lebih eksak dengan memakai perkalian silanguntuk


mengindentifikasi komponen tangensialnya.

(H1 – H2) x aN12 = K

Dimana aN12 menyatakan vektor pada perbatasan yang arahnya dari 1daerah 1
ke daerah 2.

Untuk B tangensial, kita peroleh


(36)

Syarat batas untuk komponen tangensial magnetisasi untuk bahan linear


menjadi,

Mt2 = Mt1 m2 K (37)

Ketiga syarat batas yang baru kita tulis untuk komponen tangensial akan
menjadi jauh lebih sederhana jika kerapatan arus permukaannya nol. Dalam hal ini
kerapatan tersebut ialah kerapatan arus bebas, dan kerapatan itu nol jika kedua bahan
tersebut bukan konduktor.

E. Aplikasi/Pemakaian Bahan Magnetik

Pemakaian bahan magnetic dalam kehidupan sehari-hari digunakan


dalam berbagai keperluan baik itu dalam dunia kelistrikan maupun dalam
dunia elektronika.

Contoh pemakaian medan magnet.

1. Motor listrik
2. Generator
3. Transformator
4. Speaker.
5. Foto Transistor
6. Peredam medan magnet pada rangkaian elektronika
7. Kompas
8. Alat ukur/instrument.

REFERENSI

Nicola A, Spalding.2003.Magnetic Material Fundamental and Aplication second


editon.California. Cambridge.
http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Fisika/0320%20Fis-2-5a4.htm.
Williyam H. Hayt, JR.1958. Elektromagnetika Teknologi edisi keempat, Jilid
2.Jakarta.Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai